Anda di halaman 1dari 29

Anatomi Gigi

A.

A. Struktur Jaringan Gigi

Gigi terdiri dari beberapa jaringan pembentuk. Secara garis besar, jaringan pembentuk gigi
ada 3, yaitu email, dentin, dan pulpa.

I. Email

Email adalah lapisan terluar yang melapisi mahkota gigi. Email berasal dari epitel
(ektodermal) yang merupakan bahan terkeras pada tubuh manusia dan paling banyak mengandung
kalsium. Secara kimia, email merupakan Kristal yang terkalsifikasi dengan persentase bahan
anorganik 95-99 %, terutama sebagai kalsium fosfat, dalam bentuk Kristal apatit, dan bahan
matriks organic 1 %, dan sisanya adalah air.
Matriks organic email tidak terdiri atas serabut-serabut kolageb tetapi terdiri atas sekurang-
kurangnya 2 golongan protein heterogen yang disebut amelogenin dan enamelin. Enamelin terdiri
atas asam aspartat, serin, glisin, prolin, dan asam glutamate. Hidroksi apatit merupakan unsure
mineral yang paling banyak.
Email merupakan jaringan semitranslusen, sehingga warna gigi bergantung kepada warna
dentin di bawah email, ketebaan email, dan banyaknya stain pada email. Ketebalan email tidak
sama, paling tebal di daerah oklusal atau insisal dan makin menipis mendekati pertautannya
dengan sementum.
Unit structural email adalah prisma (batang) email, dengan substansi interprismatik di antara
prisma-prisma tersebut. Setiap batang terbentang pada keseluruhan tebal lapisan email. Setiap
prisma letaknya tegak lurus terhadap permukaan dentin, dari batas email-dentin ke permukaan
gigi. Tetapi di bagian tengah tersusun dalam bentuk sedikit spiral. Tiap prisma dibentuk oleh satu
ameloblas dan pada potongan melintang tampak seperti sisik serta dasar prisma-prisma email
tersebut berbentuk heksagonal.
Matriks email dihasilkan oleh sel-sel yang disebut ameloblas. Selsilindris tinggi ini
mempunyai banyak mitokondria di bawah inti reticulum endoplasma kasar dan kompleks golgi
yang berkembang baik. Setiap ameloblas memiliki juluran apical, dikenal sebagai prosesus Tomes.
Mengandung banyak granul sekresi. Granul ini mengandung protein yang menyusun matriks
email.
Adapun sifat fisik email, sebagai berikut :
1. Warna putih keabu-abuan transparan
2. Kekuatan tarikan kurang lebih 100 kg/cm2
3. Kekuatan kompressinya 2100 3500 kg/cm2
4. Bersifat getas
5. Ketebalan pada cusp kurang lebih 2,5 mm

Sifat termal email :


1. Meneruskan panas dengan konduksi
2. Tidak menghantarkan listrik tetapi mentransmisi listrik

Permeabilitas email :
1. Bersifat permiabel terhadap sejumlah material baik invivo/ invitro
2. Dapat dipenetrasi oleh molekul yang cukup besar pada suhu kamar/ suhu tubuh.
II. Dentin

Dentin merupakan komponen terbesar jaringan keras gigi. Di daerah mahkota ditutupi oleh
email, sedangkan di daerah akar ditutupi oleh sementum. Secara internal, dentin membentuk
dinding rongga pulpa.
Dentin membentuk bagian terbesar dari gigi dan merupakan jaringan yang telah mengalami
kalsifikasi sama seperti tulang, tetapi sifatnya lebih keras karena kadar garam kalsiumnya lebih
besar (80%) dalam bentuk hidroksi apatit. Zat antar sel organic (20%) terutama terdiri atas serat-
serat kolagen dan glikosaminoglikans, yang disintesis oleh sel yang disebut odontoblas.
Odontoblas membentuk selapis sel-sel yang terletak di pinggir pulpa menghadap permukaan
dalam dentin. Odontoblas berasal dari mesenkim, berbentuk silindris dan inti di bagian basal.
Sitoplasmanya basofilik dengan banyak RE bergranula, dan seluruh aparat golgi yang letaknya
supra nuclear.
Sel pada puncaknya yang menghadap dentin membentuk tonjolan sitoplasma panjang dan
halus yang disebut serat dentin dari Tomes. Serat-serat ini menembus seluruh tebal dentin dan
terletak dalam saluran-saluran kecil pada dentin dan disebut sebagai tubulus dentin. Dentin yang
berada tepat di sekitar tiap tubulus sifatnya lebih refringen dan disebut sebagai selubung Neumann.
Dentin muda yang baru terbentuk disebut sebagai predentin. Lapisan ini pada dasarnya tidak
mengandung mineral dan warnanya berbeda dari dentin. Predentin terdiri atas substansi dasar dan
serat-serat kolagen dibentuk oleh odontoblas. Di dalam dentin terdapat daerah-daerah kecil,
disebut ruang interglobular, yang hanya sebagian atau sama sekali tidak mengalami pengapuran.
Pembentukan dentin bersifat siklis dan tidak teratur, dan pada gigi yang telah lengkap
pertumbuhannya terdapat garis pertumbuhan incremental dari Owen, yang tampak sebagai
lingkaran pertumbuhan pada potongan melintang.
Dentin peka terhadap rasa raba, panas, dingin, dan konsentrasi ion hydrogen. Diperkirakan
bahwa rangsangan itu diterima oleh serat dentin dan diteruskan olehnya ke serat saraf di dalam
pulpa.
Odontoblas bertahan selama hidup dan bila dirangsang secara berlebihan atau oleh adanya
penyakit periodontal, sel odontoblas ini dapat meletakkan dentin baru, disebut sebagai dentin
reparatif. Bila odontoblas dirusak, dentin tetap ada untuk waktu lama, tidak seperti tulang.
Adapun sifat fisik dari dentin, ialah :
1. Keras, warna putih kekuningan
2. Tahanan tarik 250 kg/cm2
3. Elastisitas cukup tinggi

Permeabilitas dentin :
1. Tubuli dentin merupakan saluran utama untuk berdifusinya cairan melalui dentin
2. Sebanding dengan diameter dan jumlah tubuli
3. Tinggi pada pulpa
4. Lebih rendah pada dentin akar daripada dentin mahkota dan bagian luar sangat tidak permeable
5. Pada infeksi gigi reaksi radang berkembang di dalam pulpa jauh sebelum terkena infeksi
6. Sklerorik dentin mengurangi permeabilitas karena menyubat tubuli
7. Pengeboran dentin pada pada preparasi kavitas menghasilkan debris mikro kristalin yang
menutupi tubuli dentin yang disebut smear layer dan berfungsi mencegah kuman menembus
dentin.

III. Pulpa

Pulpa gigi adalah jaringan lunak yang terletak di tengah-tengah gigi. Jaringan ini adalah
jaringan pembentuk, penyokong, dan merupakan bagian integral dari dentin yang mengelilinginya.
Ukuran serta bentuk pulpa ini dipengaruhi oleh tahap perkembangan giginya, yang terkait
dengan umur pasien. Tahap perkembangan gigi juga berpengaruh pada macam terapi pulpa yang
diperlukan jika misalnya pulpa terkena cedera.
Umumnya, garis luar jaringan pulpa mengikuti garis luar bentuk gigi. Bentuk garis luar
ruang pulpa mengikuti bentuk mahkota gigi dan bentuk garis luar saluran pulpa mengikuti bentuk
akar gigi. Pulpa gigi dalam rngga pulpa berasal dari jaringan mesenkim dan mempunyai berbagai
fungsi, yaitu sebagai pembentuk, sebagai penahan, mengandung zat-zat makanan, mengandung
sel-sel saraf/sensori.
Pulpa terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1. Ruang atau rongga pulpa, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian tengah korona gigi dan
selelu tunggal. Sepanjang kehidupan pulpa gigi mempunyai kemampuan untuk mengendapkan
dentin sekunder, pengendapan ini mengurangi ukuran dari rongga pulpa.
2. Tanduk pulpa, yaitu ujung dari ruang pulpa.
3. Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar gigi. Pada
kebanyakan kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar, tetapi sebuah akar mungkin
mempunyai lebih dari sebuah saluran.
4. Foramen apikal, yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada apeks akar berupa suatu
lubang kecil.
5. Supplementary canal. Beberapa kar gigi mungkin mempunyai lebih dari satu foramen, dalam hal
ini, saluran tersebut mempunyai 2 atau lebih cabang dekat apikalnya yang disebut multiple
foramina / supplementary canal.
6. Orifice, yaitu pintu masuk ke saluran akar gigi. Saluran pulpa dihhubngkan dengan ruang pulpa.
Adakalanya ditemukan suatu akar mempunyai lebih dari satu saluranpulpa, misalnya akar mesio-
bukal dari M1 atas dan akar mesial dari M1 bawah mempunyai 2 saluran pulpa yang berakhir pada
sebuah foramen apikal.

