Pengembangan Satelite Account Konstruksi 2011 Final PDF
Pengembangan Satelite Account Konstruksi 2011 Final PDF
teAccount
SektorKonst
ruksiT
ahun2011
Kerj
asama
Kementer
ianPeker
jaanUmum
BadanPusatStat
ist
ik
PengembanganSateli
teAccount
SektorKonst
ruksiT
ahun2011
Kerj
asama
Kementer
ianPeker
jaanUmum
BadanPusatStat
ist
ik
DAFTAR ISI
i
4.3. Keterkaitan Sektor Konstruksi Dengan Sektor-sektor Ekonomi
Lainnya ...................................................................................... 48
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Klasifikasi Sektor Tabel I-O Konstruksi 2010 ............ 69
ii
KATA PENGANTAR
akan menjadi cepat panas (overheated), karena respon dari sisi pasokan
ini yang saat ini dihadapi oleh Indonesia, dimana ekonomi bertumbuh relatif
iii
pertumbuhan ekonomi dari 5,5 - 5,6 persen pada tahun 2010 menjadi 7,0 -
minimal sebesar 5persen dari PDB per tahun. Kebutuhan tersebut diharapkan
dapat dipenuhi dari berbagai sumber, yaitu APBN sebesar Rp. 560 triliun (29
persen), APBD sebesar Rp. 355 triliun (18 persen), BUMN dan BUMD sebesar
Rp. 341 triliun (18 persen), serta dari swasta sebesar Rp. 345 triliun (18
persen). Dalam hal ini masih terdapat kekurangan (gap) pendanaan sebesar
(sebesar hampir 60 persen) terjadi pada tahun 2011, dimana alokasi anggaran
iv
Disamping itu, sektor konstruksi juga memiliki keterkaitan ke belakang
konstruksi.
konstruksi.
terukur dengan dukungan data dasar dan pemahaman yang lebih baik
v
1 PENDAHULUAN
manusia dengan pemanfaatan seluruh sumber daya yang ada secara optimal.
Pembangunan tersebut tidak hanya dalam skala nasional, namun juga dalam skala
bangunan baik yang berupa sarana maupun prasarana yang berfungsi mendukung
1
mendukung dalam menumbuhkembangkan berbagai produk, baik berupa barang
kegiatan sosial dan ekonomi. Kemajuan pembangunan suatu bangsa dapat diukur
harga dan stock sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga
yang merupakan proksi dari kondisi ekonomi. Di satu sisi, daya saing sektor
pembangunan sektor konstruksi. Di sisi lain kebutuhan dan pasar akan sektor
konstruksi semakin berkembang dan penuh akan tantangan untuk digarap oleh
2
para pengusaha. Sementara itu, pemain-pemain asing dengan skala besar dan
keterkaitan antar sektor ini harus dapat digambarkan dan diukur melalui sistem
data yang komprehensip dan rinci, yang selanjutnya dikenal dengan Satelite Account
mengenai perfoma (kinerja) ekonomi sektor kontruksi dalam skala makro (nasional).
Studi ini dimaksudkan untuk mempersiapkan suatu basis data yang rinci
Tabel Input-Output (Tabel I-O). Tabel yang menekankan pada peranan dan profil
sektor kontruksi dalam skala makro ini, dapat dijadikan instrumen analisis dalam
kontruksi. Sedangkan tujuan studi ini secara spesifik mencakup hal-hal pokok
sebagai berikut :
3
a. Pengkajian mengenai profil dan struktur sektor konstruksi serta peranannya
Pada dasarnya kegiatan studi ini meliputi dua kegiatan pokok. Pertama
adalah kegiatan penyusunan Tabel I-O Konstruksi Tahun 2010 dan kedua adalah
Tabel I-O tersebut. Penggunaan istilah Tabel I-O Konstruksi disebabkan karena
sektor-sektor ekonomi dan transaksi dalam Tabel I-O tersebut akan lebih
sektor konstruksi. Kegiatan analisis ini merupakan implementasi dari studi input-
output sektor konstruksi yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar bagi
4
Sektor konstruksi mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh
kontraktor khusus adalah unit usaha yang melakukan kegiatan konstruksi untuk
pemasangan dan perbaikan berat maupun ringan dari semua jenis konstruksi seperti
bangunan tempat tinggal dan bukan tempat bangunan tempat tinggal mencakup
rumah dan gedung atau bangunan fisik lainnya yang digunakan untuk tempat
tinggal oleh rumahtangga. Bangunan bukan tempat tinggal meliputi hotel, sekolah,
rumah sakit, pusat pertokoan, perkantoran dan pusat perdagangan, industri atau
unggas, bangunan tempat ibadat, bangunan gedung kesenian dan olah raga serta
bangunan bukan tempat tinggal lainnya. Pekerjaan umum untuk pertanian meliputi
pembuatan kolam pemeliharaan ikan, pintu pengendali air, bagan, pencetakan tanah
mencakup pembuatan sarana jalan dan jembatan untuk angkutan jalan raya
maupun kereta api, pelabuhan laut dan udara, dermaga, landasan pesawat terbang,
tempat parkir, trotoar dan sejenisnya. Bangunan dan instalasi listrik, gas, air bersih
5
dan komunikasi diantaranya adalah instalasi, transmisi dan distribusi listrik, gas, air
sanitasi, lapangan olah raga dan tempat rekreasi serta bangunan sipil lainnya
Konsep output sektor bangunan adalah nilai pekerjaan yang telah dilakukan
selama tahun 2010, tanpa melihat apakah bangunan tersebut sudah selesai
seluruhnya atau belum pada tahun tersebut. Nilai instalasi listrik, pengatur hawa
(AC), instalasi air dan barang-barang lain yang telah dipasang pada bangunan
(commodity flow approach) yaitu suatu metode pendugaan output sektor bangunan
berdasarkan input yang diperoleh dari sektor lain. Input antara di sektor bangunan
mencakup bahan bangunan dan bukan bahan bangunan seperti biaya pemasangan
dan biaya administrasi atau bahan-bahan lainnya. Ada dua sumber data yang
digunakan, yaitu sumber data untuk input antara yang berasal dari dalam negeri
dan yang berasal dari impor. Untuk input yang diimpor sumber datanya adalah
Statistik Impor, sedangkan untuk input dari dalam negeri adalah Statistik Industri
Besar dan Sedang, Statistik Pertambangan dan Statistik Pertanian. Selanjutnya biaya
6
administrasi input primer dan distribusi jenis output bangunan didasarkan pada
Survei Khusus Input-Output sektor konstruksi dan Statistik Konstruksi. Selain itu,
untuk kepentingan penyusunan Tabel I-O Konstruksi, data struktur input juga
diperoleh dari Kementerian Pekerjaan Umum dalam bentuk rincian biaya dari
7
8
2 KERANGKA DASAR
TABEL INPUT-OUTPUT
Tabel Input-Output (Tabel I-O) adalah uraian statistik dalam bentuk matrik
yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling
keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor lainnya, dalam suatu wilayah
pada suatu periode waktu tertentu. Dengan menggunakan Tabel I-O dapat dilihat
lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari
menunjukkan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam
proses produksinya.
terhadap barang dan jasa untuk proses sektor produksi, sedangkan permintaan
9
pembentukan modal, dan ekspor. Isian menurut kolom menunjukkan pemakaian
input antara maupun input primer yang disediakan oleh sektor lain untuk proses
Dalam Tabel I-O, setiap angka dalam sel matriks bersifat ganda. Tiap angka
dapat dilihat baik secara baris maupun secara kolom. Secara baris merupakan
alokasi output suatu sektor kepada sektor lainnya, dan pada saat bersamaan dilihat
menurut kolom merupakan input suatu sektor yang diperoleh dari sektor lainnya.
menyeluruh mengenai:
2. Struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh
sektor-sektor produksi;
3. Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor
ekspor.
