OLEH: ANTON BUDHI NUGROHO, SE, MM, MES, CSA, CEA, CCAE, CEMB
Definisi inflasi banyak ragamnya seperti yang dapat kita temukan dalam literatur
inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang erat, dan luas antara inflasi,
untuk solusinya. Namun pada prinsipnya masih terdapat beberapa kesatuan pandangan
bahwa inflasi merupakan suatu fenomena, dan dilema ekonomi. Inflasi adalah suatu
keadaaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan
semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara ( Khalwaty, 2000 : 5 ).
sebagai faktor eksternal dunia industri serta berdampak luas pula terhadap
global, dan bahkan di pasaran nasional jika terjadi inflasi yang tinggi. Biaya
terbuka.
4. Kemerosotan produksi baik yang berorientasi pada ekspor maupun untuk
5. Inflasi yang tinggi akan melemahkan daya beli masyarakat terutama terhadap
merosot.
7. Inflasi yang tinggi akan mendorong para pemodal nasional untuk menanamkan
industrinya ke luar negeri yang perekonomiannya lebih stabil. Jika hal ini terjadi,
perekonomian nasional akan terus memanas, dan hancur. Industri semakin tidak
modalnya.
Inflasi yang terus berlanjut apalagi sampai melampaui angka 2 digit dapat
berpengaruh pada distribusi pendapatan, dan alokasi faktor produksi nasional. Dampak
terhadap distribusi pendapatan disebut Equity Effect, sedangkan dampak terhadap alokasi
Equity Effect adalah dampak inflasi terhadap pendapatan. Dampak inflasi terhadap
pendapatan bersifat tidak merata, ada yang mengalami kerugian terutama mereka yang
berpenghasilan tetap, dan ada pula kelompok yang mengalami keuntungan dengan adanya
inflasi. Mereka yang berpenghasilan tetap akan mengalami penurunan nilai riil dari
penghasilannya, sehingga daya belinya menjadi lemah. Demikian juga terhadap orang-orang
yang gemar menumpuk kekayaan dalam bentuk uang tunai akan sangat menderita, dan
mengalami kerugian besar dengan adanya inflasi. Pemilik modal yang meminjamkan
modalnya dengan bunga lebih rendah daripada tingkat inflasi juga akan mengalami
dengan tingkat persentase yang lebih besar dari pada tingkat inflasi, atau mereka yang
mempunyai kekayaan tidak dalam bentuk uang tunai. Nilai kekayaan tersebut akan naik,
karena harganya semakin mahal dengan persentase lebih besar dari tingkat inflasi. Selain itu
inflasi juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada distribusi pendapatan, dan atau
kekayaan masyarakat.
rumah tangga perusahaan karena lemahnya daya beli masyarakat, juga berpengaruh
terhadap biaya produksi. Harga-harga faktor produksi akan terus meningkat, sehingga dapat
mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Inflasi yang tinggi jika tidak diikuti dengan
Sedangkan disisi lain daya beli masyarakat melemah yang akan menyebabkan harga produk
semakin tidak kompetitif. Keadaan demikian sudah merupakan awal dari kebangkrutan.
Output Effect. Analisis terhadap equity effect, dan efficiency effect berdasarkan pada
asumsi bahwa output dalam keadaan tetap ( cateris paribus ). Berbeda halnya dengan
analisis output effect. Analisis output effect adalah analisis tentang inflasi terhadap keluaran
Inflasi dinilai dapat meningkatkan produksi dengan asumsi bahwa produksi akan
mengalami kenaikan mendahului kenaikan upah atau gaji para pekerja. Kenaikan harga
produksi mengakibatkan terjadinya keuntungan ( laba ) yang diterima produsen. Jadi
syaratnya adalah kenaikan harga produksi atau kenaikan harga-harga faktor produksi.
Keuntungan yang telah dinikmati produsen tersebut akan mendorong produsen untuk terus
meningkatkan produksinya. Jika tingkat inflasi tinggi melebihi dua digit dan berlangsung
dalam waktu lama ( jangka panjang ), maka biaya produksi akan naik pula, dan akibatnya
keuntungan yang telah dinikmati produsen menjadi berkurang. Karena keuntungan terus
berkurang sementara biaya produksi terus bertambah, akhirnya produsen akan mengurangi
produksinya sampai batas tertentu yang dianggap aman atau masih dinilai memungkinkan
untuk terus melanjutkan usahanya. Jika dinilai sudah tidak menguntungkan lagi, keputusan
yang terbaik adalah menghentikan produksi. Jika penghentian produksi terpaksa dilakukan,
para pekerja terpaksa pula berhenti bekerja. Dan akhirnya berdampak pada pengangguran.
