Materi Kasus
Materi Kasus
A.
Gigi terdiri dari beberapa jaringan pembentuk. Secara garis besar, jaringan pembentuk gigi
ada 3, yaitu email, dentin, dan pulpa.
I. Email
Email adalah lapisan terluar yang melapisi mahkota gigi. Email berasal dari epitel
(ektodermal) yang merupakan bahan terkeras pada tubuh manusia dan paling banyak mengandung
kalsium. Secara kimia, email merupakan Kristal yang terkalsifikasi dengan persentase bahan
anorganik 95-99 %, terutama sebagai kalsium fosfat, dalam bentuk Kristal apatit, dan bahan
matriks organic 1 %, dan sisanya adalah air.
Matriks organic email tidak terdiri atas serabut-serabut kolageb tetapi terdiri atas sekurang-
kurangnya 2 golongan protein heterogen yang disebut amelogenin dan enamelin. Enamelin terdiri
atas asam aspartat, serin, glisin, prolin, dan asam glutamate. Hidroksi apatit merupakan unsure
mineral yang paling banyak.
Email merupakan jaringan semitranslusen, sehingga warna gigi bergantung kepada warna
dentin di bawah email, ketebaan email, dan banyaknya stain pada email. Ketebalan email tidak
sama, paling tebal di daerah oklusal atau insisal dan makin menipis mendekati pertautannya
dengan sementum.
Unit structural email adalah prisma (batang) email, dengan substansi interprismatik di antara
prisma-prisma tersebut. Setiap batang terbentang pada keseluruhan tebal lapisan email. Setiap
prisma letaknya tegak lurus terhadap permukaan dentin, dari batas email-dentin ke permukaan
gigi. Tetapi di bagian tengah tersusun dalam bentuk sedikit spiral. Tiap prisma dibentuk oleh satu
ameloblas dan pada potongan melintang tampak seperti sisik serta dasar prisma-prisma email
tersebut berbentuk heksagonal.
Matriks email dihasilkan oleh sel-sel yang disebut ameloblas. Selsilindris tinggi ini
mempunyai banyak mitokondria di bawah inti reticulum endoplasma kasar dan kompleks golgi
yang berkembang baik. Setiap ameloblas memiliki juluran apical, dikenal sebagai prosesus Tomes.
Mengandung banyak granul sekresi. Granul ini mengandung protein yang menyusun matriks
email.
Adapun sifat fisik email, sebagai berikut :
1. Warna putih keabu-abuan transparan
2. Kekuatan tarikan kurang lebih 100 kg/cm2
3. Kekuatan kompressinya 2100 3500 kg/cm2
4. Bersifat getas
5. Ketebalan pada cusp kurang lebih 2,5 mm
Permeabilitas email :
1. Bersifat permiabel terhadap sejumlah material baik invivo/ invitro
2. Dapat dipenetrasi oleh molekul yang cukup besar pada suhu kamar/ suhu tubuh.
II. Dentin
Dentin merupakan komponen terbesar jaringan keras gigi. Di daerah mahkota ditutupi oleh
email, sedangkan di daerah akar ditutupi oleh sementum. Secara internal, dentin membentuk
dinding rongga pulpa.
Dentin membentuk bagian terbesar dari gigi dan merupakan jaringan yang telah mengalami
kalsifikasi sama seperti tulang, tetapi sifatnya lebih keras karena kadar garam kalsiumnya lebih
besar (80%) dalam bentuk hidroksi apatit. Zat antar sel organic (20%) terutama terdiri atas serat-
serat kolagen dan glikosaminoglikans, yang disintesis oleh sel yang disebut odontoblas.
Odontoblas membentuk selapis sel-sel yang terletak di pinggir pulpa menghadap permukaan
dalam dentin. Odontoblas berasal dari mesenkim, berbentuk silindris dan inti di bagian basal.
Sitoplasmanya basofilik dengan banyak RE bergranula, dan seluruh aparat golgi yang letaknya
supra nuclear.
Sel pada puncaknya yang menghadap dentin membentuk tonjolan sitoplasma panjang dan
halus yang disebut serat dentin dari Tomes. Serat-serat ini menembus seluruh tebal dentin dan
terletak dalam saluran-saluran kecil pada dentin dan disebut sebagai tubulus dentin. Dentin yang
berada tepat di sekitar tiap tubulus sifatnya lebih refringen dan disebut sebagai selubung Neumann.
