Anda di halaman 1dari 13

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Transfusi Darah

2.1.1 Definisi

Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran


darah resipien (Latief et al, 2007).

Darah dan berbagai komponen darah dapat ditransfusikan secara terpisah


sesuai dengan kebutuhan. Darah tersusun dari pelbagai komponen iaitu eritrosit ( red
blood cells), trombosit pekat (thrombocyte concentrate), kriopresipitat, dan plasma
segar beku (fresh frozen plasma). Komponen darah yang ditransfusikan se suai
dengan yang diperlukan akan mengurangi kemungkinan reaksi transfusi, circulatory
overload dan penularan infeksi yang terjadi dibandingkan dengan transfusi darah
lengkap (Bermawi, 2010).

2.1.2 Komponen-Komponen

2.1.2.1 Eritrosit

Eritrosit terdapat dalam bentuk sel darah merah atau darah


lengkap.Fungsi pemberian eritrosit adalah untuk meningkatkan oksigenisasi
jaringan (Chandra, 2011).

Tujuan utama transfusi eritrosit adalah untuk meningkatkan oksigenasi


jaringan yang adekuat terutama pada bayi yang seda ng menjalani perawatan
intensif dan meningkatkan konsentrasi hemoglobin bayi yang mengalami
anemia simptomatik. Anemia simptomatik adalah penderita dengan
kadarhemoglobin yang rendah, mengalami pucat, sesak nafas, takikardia,
malas minum dan penurunan bera t badan (Bermawi, 2010).

Pedoman transfusi eritrosit pada BBLR didasarkan pada kombinasi


dari kebutuhan ventilasi mekanik, kebutuhan oksigen dan kadar hemoglobin
atau hematokrit (Bermawi, 2010).

Pedoman Transfusi Sel Darah Merah pada BBLR


Ventilasi Mekanik CPAP Bernapas Spontan
Bernapas
<28 hari 28 hari <28 hari 28 hari FiO2>0.21 Baik
FiO2 0.3 FiO2 < 0.3

Hb<12g/dl Hb<11g/dl Hb<10g/dl Hb<10g/dl Hb<8g/dl Hb<8g/dl Hb<7g/dl


Atau Atau Atau Atau Atau Atau Atau
PCV<0.40 PCV<0.35 PCV<0.30 PCV<0.30 PCV<0.25 PCV<0.25 PCV<0.20
Sumber : Murray NA, Robert IAG
Keterangan : CPAP=Continuous Positive Airways Pressure; Hb=haemoglobin concentration
: PCV=packed cell volume (diambil dari kapiler)

Pada neonatus yang mengalami sindrom gangguan pernafasan dan


menggunakan ventilasi mekanik, tr ansfusi dilakukan apabila kadar
hemoglobin < 12g/dL.
Pada neonatus yang mengalami insufisiensi pernapasan dan
menggunakan oksigen tambahan, transfusi dilakukan apabila kadar
hemoglobin < 10g/dL.
Pada neonatus yang stabil dan tidak memerlukan oksigen
tambahan, transfusi dilakukan apabila kadar hemoglobin < 7g/dL
(Fabres, et al., 2006).

Eritrosit yang diberikan pada neonatus adalah sel darah merah pekat
(PRC) dengan volume 10-20 mL/kgBB. Pada BBLR diberikan dosis 20
mL/kgBB dibandingkan dosis 10 mL/kgBB bertujuan untuk meningkatkan
kadar hemoglobin. Transfusi eritrosit dilakukan dengan kecepatan 3 -5
mL/kgBB/jam. Jenis-jenis transfusi eritrosit yang diberikan pada BBLR
adalah :

a. Darah lengkap
Darah lengkap mengandung semua jenis kom ponen darah. Satu
unit darah lengkap terdiri dari 450 ml darah dan 63 ml larutan
pengawet, dengan hematocrit berkisar antara 36 -40%. Darah
lengkap disimpan pada suhu 1 -5`C dan dapat bertahan sehingga 21
hari untuk darah sitrat (CPD/ Citrate Phospate Dextrose), 35 hari
untuk darah CPDA-1 (CPD dan adenine) dan 49 hari apabila
ditambahkan larutan nutitif SDAM (NACL, dekstrosa, adenine,
manitol).

b. Sel darah merah pekat (Packed Red Cell)


Komponen ini dipisahkan dari donor tunggal dengan cara
sentrifugasi darah lengkap. Dalam komponen ini selain eritrosit,
terdapat juga leukosit dan trombosit serta sedikit plasma.Setiap
unit yang ditransfusikan memiliki nilai hematokrit sekitar 55%
setelah penambahan larutan aditiv.Komponen ini merupakan
pilihan untuk pengobatan an emia simptomatik.