Di dalam pulpa terdapat berbagai jenis sel, yaitu :


1. Odontoblas, yaitu sel pulpa yang paling khas. Sel ini membentuk lapisan tunggal di perifernya
dan mensintesis matriks yang kemudian termineralisasi dan menjadi dentin. Odontoblas adalah sel
akhir yakni tidak mengalami lagi pembelahan sel. Odontoblas terdiri atas dua komponen structural
dan fungsional utama yakni badan sel dan prosesus sel.
2. Preodontoblas. Odontoblas baru dapat tumbuh setelah odontoblas yang lama hilang akibat
cedera. Namun tumbuhnya odontoblas baru hanya bisa terjadi jika pada zona kaya akan sel telah
ada preodontoblas. Preodontoblas adalah sel yang telah terdiferensiasi sebagian sepanjang garis
odontoblas. Preodontoblas ini akan bermigrasi ke tempat terjadinya cedera dan melanjutkan
diferensiasinya pada tempat tersebut.
3. Fibroblast, adalah tipe sel yang paling umum terlihat dalam jumlah paling besar di pulpa
mahkota. Sel ini menghasilkan dan mempertahankan kolagen serta zat dasar pulpa dan mengubah
struktur pulpa jika ada penyakit. Akan tetapi, tidak seperti odontoblas, sel ini mengalami kematian
apoptosis dan diganti jika perlu oleh maturasi dari sel yang kurang terdiferensiasi.
4. Sel cadangan. Sel ini merupakan sumber bagi sel jaringan ikat pulpa. Sel precursor ini ditemukan
di zona kaya akan sel dan inti pulpa serta dekat sekali dengan pembuluh darah. Tampaknya, sel-
sel ini merupakan sel yang pertama kali membelah ketika terjadi cedera.
5. Sel-sel sistem imun. Makrofag, limfosit T, dan sel dendritik juga merupakan penghuni seluler
yang normal dari pulpa. Sel dendritik dan prosesusnya ditemukan di seluruh lapisan odontoblas
dan memiliki hubungan yang dekat dengan elemen vaskuler dan elemen saraf. Sel-sel ini
merupakan bagian dari sistem respons awal dan pemantau dari pulpa. Sel ini akan menangkap dan
memaparkan antigen terhadap sel T residen dan makrofag.

Jaringan pulpa memiliki lima fungsi yakni bersifat formatif dan bersifat suportif. Adapun
fungsi pulpa, yaitu :
1. Induktif. Jaringan pulpa berpartisipasi dalam memulai dan perkembangan dentin, yang bila
terbentuk, akan mengarah pada pembentukan email. Kejadian-kejadian ini merupakan kejadian
yang saling bergantung dalam arti bahwa epitel email akan menginduksi diferensiasi odontoblas,
dan odontoblas serta dentin menginduksi pembentukan email. Interaksi epitel-mesenkim seperti
itu adalah esensi dari pembentukan gigi.
2. Formatif. Odontoblas membentuk dentin. Sel yang sangat special ini berpartisipasi dalam
pembentukan dentin dalam tiga cara :
a. Melalui sintesis dan sekresi matriks anorganik.
b. Melalui pengangkutan komponen anorganik ke matriks yang baru terbentuk di saat-saat awalnya.
c. Melalui penciptaan lingkungan yang memungkinkan mineralisasi matriks.
3. Nutritif. Jaringan pulpa memasak nutrient yang sangat penting bagi pembentukan dentin
(misalnya dentin pretubuler) dan hidrasi melalui tubulus dentin.
4. Defensif. Jaringan pulpa juga memiliki kemampuan memroses dan mengindentifikasi zat asing
serta menimbulkan respons imun terhadap keberadaan zat asing itu. hal ini adalah cirri khas
respons pulpa terhadap karies dentin.
5. Sensatif. Jaringan pulpa mentransmisikan sensasi saraf yang berjalan melalui email atau dentin
ke pusat saraf yang lebih tinggi. Sensasi pulpa yang berjalan melalui dentin dan email biasanya
cepat, tajam, parah, dan ditransmisikan oleh serabut bermielin. Sensasi yang dialami diawali di
dalam inti pulpa dan ditransmisikan oleh serabut C yang lebih kecil, biasanya lambat, lebih tumpul,
dan lebih menyebar (difus).

B. Jaringan Pendukung Gigi

I. Sementum

Sementum bagian dari jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari jaringan periodontium
karena menghubungkan gig dengan tulang rahang dengan jaringan yang terdapat di selaput
periodontal.
Bila ada rangsangan yang kuat pada gigi maka akan terjadi resorpsi/penyerapan sel-sel
sementum pada sisi yang terkena rangsangan dan pada sisi lainnya akan terbentuk jaringan
sementum baru. Pembentukan sementum yang baru kearah luar.
Jaringan sementum tidak mengadakan resorpsi atau pembentukan kembali tetapi mengalami
aposisi- makin tua umur makin tebal lapisan semen. Adapun macam-macam sementum ialah :
1. Semen primer ialah semen yang terdapat pada waktu erupsi gigi.
2. Semen fisiologis ialah lapisan semen yang terbentuk karena meningkatnya usia.
3. Semen patologis ialah semen yang terbentuk karena iritasi obat-obatan pada perawatan
endodontia, karena penyakit dan sebagainya, misalnya hipersementosis.

II. Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa mulut yg mengelilingi gigi dan menutupi ridge alveolar.
Secara anatomi, gingiva dibagi atas tiga daerah :
1. Marginal gingiva (unattached gingiva), merupakan bagian gingiva yang mengelilingi gigi seperti
kerah baju dan tidak melekat langsung pada gigi, biasa juga disebut juga dengan free gingiva
2. Attached gingiva merupakan lanjutan dari marginal gingival dan disebut juga mukosa
fungsional.
3. Interdental gingival, merupakan bagian gingival yang mengisi ruang interproksimal antara dua
gigi yang bersebelahan.

III. Ligamentum Periodontal

Ligamnetum periodontal merupakan struktur jaringan konektif yang mengelilingi akar gigi
dan mengikatnya ke tulang. Ligamen periodontal merupakan lanjutan jaringan gingiva yang
berhubungan dengan ruang sumsum tulang melalui saluran vaskuler.
Adapun fungsi ligamnetum periodontal adalah :
1. Memelihata aktivitas biologik sementum dan tulang alveolar.(Fungsi Formatif)
2. Menyuplai nutrisi dan membersihkan produk sisa mll aliran darah dan limfe.(Fungsi Nutritif)
3. Memelihara relasi gigi thdp jar.keras dan lunak. (Fungsi Fisik)
4. Menghantarkan tekanan taktil dan sensasi nyeri melalui jalur trigeminal. (Fungsi Sensorik)
Serat utama ligamnetum periodontal terbagi atas enam kelompok, yaitu :
1. Kelompok transeptal
2. Kelompok crest alveolar
3. Kelompok horizontal
4. Kelompok oblique
5. Kelompok apikal
6. Kelompok interadikular