Bentuk tabel I-O dapat digambarkan seperti kerangka tabel seperti gambar
berikut ini:
10
Gambar 1.
Ilustrasi 1 Tabel Input Output
Sistem Perekonomian dengan Tiga Sektor Produksi
I II
(nxn) (nxm)
III IV
(pxn) (pxm)
Input Primer
Kuadran pertama menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan
menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi.
Penggunaan atau konsumsi barang dan jasa disini adalah penggunaan untuk
diproses kembali, baik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Karenanya
transaksi yang digambarkan dalam kuadran pertama ini disebut juga transaksi
serta menggambarkan penyediaan barang dan jasa. Penggunaan barang dan jasa
ini dikatakan primer karena bukan merupakan bagian dari output suatu sektor
11
produksi seperti pada kuadran pertama dan kedua. Input primer adalah semua
balas jasa faktor produksi yang meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditambah
kadang-kadang diabaikan.
Tiap kuadran dalam Tabel I-O dinyatakan dalam bentuk matriks, masing-
masing dengan dimensi seperti tertera dalam Gambar 1. Bentuk seluruh matriks ini,
menunjukkan kerangka Tabel I-O yang berisi uraian statistik mengenai transaksi
barang dan jasa antar berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu periode tertentu.
pengelompokan barang dan jasa ini dikenal sebagai proses klasifikasi sektor.
Sebagai ilustrasi Tabel I-O, misalkan hanya ada tiga sektor dalam suatu
hubungan antar sektor perekonomian, berikut ditunjukkan ilustrasi Tabel I-O untuk
12
Gambar 2.
Ilustrasi 2 Tabel Input Output
Sistem Perekonomian dengan Tiga Sektor Produksi
Kuadran III
Input Primer
V1 V2 V3
Jumlah Input X1 X2 X3
matriks memperlihatkan suatu jalinan yang saling mengait dari berbagai kegiatan
antar sektor. Sebagai ilustrasi dapat diamati proses pengalokasian output pada
didistribusikan sepanjang baris sebesar x11, x12, dan x13 masing-masing untuk
dibunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Begitu juga dengan output sektor 2
dan 3 masing-masing sebesar X2 dan X3, dapat dilihat dengan cara yang sama dalam
13
x11 + x12 + x13 + F1 = X1+M1
antara, maka angka pada kolom (sektor) tertentu menunjukkan berbagai input yang
adalah :
14
Vi adalah input primer dari sektor j
Pada dasarnya informasi dalam Tabel I-O juga diklasifikasikan dalam dua
statistik yang menggambarkan besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor
Tabel dasar atau tabel transaksi adalah tabel yang menggambarkan besarnya
nilai transaksi barang dan jasa antar ekonomi. Jenis tabel ini dapat digunakan untuk
melakukan analisis deskriptif terhadap struktur ekonomi. Tabel dasar atau tabel
transaksi yang disajikan dalam tabel I-O terdiri dari transaksi atas dasar harga
pembeli, transaksi atas dasar harga produsen, transaksi total, dan transaksi
domestik.
Tabel transaksi atas dasar harga pembeli adalah tabel transaksi yang
menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang
dinyatakan atas dasar harga pembeli. Artinya dalam transaksi ini margin
15
b. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Produsen
Tabel transaksi atas dasar harga produsen adalah tabel transaksi yang
menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang
dinyatakan atas dasar harga produsen. Artinya dalam tabel transaksi ini
nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi baik yang berasal dari
produksi domestik maupun impor. Artinya, nilai transaksi input antara antar
sektor ekonomi mencakup transaksi barang dan jasa produksi domestik dan
impor. Pada tabel transaksi ini tergambar informasi mengenai nilai impor
Penyajian tabel transaksi ini disebut sebagai Tabel I-O dengan perlakuan
besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang hanya
memisahkan nilai transaksi barang dan jasa yang berasal dari impor baik dari
16
Penyajian Tabel I-O dengan memunculkan impor sebagai vektor baris disebut
sebagai Tabel I-O dengan perlakuan impor tidak bersaing (non competitive
import model).
Dari Tabel I-O dapat diciptakan tabel turunan yang terkenal dalam
penggunaannya yaitu Tabel Koefisien Input dan Tabel Pengganda Ekonomi (output
a. Koefisien Input
tabel dasar, juga memerlukan tabel koefisien input dan matriks kebalikan
(inverse matrix). Tabel koefisien input berada pada kuadran transaksi antara
yang dibaca vertikal menurut kolomnya. Proporsi input antara yang berasal
dari sektor i terhadap total input sektor j dikatakan sebagai koefisien input
(1.5)
adalah koefisien teknis
sektor j
adalah total input sektor j
17
Dengan cara yang sama koefisien input primer dirumuskan sebagai:
(i=j)
Dengan demikian jumlah koefisien input antara dan koefisien input primer
adalah sama dengan 1 (satu) (aij + Vj = 1). Tinggi rendahnya koefisien input
pengganda (multiplier effect) yang menjadi salah satu inti dari analisis input-
berikut:
AX +F =X
X - AX = F
(1-A) X =F
X = (I-A)-1 F .. (1.6)
multiplier), dimana kenaikan dalam permintaan akhir (F) sektor tertentu tidak
18
hanya berpengaruh langsung terhadap kenaikan total output (X) sektor
tersebut, tetapi juga kepada sektor lainnya. Apabila unsur impor (M)
(1-A) X =FM
X = (I-A)-1 (F M) .. (1.7)
M : adalah impor
2.2. Asumsi-asumsi
sebagai berikut :
bahwa tidak ada barang serupa atau substitusi yang dihasilkan oleh sektor
lain,
19
lurus (linier), yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau
model I-O, terdapat beberapa besaran (variabel) yang perlu untuk dijelaskan.
Besaran tersebut menyangkut output, input antara, input primer (nilai tambah),
2.3.1.Output
Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
seluruh sektor-sektor ekonomi yang ada di suatu wilayah. Ada tiga jenis produksi
a. Produk utama adalah produk yang memiliki nilai dan atau kuantitas paling
20
b. Produk ikutan adalah produk yang secara otomatis terbentuk pada saat
berusaha dibidang penggilingan padi. Dari penggilingan padi ini dihasilkan beras
dan dedak, selain itu mesin penggilingan padi tersebut dapat membangkitkan
listrik. Listrik ini dijual ke lingkungan sekitar. Listrik yang dijual ini dimasukkan
dimasukkan sebagai produk utama, dan dedak sebagai produk ikutan karena
listrik yang dihasilkan oleh penggilingan padi dan dijual digolongkan kedalam
sektor listrik
telah dijelaskan. Namun untuk beberapa sektor, agak berbeda atau bersifat khusus,
21
a. Output sektor bangunan adalah seluruh nilai proyek yang telah diselesaikan
tersebut sudah selesai seluruhnya atau belum dan berlokasi pada wilayah
domestik. Oleh karena itu output dari sektor ini pada umumnya diperoleh
berdasarkan perkiraan.
komoditas-komoditas tersebut.