Dentin muda yang baru terbentuk disebut sebagai predentin. Lapisan ini pada dasarnya tidak
mengandung mineral dan warnanya berbeda dari dentin. Predentin terdiri atas substansi dasar dan
serat-serat kolagen dibentuk oleh odontoblas. Di dalam dentin terdapat daerah-daerah kecil,
disebut ruang interglobular, yang hanya sebagian atau sama sekali tidak mengalami pengapuran.
Pembentukan dentin bersifat siklis dan tidak teratur, dan pada gigi yang telah lengkap
pertumbuhannya terdapat garis pertumbuhan incremental dari Owen, yang tampak sebagai
lingkaran pertumbuhan pada potongan melintang.
Dentin peka terhadap rasa raba, panas, dingin, dan konsentrasi ion hydrogen. Diperkirakan
bahwa rangsangan itu diterima oleh serat dentin dan diteruskan olehnya ke serat saraf di dalam
pulpa.
Odontoblas bertahan selama hidup dan bila dirangsang secara berlebihan atau oleh adanya
penyakit periodontal, sel odontoblas ini dapat meletakkan dentin baru, disebut sebagai dentin
reparatif. Bila odontoblas dirusak, dentin tetap ada untuk waktu lama, tidak seperti tulang.
Adapun sifat fisik dari dentin, ialah :
1. Keras, warna putih kekuningan
2. Tahanan tarik 250 kg/cm2
3. Elastisitas cukup tinggi
Permeabilitas dentin :
1. Tubuli dentin merupakan saluran utama untuk berdifusinya cairan melalui dentin
2. Sebanding dengan diameter dan jumlah tubuli
3. Tinggi pada pulpa
4. Lebih rendah pada dentin akar daripada dentin mahkota dan bagian luar sangat tidak permeable
5. Pada infeksi gigi reaksi radang berkembang di dalam pulpa jauh sebelum terkena infeksi
6. Sklerorik dentin mengurangi permeabilitas karena menyubat tubuli
7. Pengeboran dentin pada pada preparasi kavitas menghasilkan debris mikro kristalin yang
menutupi tubuli dentin yang disebut smear layer dan berfungsi mencegah kuman menembus
dentin.
III. Pulpa
Pulpa gigi adalah jaringan lunak yang terletak di tengah-tengah gigi. Jaringan ini adalah
jaringan pembentuk, penyokong, dan merupakan bagian integral dari dentin yang mengelilinginya.
Ukuran serta bentuk pulpa ini dipengaruhi oleh tahap perkembangan giginya, yang terkait
dengan umur pasien. Tahap perkembangan gigi juga berpengaruh pada macam terapi pulpa yang
diperlukan jika misalnya pulpa terkena cedera.
Umumnya, garis luar jaringan pulpa mengikuti garis luar bentuk gigi. Bentuk garis luar
ruang pulpa mengikuti bentuk mahkota gigi dan bentuk garis luar saluran pulpa mengikuti bentuk
akar gigi. Pulpa gigi dalam rngga pulpa berasal dari jaringan mesenkim dan mempunyai berbagai
fungsi, yaitu sebagai pembentuk, sebagai penahan, mengandung zat-zat makanan, mengandung
sel-sel saraf/sensori.
Pulpa terdiri dari beberapa bagian, yaitu :
1. Ruang atau rongga pulpa, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian tengah korona gigi dan
selelu tunggal. Sepanjang kehidupan pulpa gigi mempunyai kemampuan untuk mengendapkan
dentin sekunder, pengendapan ini mengurangi ukuran dari rongga pulpa.
2. Tanduk pulpa, yaitu ujung dari ruang pulpa.
3. Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar gigi. Pada
kebanyakan kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar, tetapi sebuah akar mungkin
mempunyai lebih dari sebuah saluran.
4. Foramen apikal, yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada apeks akar berupa suatu
lubang kecil.
5. Supplementary canal. Beberapa kar gigi mungkin mempunyai lebih dari satu foramen, dalam hal
ini, saluran tersebut mempunyai 2 atau lebih cabang dekat apikalnya yang disebut multiple
foramina / supplementary canal.
6. Orifice, yaitu pintu masuk ke saluran akar gigi. Saluran pulpa dihhubngkan dengan ruang pulpa.
Adakalanya ditemukan suatu akar mempunyai lebih dari satu saluranpulpa, misalnya akar mesio-
bukal dari M1 atas dan akar mesial dari M1 bawah mempunyai 2 saluran pulpa yang berakhir pada
sebuah foramen apikal.