IV. Tulang alveolar

Tulang alveolar disebut juga prosesus alveolaris yg mencakup tulang rahang secara
keseluruhan, yaitu maksila dan mandibula yg membentuk dan mendukung soket (alveoli) gigi.
Terbentuk ketika gigi erupsi dan secara perlahan hilang ketika gigi sudah dicabut. Adapun struktur
tulang alveolar ialah :
1. Tulang trabekular/ medular/ cancellous/ spongiosa, merupakan simpanan kalsium untuk
memenuhi kebutuhan metabolism (bagian metabolic).
2. Tulang kortikal/ osteid/ callus/ kompakta. Struktur dasar tulang kompak terdiri atas sistem
harvian (osteon)
C. Morfologi Gigi

I. Morfologi Gigi Anterior

1. Insisivus Sentralis Atas

Labial : Trapesium
Bentuk corona
Mesial/distal : Triangularis
Panjang gigi : 23,5 mm
Corona : 10,5
Radix : 13

Permukaan mesial lurus dan terletak pada sudut tegak lurus


tajam ketepi insisal.
Sudut distoinsisal membulat.
Mahkota besar dibanding akar dan merupakan gigi anterior
terbesar.
Marginal ridge jelas, lingual cekung, singulum berkembang
baik.
Mahkota berinklinasi kelingual , akar berinklinasi sedikit
kedistal.
Permukaan labial cembung dan halus.
Garis servikal paling miring ke distal.
Insisivus atas pertama lebih besar dari insisivus lateral/
kedua.
Akar tunggal, meruncing, pada potongan melintang berbentuk
segitiga.

2. Insisivus Lateralis Atas

Bentuk :
= I1 RA
Corona lebih kecil dan lebih bulat.
Panjang gigi : 22 mm
Corona : 9 mm
Radix : 13 mm
Tepi insisal jelas miring kebawah kepermukaan distal yang lebih pendek.
Sudut mesioinsisal lancip dan sudut distoinsisal membulat.
Mahkota lebih membulat, lebih pendek, lebih sempit dimensi mesiodistal dibanding insisivus
pertama.
Singulum di palatal sering menutupi lubang foramen caecum insisivus.
Permukaan palatal lebih cekung dari insisivus pertama.
Akar tunggal, runcing, apek inklinasi ke distal.
Garis servikal tidak beraturan pada permukaan mesial.

3. Caninus Atas

Bentuk
Labial : Pentagonal
M/D : Triangularis
Panjang gigi : 27 mm
Corona : 10 mm
Radix : 17 mm
Mahkota berbentuk segi lima dari labial/lingual dan berbentuk triangular dari proksimal.
Cusp tunggal, runcing dan segaris dengan sumbu panjang akar.
Bagian labial cembung dan singulum lebih jelas.
Akar tunggal dan sangat panjang, potongan melintang berbentuk segitiga membulat.

4. Insisivus Sentralis Bawah

Gigi paling kecil


Panjang gigi : 22 mm
Mahkota : 9,5 mm
Radix : 12,5 mm
Gigi yang paling kecil dari seluruh gigi permanen.
Lebih kecil dari Insisivus kedua bawah.
Mahkota simetris, ukuran mesial dan distal hampir sama.
Akar tunggal, mendatar mesiodistal dan berinklinasi ke distal.

5. Insisivus Lateralis Bawah

Gigi kedua dari garis median


Ukuran lebih besar dari I1 RB
Panjang gigi : 22 mm
Corona : 9 mm
Radix : 13 mm
Lebih besar dari insisivus pertama bawah.
Permukaan mesial mahkota sedikit lebih panjang dari distal sehingga tepi inisisal sedikit
miring.

6. Caninus Bawah

Coronanya lebih panjang cervico-incisal dan lebih sempit mesio-distal dibanding C RA


Panjang gigi : 27 mm
Corona : 11 mm
Radix : 16 mm
Servikoinsisal mahkota lebih lebih panjang dari caninus atas.
Mesiodistal, labiolingual mahkota dan akar lebih kecil dari caninus atas.
Akar lebih pendek. Tetapi panjang gigi keseluruhan (mahkota plus akar) hampir sama dengan
caninus atas.
Permukaan labial tidak secembung caninus atas. Terutama pada dua pertiga insisal.
Distal mahkota lebih membulat dari mesial.
Lereng mesial lebih pendek dari distal.

II. Morfologi Gigi Posterior

1. Premolar Pertama Atas

Aspek buccal: Pentagonal


Mesial/distal: Trapesium
Occlusal : Hexagonal
2 Cusp :Buccal & Palatinal
Akar : hampir semua punya 2 akar
Cusp dua buah (bukal dan palatal), cusp bukal lebih besar dari
palatal.
Lereng mesial cusp bucal lebih panjang dari distal.
Cusp palatal sedikit miring ke mesial.
Bagian oklusal lebih angular dari Premolar kedua.

2. Premolar Kedua Atas


Bentuk

Corona mirip P1 RA
Dimensi corona P2 lebih kecil
Mahkota kurang bersudut (lebih bulat).
Cuspis buccalis dan cuspis palatinalis hampir sama tinggi
Akar hanya satu
Sulcus centralis lebih pendek dgn bbrp fiss.tambahan.
Tdk punya fiss. Pertumbuhan marginalis.
Akar tunggal, mesiodistal datar dan lebih panjang dari
premolar pertama atas.
Cusp bukal dan palatal lebih kecil dan lebih rendah dari
premolar pertama atas.
Lereng mesial bukal cusp lebih pendek dari distal.
Bagian oklusal oval.

3. Molar Pertama Atas

Bentuk
Aspek occlusal : Paralelogram/rhomboid=belah ketupat
Aspek mesial/distal : trapesium
Mempunyai 3 akar : Mesiobuccal & Distobuccal dan palatinal
Aspek buccal/palatinal: trapesium
Gigi molar paling besar.
Mempunyai 4 cusp dengan mesiopalatal paling besar dan distopalatal paling kecil.
Cusp bukal lebih runcing dari cusp palatal.
Bukolingual mahkota lebih besar darin mesiodistal.
Terdapat tuberculum carabelli pada cusp mesiopalatal.
Akar tiga, dan terpisah , akar palatal paling panjang dan mengembang, akar bukal
berinklinasi ke distal.
Bagian oklusal berbentuk jajaran genjang.

4. Molar Kedua Atas


Bentuk Mirip M1 RA, dgn perbedaan :

Ukuran lebih kecil terutama di bgn disto-palatinal mahkota.


Ukuran cervico occlusal lebih pendek 0.5 mm
Tidak terdapat cusp carabelli
Letak akar saling berdekatan

5. Molar Ketiga Atas


Bentuk
Aspek occlusall/ mesia/ distal Mirip M2
Bervariasi
Sifat-sifat umum
Gigi yang terakhir erupsi dens serotinus (wisdom tooth)
Tidak mempunyi titik kontak distal
Ukuran & bentuk bervariasi
Sering mengalami impaksi

6. Premolar Pertama Bawah

Fossa oklusal distal lebih besar dari mesial.


Cusp bukal besar dan runcing, cusp lingual kecil.
Mahkota inklinasi ke palatal.
Permukaan bukal mahkota cembung permukaan lingual
hampir lurus.
Bagian oklusal sirkular, mendatar pada mesiolingual.
Akar tunggal, bulat dan inklinasi ke distal.

7. Premolar Kedua Bawah

Bentuk
Corona (asp bucc) Pentagonal
Aspek Mesial/distal Rhomboidal
Radix tunggal & kerucut
Cusp secara umum ada 3(tiga) Buccal : 1 Lingual : 2
Perbedaan dengan P1
Ukuran labioingual : P2>P1
Cusp buccal : P2<P1
Tidak terdapat fisura pertumbuhan marginalis
Crista marginalis membagi as gigi secara tegak lurus

8. Molar Pertama Bawah

Bentuk
Aspek occlusal : Pentagonal
Aspek mesial/distal : Rhomboidal
Mempunyai 2 akar : Mesial & Distal
Ukuran mesiodistal > labiolingual
Aspek buccal/lingual : trapesium
Gigi terbesar pada rahang bawah.
Mempunyai 5 cusp, 3 bukal dan 2 lingual.
Permukaan bukal berinklinasi ke lingual.
Mesiodistal mahkota lebih besar dari bukolingual.
Bagian oklusal berbentuk segi empat.
Mempunyai 2 akar, akar mesial lebih panjang, akar distal lebih bulat.