Penurunan sel darah merah adalah perkara biasa yang terjadi pada bayi
baru lahir. Pada BBLR, terjadi penurunan kadar hemoglobin yang parah iaitu
sehingga ke 8 g/dl pada bayi dengan berat badan lahir 1000 -1500g, dan 7 g/dl
pada bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1000g. Menurut kajian, 90%
bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1000g atau gestasi kurang dari 28
minggu, memerlukan transfusi Packed Red Blood Cell (PRBC) yang multipel
(Ramasethu & Luban, 2010).

2.1.2.2 Trombosit Pekat


Fungsi transfusi trombosit adalah untuk mengontrol atau mencegah
perdarahan yang berhubungan dengan kekurangan jumlah atau fungsi
trombosit (Chandra, 2011).

Jumlah trombosit pada neonatus adalah berkisar 150.000 -400.000 mL


(Bermawi, 2010). Andrew, dkk (1 987) melaporkan hasil penelitiannya bahwa
78% dengan BBLSR dengan trombosit kurang dari 100.000/mL mengalami
perdarahan peri-intra ventrikuler dan hanya 48% pada BBLSR yang non
trombositopenia. Tambahan lagi, perdarahan peri intraventrikuler (PPIH)
derajat 3 dan 4 lebih banyak ditemui pada BBLSR dengan trombositopenia
dibandingkan dengan BBLSR non trombositopenia.Keadaan tersebut yang
menjadi alasan transfusi trombosit dilakukan pada bayi baru lahir yang
mengalami trombositopenia.Tambahan lagi, transfusi tr ombosit yang
diberikan adalah 10-20mL/kgBB (Bermawi, 2010).

Pedoman Transfusi Trombosit pada bayi baru lahir


Jumlah Neonatus tanpa pendarahan Neonatus dengan NAITP (terbukti
Trombosit pendarahan atau tersangka)
(x10^9/l)

<30 Di transfusi pada semua pasi en Transfusi Transfusi (dengan


HPA-compatible
platelet)

30-49 Jangan di transfusi jika secara klinis stabil Transfusi Transfusi (dengan
Ditransfusi bila : HPA-compatible
- <1000g dan umur < 1 minggu platelet)
- Klinis tidak stabil
- Sebelumnya ada komplikasi
pendarahan mayor
- Sedang terjadi pendarahan minor
- Koagulopati yang berlanjut
- Memerlukan tindakan bedah Transfusi
Tukar
- Penurunan jumlah trombosit dan
sepertinya akan turun dibawah 30

50-99 Tidak di transfusi Transfusi Transfusi (dengan


HPA-compatible
platelet jika ada
pendarahan yang
banyak)

>99 Tidak di transfusi Tidak di transfusi Tidak di transfusi


Sumber : Murray NA, Robert IAG
Keterangan : HPA=human platelet antigen; NAITP=neonatal alloimune thrombocytopenia
2.1.2.3 Plasma Segar Beku

Plasma sebagai komponen cair dari darah lengkap akan dipisahkan


dan kemudian akan dibekukan dalam waktu 8 jam setelah pengambilan darah.
Dosis yang diberikan adalah 10 -20 mL/kgBB. Indikasi transfusi plasma segar
beku pada bayi baru lahir adalah :

1. Transfusi tukar.
2. Defisiensi faktor pembekuan dengan perdarahan atau sebelum
tindakan invasif atau pembedahan.
3. Defisiensi vitamin K yang mengakibatkan gangguan
pembekuan dengan perdarahan atau tindakan invasif atau
pembedahan.
4. Trombotik trombositopenia purpura.
5. Replacement therapy pada kongenital antitrombin III
defisiensi, protein C defisiensi, protein S defisiensi.
6. Bukti klinis ditemui koagulopati dimana pemeriksaan
laboratorium tertunda.

Plasma segar beku diberikan ketika pasien mengalami kekurangan


faktor pembekuan atau ketika suatu konsentrat faktor yang spesifik tidak
tersedia. Plasma segar beku tersedia dalam volume 200 -250 ml dan setiap unit
berisi satu unit faktor pembekuan. Fungsi plasma segar beku adalah untuk
meningkatkan faktor-faktor pembekuan pada pasien -pasien yang mengalami
kekurangan faktor II, V, VII, IX atau XI pada penyakit hati atau disseminated
intravascular coagulation . Dosis awal transfusi yang umum adalah dua
kantong plasma segar beku. Plasma segar beku digunakan sebagai tambahan
nutrisi dan sebagai profilaksis dalam transfusi darah masif (Chandra, 2011).