Jaringan pulpa memiliki lima fungsi yakni bersifat formatif dan bersifat suportif. Adapun
fungsi pulpa, yaitu :
1. Induktif. Jaringan pulpa berpartisipasi dalam memulai dan perkembangan dentin, yang bila
terbentuk, akan mengarah pada pembentukan email. Kejadian-kejadian ini merupakan kejadian
yang saling bergantung dalam arti bahwa epitel email akan menginduksi diferensiasi odontoblas,
dan odontoblas serta dentin menginduksi pembentukan email. Interaksi epitel-mesenkim seperti
itu adalah esensi dari pembentukan gigi.
2. Formatif. Odontoblas membentuk dentin. Sel yang sangat special ini berpartisipasi dalam
pembentukan dentin dalam tiga cara :
a. Melalui sintesis dan sekresi matriks anorganik.
b. Melalui pengangkutan komponen anorganik ke matriks yang baru terbentuk di saat-saat awalnya.
c. Melalui penciptaan lingkungan yang memungkinkan mineralisasi matriks.
3. Nutritif. Jaringan pulpa memasak nutrient yang sangat penting bagi pembentukan dentin
(misalnya dentin pretubuler) dan hidrasi melalui tubulus dentin.
4. Defensif. Jaringan pulpa juga memiliki kemampuan memroses dan mengindentifikasi zat asing
serta menimbulkan respons imun terhadap keberadaan zat asing itu. hal ini adalah cirri khas
respons pulpa terhadap karies dentin.
5. Sensatif. Jaringan pulpa mentransmisikan sensasi saraf yang berjalan melalui email atau dentin
ke pusat saraf yang lebih tinggi. Sensasi pulpa yang berjalan melalui dentin dan email biasanya
cepat, tajam, parah, dan ditransmisikan oleh serabut bermielin. Sensasi yang dialami diawali di
dalam inti pulpa dan ditransmisikan oleh serabut C yang lebih kecil, biasanya lambat, lebih tumpul,
dan lebih menyebar (difus).
I. Sementum
Sementum bagian dari jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari jaringan periodontium
karena menghubungkan gig dengan tulang rahang dengan jaringan yang terdapat di selaput
periodontal.
Bila ada rangsangan yang kuat pada gigi maka akan terjadi resorpsi/penyerapan sel-sel
sementum pada sisi yang terkena rangsangan dan pada sisi lainnya akan terbentuk jaringan
sementum baru. Pembentukan sementum yang baru kearah luar.
Jaringan sementum tidak mengadakan resorpsi atau pembentukan kembali tetapi mengalami
aposisi- makin tua umur makin tebal lapisan semen. Adapun macam-macam sementum ialah :
1. Semen primer ialah semen yang terdapat pada waktu erupsi gigi.
2. Semen fisiologis ialah lapisan semen yang terbentuk karena meningkatnya usia.
3. Semen patologis ialah semen yang terbentuk karena iritasi obat-obatan pada perawatan
endodontia, karena penyakit dan sebagainya, misalnya hipersementosis.
II. Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa mulut yg mengelilingi gigi dan menutupi ridge alveolar.
Secara anatomi, gingiva dibagi atas tiga daerah :
1. Marginal gingiva (unattached gingiva), merupakan bagian gingiva yang mengelilingi gigi seperti
kerah baju dan tidak melekat langsung pada gigi, biasa juga disebut juga dengan free gingiva
2. Attached gingiva merupakan lanjutan dari marginal gingival dan disebut juga mukosa
fungsional.
3. Interdental gingival, merupakan bagian gingival yang mengisi ruang interproksimal antara dua
gigi yang bersebelahan.
Ligamnetum periodontal merupakan struktur jaringan konektif yang mengelilingi akar gigi
dan mengikatnya ke tulang. Ligamen periodontal merupakan lanjutan jaringan gingiva yang
berhubungan dengan ruang sumsum tulang melalui saluran vaskuler.
Adapun fungsi ligamnetum periodontal adalah :
1. Memelihata aktivitas biologik sementum dan tulang alveolar.(Fungsi Formatif)
2. Menyuplai nutrisi dan membersihkan produk sisa mll aliran darah dan limfe.(Fungsi Nutritif)
3. Memelihara relasi gigi thdp jar.keras dan lunak. (Fungsi Fisik)
4. Menghantarkan tekanan taktil dan sensasi nyeri melalui jalur trigeminal. (Fungsi Sensorik)
Serat utama ligamnetum periodontal terbagi atas enam kelompok, yaitu :
1. Kelompok transeptal
2. Kelompok crest alveolar
3. Kelompok horizontal
4. Kelompok oblique
5. Kelompok apikal
6. Kelompok interadikular
Tulang alveolar disebut juga prosesus alveolaris yg mencakup tulang rahang secara
keseluruhan, yaitu maksila dan mandibula yg membentuk dan mendukung soket (alveoli) gigi.