9. Molar Kedua Bawah

Bentuk
Aspek occlusal : empat persegi panjang
Aspek mesial/distal : Rhomboidal
Radix 2 : mesial&distal
Terdapat fisura pertumbuhan buccalis, memisahkan:Cusp mesiobuccalis&Cusp distobuccalis
Terdapat fisura pertumbuhan lingualis
Ukuran M2 < M1
Fisura pertumbuhan mesialis Dangkal & pendek

10. Molar Ketiga Bawah

Bentuk
Aspek occlusall/ mesia/ distal Mirip M2
Bervariasi
Sifat-sifat umum
Gigi yang terakhir erupsi dens serotinus (wisdom tooth)
Tidak mempunyi titik kontak distal
Ukuran & bentuk bervariasi
Sering mengalami impaksi
Mempunyai 2 tipe umum:
Tipe I
Terdapat 4 cusp
Ukuran : besar/kecil dari M2 RB
Ukuran M3 RB M3 RA
Tipe II
Terdapat 5 cusp supplemental groove
Ukuran, jumlah akar bervariasi
Mempunyai 2 akar bersatu (fusi)
Mempunyai > 2 akar
MORFOLOGI GIGI
INSISIVUS PERTAMA ATAS ( I1)

Permukaan mesial lurus dan terletak pada sudut tegak lurus tajam ketepi insisal.

Sudut distoinsisal membulat.

Mahkota besar dibanding akar dan merupakan gigi anterior terbesar.

Marginal ridge jelas, lingual cekung, singulum berkembang baik.


Mahkota berinklinasi kelingual , akar berinklinasi sedikit kedistal.

Permukaan labial cembung dan halus.

Garis servikal paling miring ke distal.

Insisivus atas pertama lebih besar dari insisivus lateral/ kedua.

Akar tunggal, meruncing, pada potongan melintang berbentuk segitiga.

INSISIVUS KEDUA ATAS ( I2)

Sudut mesioinsisal lancip dan sudut distoinsisal membulat.

Tepi insisal jelas miring kebawah kepermukaan distal yang lebih pendek.

Mahkota lebih membulat, lebih pendek, lebih sempit dimensi mesiodistal dibanding insisivus
pertama.

Singulum di palatal sering menutupi lubang foramen caecum insisivus.


Permukaan palatal lebih cekung dari insisivus pertama.

Akar tunggal, runcing, apek inklinasi ke distal.

Garis servikal tidak beraturan pada permukaan mesial.


INSISIVUS PERTAMA BAWAH

Gigi yang paling kecil dari seluruh gigi permanen.

Lebih kecil dari Insisivus kedua bawah.

Mahkota simetris, ukuran mesial dan distal hampir sama.

Akar tunggal, mendatar mesiodistal dan berinklinasi ke distal

INSISIVUS KEDUA BAWAH

Lebih besar dari insisivus pertama bawah.

Permukaan mesial mahkota sedikit lebih panjang dari distal sehingga tepi inisisal sedikit miring.

CANINUS ATAS

Mahkota berbentuk segi lima dari labial/lingual dan berbentuk triangular dari proksimal.

Cusp tunggal, runcing dan segaris dengan sumbu panjang akar.

Bagian labial cembung dan singulum lebih jelas.

Akar tunggal dan sangat panjang, potongan melintang berbentuk segitiga membulat.

CANINUS BAWAH

Servikoinsisal mahkota lebih lebih panjang dari caninus atas.

Mesiodistal, labiolingual mahkota dan akar lebih kecil dari caninus atas.

Akar lebih pendek. Tetapi panjang gigi keseluruhan (mahkota plus akar) hampir sama dengan
caninus atas.
Permukaan labial tidak secembung caninus atas. Terutama pada dua pertiga insisal.

Distal mahkota lebih membulat dari mesial.

Lereng mesial lebih pendek dari distal.

PREMOLAR PERTAMA ATAS

Akar dua (bukal dan palatal) dan inklinasi ke distal.

Cusp dua buah (bukal dan palatal), cusp bukal lebih besar dari palatal.

Lereng mesial cusp bucal lebih panjang dari distal.

Cusp palatal sedikit miring ke mesial.

Bagian oklusal lebih angular dari Premolar kedua.

PREMOLAR KEDUA ATAS

Akar tunggal, mesiodistal datar dan lebih panjang dari premolar pertama atas.

Cusp bukal dan palatal lebih kecil dan lebih rendah dari premolar pertama atas.

Lereng mesial bukal cusp lebih pendek dari distal.

Bagian oklusal oval.

PREMOLAR PERTAMA BAWAH

Fossa oklusal distal lebih besar dari mesial.

Cusp bukal besar dan runcing, cusp lingual kecil.

Mahkota inklinasi ke palatalPermukaan bukal mahkota cembung, permukaan lingual hampir


lurus.

Bagian oklusal sirkular, menndatar pada mesiolingual.

Akar tunggal, bulat dan inklinasi ke distal.


MOLAR PERTAMA ATAS

Gigi molar paling besar.

Mempunyai 4 cusp dengan mesiopalatal paling besar dan distopalatal paling kecil.

Cusp bukal lebih runcing dari cusp palatal.

Bukolingual mahkota lebih besar dari mesiodistal.

Terdapat tuberculum carabelli pada cusp mesiopalatal.

Akar tiga, dan terpisah , akar palatal paling panjang dan mengembang, akar bukal berinklinasi ke
distal.

Bagian oklusal berbentuk jajaran genjang

MOLAR PERTAMA BAWAH

Gigi terbesar pada rahang bawah.

Mempunyai 5 cusp, 3 bukal dan 2 lingual.

Permukaan bukal berinklinasi ke lingual.

Mesiodistal mahkota lebih besar dari bukolingual.

Bagian oklusal berbentuk segi empat.

Mempunyai 2 akar, akar mesial lebih panjang, akar distal lebih bulat.

Perbedaan gigi sulung dan permanen.


Gigi sulung lebih kecil dibanding gigi permanen baik ukuran mahkota maupun akar.
Panjang mahkota incisogingival lebih pendek dibanding panjang gigi keseluruhan.
Lebar mesiodistal mahkota lebih lebar dibanding tinggi incisogingival mahkota.
Permukaan fasiolingual mahkota gigi sulung lebih mengecil pada garis servikal dibanding gigi
permanen.
Permukaan bukolingual oklusal lebih kecil dari diameter servikal.
Garis servikal lebih menonjol terutama pada sebelah bukal molar pertama gigi sulung.
Akar gigi sulung lebih pendek, kurang kuat dan lebih muda warnanya dibanding akar gigi
tetap.
Akar gigi sulung lebih panjang dan ramping dibanding ukuran mahkotanya.
Akar gigi anterior sulung lebih sempit arah mesiodistal.
Akar molar gigi sulung melebar dan melengkung untuk tempat bagi mahkota gigi tetap.
Warna mahkota lebih putih.
Email lebih tipis.
Dentin yang menutupi pulpa lebih tipis.
Kamar pulpa gigi sulung lebih besardengan tanduk pulpa yang menonjol terutama sebelah
mesial.
Saluran akar gigi sulung sangat halus.