c. Output sektor bank teridiri dari jasa pelayanan di bidang perbankan (service
charge) dan imputasi jasa bank (imputed service charge) yaitu selisih antara
biasanya dinotasikan dengan X (Xi atau Xj) sedangkan penyajian Tabel I-O,
22
2.3.2. Input Antara
Input antara mencakup penggunaan berbagai barang dan jasa oleh suatu
sektor dalam kegiatan produksi. Barang dan jasa tersebut berasal dari produksi
sebagai input antara biasanya habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan
penolong, bahan bakar dan sejenisnya. Dalam model I-O, penggunaan input antara
diterjemahkan sebagai keterkaitan antara sektor dan dinotasikan dengan Xij, yaitu
input antara yang berasal dari produksi sektor-i yang digunakan oleh sektor-j
dalam rangka menghasilkan output Xj. Xij disebut sebagai total input antara sektor j,
Dalam suatu tabel I-O, input antara dinilai dengan dua jenis harga. Input
antara atas dasar harga pembeli menggunakan harga beli konsumen sebagai
dan ongkos angkut) sudah termasuk didalamnya. Sebaliknya input antara atas dasar
harga produsen penggunaan harga pabrik sebagai dasarnya, yang tentunya margin
komponen, komponen input yang berasal dari produksi sendiri dan komponen
impor (dari luar). Oleh karena itu suatu tabel I-O yang ingin menggambarkan secara
23
memisahkan komponen impor dari setiap input antara. Dalam model I-O, analisis
Input primer atau lebih dikenal dengan nilai tambah merupakan balas jasa
proses produksi. Balas jasa tersebut mencakup upah dan gaji, surplus usaha,
penyusutan dan pajak tak langsung. Upah dan gaji merupakan balas jasa yang
termasuk dalam upah dan gaji, semua tunjangan (perumahan, kendaraan dinas,
kesehatan) dan bonus, uang lembur yang diberikan perusahaan kepada pekerja.
Semua pendapatan pekerja tersebut masih dalam bentuk bruto atau sebelum
Surplus usaha mencakup sewa properti (tanah, hak cipta/paten), bunga neto
(bunga yang diterima dikurangi bunga yang dibayar) dan keuntungan perusahaan.
pemilik saham berupa deviden dan sebelum dipotong pajak perseroan. Penyusutan
untuk setiap transaksi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan seperti pajak
24
pertambahan nilai (PPN). Dalam model I-O, nilai tambah biasanya dinotasikan
dengan Vj, dan untuk setiap komponennya mengunakan notasi h. Jadi Vhj
merupakan nilai tambah yang diciptakan di sektor j untuk komponen h. Untuk I-O ,
komponen nilai tambah berkode 201 sampai 204 dan jumlah nilai tambah untuk
Permintaan akan barang dan jasa dibedakan antara permintaan oleh sektor-
sektor produksi untuk proses produksi disebut permintaan antara dan permintaan
oleh konsumen akhir disebut permintaan akhir. Dalam tabel I-O, permintaan akhir
barang dan jasa oleh rumahtangga, baik untuk makanan maupun non makanan.
25
Pengeluaran komsumsi pemerintah (kode 302) mencakup semua pembelian
barang dan jasa oleh pemerintah yang bersifat rutin (current expenditure), termasuk
mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan serta barang modal lainnya.
pembentukan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok akhir dan
merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual, oleh pedagang sebagai barang
dagangan yang belum sempat dijual dan oleh konsumen sebagai bahan-bahan
(inventory)yang belum sempat digunakan. Ekspor dan impor (kode 305 dan 409)
merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk dengan
penduduk luar, baik penduduk kota/kabupaten lain maupun provinsilain dan dari
luar negeri. Perbandingan ekspor dan impor baik keseluruhan maupun untuk setiap
26
2.4. Tabel Input-Output Konstruksi
dalam Tabel I-O. Penyusunan klasifikasi sektor ini dibuat berdasarkan tujuan
penelitian, ketersediaan data, cakupan data dan kualitas data dari masing-masing
Konstruksi, klasifikasi dalam tabel I-O Indonesia diagregasikan menjadi 125 sektor
sektor-sektor yang terkait dengan sektor konstruksi (rantai pasok) dibuat serinci
mungkin agar analisis terhadap sektor konstruksi dapat dilakukan secara lebih
terfokus. Dalam studi ini, karena keterbatasan data yang tersedia, jumlah klasifikasi
sektor ekonomi yang dapat dibuat semakin banyak data informasi yang dibutuhkan
dan akan semakin terinci pula analisis yang mungkin dapat dilakukan. Secara
umum bentuk Tabel I-O Konstruksi yang diturunkan dari Tabel I-O Indonesia
Updating 2010.
Pada tabel I-O Konstruksi tersebut, karena penelitian dan kajian akan lebih
ditekankan pada kegiatan konstruksi, maka klasifikasi pada kegiatan tersebut lebih
27
konstruksi digabung menjadi kelompok yang lebih agregat. Sebagai contoh, sektor
bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal dalam tabel I-O Indonesia
terdiri dari satu sektor, namun untuk kepentingan tabel I-O konstruksi sektor
tersebut didisagregasi menjadi dua sektor yaitu sektor bangunan tempat tinggal
(sektor 93) dan sektor bangunan bukan tempat tinggal (sektor 94). Uraian
dalam lampiran 1.
Analisis yang dimaksud adalah analisis struktur permintaan dan penawaran sektor
konstruksi (ditinjau menurut baris), serta analisis struktur biaya sektor konstruksi
output sektor bangunan tempat tinggal yang digunakan oleh sektor-sektor lainnya
tempat tinggal yang terdiri dari input antara dan input primer atau nilai tambah
bruto. Bila dihitung besarnya koefisien input maka dapat dilakukan analisis
28
Matrik koefisien input dari Tabel I-O Konstruksi sangat memegang peranan
29
30
3 PERAN SEKTOR KONSTRUKSI
DALAM PEREKONOMIAN INDNESIA
Nilai tambah bruto yang dikenal dengan input primer adalah biaya yang
timbul akibat dari pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan ekonomi. Faktor
produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan.
Nilai Tambah Bruto terdiri atas upah dan gaji, surplus usaha (keuntungan, bunga
modal, sewa tanah dan pajak langsung), penyusutan barang modal dan pajak tak
langsung neto. Nilai Tambah Bruto sering pula disebut sebagai balas jasa faktor
produksi. Jumlah Nilai Tambah Bruto seluruh sektor ekonomi itulah yang disebut
mengalami kenaikan setiap tahunnnya. Pada tahun 2000, nilai PDB Indonesia atas
dasar harga berlaku sebesar 1.389,8 triliun rupiah, pada tahun 2001 menjadi 1.646,3
triliun rupiah dan terus meningkat setiap setiap tahunnya hingga pada tahun 2011
menjadi 7.427,1 triliun rupiah (tabel 3.1.). Peningkatan nilai PDB tersebut disebabkan
Peningkatan nilai PDB di atas tidak terlepas dari peningkatan nilai tambah
bruto yang diciptakan oleh sektor konstruksi, yang dalam PDB Indonesia termasuk
31
dalam sektor ke lima. Nilai tambah bruto yang diciptakan oleh sektor konstruksi
pada tahun 2000 sebesar 76,6 triliun rupiah, pada tahun 2001 menjadi 93,8 triliun
rupiah dan terus meningkat setiap setiap tahunnya hingga pada tahun 2011 menjadi
756,5 triliun rupiah atau meningkat hampir sembilan kali lipat dibandingkan tahun
2000.
Tabel 3.1.
PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2000-2011 (Triliun Rp)
SEKTOR 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**
1. Pertanian 216.8 251.7 281.6 305.8 329.1 364.2 433.2 541.9 716.7 857.2 985.4 1,093.5
2. Pertambangan & Penggalian 167.7 181.8 160.9 167.6 205.3 309.0 366.5 440.6 541.3 592.1 718.1 886.2
3. Industri Pengolahan 385.6 478.3 523.2 568.9 644.3 760.4 919.5 1,068.7 1,376.4 1,477.5 1,595.8 1,803.5
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 8.4 10.9 15.4 19.1 23.7 26.7 30.4 34.7 40.9 46.7 49.1 55.7
5. Konstruksi 76.6 93.8 110.5 125.3 151.2 195.1 251.1 305.0 419.7 555.2 660.9 756.5
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 224.5 265.0 312.2 335.1 368.6 431.6 501.5 592.3 691.5 744.5 882.5 1,022.1
7. Pengangkutan & Komunikasi 65.0 77.2 98.0 118.9 142.3 180.6 231.5 264.3 312.2 353.7 423.2 491.2
8. Keu., Real Estate & Js Prshan 115.5 135.4 154.4 174.1 194.4 230.5 269.1 305.2 368.1 405.2 466.6 535.0
9. Jasa-Jasa 129.8 152.3 165.6 198.8 236.9 276.2 336.3 398.2 481.8 574.1 654.7 783.3
PRODUK DOMESTIK BRUTO 1,389.8 1,646.3 1,821.8 2,013.7 2,295.8 2,774.3 3,339.2 3,950.9 4,948.7 5,606.2 6,436.3 7,427.1
*) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara
Industri Pengolahan, Sektor Pertanian, dan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran,
dengan sumbangan nilai tambah brutonya terhadap PDB tahun 2011 masing-masing
32
sebesar 24,3 persen; 14,7 persen; dan 13,8 persen. Sedangkan Sektor Konstruksi
mengalami penurunan. Pada tahun 2000, sumbangan nilai tambah bruto Sektor
Konstruksi sebesar 5,5 persen, meningkat menjadi 5,7 persen tahun 2001, dan terus
meningkat hingga mencapai 10,2 persen tahun 2011. Sebaliknya Sektor Industri
Pengolahan mengalami penurun andil nilai tambah bruto dari 27,7 persen tahun
2000 menjadi 24,3 persen tahun 2010. Demikian pula Sektor Pertanian dari 15,6
Tabel 3.2.
Distribusi PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2000-2011 (Persen)
SEKTOR 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011**
1. Pertanian 15.6 15.3 15.5 15.2 14.3 13.1 13.0 13.7 14.5 15.3 15.3 14.7
2. Pertambangan & Penggalian 12.1 11.0 8.8 8.3 8.9 11.1 11.0 11.2 10.9 10.6 11.2 11.9
3. Industri Pengolahan 27.7 29.1 28.7 28.3 28.1 27.4 27.5 27.0 27.8 26.4 24.8 24.3
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0.6 0.7 0.8 1.0 1.0 1.0 0.9 0.9 0.8 0.8 0.8 0.7
5. Konstruksi 5.5 5.7 6.1 6.2 6.6 7.0 7.5 7.7 8.5 9.9 10.3 10.2
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 16.2 16.1 17.1 16.6 16.1 15.6 15.0 15.0 14.0 13.3 13.7 13.8
7. Pengangkutan & Komunikasi 4.7 4.7 5.4 5.9 6.2 6.5 6.9 6.7 6.3 6.3 6.6 6.6
8. Keu., Real Estate & Js Prshan 8.3 8.2 8.5 8.6 8.5 8.3 8.1 7.7 7.4 7.2 7.2 7.2
9. Jasa-Jasa 9.3 9.2 9.1 9.9 10.3 10.0 10.1 10.1 9.7 10.2 10.2 10.5
PRODUK DOMESTIK BRUTO 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
*) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara
tambah bruto atas dasar harga berlaku yang diciptakan oleh sektor ini mengalami
33
kenaikan atau pertumbuhan yang cukup tinggi dan pertumbuhannya di atas
Indonesia terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2001, ekonomi Indonesia tumbuh
sebesar 3,6 persen, tahun 2002 tumbuh 4,5 persen, dan terus meningkat hingga
tahun 2007 menjadi 6,3 persen. Pada pertengahan tahun 2008, terjadi krisis finansial
sebesar 4,6 persen melambat dibandingkan tahun 2008 yang tumbuh 6,0 persen.
yang memberikan kontribusi nilai tambah bruto yang besar, seperti Sektor Industri
34
Tabel 3.3.
Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2001-2011 (Persen)
SEKTOR 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011** Rata2
1. Pertanian 3.3 3.4 3.8 2.8 2.7 3.4 3.5 4.8 4.0 3.0 3.0 3.4
2. Pertambangan & Penggalian 0.3 1.0 (1.4) (4.5) 3.2 1.7 1.9 0.7 4.5 3.6 1.4 1.1
3. Industri Pengolahan 3.3 5.3 5.3 6.4 4.6 4.6 4.7 3.7 2.2 4.7 6.2 4.6
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 7.9 8.9 4.9 5.3 6.3 5.8 10.3 10.9 14.3 5.3 4.8 7.7
5. Konstruksi 4.6 5.5 6.1 7.5 7.5 8.3 8.5 7.6 7.1 7.0 6.7 6.9
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 3.9 4.3 5.4 5.7 8.3 6.4 8.9 6.9 1.3 8.7 9.2 6.3
7. Pengangkutan & Komunikasi 8.1 8.4 12.2 13.4 12.8 14.2 14.0 16.6 15.8 13.4 10.7 12.7
8. Keu., Real Estate & Js Prshan 6.8 6.7 6.7 7.7 6.7 5.5 8.0 8.2 5.2 5.7 6.8 6.7
9. Jasa-Jasa 3.2 3.8 4.4 5.4 5.2 6.2 6.4 6.2 6.4 6.0 6.7 5.4
PRODUK DOMESTIK BRUTO 3.6 4.5 4.8 5.0 5.7 5.5 6.3 6.0 4.6 6.2 6.5 5.3
*) Angka Sementara; **) Angka Sangat Sementara
35
36
4 HASIL PENYUSUNAN DAN
ANALISIS TABEL I-O KONSTRUKSI
secara lebih mendalam melalui Tabel I-O, begitu pula halnya dengan kegiatan
konstruksi yang dapat dianalisis melalui Tabel I-O Konstruksi 2010. Dari tabel
makro, baik secara agregat maupun sektoral. Pada bab ini akan dianalisis
dan analisis struktur input, analisis keterkaitan, dan analisis dampak yang
Perbedaan teknis analisis dalam konteks PDB dan tabel I-O adalah jangka
waktu perhitungannya. PDB disusun secara periodis dalam waktu tahunan dan
triwulanan, sedangkan Tabel I-O hanya disusun dalam waktu lima tahunan.
Selain itu, PDB hanya menyajikan data mengenai nilai tambah dari masing-
lain, dari PDB dapat diturunkan data mengenai laju pertumbuhan ekonomi
37
maupun sektoral dan inflasi (pada tingkat produsen), sedangkan pada tabel I-O
Sementara itu, dari hasil pengolahan data yang dilakukan dalam kegiatan ini,
data yang diperoleh dapat dikelompokan kedalam dua kelompok, yaitu data primer
yang diperoleh melalui survei dan data sekunder yang diperoleh melalui kunjungan
dan telah dilakukan pengolahan. Hasil pengolahan data primer tersebut akan
dilakukan analisis ringkas pada bagian ini. Sedangkan hasil penyusunan Tabel I-O
berbagai produk barang dan jasa dalam proses produksinya. Yang dimaksud
dengan biaya (input) disini adalah pengeluaran untuk pembelian output yang
dihasilkan oleh sektor-sektor lain, baik yang berasal dari produk dalam negeri
maupun luar negeri. Kedua, input primer atau sering disebut dengan nilai tambah
38
pembayaran balas jasa faktor produksi atas keterlibatan berbagai faktor
produksi1 dalam proses produksi. Komponen ini terdiri dari upah dan gaji,
surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto (pajak tak langsung
dikurangi subsidi).