Di dalam teori kuantitas, dijelaskan bahwa sumber utama terjadinya inflasi adalah
karena adanya kelebihan permintaan ( demand ) sehingga uang yang beredar di masyarakat
menjadi dua, yakni Demand Pull Inflation , dan Cost Push Inflation .
( bersifat aggregate ) dimana kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh
( full employment ). Kenaikan kesempatan agregatif selain dapat menaikan harga-harga juga
dapat meningkatkan produksi. Jika kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja
penuh, maka kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output, tetapi hanya
mendorong kenaikan harga-harga yang biasa juga disebut sebagai inflasi murni
( Pure Inflation ).
Pada kondisi Cost Push Inflation, tingkat penawaran lebih rendah dibandingkan
tingkat permintaan. Ini dikarenakan adanya kenaikan harga faktor produksi sehingga
produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu. Penawaran total
( aggregate supply ) terus menurun karena semakin mahalnya biaya produksi. Apabila
keadaan tersebut berlangsung cukup lama, maka terjadilah inflasi yang disertai dengan
resesi.
kegiatan perbankan. Kondisi laju inflasi yang tinggi menyebabkan pemerintah ( Bank
Indonesia. Ini dalam rangka agar inflasi dapat terkendali. Namun akibat lainnya adalah bank-
bank terpaksa menaikan suku bunga pinjamannya ( kredit ). Ini dilakukan bank agar bank
tidak mengalami negative spread. Negative spread adalah suatu kondisi dimana suku bunga
simpanan lebih tinggi, dari suku bunga kredit ( seperti yang dialami Indonesia disaat krisis ).
Apabila ini terjadi maka bank-bank akan kesulitan dalam menjalankan aktivitasnya. Disatu
sisi bank wajib membayar bunga simpanan pada masyarakat yang tinggi, namun disisi lain
penerimaan ( margin keuntungan ) bank dari kredit juga menurun. Sebab pada saat itu suku
bunga kredit sudah dinaikan sedemikian tingginya, dan sangat memberatkan, dan
tersebut, maka bank-bank tidak mau mengalami negative spread, sehingga pada saat suku
bunga simpanan dinaikan oleh pemerintah ( BI ) sebagai pengendali inflasi, maka bank-bank
akan dengan sendirinya menaikan suku bunga kreditnya ( pinjaman ). Apabila suku bunga
kredit naik maka sudah otomatis minat masyarakat untuk meminjam kredit semakin
Dalam praktek sehari-hari terkadang ada juga bank-bank yang tidak menaikan suku
bunga kreditnya. Mereka beranggapan jika menaikan suku bunga kredit pada saat inflasi
tinggi maka bank akan kesulitan dalam menyalurkan kredit pada masyarakat, dan banyak
masyarakat yang tidak akan meminjam kredit. Dengan demikian tingkat keuntungan bank
juga akan menurun. Jika tingkat keuntungan bank menurun, berarti bank juga akan
mengalami kendala dalam membayar bunga simpanan pada masyarakat. Bank-bank yang
bersikap seperti ini biasanya tidak banyak, dan tetap mempertahankan suku bunga
tangan dari pemerintah ( khususnya BI ) sebagai regulator perbankan agar inflasi tidak
terkecuali ) dikarenakan pengaruh inflasi tadi, sudah tentu ini sangat membahayakan
perekonomian, banyak masyarakat pengusaha ( baik kecil, dan besar ) yang akan
berguguran, yang pada akhirnya jumlah pengangguran juga meningkat. Untuk itu
inflasi tetap harus ada dan harus ada untuk selama-lamanya dalam kegiatan
perekonomian. Namun inflasi yang penulis maksudkan adalah inflasi yang wajar, masih
terkendali dan masih di bawah 2 digit, secara riil misalnya di bawah 10%. Mengapa penulis
1. Para petani yang memproduksi beras melalui gabah yang dihasilkan dari kegiatan
merupakan berkah tersendiri bagi petani, dan sudah dipastikan petani akan
mengalami kenaikan keuntungan. Apakah ini wajar?? Bagi penulis ya jelas wajar.