2.1.2.4 Kriopresipitat

Komponen kriopresipitat diperoleh dengan cara mencairkan plasma


segar beku pada suhu 4`C dan kemudian bagian yang tak mencair
dikumpulkan dan dibekukan kembali. Setiap kanto ng kriopresipitat
mengandung antara 80-120 unit faktor VIII koagulan dan 150 -200 mg
fibrinogen.Selain itu, kriopresipitat juga mengandung cukup banyak faktor
XIII dan faktor von Willibrand. Dosis yang dianjurkan secara empiris 40 -50
unit/kgBB sebagai loading dose , yang diteruskan dengan 20 -25 unit/kgBB
setiap jam, sehingga perdarahan atau luka pembedahan telah sembuh. Indikasi
transfusi kriopresipitat adalah :

1. Pengobatan perdarahan atau pada persiapan pembedahan


penderita hemophilia A, penyakit von Willebr and dengan
perdarahan.
2. Hipofobrinogenemia atau disfibrinogenemia dengan
perdarahan atau pra pembedahan.
3. Replacement therapy pada defisiensi faktor XIII. Kriopresipitat
perlu diberikan pada koagulasi intravaskular disseminata.
Kriopresipitat berasal dari p lasma segar beku yang dikonsentrasikan
ke dalam suatu volume 10-15 ml. Kriopresipitat terdiri dari faktor -faktor VIII,
von Willebrand, fibrinogen, XIII dan fibronektin dan transfusi kriopresipitat
diberikan untuk mengobati kekurangan akan salah satu faktor tersebut.
Neonatus yang mengalami hipofibrinogenemia, satu dosis kantong
kriopresipitat per 5 kg berat badan akan mengakibatkan kadar fibrinogen di
atas 100 mg/dl. Selain itu, pasien yang mengalami penyakit von Willebrand,
dosis pengobatan standar adalah satu kantong kriopresipitat per 10 kg berat
badan sehari-hari (Chandra, 2011).

2.1.3 Faktor-faktor yang meningkatkan frekuensi transfusi pada BBLR

1. Umur eritrosit pada BBLR lebih pendek yaitu 35 -55 hari berbanding dengan
neonatus cukup berat badan lahir yai tu 60-70 hari.
2. Insufisiensi eritropoiesis.
3. Iatrogenic, tindakan flebotomi. Menurut kajian yang dilakukan di Amerika
Serikat, BBLR lebih banyak menderita kehilangan darah mingguan akibat
tindakan flebotomi yang menurunkan volume darah sehingga 12 -31%.
4. Total volume darah pada BBLR lebih sedikit berbanding dengan neonatus
cukup berat badan lahir yaitu serendah 50 mL. Ketika dilakukan pengambilan
sampel darah untuk tujuan test diagnostik, 1 mL darah yang diambil
mengakibatkan pengurangan 2% dari total volume da rah (Higgins, 2009).
2.1.4 Langkah-langkah untuk mengurangi transfusi pada BBLR

1. Menunda pemotongan tali pusat bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,


penundaan 30-45 detik pemotongan tali pusat pada BBLR dapat meningkatan
volume darah neonatus sehingg a ke 8-24%.
2. Transfusi darah diberikan bersama dengan pemberian iron, folat dan vitamin
B12.
3. Mengurangi kehilangan darah iatrogenik yang terkait dengan pengujian
laboratorium yaitu dengan menghindari pengujian yang tidak perlu.
4. Penemuan baru bagi masalah ke hilangan darah iatrogenik dengan
perkembangan flebotomi dikenal sebagai ErythoSave. Perangkat ini
memungkinkan sel darah merah dari sampel darah untuk kembali dengan
aman ke pasien setelah pengangkatan plasma untuk analisis kimia dan efektif
dalam menyediakan transfusi sel darah merah secara autologous (Higgins,
2009).

2.2 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

2.2.1 Definisi BBLR

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir.Bayi
berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram
(Latief et al, 2007).Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat lahir
kurang 2500 gram tanpa memandang umur kehamilan (Damanik, 2010).

2.2.2 Klasifikasi BBLR

Bayi berat lahir kurang dari 2500 gram diklasifikasi men jadi :

a. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW)
adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram.
b. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low birth
weight (ELBW) adalah bayi yang lah ir dengan berat badan lahir kurang dari
1000 gram (World Health Organization, 2011).

2.2.3 Etiologi BBLR

2.2.3.1 Faktor ibu

a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma
fisis dan psikologis.Penyakit lainnya ialah nefritis akut, diabetes
mellitus, infeksi akut atau tindakan operatif (Latief et al, 2007).
b. Gizi ibu hamil
Keadaan gizi ibu hamil sebelum hamil sangat berpengaruh
pada berat badan bayi yang dilahirkan. Kekurangan gizi pada ibu
hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, cacat bawaan,
anemia pada bayi, mati dalam kandungan dan lahir dengan BBLR.
Oleh itu, agar dapat melahirkan bayi yang normal, ibu perlu
mendapatkan asupan gizi yang cukup.
c. Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah kurang dari 12 gram %. Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gram
% pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gram % pada
trimester II (Chandra, 2011).

Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai


mengingat anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR
dan angka kematian bayi.Anemia dalam kehamilan disebabkan
kekurangan zat besi yang dapat m enimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh mahupun sel
otak.Hal ini dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortilitas
ibu dan bayi.Kemungkinan melahirkan BBLR juga lebih besar.
d. Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan ini sangat berper anan terhadap timbulnya
prematuritas.Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial -
ekonomi yang rendah.Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang (Latief et al,
2007).

2.2.3.1 Faktor janin

a. Hidroamnion
Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml.
Pada sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik
yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap.Pada
hidroamnion akut, uterus mengalami peregangan mencolok dalam
beberapa hari.Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan
sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan
kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR
(Chandra, 2011).
b. Kehamilan ganda / kembar
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan
dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin
sekaligus.Terbahagi kepada dua yaitu kehamilan dizigotik dan
monozigotik. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih ovum
dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang dibuahi
membelah secara dini hingga membe ntuk dua embrio yang sama.
Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang tinggi terhadap
ibu dan janin.Oleh itu, harus dilakukan perawatan antenatal yang
intensif untuk menghadapi kehamilan ganda (Chandra, 2011).

2.2.4 Gambaran Klinis BBLR


Gambaran klinis pada bayi berat lahir rendah menunjukkan belum
sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaannya yang lemah (Chandra, 2011).
Tanda dan gejala yang terdapat pada BBLR adalah :
2.2.4.1 Fisik
a. Bayi kecil
b. Pergerakan kurang dan masih lemah
c. Ukuran kepala kecil
d. Berat badan kurang 2500 gram

2.2.4.2 Kulit dan kelamin


a. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)
b. Rambut halus dan tipis
c. Genitalia belum sempurna

2.2.4.3 Sistem saraf


a. Refleks moro
b. Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna
c. Mudah terjadi trauma susunan saraf pusat
d. Asfiksia berat yang diakibatkan kekurangan oksigen

2.2.4.4. Sistem muskuloskeletal


a. Aksifikasi tengkorak sedikit
b. Ubun-ubun dan satura lebar
c. Tulang rawan elastis kurang
d. Otot-otot masih hipotonik
e. Tungkai abduksi
f. Sendi lutut dan kaki fleksi
g. Kepala menghadap satu jurusan
2.2.4.5 Sistem pernafasan
a. Umumnya mengalami kesulitan bernafas
b. Frekuensi nafas bervariasi
2.2.5 Komplikasi BBLR

Di bawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa penyakit yang ada hubungannya
dengan BBLR (Chandra, 2011).

1. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik


Disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium terakhir
akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveolus paru.
2. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada BBLR karena refleks menelan dan batuk
belum sempurna.
3. Perdarahan intraventrikular
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh
anoksia otak. Biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membran
hialin pada paru.
4. Fibroplasia retrolental
Penyakit ini terutama ditemukan pada BB LR dan disebabkan oleh
gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen dalam
konsentrasi tinggi, akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah retina.
Kemudian setelah bayi bernafas dengan udara biasa, pembuluh darah ini
akan mengalami vasodilatas i yang selanjutnya akan mengalami proliferasi
pembuluh darah baru secara tidak teratur.

Kelainan ini biasanya terlihat pada bayi yang berat badannya kurang
dari 2 kg dan telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi iaitu
pengunaan oksigen lebih dari 4 0%.Stadium akut penyakit ini dapat terlihat
pada umur 3-6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena
retina.Kemudian diikuti oleh pertumbuhan kapiler baru secara tidak
teratur pada ujung vena.Kumpulan pembuluh darah baru ini tumbuh ke
arah korpus vitreum dan lensa.

Selanjutnya akan terjadi edema pada retina dan retina dapat terlepas
dari dasarnya dan keadaan ini merupakan keadaan yang ireversibel. Pada
stadium akhir akan terdapat masa retrolental yang terdiri dari jaringan
ikat. Keadaan ini dapat terjadi bilateral dengan mikroftalmus, kamar
depan yang menyempit, pupil mengecil dan tidak teratur serta visus
menghilang.

5. Hiperbilirubinemia
Bayi berat lahir rendah lebih sering mengalami hiperbilirubinemia
dibandingkan dengan bayi cukup bulan.Hal ini disebab kan faktor
kematangan hepar sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin
direk belum sempurna (Chandra, 2011).

Bab 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep


Yang menjadi kerangka konsep pada penelitian frekuensi transfusi pada bayi berat
lahir rendah di unit perawatan neonatal RSUP H. Adam Malik periode tahun 2011 -
2012 adalah variabel independen yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi berat
lahir sangat rendah (BBLSR),bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) dan

Anda mungkin juga menyukai