Struktur input antara atau sering juga disebut sebagai biaya antara
bahan bangunan. Ini berarti bahwa kebutuhan input di masing-masing sektor akan
sangat bervariasi tergantung pada kebutuhan sektor itu sendiri dalam kegiatan
demikian maka berarti bahwa besaran komponen nilai tambah bruto di tiap-
tiap sektor akan ditentukan oleh besaran output yang dihasilkan serta besaran
total input antara yang dikeluarkan, dalam proses produksi tersebut. Oleh
sebab itu, suatu sektor yang memiliki output yang besar belum tentu
memiliki nilai tambah yang besar, karena tergantung pada besaran biaya
produksinya. Sebaliknya output yang kecil belum tentu memiliki nilai tambah
yang kecil. Bahkan ada beberapa kegiatan yang mempunyai output yang kecil
tetapi menciptakan nilai tambah yang besar. Diasumsikan semakin kecil input
1
Yang dimaksud dengan faktor produksi meliputi tanah, tenaga kerja, kapital (modal) dan keahlian
39
Pada keseimbangan makro (secara agregat) total input antara ini akan
langsung pelaku ekonomi (produsen) atas penggunaan habis barang dan jasa
dalam proses produksi2. Barang dan jasa yang dihasilkan dari proses tersebut
akan mempunyai nilai lebih tinggi dan mempunyai manfaat yang lebih
mendekati kebutuhan konsumen. Dalam tabel I-O interaksi pelaku ekonomi tersebut
Pada sisi lain, secara konsep dijelaskan bahwa pada keseimbangan makro
(nasional) total NTB yang terletak pada kuadran III akan sama dengan total
permintaan akhir (final demand) pada kuadran II. Persamaan dasar ini
Y = C + PMTB + S + (X - M)
dimana :
Y = pendapatan (NTB)
C = konsumsi
PMTB = pembentukan modal tetap bruto
2
Struktur input antara dibaca secara kolom (vertikal) sedangkan struktur permintaan antara dibaca
secara baris (horizontal)
40
S = perubahan stok
X = ekspor
M = impor
sisi pendapatan dan sisi pengeluaran. Pendapatan yang dinotasikan dengan simbol
arti setelah terjadinya proses saling menghilangkan antara transaksi biaya antara
Perbandingan antara total struktur biaya/permintaan antara dan total nilai tambah
Pada tabel 4.1. dilihatkan bahwa total output ataupun total input seluruh
barang dan jasa yang tercipta pada tahun 2010 adalah sebesar 13.104 triliun rupiah.
Dari jumlah tersebut sebesar 1.925 triliun rupiah atau sekitar 14,69 persen
merupakan output yang berasal dari sektor konstruksi sedangkan sisanya sebesar
11.179 triliun rupiah atau sekitar 85,31 persennya merupakan output dari sektor
ekonomi lainnya. Jika diamati lebih lanjut, dari total output sektor konstruksi
terbesar berasal dari sektor bangunan tempat tinggal yang mencapai 567 triliun
41
rupiah atau 4,33 persen dari total output seluruh sektor. Sektor konstruksi lain yang
cukup besar memberikan kontribusi output terbesar adalah sektor jalan dan
jembatan non tol - flexible 416 triliun rupiah (3,18 persen) dan sektor bangunan
bukan tempat tinggal 362 triliun rupiah (2,76 persen). Sementara itu, sektor
konstruksi yang paling kecil dalam kontribusi outputnya adalah sektor jalan dan
Tabel 4.1.
Struktur Output Sektor Konstruksi
Tahun 2010
Berdasarkan tabel 4.2. menunjukan bahwa total NTB seluruh ekonomi yang
tercipta pada tahun 2010 adalah sebesar 6.604 triliun rupiah. Dari jumlah tersebut
sebesar 621 triliun rupiah atau sekitar 9,40 persen merupakan nilai tambah yang
berasal dari sektor konstruksi sedangkan sisanya sebesar 5.983 triliun rupiah atau
sekitar 90,60 persennya merupakan nilai tambah dari sektor ekonomi lainnya. Jika
42
diamati lebih lanjut, dari total nilai tambah sektor konstruksi terbesar berasal dari
sektor bangunan tempat tinggal yang mencapai 192 triliun rupiah atau 2,91 persen
dari total nilai tambah seluruh sektor. Sektor konstruksi lain yang cukup besar
memberikan kontribusi output terbesar adalah bangunan bukan tempat tinggal 129
triliun rupiah (1,95 persen), sektor jalan dan jembatan non tol flexible sebesar 103
triliun rupiah (1,55 persen) dan sektor bangunan prasarana pertanian memberikan
kontribusi sebesar 67 triliun rupiah (1,01 persen). Sementara itu, sektor konstruksi
yang paling kecil dalam kontribusi nilai tambahnya adalah sektor jalan dan
Tabel 4.2.
Struktur NTB Sektor Konstruksi
Tahun 2010
43
Dari tabel 4.3. dibawah ini menunjukan bahwa total output3 ataupun total
input seluruh barang dan jasa yang tercipta pada tahun 2010 adalah sebesar 13.104
triliun rupiah. Dari jumlah tersebut sebesar 6.500 triliun rupiah atau sekitar 49,6
persen merupakan input antara sedangkan sisanya sebesar 6.604 triliun rupiah atau
sekitar 50,4 persennya merupakan input primer (nilai tambah bruto)4. Dari total nilai
tambah bruto seluruh sektor ekonomi, sekitar 621 triliun rupiah (32,3 persen)
Tabel 4.3.
Struktur Input Sektor Konstruksi
Tahun 2010
3
Dalam Tabel Input-Output, dengan keadaan seimbang maka total input suatu sektor (dinotasikan dengan
kode 210) harus sama dengan total output domestiknya atau yang diartikan sebagai output yang dihasilkan di
wilayah domestik (dinotasikan dengan kode 600
4Rasio nilai tambah bruto merupakan perbandingan nilai tambah bruto suatu sektor terhadap
outputnya. Dengan kata lain, rasio ini menunjukan bahwa dari satu unit output yang dihasilkan akan tercipta nilai
tambah sebesar rasio tersebut. Rasio ini merupakan kebalikan dari rasio input antara, apabila rasio input antara
kecil maka rasio nilai tambah besar atau sebaliknya.
44
Dari total output sektor konstruksi sebesar 1.924 triliun rupiah, 1.304 triliun
rupiah (67,7 persen) merupakan nilai input antara sedangkan sisanya 621 triliun
rupiah (32,3 persen) merupakan input primer. Oleh karenanya, rasio nilai tambah
sektor konstruksi tahun 2010 sebesar 32,3 persen lebih kecil dibandingkan rasio nilai
tambah seluruh ekonomi Indonesia yang mencapai 50,4 persen. Rasio ini
memberikan pengertian bahwa setiap 100 rupiah output yang dihasilkan oleh sektor
konstruksi membutuhkan biaya antara sebanyak 67,7 rupiah dan menghasilkan nilai
Jika diamati lebih lanjut, sektor-sektor kontruksi yang memiliki rasio nilai
tambah terbesar adalah sektor bangunan lainnya dengan rasio nilai tambah sebesar
54,6 persen; sektor jalan dan jembatan non tol-rigit dengan rasio nilai tambah
sebesar 46,9 persen; sektor bangunan air minum dengan rasio nilai tambah sebesar
36,8 persen;. sektor bangunan bukan tempat tinggal sebesar 35,6 persen, sektor
bangunan tempat tinggal sebesar 33,9 persen, sektor pelabuhan 30,6 persen dan
sektor jalan dan jembatan tol dengan rasio nilai tambah sebesar 30,3 persen. Sektor-
sektor konstruksi lainnya umumnya memiliki rasio nilai tambah dibawah 30 persen.
Sedangkan sektor konstruksi yang memiliki rasio nilai tambah terkecil adalah sektor
bangunan dan instalasi listrik, gas dan komunikasi yang hanya sebesar 23,8 persen.
Semakin tinggi rasio nilai tambah suatu sektor menunjukkan sektor tersebut
45
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa komponen nilai tambah bruto
meliputi upah dan gaji, surlus usaha, penyusutan, pajak tak langsung dikurangi
subsidi. Sama halnya dengan sektor konstruksi, secara keseluruhan dari total nilai
tambah yang diciptakan oleh sektor konstruksi sebesar 621 triliun rupiah (tabel 4.3).