hasil produksinya, dan jangan hanya bisa menjual tanah untuk para
tersebut. Apakah ada contohnya petani itu sejahtera?? Jelas ada contohnya,
pertanian yang baik, kualitas produksinya juga terjaga, dan bahkan sudah
hari. Dengan adanya kenaikan harga, sudah tentu akan berdampak pada
kenaikan harga jual barang-barang mereka. Apakah hal ini juga wajar?? Bagi
penulis ya jelas wajar. Sebab harga jual mereka dipengaruhi oleh iklim, biaya
transportasi yang juga dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM. Pedagang pasar
juga berhak untuk mengalami keuntungan, dan jangan kemudian dianak tirikan
supaya tidak boleh sejahtera, tidak adil namanya. Siapapun berhak untuk
dikarenakan inflasi. Janganlah kita egois hanya memikirkan diri kita sendiri dan
kesejahteraan diri kita sendiri. Betapa banyak masyarakat mengeluh ketika harga
telur dan beras naik, padahal kenaikannya secara total hanya sekitar Rp. 2000-
mahal, mbok jangan naik dan sebagainya. Padahal dari pengamatan dan
pembeli adalah golongan yang bermobil, memiliki HP yang harganya jutaan dan
mobil tersebut pun mewah. Orang-orang seperti ini sudah bisa dipastikan
memiliki Kantong Saku yang tebal alias Berduit. Namun yang jadi pertanyaan
kenapa mereka mengeluh karena kenaikan harga yang sebesar Rp. 3000 secara
total. Bagi penulis pribadi ini Kebangetan namanya. Lebih jauh lagi mereka bagi
penulis sudah KUFUR NIKMAT dan hanya bisa mementingkan diri sendiri.
mengalami kenaikan padahal terjadi inflasi. Bagi penulis, ini juga pelajaran bagi
keuangan?? Hal-hal dan barang-barang yang tidak penting hendaknya tidak usah
dibeli, belajar untuk berhemat, belajar untuk menggunakan uang secara efektif
dan efisien. Bukankah ini lebih baik dari pada mengeluh dan menyalahkan
4. Inflasi yang tinggi memang akan berdampak pada kenaikan suku bunga deposito.
Apakah ini juga berkah?? Ya jelas berkah. Setiap orang yang memiliki simpanan
Bayangkan jika ada seorang muslim yang memiliki kekayaan sebesar Rp. 20
milyar dalam bentuk CASH, dan disimpan dalam bentuk deposito berjangka,
berapa banyak keuntungan setiap bulan yang diperoleh?? Yang pasti besar
jumlahnya. Umat muslim yang memiliki kekayaan sebesar itu tentunya juga
dhuafa, fakir miskin, dan sebagainya. Bagaimana dengan FATWA MUI bahwa
Bunga adalah haram dan riba?? Penulis pribadi masih dalam kategori toleransi
meskipun penulis pribadi 90% lebih condong pada keuangan yang berbasis
syariah. Ingat negara kita adalah negara hukum, dan bukan negara Islam.
Mungkin yang dimaksudkan dalam fatwa MUI tersebut adalah bunga yang
memberatkan, dan dapat merugikan orang lain. Bagaimana jika bunga itu sangat
kecil, seperti bunga dalam praktek kredit KUR (Kredit Usaha Rakyat) bank-bank
besar?? Apakah ini memberatkan?? Rasanya tidak bagi penulis. Dalam konteks
pergaulan internasional dan pinjaman dengan negara lain juga tidak bisa terlepas
rumah sakit, jalan tol, pelabuhan, Stasiun kereta api, pasar, dan perhotelan dan
bandara udara juga tidak bisa terlepas dari bunga. Bukankah OBLIGASI FAVORIT
setiap bulan untuk jangka panjang lagi?? Bukankah keuntungannya juga dengan
menggunakan bunga?? Bukankah para pembeli ORI juga banyak sekali kaum
muslim-nya?? Penulis juga ingin menyatakan dalam tulisan ini bahwa memang
kita masih belum bisa terlepas dari bunga. Dari diskusi yang penulis pernah
lakukan sama seorang DOKTOR ILMU EKONOMI, yang juga seorang muslim, jujur,
adil, tegas, ibadahnya tidak pernah dilupakan, dan pantang maksiat, dia jelas-
Bank-Bank Pelat Merah, salah satu alasannya adalah dipastikan aman dan juga
dapat keuntungan berupa bunga yang bisa digunakan untuk operasional sehari-
menyimpan uangnya di Bank Pelat Merah. Bagaimana dengan fenomena ini?? Ini