Terbentuk ketika gigi erupsi dan secara perlahan hilang ketika gigi sudah dicabut. Adapun struktur
tulang alveolar ialah :
1. Tulang trabekular/ medular/ cancellous/ spongiosa, merupakan simpanan kalsium untuk
memenuhi kebutuhan metabolism (bagian metabolic).
2. Tulang kortikal/ osteid/ callus/ kompakta. Struktur dasar tulang kompak terdiri atas sistem
harvian (osteon)
C. Morfologi Gigi
Labial : Trapesium
Bentuk corona
Mesial/distal : Triangularis
Panjang gigi : 23,5 mm
Corona : 10,5
Radix : 13
Bentuk :
= I1 RA
Corona lebih kecil dan lebih bulat.
Panjang gigi : 22 mm
Corona : 9 mm
Radix : 13 mm
Tepi insisal jelas miring kebawah kepermukaan distal yang lebih pendek.
Sudut mesioinsisal lancip dan sudut distoinsisal membulat.
Mahkota lebih membulat, lebih pendek, lebih sempit dimensi mesiodistal dibanding insisivus
pertama.
Singulum di palatal sering menutupi lubang foramen caecum insisivus.
Permukaan palatal lebih cekung dari insisivus pertama.
Akar tunggal, runcing, apek inklinasi ke distal.
Garis servikal tidak beraturan pada permukaan mesial.
3. Caninus Atas
Bentuk
Labial : Pentagonal
M/D : Triangularis
Panjang gigi : 27 mm
Corona : 10 mm
Radix : 17 mm
Mahkota berbentuk segi lima dari labial/lingual dan berbentuk triangular dari proksimal.
Cusp tunggal, runcing dan segaris dengan sumbu panjang akar.
Bagian labial cembung dan singulum lebih jelas.
Akar tunggal dan sangat panjang, potongan melintang berbentuk segitiga membulat.
6. Caninus Bawah
Corona mirip P1 RA
Dimensi corona P2 lebih kecil
Mahkota kurang bersudut (lebih bulat).
Cuspis buccalis dan cuspis palatinalis hampir sama tinggi
Akar hanya satu
Sulcus centralis lebih pendek dgn bbrp fiss.tambahan.
Tdk punya fiss. Pertumbuhan marginalis.
Akar tunggal, mesiodistal datar dan lebih panjang dari
premolar pertama atas.
Cusp bukal dan palatal lebih kecil dan lebih rendah dari
premolar pertama atas.
Lereng mesial bukal cusp lebih pendek dari distal.
Bagian oklusal oval.
Bentuk
Aspek occlusal : Paralelogram/rhomboid=belah ketupat
Aspek mesial/distal : trapesium
Mempunyai 3 akar : Mesiobuccal & Distobuccal dan palatinal
Aspek buccal/palatinal: trapesium
Gigi molar paling besar.
Mempunyai 4 cusp dengan mesiopalatal paling besar dan distopalatal paling kecil.
Cusp bukal lebih runcing dari cusp palatal.
Bukolingual mahkota lebih besar darin mesiodistal.
Terdapat tuberculum carabelli pada cusp mesiopalatal.
Akar tiga, dan terpisah , akar palatal paling panjang dan mengembang, akar bukal
berinklinasi ke distal.
Bagian oklusal berbentuk jajaran genjang.
Bentuk
Corona (asp bucc) Pentagonal
Aspek Mesial/distal Rhomboidal
Radix tunggal & kerucut
Cusp secara umum ada 3(tiga) Buccal : 1 Lingual : 2
Perbedaan dengan P1
Ukuran labioingual : P2>P1
Cusp buccal : P2<P1
Tidak terdapat fisura pertumbuhan marginalis
Crista marginalis membagi as gigi secara tegak lurus
Bentuk
Aspek occlusal : Pentagonal
Aspek mesial/distal : Rhomboidal
Mempunyai 2 akar : Mesial & Distal
Ukuran mesiodistal > labiolingual
Aspek buccal/lingual : trapesium
Gigi terbesar pada rahang bawah.
Mempunyai 5 cusp, 3 bukal dan 2 lingual.
Permukaan bukal berinklinasi ke lingual.
Mesiodistal mahkota lebih besar dari bukolingual.
Bagian oklusal berbentuk segi empat.
Mempunyai 2 akar, akar mesial lebih panjang, akar distal lebih bulat.