Bila nilai tambah ini dirinci maka akan terlihat besarnya setiap komponen nilai
tambah yang meliputi upah dan gaji 227 triliun rupiah (36,55 persen), surplus usaha
312 triliun rupiah (50,30 persen), penyusutan 58 triliun rupiah (9,30 persen), dan
Tabel 4.3.
Struktur Input Primer Sektor Konstruksi, Tahun 2010
(Milliar Rp)
Sektor Konstruksi
- Nilai (Milliar Rp) 226.965 312.355 57.729 23.954 0 621.003
- Persentase (%) 36,55 50,30 9,30 3,86 0,00 100,00
Sektor Lainnya
- Nilai (Milliar Rp) 1.830.742 3.449.203 583.433 254.244 (134.465) 5.983.158
- Persentase (%) 30,60 57,65 9,75 4,25 (2,25) 100,00
46
4.2. Struktur Penyediaan dan Permintaan
Dalam tabel input-output, dapat pula dilihat pola penyedian dan permintaan
suatu sektor secara keseluruhan, hal ini disebabkan tabel IO telah mampu
Secara keseluruhan, total penyediaan sektor konstruksi pada tahun 2010 sebesar
konstruksi tahun sebesar 2010 sebesar 1.932 triliun rupiah. Besarnya permintan
tersebut digunakan dalam bentuk permintaan antara sebesar 154 triliun rupiah atau
7,98 persen dan sisanya sebesar 1.778 triliun (92,02 persen) dipakai sebagai
permintaan akhir. Dari total permintaan sektor kontruksi, sebagian besar digunakan
untuk permintaan akhir sektor kontruksi dalam bentuk pembentukan modal tetap
bruto (PMTB). Total pembetukan modal tetap bruto sektor konstruksi tahun 2010
tercatat sebesar 1.774 triliun rupiah atau 91,81 persen dari total permintaan. Dari
total PMTB sektor kontrsuksi tersebut, PMTB yang diciptakan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum (PMTB PU) tercatat sebesar 22 triliun rupiah atau sebesar 1,12
persen dar total permintaan. Sedangkan PMTB yang diciptakan selain Kementerian
Pekerjaan Umum (PMTB Non PU) tercatat sebesar 1.752 triliun rupiah atau sebesar
47
Tabel 4.4.
Struktur Permintaan dan Penyediaan Sektor Konstruksi, Tahun 2010
(Milliar Rp)
Permintaan
Permintaan Akhir Total
Kode Total
Sektor Permintaan Permintaan
IO Penyediaan
Antara PMTB PU PMTB NPU Akhir Total Permintaan
Lainnya
93 Bangunan tempat tinggal 54.557 320 512.430 404 513.154 567.711 567.711
94 Bangunan bukan tempat tinggal 27.986 204 333.514 258 333.975 361.961 361.961
95 4.337
Bangunan dan instalasi listrik gas dan komunikasi 3.634 49.132 380 53.146 57.483 57.483
96 Bangunan air minum 2.121 1.946 26.522 210 28.678 30.799 30.799
97 Prasarana pertanian 12.968 1.759 216.531 125 218.415 231.382 231.382
98 Jalan dan jembatan tol 576 - 6.637 30 6.667 7.243 7.243
99 Jalan dan jembatan non tol - rigit 3.705 1.345 41.365 192 42.902 46.607 46.607
100 Jalan dan jembatan non tol - flexible 33.343 12.109 372.288 1.725 386.122 419.466 419.466
101 Pelabuhan 8.660 - 124.894 552 125.445 134.105 134.105
102 Bangunan lainnya 5.998 342 68.845 206 69.392 75.390 75.390
Sektor Konstruksi
- Nilai (Milliar Rp) 154.251 21.661 1.752.157 4.080 1.777.898 1.932.149 1.932.149
- Persentase (%) 7,98 1,12 90,68 0,21 92,02 100,00 100,00
Sektor Lainnya
- Nilai (Milliar Rp) 6.427.180 321 310.450 5.998.686 6.309.456 12.736.636 12.736.636
- Persentase (%) 50,46 0,00 2,44 47,10 49,54 100,00 100,00
Lainnya
hanya bisa digambarkan melalui besaran transaksi input maupun output antar
sektor sektor tersebut, tetapi bisa dinyatakan dalam ukuran-ukuran lain seperti
daya penyebaran dan derajat kepekaan. Ukuran ini merupakan analisis yang
juga dapat diturunkan dari tabel I-O yang digunakan untuk menggambarkan
48
hubungan sebab-akibat dari adanya perubahan dalam permintaan terhadap sisi
hubungan sebab akibat dari suatu sistem mata rantai kegiatan ekonomi. Apabila
hanya menjelaskan transaksi barang dan jasa yang diperlukan oleh setiap sektor
perubahan-perubahan.
bahan-bahan hasil galian segala jenis, semen, aspal dan lainnya yang digunakan
untuk menghasilkan output yang berupa jasa konstruksi. Di samping itu, juga
akan lebih bersifat statis selama tidak ada perubahan dalam permintaan.
49
Seandainya, dalam perekonomian nasional terjadi perubahan permintaan
semen, pasir, dan aspal yang merupakan produk dari sektor pertambangan dan
50
dampak tidak langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi sebagai suatu sistem
Oleh sebab itu, salah satu keunggulan analisis dengan model I-O adalah
keterkaitan antar berbagai sektor produksi. Hubungan yang dapat digambarkan ini
berupa :
(hubungan) dengan asal bahan mentah ataupun bahan baku yang digunakan
Jadi besarnya tingkat keterkaitan ini juga bisa dilihat dari dua sisi, yaitu
tingkat keterkaitan ke depan atau disebut juga derajat kepekaan dan tingkat
dalam analisis maka dari daya penyebaran dan derajat kepekaan tersebut
diturunkan pula indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Fungsi dari
indeks ini adalah untuk menormalisasikan angka hasil perhitungan yang cara
Klasifikasi batasan indeks penyebaran ini adalah sama dengan 1, lebih kecil
dari 1, atau lebih besar dari 1. Apabila rasio sama dengan 1 maka daya penyebaran
51
sektor tersebut sama dengan daya penyebaran seluruh sektor ekonomi, tetapi
apabila rasio lebih kecil dari 1 berarti daya penyebarannya lebih rendah dari daya
penyebaran seluruh sektor dan seterusnya. Pengertian yang sama juga berlaku
untuk indeks derajat kepekaan yang juga bergerak diantara nilai 1, sama dengan,
lebih kecil atau lebih besar. Jika sama dengan 1 berarti derajat kepekaan sektor
tersebut diatas rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi dan seterusnya.
Selama ini, para ahli telah menggunakan kedua indeks pada ukuran tersebut
dalam menganalisa dan menentukan sektor-sektor kunci (key sectors) yang perlu
dan akan dikembangkan dalam pembangunan ekonomi di suatu wilayah. Selain itu
juga untuk mengkaji apabila input yang digunakan untuk proses produksi dalam
adanya impor. Untuk melihat daya penyebaran dan derajat kepekaan sektor
Tabel 4.5.
Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Sektor Konstruksi, Tahun 2010
52
Data pada tabel 4.5. menunjukan bahwa secara total rasio daya penyebaran
sektor konstruksi berada diantara 1,57997 dan 1,95480, dimana yang terkecil
merupakan rasio dari sektor bangunan lainnya sedangkan rasio yang terbesar dari
sektor bangunan dan instalasi listrik, gas dan komunikasi. Secara total rasio
derajat kepekaan berada diantara 1,03447 dan 1,67301 dimana yang terkecil berada
pada sektor bangunan air minum dan yang terbesar pada sektor jalan dan jembatan
dimiliki oleh sektor bangunan dan instalasi listrik, gas dan komunikasi, sektor
jalan dan jembatan non tol - flexible, dan sektor prasarana pertanian dengan
masing-masing sebesar 1,95480; 1,94332 dan 1,86035. Hal ini memberikan indikasi
Sedangkan untuk indeks daya penyebaran terkecil dimiliki oleh sektor jalan
dan jembatan tol rigit dan sektor bangunan lainnya, masing-masing sebesar
sektor-sektor lainnya.
nilai total derajat kepekaan terbesar adalah sektor jalan dan jembatan non tol
flexible dan sektor bangunan tempat tinggal mempunyai total derajat kepekaan
53
yang besar, masing-masing sebesar 1,67301 dan 1,51524. Hal ini memberikan
depan atau daya dorong yang cukup kuat didalam mempengaruhi aktivitas
Untuk sektor bangunan dan instalasi listrik, gas dan komunikasi dan sektor
masing sebesar 1,06930 dan 1,03447, yang berarti kedua sektor tersebut
konstruksi lainnya.
bangunan dan instalasi listrik, gas dan komunikasi sebesar 1,95480. Angka ini
mengandung pengertian bahwa jika terjadi kenaikan satu rupiah permintaan akhir
atas sektor bangunan dan instalasi listrik, gas dan komunikasi maka akan
produksi sebesar 1,95480 rupiah. Total derajat kepekaan terbesar sektor konstruksi
berada pada sektor jalan dan jembatan non tol flexible sebesar 1,67301. Angka ini
mengandung pengertian bahwa jika terjadi kenaikan satu rupiah permintaan dari
terhadap kenaikan output sektor jalan dan jembatan sebesar 1,67301 rupiah.
54
tersebut mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sektor-sektor ekonomi
daya dorong yang cukup kuat dibandingkan terhadap sektor lainnya. Selain itu
Dari Tabel 4.5. diatas tampak bahwa sektor konstruksi yang mempunyai
indeks daya penyebaran yang cukup tinggi adalah sektor-sektor bangunan dan
instalasi listrik, gas dan komunikasi, sektor jalan dan jembatan non tol flexible dan
adalah sektor jalan dan jembatan non tol flexible dan sektor bangunan tepat
(dibawah 1) atau dapat juga sebaliknya. Sektor konstruksi yang memiliki indeks
daya penyebaran tinggi (diatas 1) dan juga memiliki indeks derajat kepekaan tinggi
55
4.4. Analisis Dampak
sektor ekonomi. Sebenarnya dampak dari kenaikan komponen permintaan akhir ini
juga memberikan pengaruh terhadap output, nilai tambah bruto, kebutuhan tenaga
kerja, maupun kebutuhan impor. Dalam bagian ini akan dianalisis dampak dari
kenaikan permintaan akhir terhadap penciptaan output maupun nilai tambah bruto,
permintaan akhir. Artinya jumlah output yang dapat di produksi tergantung dari
stok dan ekspor barang maupun jasa. Dengan demikian maka dampak terhadap
56
dihitung besaran output yang dipengaruhi oleh masing-masing perubahan pada
Tabel 4.6.
Output Sektor-sektor Konstruksi
Yang Dipengaruhi Oleh Masing-Masing Komponen Permintaan Akhir
Tahun 2010
Sektor Konstruksi 61.349 35.081 21.920 1.778.098 367 21.074 7.035 1.924.924
Sektor Lainnya 5.881.049 931.321 19.183 1.715.099 53.854 2.345.481 233.219 11.179.206
Seluruh Sektor Ekonomi 5.942.398 966.401 41.104 3.493.197 54.221 2.366.555 240.254 13.104.131
Berdasarkan data pada tabel 4.6. diatas apabila diamati menurut baris, maka
miliar rupiah dari sejumlah 1.925 triliun rupiah. Dapat dilihat bahwa dari output
bangunan tempat tinggal (sektor 93) sebesar 566.995 miliar rupiah yang
Pekerjaan Umum (PMTB PU) sebesar 456 miliar rupiah, pembentukan modal
57
tetap bruto selain Kementerian Pekerjaan Umum (PMTB Non PU) 523 triliun
rupiah, perubahan stok 159 miliar rupiah, ekspor barang 6.047 miliar rupiah, dan
Pada sektor jalan dan jembatan non tol flexible (sektor 100) total output
yang terbentuk sebesar 416.411 miliar rupiah. Total output ini terbentuk akibat
sebesar 9.790 miliar rupiah, pembentukan modal tetap bruto Kementerian Pekerjaan
Umum (PMTB PU) sebesar 12.158 miliar rupiah, pembentukan modal tetap bruto
selain Kementerian Pekerjaan Umum (PMTB Non PU) sebesar 378.865 miliar rupiah,
perubahan stok 79 miliar rupiah, ekspor barang sebesar 5.680 miliar rupiah dan
pada sektor bangunan tempat tinggal sebesar 26.890 miliar, sektor bangunan bukan
tempat tinggal 13.852 miliar rupiah, sektor bangunan dan instalasi listrik, gas dan
58
Konsumsi pemerintah (sektor 302) sebesar 35.081 miliar rupiah yang
pada sektor bangunan tempat tinggal sebesar 9.228 miliar rupiah, sektor bangunan
bukan tempat tinggal 4.728 miliar rupiah, sektor jalan dan jembatan non tolflexible
sebesar 9.790 miliar rupiah dan seterusnya. Cara pengamatan yang sama dapat
dilakukan terhadap komponen permintaan akhir lainnya (sektor 303 sampai dengan
Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian
dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan
dalam penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara NTB dengan output bersifat
proporsional oleh kenaikan dan penurunan NTB. Atau dalam pengertian lain
kenaikan dan penurunan NTB juga disebabkan oleh perubahan pada output.
Akibat dari hubungan tersebut maka melalui persamaan V=V.(I-A)-1.F, dapat pula
permintaan akhir.
dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Tetapi dalam
59
tambah disini hanyalah dilihat secara keseluruhan saja (totalitas), yang hasil
Tabel 4.7.
NTB Sektor-sektor Konstruksi
Yang Dipengaruhi Oleh Masing-Masing Komponen Permintaan Akhir
Tahun 2010
Sektor Konstruksi 20.600 11.000 6.161 574.251 122 6.682 2.187 621.003
Sektor Lainnya 3.076.995 521.966 10.347 897.236 31.650 1.240.069 123.434 5.901.697
Seluruh Sektor Ekonomi 3.097.595 532.966 16.508 1.471.487 31.772 1.246.752 125.620 6.522.700
Berdasarkan data pada tabel 4.7 diatas apabila diamati menurut baris,
maka secara umum sebagian besar nilai tambah sektor-sektor konstruksi terbentuk
oleh permintaan akhir dari konsumsi rumahtangga, yaitu sebesar 20.600 miliar
rupiah dari total 621.003 miliar rupiah nilai tambah yang tercipta di sektor
kontruksi. Dapat dilihat bahwa dari nilai tambah bangunan tempat tinggal (sektor
93) sebesar 192.347 miliar rupiah yang terbentuk dari konsumsi rumahtangga
pembentukan modal tetap bruto Kementerian Pekerjan Umum (PMTB PU) sebesar
60
155 miliar rupiah, pembentukan modal tetap bruto selain Kementerian Pekerjan
Umum (PMTB Non PU) sebesar 177.370 miliar rupiah, perubahan stok sebesar
54 miliar rupiah, ekspor barang sebesar 2.051 miliar rupiah, dan ekspor jasa sebesar
Pada sektor jalan dan jembatan non flexible (sektor 100) nilai tambahnya
sebesar 102.510 miliar rupiah yang terbentuk dari konsumsi rumahtangga sebesar
pembentukan modal tetap bruto Kementerian Pekerjan Umum (PMTB PU) sebesar
2.993 miliar rupiah, pembentukan modal tetap bruto selain Kementerian Pekerjan
Umum (PMTB Non PU) sebesar 93.267 miliar rupiah, perubahan stok sebesar 19
miliar rupiah, ekspor barang sebesar 1.398 miliar rupiah dan ekspor jasa sebesar 614
yaitu pada sektor bangunan tempat tinggal sebesar 9.122 miliar rupiah, sektor
bangunan bukan tempat tinggal 4.935 miliar rupiah, sektor prasarana pertanian
61
Konsumsi pemerintah (sektor 302) sebesar 11.000 miliar rupiah yang
yaitu pada sektor bangunan tempat tinggal sebesar 3.131 miliar rupiah, sektor
bangunan bukan tempat tinggal 1.684 miliar rupiah, sektor jalan dan jembatan non
tolflexible sebesar 2.410 miliar rupiah dan seterusnya. Cara pengamatan yang sama
dapat dilakukan terhadap komponen permintaan akhir lainnya (sektor 303 sampai
Pendapatan rumahtangga (Income) adalah input primer (upah dan gaji) yang
merupakan bagian dari input secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang
digunakan dalam penyusunan tabel I-O, maka hubungan antara pendapatan dengan
output bersifat linier. Artinya kenaikan atau penurunan output akan diikuti secara
proporsional oleh kenaikan dan penurunan pendapatan. Atau dalam pengertian lain
kenaikan dan penurunan pendapatan juga disebabkan oleh perubahan pada output.