GIGI BERDESAKAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi ketidakteraturan gigi terkadang menjadi polemik bagi sebagian kalangan. Salah satu
ketidakteraturan tersebut adalah gigi berjejalan atau yang sering disebut dengan crowding teeth.
dalam dunia kedokteran gigi.crowding teeth ini merupakan maloklusi yang disebabkan tidak
proporsionalnya dimensi mesiodistal secara keseluruhandari gigi geligi dengan ukuran maksila
atau mandibula sehingga akan mengakibatkan perubahan lengkung gigi. Karena maloklusi
disebabkan oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi
jaringan sekitar mulut dan tubuh secara keseluruhannya. Maloklusi ini sering dijumpai pada
pasien anak-anak dalam tugas dokter gigi baik di klinik maupun di praktek pribadi
Maloklusi atau anomaly dentofasial merupakan suatu penyimpangan dalam pertumbuhan
dentofasial yang dapat mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, bicara dan keserasian
wajah. Sama seperti maloklusi crowding teeth mengganggu fungsi penyunyahan, bicara, estetik
jugamengakibatkan terjadinya penyakit gigi dan jaringan gusi. Dalam keadaan yang yang parah
crowding teeth ini dapat mengakibatkan cacat wajah sehingga dapat mengakibatkan gangguan
psikologis bagi para penderitanya.
Ada banyak faktor yang mendukung terjadinya crowding teeth yaitu :
A. Penyebab tidak langsung
1. Faktor genetik.
2. Faktor kongenital
3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
4. Penyakit
B. Penyebab langsung
1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya
2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.
3. Gigi yang berlebih
4. Tanggalnya gigi tetap
5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens)
6. Bentuk gigi tetap tidak normal.
7. Kebiasaan-kebiasaan buruk.
Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya crowding teeth ini maka untuk mencegah
terjadinya crowding teeth hendaknya sebelum terjadi harus dilakukan tindakan pencegahan.
Karena maloklusi dapat dihindari dengan melakukan pencegahan tersebut.
Apabila ketidakteraturan pada gigi terjadi karena kebiasaan buruk, tentunya kebiasaan buruk itu
harus dihilangkan terlebih dhaulu, lalu dilanjutkan dengan perawatan orthodonsi. Pasien dapat
datang ke dokter gigi umum atau spesialis ortodonsi untuk merawat gigi yang tidak beraturan.
Dokter gigi nanti akan melihat kelainan susunan gigi pasien lalu merencanakan perawatan yang
akan diberikan. Apabila kasus dianggap berat, biasanya pasien akan dirujuk ke dokter spesialis
ortodonsi.
Terkadang ada beberapa kasus yang memerlukan tindakan bedah terlebih dahulu seperti
pencabutan atau tindakan bedah lain yang dikenal dengan istilah bedah orto. Perawatan dapat
dikatakan berhasil bila susunan gigi dan oklusi yang normal sudah tercapai. Untuk keterangan
lebih jelas dapat dilihat pada bab pembahasan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan maloklusi ?
2. Apa yang dimaksud dengan gigi berdesakan atau crowding teeth?
3. Apa faktor-faktor penyebab gigi berdesakan atau crowding teeth?
4. Apa dampak negatif yang dapat terjadi bila seseorang menderita gigi berdesakan crowding
teeth?
5. Bagaimana pencegahan mengenai gigi berdesakan atau crowding teeth?
6. Bagaimana cara perawatan gigi berdesakan atau crowding teeth?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari oklusi.
2. Mengetahui pengertian dari gigi berdesakan atau crowding teeth.
3. Mengetahui faktor penyebab gigi berdesakan atau crowding teeth.
4. Mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan bagi penderita gigi berdesakan atau crowding
teeth.
5. Mengetahui tindakan pencegahan dan perawatan untuk gigi berdesakan atau crowding teeth.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Maloklusi


Maloklusi merupakan ketidakteraturan gigi-gigi diluar ambang normal. Maloklusi sendiri dapat
meliputi ketidakteraturan local dari gigi-gigi malrelasi pada tiap ketiga bidang ruang-sagital,
vertical atau tranversal. (Houston, W.J.B,1989). Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle
dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
1. Klas I angle (Netroklusi)
Pada maloklusi ini patokannya diambil dari hubungan molar pertama atas dengan molar pertama
rahang bawah. Bila molar pertama atas atau molar pertama bawah tidak ada maka kadang-
kadang dilihat dari hubungan kaninus rahang atas dan rahang bawah.
Menurut Devey,klas I ini dibagi menjadi 5 tipe :
a. Klas I tipe 1 : bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas terletak pada garis bukal molar
pertama bawah dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal (crowding dan kaninus terletak lebih
ke labial.
b. Klas I tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah normal dan gigi anterior dalam
keadaan protusif.
c. Klas I tipe 3 :hubungan pertama molar pertama atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan
bersilang anterior.
d. Klas I tipe 4 : hubungan pertama molar atas dan bawah normal tetapi terjadi gigitan bersilang
posterior.
e. Klas I tipe 5 : hubungan molar pertama normal, kemudian pada gigi posterior terjadi migrasi
kearah mesial.
2. Klas II Angle
Sehubungan bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas lebih anterior dari garis bukal molar
pertama bawah. Juga apabila bonjol mesial cusp molar pertama atas bergeser sedikit ke
anteriordan tidak pada garis bukal pertama atas melewati bonjol mesiobukal molar pertama
bawah.
Pada maloklusi ini hubungan kaninusnya bervariasi yaitu kaninus bisa terletak diantara insisif
lateral dan kaninus bawah.pada umumnya kelainan ini disbabkan karena kelainan pada tulang
rahang atau maloklusi tipe skeletal.
Menurut dewey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi, yaitu:
a. Divisi I : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi
anterior adalah protusif. Kadang-kadang disebabkan karena kecilnya rahang bawah sehingga
profil pasien terlihat seperti paruh burung.
b. Divisi 2 : hubungan antara molar pertama bawah dan molar pertama atas disoklusi dan gigi
anterior seolah-olah normal tetapi terjadi deep bite dan profil pasien seolah-olah normal.
3. Klas III Angle (mesioklusi)
Disini bonjol mesiobukal cusp molar pertama atas berada lebih ke distal atau melewati bonjol
distal molar pertama bawah, atau lebih kedistal sedikit saja dari garis bukal molar pertama
bawah. Sedangkan kedudukan kaninus biasanya terletak diantara premolar pertama dan kedua
bawah. Klas III ini disebut juga tipe skeletal.
Menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe, yaitu:
a. Klas III tipe 1 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi sedang hubungan anterior
insisal dengan insisal (edge to edge).
b. Klas III tipe 2 : hubungan molar pertama atas dan bawah mesioklusi,sedang gigi anterior
hubungannya normal.
c. Klas III tipe 3 : hubungan gigi anterior seluruhnya bersilang (cross bite) sehingga dagu
penderita menonjol kedepan. (Hambali, Tono,1985)

2.2 Pengertian Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth


Gigi berdesakan atau crowding teeth merupakan akibat maloklusi yang disebabkan oleh tidak
proporsionalnya dimensi mesiodistal secara keseluruhan dari gigi geligi dengan ukuran maksila
atau mandibula, sehingga akan mengakibatkan perubahan lengkung gigi. (Harty, F. J dan R
Oyston,20002) .
Gigi berdesakan atau crowding secara umum dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana
terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga keadaan
yang memudahkan lengkung gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang basal
rahang yang kecil atau kombinasi dari gig yang lebar dan rahang yang kecil. Dalam penelitian
ditemukan bahwa pada kasus dengan gigi yang lebih kecil, daripada kasus tanpa atau sedikit gigi
berdesakan.
Usia dimana gigi bertambah berdesakan adalah usia antara 13-14 tahun, dan kemudian mungkin
akan berkurang. Dalam penelitian ditemukan gigi berdesakan terbanyak ditemukan pada usia 9
tahun, sedangkan peneliti lain menemukannya pada usia 12-13 tahun. Peneliti menghubungkan
timbulnya masalah ini dengan adanya perubahan pada individu selama selama proses
perkembangan. Keadaan gigi berdesakan pada akhir masa pertumbuhan dapat terjadi pada
individu yang pada mulanya mempunyai lengkungan gigi yang baik dan keadaan ini akan
bertambah parah jika sejak awal usia pertumbuhan keadaan giginya telah berdesakan.
(http://itakurnia.blogspot.com, diakses 3 September 2009, pukul 16.09 WIB)
Tiga teori utama untuk menghitung crowding ditentukan oleh:
1. Kekurangan atnisi normal pada makanan modern. Jika sebuah pemendekan dan lengkung
panjang dan sebuah migrasi mesial dan molar dan tetaplah sebuah gejala alami. Hal itu akan
terlihat beralasan bahwa Crowding akan berkembang jika banyaknya struktur banyaknya gigi
tidak dikurangi selama tahap akhir perkembangan.
2. Tekanan dad molar 3. Akhir crowding berkembang pada kira-kira saat molar 3 akan erupsi.
3. Pertumbuhan mandibula yang terlambat sebagai sebuah hasl dari gradient capalocaudal dari
pertumbuhan. Mandibula dapat tumbuh dan bekerja lebih fokus pada akhir remaja dibandingkan
dengan maksila.( Prijatmoko, Dwi, dkk.2002)