Bentuk
Aspek occlusal : empat persegi panjang
Aspek mesial/distal : Rhomboidal
Radix 2 : mesial&distal
Terdapat fisura pertumbuhan buccalis, memisahkan:Cusp mesiobuccalis&Cusp distobuccalis
Terdapat fisura pertumbuhan lingualis
Ukuran M2 < M1
Fisura pertumbuhan mesialis Dangkal & pendek
Bentuk
Aspek occlusall/ mesia/ distal Mirip M2
Bervariasi
Sifat-sifat umum
Gigi yang terakhir erupsi dens serotinus (wisdom tooth)
Tidak mempunyi titik kontak distal
Ukuran & bentuk bervariasi
Sering mengalami impaksi
Mempunyai 2 tipe umum:
Tipe I
Terdapat 4 cusp
Ukuran : besar/kecil dari M2 RB
Ukuran M3 RB M3 RA
Tipe II
Terdapat 5 cusp supplemental groove
Ukuran, jumlah akar bervariasi
Mempunyai 2 akar bersatu (fusi)
Mempunyai > 2 akar
MORFOLOGI GIGI
INSISIVUS PERTAMA ATAS ( I1)
Permukaan mesial lurus dan terletak pada sudut tegak lurus tajam ketepi insisal.
Tepi insisal jelas miring kebawah kepermukaan distal yang lebih pendek.
Mahkota lebih membulat, lebih pendek, lebih sempit dimensi mesiodistal dibanding insisivus
pertama.
Permukaan mesial mahkota sedikit lebih panjang dari distal sehingga tepi inisisal sedikit miring.
CANINUS ATAS
Mahkota berbentuk segi lima dari labial/lingual dan berbentuk triangular dari proksimal.
Akar tunggal dan sangat panjang, potongan melintang berbentuk segitiga membulat.
CANINUS BAWAH
Mesiodistal, labiolingual mahkota dan akar lebih kecil dari caninus atas.
Akar lebih pendek. Tetapi panjang gigi keseluruhan (mahkota plus akar) hampir sama dengan
caninus atas.
Permukaan labial tidak secembung caninus atas. Terutama pada dua pertiga insisal.
Cusp dua buah (bukal dan palatal), cusp bukal lebih besar dari palatal.
Akar tunggal, mesiodistal datar dan lebih panjang dari premolar pertama atas.
Cusp bukal dan palatal lebih kecil dan lebih rendah dari premolar pertama atas.
Mempunyai 4 cusp dengan mesiopalatal paling besar dan distopalatal paling kecil.
Akar tiga, dan terpisah , akar palatal paling panjang dan mengembang, akar bukal berinklinasi ke
distal.
Mempunyai 2 akar, akar mesial lebih panjang, akar distal lebih bulat.
GIGI BERDESAKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari oklusi.
2. Mengetahui pengertian dari gigi berdesakan atau crowding teeth.
3. Mengetahui faktor penyebab gigi berdesakan atau crowding teeth.
4. Mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan bagi penderita gigi berdesakan atau crowding
teeth.
5. Mengetahui tindakan pencegahan dan perawatan untuk gigi berdesakan atau crowding teeth.
BAB II
PEMBAHASAN
5. Penyakit
misalnya penyakit thalasemia.anak talasemia mengalami hambatan tumbuh kembang fisik (berat
dan tinggi badan kurang) serta hambatan pertumbuhan tulang penyangga gigi. Rahang bawah
pendek sehingga muka bagian atas tampak maju. Pertumbuhan vertikal juga terganggu sehingga
tampak divergen, muka lebih cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi, jarak kedua
mata lebih lebar.
B. Penyebab langsung
1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya
Gigi sulung tanggal sebelum waktunya yang disebabkan oleh karies . Kemudian pada usia 6
tahun, molar pertama sudah mulai tumbuh. Jika molar kedua sulung sudah mulai tumbuh. Jika
molar kedua sulung sudah hilang karena terpaksa dicabut sehingga tempatnya akan terisi molar
pertama tetap dan inklinasi. Molar pertama tetap miring kemesial, maka gigi premolarpertama
dan kedua yang akan tumbuh tidak mempunyai tempat karena sudah terisi oleh molar pertama
tetap, akibatnya gigi premolar pertama dan kedua akan bereupsi diluar lengkung gigi. Maka oleh
karena itu penting mencegah tanggalnya gigi sulung sebelum waktunya. (Houston, W. J. B,1989)
2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.
Molar ketiga biasanya tidak ada tetapi tidak selalu menimbulkan maloklus. Premolar kedua atau
insisivus kedua atas pada 5 % anak tidak terbentuk. Tentu saja keadaan ini penting secara
ortodontidan harus diputuskan apakah ruang harus diganti atau diganti dengan protesa.(Houston,
W. J. B,1989)
Apabila memang gigi tidak terbentuk . maka lengkung gigi dan rongga mulutnya terdapat
ruangan kosong sehingga tampak celah antara gigi (diastema).