Akibat dari hubungan tersebut maka melalui persamaan I=I.(I-A)-1.F, dapat pula
permintaan akhir.
Komponen nilai tambah yang dicakup disini meliputi upah dan gaji,
surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto.Tetapi dalam pengukuran
62
disini hanyalah dilihat komponen upah dan gaji saja, yang hasil pengukurannya
Tabel 4.8.
Pendapatan Sektor-sektor Konstruksi
Yang Dipengaruhi Oleh Masing-Masing Komponen Permintaan Akhir
Tahun 2010
Berdasarkan data pada tabel 4.8 diatas apabila diamati menurut baris, maka
secara umum sebagian besar pendapatan (komponen upah dan gaji) sektor-sektor
sebesar 7.107 miliar rupiah dari sejumlah 226.965 miliar rupiah. Dapat dilihat bahwa
dari pendapatan bangunan tempat tinggal (sektor 93) sebesar 59.870 miliar rupiah
yang terbentuk dari konsumsi rumahtangga sebesar 2.839 miliar rupiah; konsumsi
63
Pekerjaan Umum (PMTB PU) sebesar 48 miliar rupiah, pembentukan modal tetap
bruto selain Kementerian Pekerjaan Umum (PMTB PU) sebesar 55.208 miliar rupiah,
perubahan stok sebesar 17 miliar rupiah, ekspor barang sebesar 639 miliar rupiah,
Pada sektor jalan dan jembatan non tolflexible (sektor 100) sebesar 42.096
miliar rupiah yang terbentuk dari konsumsi rumahtangga sebesar 742 miliar rupiah,
konsumsi pemerintah sebesar 990 miliar rupiah, pembentukan modal tetap bruto
pembentukan modal tetap bruto selain Kementerian Pekerjaan Umum (PMTB Non
PU) sebesar 38.300 miliar upiah, perubahan stok sebesar 8 miliar rupiah, ekspor
barang sebesar 574 miliar rupiah dan ekspor jasa sebesar 252 miliar rupiah.
bangunan tempat tinggal sebesar 2.839 miliar rupiah, sektor bangunan bukan
tempat tinggal sebesar 1.536 miliar rupiah, sektor prasarana pertanian 586 miliar
64
Konsumsi pemerintah (sektor 302) sebesar 4.140 miliar rupiah yang
pada sektor bangunan tempat tinggal sebesar 974 miliar rupiah, sektor bangunan
bukan tempat tinggal 524 miliar rupiah, sektor jalan dan jembatan non tolflexible
990 miliar rupiah dan seterusnya. Cara pengamatan yang sama dapat dilakukan
terhadap komponen permintaan akhir lainnya (sektor 303 sampai dengan 306)
65
66
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
persen). Hal ini dapat menjadikan sektor konstruksi sebagai salah satu
secara keseluruhan.
satu atau dua data penunjang (data rencana anggaran biaya/RAB) dari
67
kegiatan tersebut. Selain itu, keterbatasan pengetahuan dalam bidang
(supply chain), juga menjadi salah satu faktor kendala dalam penelitian
ini.
5.2. Saran
terutama pada bidang Cipta Karya (Air minum, air limbah, drainase,
68
Lampiran 1
69
Lampiran 1
70
Lampiran 1
71
Lampiran 1
72
LAMPIRAN 2
73
LAMPIRAN 2
74
LAMPIRAN 2
75
LAMPIRAN 2
76
LAMPIRAN 2
77
LAMPIRAN 2
78
LAMPIRAN 2
79
LAMPIRAN 2
80
LAMPIRAN 2
81
LAMPIRAN 2
82
LAMPIRAN 2
83
LAMPIRAN 2
84
LAMPIRAN 2
85
LAMPIRAN 2
86
LAMPIRAN 2
87
LAMPIRAN 2
88
LAMPIRAN 2
89
LAMPIRAN 2
90
LAMPIRAN 2
91
LAMPIRAN 2
92
LAMPIRAN 2
93
LAMPIRAN 2
94
LAMPIRAN 2
95
LAMPIRAN 2
96
LAMPIRAN 2
97
LAMPIRAN 2
98
LAMPIRAN 2
99
LAMPIRAN 2
100
LAMPIRAN 2
101
LAMPIRAN 2
102
LAMPIRAN 3
103
LAMPIRAN 3
104
LAMPIRAN 3
105
LAMPIRAN 3
106
LAMPIRAN 3
107
LAMPIRAN 3
108
LAMPIRAN 3
109
LAMPIRAN 3
110
LAMPIRAN 3
111
LAMPIRAN 3
112
LAMPIRAN 3
113
LAMPIRAN 3
114
LAMPIRAN 3
115
LAMPIRAN 3
116
LAMPIRAN 3
117
LAMPIRAN 3
118
LAMPIRAN 3
119
LAMPIRAN 3
120
LAMPIRAN 3
121
LAMPIRAN 3
122
LAMPIRAN 3
123
LAMPIRAN 3
124
LAMPIRAN 3
125
LAMPIRAN 3
126
LAMPIRAN 3
127
LAMPIRAN 3
128
LAMPIRAN 3
129
LAMPIRAN 3
130
LAMPIRAN 3
131
LAMPIRAN 3
132
LAMPIRAN 4
133
LAMPIRAN 4
134
LAMPIRAN 4
135
LAMPIRAN 4
136
LAMPIRAN 4
137
LAMPIRAN 4
138
LAMPIRAN 4
139
LAMPIRAN 4
140
LAMPIRAN 4
141
LAMPIRAN 4
142
LAMPIRAN 4
143
LAMPIRAN 4
144
LAMPIRAN 4
145
LAMPIRAN 4
146
LAMPIRAN 4
147
LAMPIRAN 4
148
LAMPIRAN 4
149
LAMPIRAN 4
150
LAMPIRAN 4
151
LAMPIRAN 4
152
LAMPIRAN 4
153
LAMPIRAN 4
154
LAMPIRAN 4
155
LAMPIRAN 4
156
LAMPIRAN 4
157
LAMPIRAN 4
158
LAMPIRAN 4
159
LAMPIRAN 4
160
LAMPIRAN 4
161
LAMPIRAN 4
162
TIM PENYUSUN
Tim Pengarah
Tim Pelaksana
163