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth


Faktor-faktor yang menyebabkan gigi berdesakan pada rongga mulut dibagi menjadi 2 antara
lain adalah sebagai berikut:
A. Penyebab tidak langsung
1. Faktor genetik.
Gigi berjejalan berhubungan erat dengan genetika karena banyaknya maloklusi yang disebabkan
oleh faktor keturunan. Misalnya : pada pria yang mempunyai gigi dan rahang besar menikah
dengan wanita yang gigi dan rahangnya kecil, maka anaknya memiliki gigi yang berjejal-jejal.
Hal ini disebabkan gigi dari ayahnya dan lengkung rahang dari ibunya tidak serasi. .(Salzman, J.
A, 1957)
2. Faktor skeletal
Faktor skeletal yaitu bentuk tulang di rahang atas dan rahang bawah yang mempengaruhi bentuk
wajah, seperti bentuk rahang atas yang menonjol ke depan sehingga gigi-gigi tampak maju dan
bentuk wajah menjadi cembung. Atau sebaliknya rahang bawah yang lebih pesat
pertumbuhannya dibandingkan rahang atas, sehingga bentuk wajah menjadi cekung, dan terjadi
gigitan terbalik.
3. Faktor kongenital
Pertumbuhan dan perkembangan juga mempengaruhi keadaan gigi anak sejak dalam kandungan
yang disebut kelainan congenital. Dengan kata lain kelainan congenial adalah kelainan yang
disebabkan oleh gangguan yang dialami bayi sewaktu masa kehamilan. Kelainan congenital ini
disebabkan karena :
Faktor keturunan
Gangguan nutrisi, missal gangguan nutrisi pada ibu.
Kelainan endokrin
Gangguan nutrisi pada bayi dalam kandungan
Penyakit.(Salzman, J. A, 1957)
Gangguan mekanik, misalnya truma sewaktuibu hamil yang bersifat fisik misalnya terjatuh.
Hal ini bisa terjadi pada kehamilan ketiga dimana procesus maksilaris kiri dan kanan belum
bertemu dan kemudian terjadi trauma, pada saat ini maka si anak yang lahir akan mengalami
cacad sepert cleft lip dan palatoschisis. .(Salzman, J. A, 1957)
Radiasi yang berlebihan pada wanita hami, misalnya terkana sinar-X atau sinar inframerah
lainnya. Sinar-sinar ini mempunyai efek terhadap sel-sel yang masih muda.(Salzman, J. A, 1957)
4.Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
Kelenjar endokrin berfungsi menghasilkan hormon dalam tubuh untuk mengatur pertumbuhan
dan perkembangan. Termasuk ini adalah kelenjar pituitary, thyroid dan parathyroid. Apabila ada
kelainan pada kelenjar-kelenjar tersebut, maka dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan dan
perkembangan tubuh termasuk rahang dan gigi. .(Salzman, J. A, 1957)