3. Gigi yang berlebih (supernumeri teeth)
Gigi supernumeri sering ditemukan didekat garis tengah rahang atas atau dikenal dengan sebutan
mesiodens. Gigi ini dapat menghalangi erupsi atau menggeser insisivus pertama tetap. Gigi
mesioden tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan menyebabkan gigi berjejal (crowding).
.(Houston, W. J. B,1989)
4. Tanggalnya gigi tetap
Tanggalnya gigi tetap karena trauma,karies atau penyakit periodontal berakibat buruk terhadap
oklusi.keadaan ini dapat menimbulkan kelainan oklusi jika gigi-gigi tersebut dicabut setelah usia
10 tahun. Penutupan ruang teutama pada rahang bawah yang tidak memuaskan akan
mengakibatkan gigi-gigi di sekitar daerah pencabutan akan tumbuh miring. (Houston, W. J.
B,1989).
5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens)
Gigi persistensi yaitu gigi sulung yang belum tanggal pada waktunya sehingga gigi tetap yang
akan bereupsi mulai muncul keluar kemudian gigi tetap yang akan bererupsi mulai muncul
keluar kemudian gigi tetap ini akan mencari arah dicabut, karena kalau tidak dicabut karena
kalau tidak dicabut akan menimbulkan maloklusi pada gigi penggantiannya.
6. Bentuk gigi tetap tidak normal
Bentuk gigi tetap tidak normal.maksudnya bentuknya gigi tidak teratur yaitu ada yang besar dan
ada yang kecil. Jika gigi yang tumbuh besar dan rahangnya kecil maka gigi tumbuh berdesakan,
kemudian apabila gigi yang tumbuh kecil rahangnya besar maka akan mengakibatkan gigi
tersusun diastema. .(Houston, W. J. B,1989)
7. Kebiasaan-kebiasaan buruk.
Ini biasanya terjadi pada masa pertumbuhan dan biasanya ini sulit sekali dihindari, kebiasakan
buruk itu antara lain :
o Menghisap jari
Kebiasaan ini biasanya erjadi pada seseorang anak yang disebabkan oleh adanya rasa tidak puas,
karena anak mendapatkan makanan atau minuman yangselalu terlambat atau anak sering
dimarahi orang tuanya , sehingga mencari kompensasi lain seperti mengisap jari.
Akibat yang ditumbulkan adalah timbulnya tekanan pada daerah palatum bagian anterior
sehingga merangsang pertumbuhan prosesus alveolaris ke anterior sehingga akan mengakibatkan
inklinasi daripada gigi insisi condong kedepan (labial atau protusif). Kebiasaan menghisap jari
ini juga dapat mengakibatkan berbagai maloklusi, yaitu klas I Angle dengan open bite, maloklusi
klas II Angle divisi 1, dan klas III Angle dimana mandibulatertarik kedepan oleh jari-jari yang
dihisap. (Salzman, J. A, 1957)
o Kebiasaan meletakkan lidah di antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah.
Hal ini diakibatkan oleh karena penderita mempunyai kebiasaan menelan yang salah. Juga dapat
terjadi akibat adanya kelainan dari lidahnya sendiri, misalnya terjadi makroglosi sehingga gigi
terdorong ke anterior. (Salzman, J. A, 1957)
o Menggigit pensil atau membuka jepit rambut dengan gigi.
Terkadang anak-anak di saat belajar mempunyai kebiasaan menggigit pensil atau pulpen, hal ini
dapat menyebabkan gigi yang dipakai menggigit tadi akan keluar dari lengkung gigi yang benar.
Juga dapat terlihat terjadinya keausan pada salah satu gigi anterior yang sering terkena benda
keras tersebut sehingga menyebabkan terjadi rotasi atau labioversi gigi tersebut. Keadaan yang
sama bisa terjadi pada keadaan menggigit kuku. .(Houston, W. J. B,1989)
Bila kita melihat pasien dengan pada salah satu gigi anterior yang sering terjadi rotasi atau
labioversi gigi tersebut. Maka kita bisa menerka secara langsung penyebabnya ialah pasien
senang menggigit benda keras. .(Houston, W. J. B,1989)
o Kebiasaan ngedot yang sulit dihentikan, misalnya sampai usia Sekolah Dasar masih ngedot, hal
ini cenderung akan mempengaruhi bentuk rahang si anak. Susu dari botol yang diminum oleh
bayi melaui cara mengisap ini kan memproduksi akibat yang negative yaitu dapat mengkerutkan
pipi dan menekan rahang. Kemudian efek dari hal tersebut akan mengakibatkan rahang atas
tertarik kedepan, membuat tinggi palatum dan septum nasal dan dapat mengakibatkan
pengurangan ukuran lateral dari palatum. .(Houston, W. J. B,1989)
o Kebiasaan bernafas melalui mulut
Hal ini umumnya disebabkan oleh karena :
a. Anomali dari perkembangan dan morfologi pernapasan melalui hidung.
b. Infeksi, tumor pada hidung serta terjadi polip.
c. Terjadi trauma pada hidung.
d. Kurangnya udara yang masuk melalui hidung membuat penting untuk bernapas melalui mulut.
e. Faktor genetik.
Karena faktor-faktor diatas maka pasien berusaha untuk mendapatkan udara semaksimal
mungkin melalui mulut. Akibatnya pertumbuhan sinus maksilaris ke arah lateral terganggu
sedang kearah anterior tidak terganggu dan terlihat palatum menjadi tinggi dan sempit, mukosa
mulut menjadi kering dan gigi anterior menjadi protusif.
Pengaruh ini biasanya terjadi pada rahang atas dan mempengaruhi pertumbuhan otot-otot. Yaitu
terlihat jelas pada pasien dengan klasifikasi Angle kals II divisi 1.
o cara menelan yang salah.
Akibat dari umumnya menimbulkan kebiasaan mendorong dengan lidah sehingga terlihat pada
gigi pasien adalah labioversi dan kadang-kadang terjadi openbite.
o Kebiasaan menggigit bibir
Umumnya terjadi akibat defek psikologis pada seseorang anak sehingga ia mencari suatu
kompensasi lain yaitu denan menggigit bibir atas atau bawah. Akibat dari menggigit bibir atas
yaitu maka terlihat pada gigi incisive condong kelabial. Akibat menggigit bibirbawah maka
terlihat gigi rahang atas condong kelabial.
( http://www.dentalarticles.com, diakses tanggal 3 September 2009, pukul 20.34 WIB)
2.4 Dampak Negatif Yang Dapat Terjadi Bila Seseorang Menderita Gigi Berdesakan Crowding
Teeth
Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan karena gigi berdesakan antara lain, yaitu :
1. Menimbulkan cacat muka, sehingga estetik jelek dan dapat mengakibatkan rasa rendah diri
dan percaya diri berkurang.
2. Kesehatan gigi dan mulut akan terganggu, misalnya : suatu keadaan gigi yang berjejal-jejal
akan memudahkan terjadinya suatu impaksi dari sisa makanan sehingga makanan sehingga akan
menimbulkan karies gigi.
3. Fungsi pendengaran bisa mendapat gangguan. Misalnya : pada oklusi yang dagunya
dimajukan kedepan, apabila gigitan dilakukan terus-menerus akan menimbulkan gangguan sendi
rahang, hal ini mengakibatkan fungsi alat pendengaran terganggu.
4. Fungsi pengunyahan dapat terganngu karena terjadi maloklusi jadi terjadi gangguan pada gigi-
gigi yang saling berhubungan.
5. Fungsi bicara dapat terganggu misalnya biasanya pada penderita gigi berdesakan ini
mengalami displsia memang ini tidak terjadi pada semua orang, jadi jika pasien mengalami
dysplasia maka ia akan kesulitan untuk melafalkan beberapa huruf tertentu. Huruf-huruf itu akan
terdengar tidak sejelas apabila dilalkan orang yang normal
6. Dapat mengakibatkan penyakit periodontal karena penimbunan sisa makanan dan kesulitan
pembersihan.
7. Dapat engakibatka kerusakan pada gigi-gigi.
( http://www.dentalarticles.com, diakses tanggal 3 September 2009, pukul 20.34 WIB)
2.5 Cara Pencegahan Mengenai Gigi Berdesakan Atau Crowding Teeth
Untuk mencegah gigi berdesakan ataupun maloklusi pada pengertian yang benar, ini akan
menjadi suatu hal yang penting untuk memberikan pengetahuan tentang pengertian faktor
etiologi dari maloklusi serta crowding teeth tersebut. Selain itu kesadaran, kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang tentang faktor genetic yang terjadi pada keluarga besar sebelumnya juga
dapat dijadikan acuan untuk mengontrol pertumbuhan serta perkembangan dan fungsi-fungsi
organ pada saat Prenatal, kongenital maupun post natal agar terhindar dari sesuatu yang tidak
diinginkan. Dengan kata lain untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan yang tidak
diharapkan. (http://en.wikipedia.org/wiki/Malocclusion, diakses tanggal 5 September 2009,
pukul 11.25 WIB)
Kemudian pengawasan terhadap kebiasaan anak-anak juga penting untuk diamati, khususnya
bagi para orang tua harus dapat menontrol dan mengawasi lingkungan dimana anak-anaknya
tumbuh. Kewajiban orangtua untuk memperhatikan anaknya untuk tidak melakukan kebiasaan
buruk juga mendukung pencegahan terjadinya maloklusi maupun gigi berdesakan. Karena
maloklusi dan gigi berdesakan ini dapat dicegah sebelum terjadi. (Hambali, Tono, 1986).
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan :
1. Maloklusi merupakan ketidakteraturan gigi-gigi diluar ambang normal. Maloklusi sendiri
dapat meliputi ketidakteraturan local dari gigi-gigi malrelasi pada tiap ketiga bidang ruang-
sagital, vertical atau tranversal.
Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle dibagi dalam tiga kelas, yaitu:
1. Klas I angle (Netroklusi), menurut Devey,klas I ini dibagi menjadi 5 tipe.
2. Klas II Angle, menurut devey, klas II Angle ini dibagi dalam dua divisi.
3. Klas III Angle (mesioklusi), menurut dewey, klas III Angle ini dibagi dalam tiga tipe.
2. Gigi berdesakan atau crowding secara umum dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana
terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga keadaan
yang memudahkan lengkung gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang basal
rahang yang kecil atau kombinasi dari gig yang lebar dan rahang yang kecil. Dalam penelitian
ditemukan bahwa pada kasus dengan gigi yang lebih kecil, daripada kasus tanpa atau sedikit gigi
berdesakan.
3. Ada banyak faktor yang mendukung terjadinya crowding teeth yaitu :
A. Penyebab tidak langsung
1. Faktor genetik.
2. Faktor kongenital
3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
4. Penyakit
B. Penyebab langsung
1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya
2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.
3. Gigi yang berlebih
4. Tanggalnya gigi tetap
5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistens)
6. Bentuk gigi tetap tidak normal.
7. Kebiasaan-kebiasaan buruk.
4. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan karena gigi berdesakan antara lain, yaitu :
Menimbulkan cacat muka, sehingga estetik jelek dan dapat mengakibatkan rasa rendah diri
dan percaya diri berkurang.
Kesehatan gigi dan mulut akan terganggu.
Fungsi pendengaran bisa mendapat gangguan
Fungsi pengunyahan dapat terganngu karena terjadi maloklusi jadi terjadi gangguan pada gigi-
gigi yang saling berhubungan.
Fungsi bicara dapat terganggu.
Dapat mengakibatkan penyakit periodontal.
Dapat engakibatka kerusakan pada gigi-gigi.
5. Untuk mencegah terjadinya gigi berdesakan adalah dengan cara menghilangkan etiologi
penyebeb gigi berdesakan tersebut.
6. Perawatan Crowding teeth tidak lepas dari perawatan ortodonsi. Perawatan orthodonsi ini
menggunakan semacam kawat. Kawat ortodonsi ini adalah suatu alat atau piranti yang digunakan
untuk memperbaiki susunan gigi yang crowded, sesak, atau tidak teratur, agar didapatkan
susunan gigi yang baik atau normal kembali
Selain perawatan orthodonsi menghilangkan crowding teeth ini juga bisa dengan cara
pencabutan yang disebut pencabutan serial. Pencabutan serial merupakan teknik dimana dengan
mencabut gigi susu dan gigi tetap tertentu (pada waktu tertentu) dapat mengurangi crowding
dengan memanfaatkan pergerakan gigi spontan sehingga tidak diperlukan perawatan ortho.
3.2 Saran
Dengan merujuk adanya gigi yang berdesakan. Sebaiknya para orangtua seharusnya
mengajarkan pada anak-anaknya untuk menghindari penyebab terjadinya crowding teeth.
Mengingat crowding teeth juga dapat dicegah maka perlu pengetahuan dini untuk anak-anak agar
dapat menghindari faktor-faktor predisposisi dari crowding teeth. Kemudian bagi penderita
crowding teeth yang parah hendaknya melakukan perawatan orthodontics supaya dapat
memperbaiki oklusi serta bentuk wajah. Selain dengan perawatan ini, juga dapat dilakukan
perawatan dengan cara pencabutan serial yaitu mencabut gigi-gigi sulung atau supernumeri teeth
yang tidak diperlukan sehingga dapat mengurangi kepenuhan didalam mulut.
DAFTAR PUSTAKA