5. Fonomena inflasi juga bermanfaat bagi para pemikir nasional alias para dosen
Indonesia ) adalah bunga?? Penulis juga ingin mengajak para pembaca yang
Oleh karena itu penyelesaiannya pun harus cerdas dan bijak. Para pemikir juga
kehendak. Bukankah hal-hal yang bersifat pemaksaan pasti tidak baik dalam
pesangon. Pihak-pihak yang di PHK tentunya jangan putus asa dan hanya bisa
keahlian yang belum tentu kita miliki. Kembali pada orang yang di PHK tadi
misalnya, hendaknya ia dapat menjalankan bisnis atau dagang dari sebagian uang
berbagi wawasan melalui tulisan ini bahwa banyak sekali PINTU REJEKI TUHAN
(ALLAH) yang dapat diperoleh melalui kegiatan bisnis atau dagang. Tetangga
penulis yang merupakan orang madura bisa sukses dan membeli rumah dan
membeli 4 motor besar hanya dengan berjualan sate. Memang 4 orang anggota
keluarganya fokus untuk berjualan sate baik pagi maupun sore. Coba lihat,
mereka bisa sukses kan?? Penulis pikir kita juga bisa sukses semenjak kita gigih
berusaha dan pantang menyerah. Jangan takut di PHK hanya gara-gara inflasi.
7. Dalam konteks perekonomian makro dan global, inflasi dan suku bunga
memang merupakan 2 hal yang tidak bisa dipisahkan. Sampai kapanpun tidak
bisa dipisahkan. Penulis pernah mendengar gagasan dari para pihak yang
kita tidak mencintai mata uang negara kita yaitu rupiah?? Bagaimana
tukar menukar dengan mata uang asing apabila kita ingin berbisnis ke luar
memproduksi uang dinarnya?? Berapa besaran nilai tukar untuk tiap dinar
seperti emas?? Apakah Dinar bisa menyelesaikan masalah inflasi?? Apakah Dinar
menghadang dan tidak jelas solusi dan penyelesaiannya. Penulis sekali lagi
mengajak para pembaca untuk bijaksana dan arif serta tidak hanya asal
bunga dan inflasi, dua hal ini hanyalah instrumen perekonomian yang penulis
nasional dan global. Bukankah perhitungan APBN kita juga sangat terkait
secara nasional inilah akan terlihat berapa besar porsi biaya untuk belanja
seperti subsidi BBM, subsidi pupuk, subsidi listrik, subsidi kesehatan, subsidi
sangat setuju bahwa infaq, sedekah dan juga zakat sebagai produk dalam
pengentasan kemiskinan. Penulis juga setuju akan adanya regulasi zakat dan
khususnya zakat pendapatan bagi masyarakat muslim yang kaya. Penulis juga
memperdayakan sektor usaha mikro dan kecil. Penulis juga mendukung bahwa
badan hukum LKMS adalah koperasi dan tetap berada di bawah UU Koperasi.
merombak total regulasi dan konstitusi Indonesia yang sudah ada hanya dengan
yang pasti benar. Tidak ada buktinya bahwa penggunaan Dinar memberikan
mengingatkan pada kita semua, bahwa kita adalah Bangsa Indonesia. Dan Bangsa
Kita Punya Nilai-Nilai dan Karakteristik Sendiri yang tidak sama dengan negara
Dinar?? Penulis tidak bisa menjelaskan lebih jauh, namun kita semua sudah
melihat bahwa negara-negara jazirah arab sampai sekarang dan detik ini
Berantem Terus dan Perang Saudara Terus. Lantas apa yang harus
apabila menghadapi kondisi inflasi tinggi harus cermat dan lebih ketat lagi dalam
pengelolaan keuangannya, jangan kemudian dengan mudahnya mengorbankan
9. Bagi para mahasiswa khususnya jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
hendaknya dapat mempelajari konsep inflasi dengan baik dan dapat membagi
10. Bagi para pelaku bisnis. Kegairahan produksi barang dan jasa tentunya akan
sangat ditunjang oleh adanya inflasi. Pebisnis mau memproduksi barang dan
berapapun kenaikan harganya pasti tetap dibeli oleh konsumen. Misalnya beras
dan telur, berapapun harganya pasti tetap dibeli konsumen karena merupakan
kebutuhan pokok sehari-hari. Mau contoh lain?? Coba lihat produk HP yang
memiliki fasilitas Facebook, Twitter, Instagram, Line, BBM dan sejenisnya dan
berapapun harganya pasti dibeli oleh konsumen, apapun merek HP tersebut, dan
bekas sekalipun.