5. Penyakit
misalnya penyakit thalasemia.anak talasemia mengalami hambatan tumbuh kembang fisik (berat
dan tinggi badan kurang) serta hambatan pertumbuhan tulang penyangga gigi. Rahang bawah
pendek sehingga muka bagian atas tampak maju. Pertumbuhan vertikal juga terganggu sehingga
tampak divergen, muka lebih cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi, jarak kedua
mata lebih lebar.
B. Penyebab langsung
1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya
Gigi sulung tanggal sebelum waktunya yang disebabkan oleh karies . Kemudian pada usia 6
tahun, molar pertama sudah mulai tumbuh. Jika molar kedua sulung sudah mulai tumbuh. Jika
molar kedua sulung sudah hilang karena terpaksa dicabut sehingga tempatnya akan terisi molar
pertama tetap dan inklinasi. Molar pertama tetap miring kemesial, maka gigi premolarpertama
dan kedua yang akan tumbuh tidak mempunyai tempat karena sudah terisi oleh molar pertama
tetap, akibatnya gigi premolar pertama dan kedua akan bereupsi diluar lengkung gigi. Maka oleh
karena itu penting mencegah tanggalnya gigi sulung sebelum waktunya. (Houston, W. J. B,1989)
2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.
Molar ketiga biasanya tidak ada tetapi tidak selalu menimbulkan maloklus. Premolar kedua atau
insisivus kedua atas pada 5 % anak tidak terbentuk. Tentu saja keadaan ini penting secara
ortodontidan harus diputuskan apakah ruang harus diganti atau diganti dengan protesa.(Houston,
W. J. B,1989)
Apabila memang gigi tidak terbentuk . maka lengkung gigi dan rongga mulutnya terdapat
ruangan kosong sehingga tampak celah antara gigi (diastema).
3. Gigi yang berlebih (supernumeri teeth)
Gigi supernumeri sering ditemukan didekat garis tengah rahang atas atau dikenal dengan sebutan
mesiodens. Gigi ini dapat menghalangi erupsi atau menggeser insisivus pertama tetap. Gigi
mesioden tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan menyebabkan gigi berjejal (crowding).
.(Houston, W. J. B,1989)
4. Tanggalnya gigi tetap
Tanggalnya gigi tetap karena trauma,karies atau penyakit periodontal berakibat buruk terhadap
oklusi.keadaan ini dapat menimbulkan kelainan oklusi jika gigi-gigi tersebut dicabut setelah usia
10 tahun. Penutupan ruang teutama pada rahang bawah yang tidak memuaskan akan
mengakibatkan gigi-gigi di sekitar daerah pencabutan akan tumbuh miring. (Houston, W. J.
B,1989).
5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens)
Gigi persistensi yaitu gigi sulung yang belum tanggal pada waktunya sehingga gigi tetap yang
akan bereupsi mulai muncul keluar kemudian gigi tetap yang akan bererupsi mulai muncul
keluar kemudian gigi tetap ini akan mencari arah dicabut, karena kalau tidak dicabut karena
kalau tidak dicabut akan menimbulkan maloklusi pada gigi penggantiannya.
6. Bentuk gigi tetap tidak normal
Bentuk gigi tetap tidak normal.maksudnya bentuknya gigi tidak teratur yaitu ada yang besar dan
ada yang kecil. Jika gigi yang tumbuh besar dan rahangnya kecil maka gigi tumbuh berdesakan,
kemudian apabila gigi yang tumbuh kecil rahangnya besar maka akan mengakibatkan gigi
tersusun diastema. .(Houston, W. J. B,1989)
7. Kebiasaan-kebiasaan buruk.
Ini biasanya terjadi pada masa pertumbuhan dan biasanya ini sulit sekali dihindari, kebiasakan
buruk itu antara lain :
o Menghisap jari
Kebiasaan ini biasanya erjadi pada seseorang anak yang disebabkan oleh adanya rasa tidak puas,
karena anak mendapatkan makanan atau minuman yangselalu terlambat atau anak sering
dimarahi orang tuanya , sehingga mencari kompensasi lain seperti mengisap jari.
Akibat yang ditumbulkan adalah timbulnya tekanan pada daerah palatum bagian anterior
sehingga merangsang pertumbuhan prosesus alveolaris ke anterior sehingga akan mengakibatkan
inklinasi daripada gigi insisi condong kedepan (labial atau protusif). Kebiasaan menghisap jari
ini juga dapat mengakibatkan berbagai maloklusi, yaitu klas I Angle dengan open bite, maloklusi
klas II Angle divisi 1, dan klas III Angle dimana mandibulatertarik kedepan oleh jari-jari yang
dihisap. (Salzman, J. A, 1957)
o Kebiasaan meletakkan lidah di antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah.
Hal ini diakibatkan oleh karena penderita mempunyai kebiasaan menelan yang salah. Juga dapat
terjadi akibat adanya kelainan dari lidahnya sendiri, misalnya terjadi makroglosi sehingga gigi
terdorong ke anterior. (Salzman, J. A, 1957)
o Menggigit pensil atau membuka jepit rambut dengan gigi.
Terkadang anak-anak di saat belajar mempunyai kebiasaan menggigit pensil atau pulpen, hal ini
dapat menyebabkan gigi yang dipakai menggigit tadi akan keluar dari lengkung gigi yang benar.
Juga dapat terlihat terjadinya keausan pada salah satu gigi anterior yang sering terkena benda
keras tersebut sehingga menyebabkan terjadi rotasi atau labioversi gigi tersebut. Keadaan yang
sama bisa terjadi pada keadaan menggigit kuku. .(Houston, W. J. B,1989)
Bila kita melihat pasien dengan pada salah satu gigi anterior yang sering terjadi rotasi atau
labioversi gigi tersebut. Maka kita bisa menerka secara langsung penyebabnya ialah pasien
senang menggigit benda keras. .(Houston, W. J. B,1989)
o Kebiasaan ngedot yang sulit dihentikan, misalnya sampai usia Sekolah Dasar masih ngedot, hal
ini cenderung akan mempengaruhi bentuk rahang si anak. Susu dari botol yang diminum oleh
bayi melaui cara mengisap ini kan memproduksi akibat yang negative yaitu dapat mengkerutkan
pipi dan menekan rahang. Kemudian efek dari hal tersebut akan mengakibatkan rahang atas
tertarik kedepan, membuat tinggi palatum dan septum nasal dan dapat mengakibatkan
pengurangan ukuran lateral dari palatum. .(Houston, W. J. B,1989)
o Kebiasaan bernafas melalui mulut
Hal ini umumnya disebabkan oleh karena :
a. Anomali dari perkembangan dan morfologi pernapasan melalui hidung.
b. Infeksi, tumor pada hidung serta terjadi polip.
c. Terjadi trauma pada hidung.
d. Kurangnya udara yang masuk melalui hidung membuat penting untuk bernapas melalui mulut.
e. Faktor genetik.
Karena faktor-faktor diatas maka pasien berusaha untuk mendapatkan udara semaksimal
mungkin melalui mulut. Akibatnya pertumbuhan sinus maksilaris ke arah lateral terganggu
sedang kearah anterior tidak terganggu dan terlihat palatum menjadi tinggi dan sempit, mukosa
mulut menjadi kering dan gigi anterior menjadi protusif.
Pengaruh ini biasanya terjadi pada rahang atas dan mempengaruhi pertumbuhan otot-otot. Yaitu
terlihat jelas pada pasien dengan klasifikasi Angle kals II divisi 1.
o cara menelan yang salah.
Akibat dari umumnya menimbulkan kebiasaan mendorong dengan lidah sehingga terlihat pada
gigi pasien adalah labioversi dan kadang-kadang terjadi openbite.
o Kebiasaan menggigit bibir
Umumnya terjadi akibat defek psikologis pada seseorang anak sehingga ia mencari suatu
kompensasi lain yaitu denan menggigit bibir atas atau bawah. Akibat dari menggigit bibir atas
yaitu maka terlihat pada gigi incisive condong kelabial. Akibat menggigit bibirbawah maka
terlihat gigi rahang atas condong kelabial.
( http://www.dentalarticles.com, diakses tanggal 3 September 2009, pukul 20.34 WIB)
2.4 Dampak Negatif Yang Dapat Terjadi Bila Seseorang Menderita Gigi Berdesakan Crowding
Teeth
Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan karena gigi berdesakan antara lain, yaitu :
1. Menimbulkan cacat muka, sehingga estetik jelek dan dapat mengakibatkan rasa rendah diri
dan percaya diri berkurang.
2. Kesehatan gigi dan mulut akan terganggu, misalnya : suatu keadaan gigi yang berjejal-jejal
akan memudahkan terjadinya suatu impaksi dari sisa makanan sehingga makanan sehingga akan
menimbulkan karies gigi.
3. Fungsi pendengaran bisa mendapat gangguan. Misalnya : pada oklusi yang dagunya
dimajukan kedepan, apabila gigitan dilakukan terus-menerus akan menimbulkan gangguan sendi
rahang, hal ini mengakibatkan fungsi alat pendengaran terganggu.
4. Fungsi pengunyahan dapat terganngu karena terjadi maloklusi jadi terjadi gangguan pada gigi-
gigi yang saling berhubungan.
5. Fungsi bicara dapat terganggu misalnya biasanya pada penderita gigi berdesakan ini
mengalami displsia memang ini tidak terjadi pada semua orang, jadi jika pasien mengalami
dysplasia maka ia akan kesulitan untuk melafalkan beberapa huruf tertentu. Huruf-huruf itu akan
terdengar tidak sejelas apabila dilalkan orang yang normal
6. Dapat mengakibatkan penyakit periodontal karena penimbunan sisa makanan dan kesulitan
pembersihan.
7. Dapat engakibatka kerusakan pada gigi-gigi.
( http://www.dentalarticles.com, diakses tanggal 3 September 2009, pukul 20.34 WIB)
2.5 Cara Pencegahan Mengenai Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth
Untuk mencegah gigi berdesakan ataupun maloklusi pada pengertian yang benar, ini akan
menjadi suatu hal yang penting untuk memberikan pengetahuan tentang pengertian faktor
etiologi dari maloklusi serta crowding teeth tersebut. Selain itu kesadaran, kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang tentang faktor genetic yang terjadi pada keluarga besar sebelumnya juga
dapat dijadikan acuan untuk mengontrol pertumbuhan serta perkembangan dan fungsi-fungsi
organ pada saat Prenatal, kongenital maupun post natal agar terhindar dari sesuatu yang tidak
diinginkan. Dengan kata lain untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan yang tidak
diharapkan. (http://en.wikipedia.org/wiki/Malocclusion, diakses tanggal 5 September 2009,
pukul 11.25 WIB)
Kemudian pengawasan terhadap kebiasaan anak-anak juga penting untuk diamati, khususnya
bagi para orang tua harus dapat menontrol dan mengawasi lingkungan dimana anak-anaknya
tumbuh. Kewajiban orangtua untuk memperhatikan anaknya untuk tidak melakukan kebiasaan
buruk juga mendukung pencegahan terjadinya maloklusi maupun gigi berdesakan. Karena
maloklusi dan gigi berdesakan ini dapat dicegah sebelum terjadi. (Hambali, Tono, 1986).

2.6 Cara Perawatan Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth


Perawatan Crowding teeth tidak lepas dari perawatan ortodonsi. Perawatan orthodonsi ini
menggunakan semacam kawat. Kawat ortodonsi ini adalah suatu alat atau piranti yang digunakan
untuk memperbaiki susunan gigi yang crowded, sesak, atau tidak teratur, agar didapatkan
susunan gigi yang baik atau normal kembali. Tujuan perawatan ortodonsi adalah untuk
mendapatkan oklusi (hubungan antara gigi-gigi di rahang atas dan rahang bawah) yang tepat atau
baik, yang sehat secara fungsional, estetik memuaskan dan stabil.
(http://www.orthodonticslimited.com/orthodontic_treatment/crowding_spacing_teeth.html,
diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.00 WIB). Perawatan orthodonti ini pastinya
menggunakan alat alat (pesawat) yang mendukung prosesnya agar berjalan lancar. Macam-
macam pesawat orthodonti dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam alat :
1. Pesawat lepasan (removable appliance) terdiri dari pelat akrilik dengan kawat retensi
(cangkolan) serta spring-spring dan kadang-kadang dilenkapi dengan sekrup.
2. Pesawat tetap (fixed appliance), tidak seperti halnya pesawat lepasan dapat dibuka atau dilepas
oleh pasien, pesawat tetap tidak dapat dilepas atau dipasang sendiri oleh pasien tetapi harus oleh
operator atau dokter gigi. Pemasangan pesawat tetap ini tidak dapat dilakukan oleh semua dokter
gigi kecuali oleh dokter gigi yang telah mendapatkan pendidikan khusus dibidang Fixed
appliance. Alat ini popular dipakai diamerika dan dijepang. (Hambali, Tono, 1986)
Pesawat ortodonti tetap ini terdiri atas :
1. Band yang bersifat stainless teel yang dilekatkan pada masing-masing gigi dan dipatri.
Melekatnya pada gigi adalah dengan cara disemen pada setiap gigi
2. brecket, alat ini ditempelkan pada Band dengan cara disolder yang gunanya adalah dilewati
oleh kawat labial atau dengan yang lebih kecil.
3. Kawat yang dilengkungkan dengan ideal yang dinamakan busur labial. Sifat kawat ini elastic
sehingga menimbulkan tekanan terhadap gigi yang malposisi. (Hambali, Tono, 1986)
Selain perawatan orthodonsi menghilangkan crowding teeth ini juga bisa dengan cara
pencabutan yang disebut pencabutan serial. Pencabutan serial merupakan teknik dimana dengan
mencabut gigi susu dan gigi tetap tertentu (pada waktu tertentu) dapat mengurangi crowding
dengan mmanfaatkan pergerakan gigi spontan sehingga tidak diperlukan perawatan ortho.
Prosedur keseluruhan harus dibatasi pada maloklusi kelas 1 dengan crowding dan seluruh gigi
ada, sehat serta berada dalam posisi menguntungkan. .(Houston, W. J. B,1989)
Selain pencabutan serial dilakukan perlu tetap diingat bahwa pemeriksaan yang menyeluruh
telah dilakukan pada setiap tahap untuk memastikan bahwa cara ini masih merupakan rencana
yang tepat untuk pasien. Tetapi cara ini masih mempunyai banyak kekurangan :
1. Anak harus menghadapi cabut gigi berapa kali.
2. Kaninus bawah tetap dapat tumbuh terlebih dahulu daripada premolar pertama sehingga
menjadi impaksi antara kaninus dan molar kedua susu, hal ini menyebabkan kesulitan dalam
pencabutan. .(Houston, W. J. B,1989)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan :
1. Maloklusi merupakan ketidakteraturan gigi-gigi diluar ambang normal. Maloklusi sendiri
dapat meliputi ketidakteraturan local dari gigi-gigi malrelasi pada tiap ketiga bidang ruang-
sagital, vertical atau tranversal.
Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
1. Klas I angle (Netroklusi), menurut Devey,klas I ini dibagi menjadi 5 tipe.
2. Klas II Angle, menurut devey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi.
3. Klas III Angle (mesioklusi), menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe.
2. Gigi berdesakan atau crowding secara umum dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana
terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga keadaan
yang memudahkan lengkung gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang basal
rahang yang kecil atau kombinasi dari gig yang lebar dan rahang yang kecil. Dalam penelitian
ditemukan bahwa pada kasus dengan gigi yang lebih kecil, daripada kasus tanpa atau sedikit gigi
berdesakan.
3. Ada banyak faktor yang mendukung terjadinya crowding teeth yaitu :
A. Penyebab tidak langsung
1. Faktor genetik.
2. Faktor kongenital
3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
4. Penyakit
B. Penyebab langsung
1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya
2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.
3. Gigi yang berlebih
4. Tanggalnya gigi tetap
5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens)
6. Bentuk gigi tetap tidak normal.
7. Kebiasaan-kebiasaan buruk.
4. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan karena gigi berdesakan antara lain, yaitu :
Menimbulkan cacat muka, sehingga estetik jelek dan dapat mengakibatkan rasa rendah diri
dan percaya diri berkurang.
Kesehatan gigi dan mulut akan terganggu.
Fungsi pendengaran bisa mendapat gangguan
Fungsi pengunyahan dapat terganngu karena terjadi maloklusi jadi terjadi gangguan pada gigi-
gigi yang saling berhubungan.
Fungsi bicara dapat terganggu.
Dapat mengakibatkan penyakit periodontal.
Dapat engakibatka kerusakan pada gigi-gigi.

5. Untuk mencegah terjadinya gigi berdesakan adalah dengan cara menghilangkan etiologi
penyebeb gigi berdesakan tersebut.
6. Perawatan Crowding teeth tidak lepas dari perawatan ortodonsi. Perawatan orthodonsi ini
menggunakan semacam kawat. Kawat ortodonsi ini adalah suatu alat atau piranti yang digunakan
untuk memperbaiki susunan gigi yang crowded, sesak, atau tidak teratur, agar didapatkan
susunan gigi yang baik atau normal kembali
Selain perawatan orthodonsi menghilangkan crowding teeth ini juga bisa dengan cara
pencabutan yang disebut pencabutan serial. Pencabutan serial merupakan teknik dimana dengan
mencabut gigi susu dan gigi tetap tertentu (pada waktu tertentu) dapat mengurangi crowding
dengan memanfaatkan pergerakan gigi spontan sehingga tidak diperlukan perawatan ortho.
3.2 Saran
Dengan merujuk adanya gigi yang berdesakan. Sebaiknya para orangtua seharusnya
mengajarkan pada anak-anaknya untuk menghindari penyebab terjadinya crowding teeth.
Mengingat crowding teeth juga dapat dicegah maka perlu pengetahuan dini untuk anak-anak agar
dapat menghindari faktor-faktor predisposisi dari crowding teeth. Kemudian bagi penderita
crowding teeth yang parah hendaknya melakukan perawatan orthodontics supaya dapat
memperbaiki oklusi serta bentuk wajah. Selain dengan perawatan ini, juga dapat dilakukan
perawatan dengan cara pencabutan serial yaitu mencabut gigi-gigi sulung atau supernumeri teeth
yang tidak diperlukan sehingga dapat mengurangi kepenuhan didalam mulut.
DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R. J. 1992. Perawatan Gigi Anak. Jakarta : Widya Medika.


Hambali, Tono.1986. Diktat Kuliah Orthodonti II Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjajaran. Bandung : YABINA FKG UNPAD
Harty, F. J dan R Oyston.20002. Kamus Kedokteran Gigi. Alih bahasa : drg narlan sumawinata
Houston, W. J. B1989. Diagnosis Orthodonti. Alih bahasa drg yuwono L. Jakarta : Hipokrates
http://www.metcalforthodontics.com/images/common_clip_image001.jpg&imgrefurl=http://ww
w.metcalforthodontics.com/common.html&usg=__r4VKDy0YSETes-
vESUiyGsBbI5Y=&h=164&w=250&sz=14&hl=id&start=145&um=1&tbnid=eEJR8jgHC9YbY
M:&tbnh=73&tbnw=111&prev=/images%3Fq%3Dcrowding%2Bteeth%26ndsp%3D18%26hl%
3Did%26client%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:en-
US:official%26sa%3DN%26start%3D144%26um%3D1, diakses tanggal 5 September 2009,
pukul 11.30WIB
http://en.wikipedia.org/wiki/Malocclusion, diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.25 WIB
http://www.orthodonticslimited.com/orthodontic_treatment/crowding_spacing_teeth.html,
diakses tanggal 5 September 2009, pukul 11.00 WIB
http ://www.pustaka.unpad.ac.id/wp-content/kesehatan_gigi_untuk_keluarga.pdf, diakses tanggal
5 september 2009, pukul 11.54 WIB
Koesomahardjo, Hamilah.1995. Survey Pelaksanaan Pencegahan Maloklusi Oleh Kesehatan
Gigi Sekolah DKI Jakarta. Journal of the Indonesian dental association. Hal 55-61
Prijatmoko, Dwi, dkk.2002. Pertumbuhan Dan Perkembangan Kompleks Kraniofasial. (Cetakan
I). Jember : fakultas kedokteran gigi press universitas jember
Salzman, J. A. 1957. Orthodontics Principal And Prevention. Philadelphia : J. B. Lippincott
Company.
Susetyo, Budi. 1998. Praktek Othodonti Alat Cekat. Jakarta : Binarupa aksara.
Walter. 1990. Orthodonti Waltier. Alih bahasa : drg Llian Y. Jakarta : Hipokrates
Diposting oleh Dentist Notes di 3/18/2011 08:19:00 PM

Anda mungkin juga menyukai