11. Belajar dari pengalaman masa lalu, khususnya Indonesia pada tahun 1997-1999
dimana terjadi krisis ekonomi yang disebabkan kejatuhan mata uang asing yang
berimbas pada kenaikan inflasi, jatuhnya nilai rupiah, dan ujung-ujungnya suku
bunga deposito naik drastis, banyak pihak yang memang dirugikan, tidak
bahwa peristiwa tersebut tidak akan terulang lagi. Pemerintahan Era Jokowi saat
ini dan jajaran kabinet pembantunya pasti sudah menyiapkan banyak strategi
ekonomi dan keuangan agar tidak kembali seperti masa lalu tersebut. Pernahkah
pembaca melihat indikator ekonomi keuangan Indonesia secara makro hingga
tahun 2015 bulan Maret?? Penulis pernah melihat langsung dan membacanya.
Apa kesimpulannya?? Bagi penulis, Insya Alloh perekonomian kita masih dalam
lapangan?? Bagi penulis itu hal biasa dalam konteks ekonomi. Bukankah yang
Masyarakat hendaknya juga dapat memahami secara bijak dan tidak asal dalam
jujuran, sebenarnya bagi penulis pondasi ekonomi kita jauh lebih kokoh
tukang bakso, bakul sate, bakul Mie Ayam, warung Burjo, tukang sayur keliling,
warung Warteg, warung Lotek dan warung tenda pecel lele, apakah mereka
terkena imbas dari keuangan global?? Sama Sekali Tidak. Mereka tetap kokoh
berdiri sebagai bumper perekonomian Indonesia secara RIIL. Jadi apa yang harus
dikhawatirkan jika inflasi tinggi?? Masyarakat pun sudah sangat banyak yang
banyak untuk berhemat dan membeli kebutuhan yang seperlunya. Sekali lagi apa
12. Bagaimana dengan masyarakat pedesaan yang bisanya bercocok tanam. Apakah
akan mengalami dampak dari Inflasi?? Ya jelas pasti akan ikut terkena dampak
dari inflasi. Namun Dampaknya sudah pasti positif. Misalnya kenaikan harga
konvensional yang berbasis bunga, dan praktek pada perbankan syariah (Bank
Umum Syariah dan BPR Syariah) dan lembaga keuangan mikro syariah (BMT)
yang berbasis bagi hasil?? Bagi penulis ya sah-sah saja karena sudah jelas
terdapat Undang-Undang yang mengatur. Bagi kaum muslim dan non muslim
apabila terdapat kaum muslim dan non muslim yang mau menggunakan bank
syariah dan lembaga keuangan mikro syariah ya juga silahkan, juga tidak apa-apa.
Bagi penulis biarkanlah dua sistem keuangan ini berjalan secara berdampingan
dan tidak menghancurkan satu sama lain. Bukankah yang namanya hidup
lebih baik atau praktek perbankan dan lembaga keuangan mikro syariah yang
sendiri... Namun kemudian, sekali lagi penulis ingin mengatakan bahwa sistem
bunga yang terkait dengan inflasi janganlah dimusuhi, pahami, amati, pelajari
dan diresapi akan hakekat dan maknanya dalam perekonomian nasional dan
global.
Sebagai penutup, penulis mengajak para pembaca semua untuk bersikap bijak dan arif
dalam mensikapi inflasi dan suku bunga. Janganlah memusuhinya, jangan hanya bisa
menyalahkan tanpa bisa memberi solusi, jangan hanya berkeluh kesah atas inflasi, jangan
hanya bisa menyalahkan pemerintah, dan juga jangan menyalahkan Tuhan mengapa inflasi
dan suku bunga bisa ada. Cobalah pahami akan makna dan hakekat dari inflasi. Dibalik
segala sesuatu peristiwa pasti terkandung banyak hikmah dan manfaat besar di
belakangnya. Dan ambil dan petiklah hikmah tersebut untuk kebaikan kita bersama.....
Referensi:
Khalwaty, Tajul, 2000, Inflasi dan Solusinya, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama