BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KONSEP RISIKO
BAB III
MANAJEMEN RISIKO SEBAGAI FUNGSI PERUSAHAAN
3.1. Pendahuluan
Bagaimana peranan Manajemen Risiko dalam pengelolaan perusahaan dapat kita telusuri dari
pendapat Henri Fayol, yang menyatakan bahwa ada enam fungsi dasar kegiatan pengelolaan suatu
perusahaan industri, yaitu : kegiatan teknis, komersial, keuangan, keamanan, akuntansi dan manajerial.
Dari ke enam fungsi dasar tersebut, maka Manajemen Risiko berkaitan dengan kegiatan keamanan,
yang bertujuan menjaga harta benda dan personil perusahaan terhadap kerugian yang disebabkan oleh
berbagai gangguan. Dengan demikian kegiatan Manajemen Risiko mencakup semua tindakan untuk
memberikan keamanan terhadap operasi perusahaan dan memberikan ketenangan jiwa yang dibutuhkan
oleh seluruh personil perusahaan (mencakup pemilik, pimpinan dan karyawan perusahaan).
Untuk itu cara-cara yang dapat ditempuh oleh Manajer Risiko antara lain dengan : melakukan inspeksi
fisik di tempat kerja, mengadakan angket kepada semua pihak di perusahaan, menganalisa semua
variabel yang tercakup dalam peta aliran proses produksi dan sebagainya. Misalnya : dengan
menganalisa bahan baku dan pembantu dapat diidentifikasi : kemungkinan kerugian karena jumlah
pasokan yang tidak memadai, penyerahan yang tidak tepat waktu, kerusakan dan kehilangan pada saat
penyimpanan; pada proses produksi dapat diidentifikasi : kemungkinan kerugian karena salah proses,
kerusakan alat produksi, keterlambatan dan sebagainya; pada produk akhir : kemungkinan kerugian
karena barang rusak/hilang dalam penyimpanan, penipuan/kecurangan dari penyalur dan sebagainya.
b. Mengevaluasi Kerugian Potensial
Artinya melakukan evaluasi dan penilaian terhadap semua kerugian potensial yang dihadapi oleh
perusahaan. Evaluasi dan penilaian ini akan meliputi perkiraan mengenai :
1. Besarnya kemungkinan frekuensi terjadinya kerugian, artinya memperkirakan jumlah kemungkinan
terjadinya kerugian selama suatu periode tertentu atau berapa kali terjadinya kerugian tersebut selama
suatu periode tertentu (biasanya 1 tahun).
2. Besarnya kegawatan dari tiap-tiap kerugian, artinya menilai besarnya kerugian yang diderita, yang
biasanya dikaitkan dengan besarnya pengaruh kerugian tersebut, terutama terhadap kondisi finansial
perusahaan.
c. Memilih teknik/cara yang tepat atau menentukan suatu kombinasi dari teknik-teknik yang tepat guna
menanggulangi kerugian.
Pada pokoknya ada 4 (empat) cara yang dapat dipakai untuk menanggulangi risiko, yaitu : mengurangi
kesempatan terjadinya kerugian, meretensi, mengasuransikan dan menghindari. Dimana tugas dari
Manajer Risiko adalah memilih salah satu cara yang paling tepat untuk menanggulangi suatu risiko atau
memilih suatu kombinasi dari cara-cara yang paling tepat untuk menanggulangi risiko.
b. Bagian Keuangan :
Terutama berkaitan dengan upaya untuk mendapatkan informasi tentang : kerugian, gangguan terhadap
cash-flow dan sebagainya. Misalnya :
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh turunnya keuntungan dan cash-
flow.
2. Menganalisis risiko murni terhadap pembelian alat-alat produksi tahan lama (yang mahal) atau
investasi baru.
3. Menganalisis risiko yang berkaitan dengan pinjaman yang menggunakan harta milik perusahaan
sebagai jaminan.
c. Bagian Marketing :
Terutama yang berkaitan dengan risiko tanggung-gugat, artinya risiko adanya tuntutan dari pihak
luar/pelanggan, karena perusahaan melakukan sesuatu yang tidak memuaskan mereka. Misalnya :
1. Kerusakan barang akibat pembungkusan yang kurang baik
2. Penyerahan barang yang tidak tepat waktu
Juga upaya-upaya melakukan distribusi barang-barang dengan memperhatikan keselamatan, dalam
rangka mengurangi kecelakaan.
Contoh : Adanya peringatan/slogan pada mobil pengangkut rokok dari PT. Gudang Garam yang
berbunyi Utamakan Selamat.
d. Bagian Produksi :
Mencakup upaya-upaya yang berkaitan dengan :
1. Pencegahan terhadap adanya produk-produk yang cacat, yang tidak memenuhi syarat kualitas.
2. Pencegahan terhadap pemborosan pemakaian bahan baku, bahan pembantu maupun peralatan.
3. Pencegahan terhadap kecelakaan kerja, dengan penerapan aturan-aturan dari Undang-undang
Kecelakaan Kerja dan sebagainya.
e. Bagian Maintenance :
Bagian ini adalah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan perawatan gedung, pabrik serta
peralatan-peralatan lainnya, yang kesemuanya sangat vital guna mencegah, mengurangi frekuensi
maupun kegawatan dari suatu kerugian/peril.
f. Bagian Personalia :
Bagian ini memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan penanggulangan risiko terhadap diri
karyawan. Misalnya : program keselamatan dan kesehatan kerja, instalasi dan administrasi program-
program kesejahteraan karyawan, guna mencegah pemogokan, kebosanan dan sebagainya.
Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut di atas sangat diperlukan adanya komunikasi dua arah
antara Manajer Risiko dengan Manajer-manajer Bagian yang bersangkutan. Jadi diperlukan adanya
kerjasama yang aktif diantara mereka, sehingga dapat dikatakan bahwa : tanpa kerja sama aktif dari
departemen lain program Manajemen Risiko akan gagal.
BAB IV
PENGIDENTIFIKASIAN RISIKO
4.2.2. Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan langsung terhadap obyek yang diidentifikasi. Jika akan
mengidentifikasi risiko di bagian produksi, maka hal yang perlu diamati bagaimana proses produksi itu
berlangsung, selanjutnya mengidentifikasi dimana saja risiko dapat terjadi, kejadian apa saja yang dapat
menimpa dan apa penyebabnya. Demikian juga jika ingin melakukan identifikasi risiko di bagian lainnya.
Hal yang dilakukan adalah mengamati bagian tersebut, mencari tahu risiko apa saja yang dapat terjadi
pada bagian tersebut, kejadian apa yang bisa menimpa dan apa saja penyebabnya.
4.2.3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan bertanya kepada orang-orang yang bekerja pada unit kerja yang menjadi
objek identifikasi risiko, meliputi manajemen, karyawan dan orang lain yang berhubungan dengan unit
kerja yang diidentifikasi. Mereka dianggap kompeten untuk memberikan informasi tentang keberadaan
risiko, termasuk kejadian-kejadian yang menimpa dan penyebabnya.
4.2.4. Pengacuan
Dilakukan dengan cara mencari informasi tentang risiko di tempat atau perusahaan lain, contohnya, dari
berita di media massa, dapat diketahui bahwa eskalator beresiko menyebabkan anak-anak terjepit.
Dalam kaitannya dengan masalah kerugian atas harta pertama-tama perlu dipahami bahwa pengertian
harta di sini lebih luas dari aset nyata. Dalam pengertian harta disini tercakup pula sekumpulan hak,
yang berasal dari atau merupakan bagian dari aset nyata, yang juga mempunyai nilai ekonomis yang
pasti. Hak tersebut dapat berupa berbagai bentuk yang dapat diperoleh dengan berbagai cara.
Untuk mengidentifikasi dan mengukur kerugian dalam bisnis, Manajer Risiko harus mengetahui dan
memahami jenis-jenis kepemilikan yang berbeda yang mungkin ada serta mengetahui bagaimana cara
menilainya.
Hal kedua yang perlu dipahami pula adalah bahwa sebagai konsekuensi lebih luasnya pengertian harta
dari pada aset nyata adalah bahwa orang yang dapat menderita (subyek kerugian) tidak selalu orang
yang memiliki harta tersebut, tetapi mungkin pihak lain yang bukan pemiliknya.
Berkaitan dengan kedua hal tersebut berikut akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan
kepemilikan dan siapa yang bertanggung jawab atau menderita kerugian atas harta yang terkena suatu
peril.
1) Kepemilikan
Kepemilikan atas harta dapat diperoleh dari : pembelian, penyitaan barang jaminan, hadiah atau hasil-
hasil dari kejadian yang lain. Jika harta terkena peril, maka pemiliknyalah yang akan
menderita/bertanggung jawab atas kerugian akibat peril tersebut. Demikian pula bila ia hanya memiliki
sebagian dari harta tersebut, maka ia juga hanya menanggung sebagian saja dari kerugian tersebut.
2) Kredit dengan jaminan
Kreditur yang memberikan kredit dengan jaminan mempunyai hak/bagian atas harta yang digunakan
sebagai jaminan. Oleh karena itu bila harta yang dijaminkan rusak atau hancur, karena terkena peril,
maka kreditur bisa menderita kerugian meskipun kreditur bukan pemilik dari harta tersebut.
3) Jual-beli bersyarat
Tanggung jawab terhadap kerugian-kerugian yang terjadi dalam transaksi jual-beli bersyarat adalah
tergantung pada syarat-syarat yang ditentukan dalam kontrak jual-beli termaksud. Artinya tanggung
jawab dapat di pundak penjual dan bisa juga pada pembeli, tergantung pada bagaimana isi persyaratan
kontrak jual-belinya.
4) Sewa-menyewa
Umumnya penyewa tidak bertanggung jawab atas kerugian harta yang disewa yang terkena peril. Tetapi
ada beberapa perkecualian terhadap ketentuan umum ini, yaitu antara lain :
a) Berdasarkan hukum adat penyewa bertanggung jawab atas kerusakan harta yang disewanya, yang
disebabkan oleh kecerobohannya.
b) Bila dalam kontrak sewa-menyewa ditentukan bahwa penyewa harus mengembalikan harta kepada
pemiliknya dalam kondisi baik, seperti pada waktu diterima, kecuali kerusakan-kerusakan karena
keusangan/keausan, maka bila ada kerusakan menjadi tanggung jawab penyewa.
5) Bailments
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami bahwa ada barang-barang yang untuk sementara
berada di tangan orang lain (bukan pemilik yang sebenarnya).
Contoh :
Mobil yang direparasikan, untuk sementara berada di tangan pemilik bengkel.
Pakaian yang dibinatukan, untuk sementara berada di tangan tukang binatu
Barang-barang yang disimpan di gudang yang disewa.
Orang-orang atau badan-badan yang menguasai harta orang lain untuk sementara disebut bailee dan si
pemilik barang disebut bailor, sedang perjanjian antara bailee dan bailor disebut bailments.
Bila barang selama berada di tangan bailee terkena peril, tanggung jawab terhadap kerugian akibat peril
tersebut tergantung pada isi perjanjian bailmentsnya. Tetapi bagaimanapun juga bila kerugian harta
selama barang ada di tangannya diakibatkan oleh kecerobohannya, maka bailee bertanggung jawab
terhadap kerugian harta tersebut.
Kadang-kadang karena suatu sebab tertentu perjanjian telah dibuat sebelum terjadi kerugian atau karena
keinginan dari bailee untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggannya (bailor), bailee memikul
tanggung jawab untuk kerugian-kerugian yang tak terduga terhadap harta pelanggan yang ada di
tangannya, sekalipun kerugian itu bukan karena kecerobohannya. Bailee yang bertindak demikian pada
hakekatnya adalah sebagai wakil atau agen pemilik.
Karakteristik dari hubungan bailments ini antara lain :
a) Identitas harta (the title of the property) atau bukti kepemilikan masih ada di tangan bailor.
b) Kepemilikan atau penguasaan harta untuk sementara berada di tangan bailee.
c) Pemindahan kepemilikan atau penguasaan kepada orang lain dari harta harus merupakan
pemindahan posisi dari seorang bailee dan harus mendapat persetujuan dari bailor.
Mengenai sampai dimana tanggungjawab terhadap harta yang untuk sementara berada di bawah
kekuasaan Bailee, hukum menentukan 3 macam kategori, yaitu :
a) Bila penyerahan harta dalam bailments tersebut untuk kepentingan bailor dan bailee tidak
mendapatkan kompensasi apapun atas pemeliharaan dan pengamanan harta tersebut, maka bailee tidak
bertanggung jawab atas kerugian harta tersebut.
Contoh :
Seseorang menitipkan barangnya kepada temannya, tanpa ada kompensasi atas penitipan tersebut, bila
harta yang dititipkan terkena peril, maka temannya tidak bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
b) Bila penyerahan tersebut untuk kepentingan bailee, dimana bailee dapat meminjam dan
memanfaatkan harta tersebut untuk sementara waktu tanpa kompensasi apapun kepada bailor, maka
bailee bertanggungjawab atas kerugian harta yang bersangkutan.
Contoh :
Pemilik bengkel yang memanfaatkan mobil yang sudah selesai diperbaiki sebelum diserahkan kepada
pemiliknya dan pemilik tidak mendapatkan kompensasi apapun atas pemanfaatan (misalnya disewakan),
maka bila mobil tersebut terkena peril, kerugian menjadi tanggungjawab pemilik bengkel.
c) Penyerahan tersebut untuk kepentingan kedua belah pihak (bailee dan bailor) dan kedua belah pihak
mendapatkan manfaat dari penyerahan tersebut, maka kerugian terhadap harta yang diserahkan menjadi
tanggung jawab kedua belah pihak.
Contoh :
Seorang pemilik mobil menyerahkan mobilnya kepada perusahaan penyewaan mobil, dimana pemilik
mendapatkan bagian dari hasil persewaannya, maka bila mobil terkena peril, kerugiannya dipikul
bersama oleh pemilik dan perusahaan persewaan.
6) Easement
Easement adalah hak bagi seseorang untuk memanfaatkan harta yang bukan miliknya dan hak
penggunaan tersebut diakui oleh pemiliknya, maka bila terjadi kerugian atas pemanfaatan harta tersebut
menjadi tanggung jawab orang yang memanfaatkan (pemakai). Hak ini biasanya diperoleh melalui
pengungkapan/pengakuan secara tidak langsung, tetapi mungkin juga diperoleh melalui sebuah
perjanjian/akte (prescription).
Contoh :
Seorang pengusaha bahan bangunan mempunyai hak untuk menggunakan halaman tetangganya untuk
menyimpan sebagian barang dagangannya. Bila terjadi kerugian akibat penempatan barang dagangan
tersebut, maka kerugiannya menjadi tanggung jawab pedagang bahan bangunan itu sendiri.
7) Lisensi
Lisensi adalah hak istimewa yang diberikan oleh pemilik harta kepada pihak lain untuk menggunakan
harta tersebut, bagi suatu tujuan yang spesifik. Bila terjadi kerugian akibat penggunaan tersebut,
kerugiannya menjadi tanggung jawab pemilik atau bisa juga menurut perjanjian.
Contoh :
Hak penggunaan merek dan formula obat-obatan, kosmetik dan produk toiletris yang diperoleh beberapa
perusahaan di Indonesia.. Misalnya : hak PT. PZ. Cussons Indonesia untuk memproduksi cream
perawatan bayi milik PZ Cussons (Int) Ltd. England.
2) Kelalaian yang tidak disengaja (ceroboh), yaitu berupa kegagalan untuk melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu (yang seharusnya dilakukan), karena kekurang hati-hatiannya, sehingga
mengakibatkan kerugian.
Contoh : Seorang dokter tentu sudah tahu bahwa ada sementara orang yang tidak tahan terhadap
pinicilin, sehingga ia harus selalu menyediakan obat penangkalnya. Pada suatu ketika dia mengobati
pasiennya dengan pinicilin yang ternyata si pasien tidak tahan dan si dokter tidak dapat segera
memberikan pertolongan, karena persediaan obat penawarnya sedang habis.
4.3.2.7. Pembelaan
Dalam proses penentuan kewajiban ada kemungkinan terdakwa/tergugat dapat mengajukan atau
menunjukkan bahwa ia tidak ceroboh, sehingga dia tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang
diderita oleh penuntut. Artinya tergugat dapat membela diri, bahwa dia tidak bertanggung jawab
terhadap kerugian yang telah terjadi.
Pembelaan atau kebebasan tanggung jawab pada prinsipnya hanya dimungkinkan bila menyangkut 3
hal, yaitu :
1) Adanya asumsi risiko, yaitu bila bisa diasumsikan bahwa si penuntut sudah mengetahui risiko yang
dihadapi berkaitan dengan hal yang berhubungan dengan tergugat.
Contoh :
Seorang sopir pribadi tidak bertanggung jawab terhadap kerugian majikannya akibat mobil yang
dikemudikan rusak karena tabrakan. Jadi terhadap kerugian tersebut si majikan tidak dapat menuntut
ganti rugi pada sopirnya, karena diasumsikan bahwa si majikan sudah menyadari risiko yang dihadapi
dengan penggunaan sopir pribadi.
2) Membandingkan sumbangan dari kecerobohan terhadap kerugian. Hal ini berlaku bila diduga bahwa
penggugat maupun tergugat kedua-duanya ceroboh, sehingga menimbulkan kerugian. Dalam
menentukan tanggung jawab biasanya dipertimbangkan seberapa jauh yang bersangkutan berupaya
untuk menghindari kerugian yang sebetulnya mungkin dilakukan.
3) Lembaga-lembaga pemerintahan dan institusi-institusi yang bersifat sosial.
Prinsipnya petugas pemerintah dan institusi sosial mempunyai kekebalan terhadap kewajiban mengganti
kerugian yang diderita oleh pihak lain, akibat perbuatannya dalam melakukan tugas kewajibannya. Dalam
perkembangan dewasa ini hal itu bersifat relatif, artinya tergantung kasusnya. Jadi kadang-kadang tetap
harus bertanggung jawab tetapi mungkin juga tidak. Dengan adanya pengadilan tata usaha negara
(PTUN) menunjukkan bahwa petugas/lembaga pemerintah tidak serta-merta bebas terhadap tanggung
jawab atas tindakannya yang merugikan orang/pihak lain.
3) Tanggung jawab yang muncul dari Penjualan, Pembuatan dan Distribusi Barang/jasa.
Adalah kewajiban legal yang melibatkan janji dan kewajiban dari penjual sesuai dengan penjualan
barang/jasa. Apabila dalam melaksanakan janji/ kewajiban tersebut ada hal-hal yang merugikan
pembeli/pengguna, termasuk di dalamnya pengiriman, pemasangan dan pemeliharaan yang tidak
sebagaimana mestinya, maka kerugian tersebut menjadi tanggung jawab penjual.
c) Pengangguran
Yang dimaksud dengan pengangguran disini adalah pengangguran yang terpaksa (in-voluntary
unemployment), yaitu pengangguran yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, yang merupakan salah
satu penyebab hilangnya sumber pendapatan seseorang/karyawan.
Pengangguran dapat dibedakan ke dalam :
Pengangguran menyeluruh (agregate unemployment), yaitu pengangguran yang menimpa seluruh
sektor kehidupan ekonomi.
Pengangguran selektif atau struktural, yaitu pengangguran yang hanya menimpa suatu sektor/daerah
perusahaan, industri, kelompok karyawan atau daerah tertentu saja.
Pengangguran pribadi, yaitu pengangguran yang hanya menimpa seseorang secara individual.
d) Pensiun
Kerugian finansial karena pensiun tidak sebesar kerugian finansial sebagai akibat kematian atau
pengangguran. Sebab disini kerugiannya hanya berupa berkurangnya jumlah penghasilan. Tetapi
meskipun demikian masalah ini sering dihadapi oleh kebanyakan orang pada akhir masa
kehidupannya. Yaitu adanya kegelisahan yang sering kita jumpai pada orang-orang yang mendekati
masa pensiun.
Masalah ini biasanya diatasi dengan mengadakan tabungan untuk hari tua. Tetapi tidak semua orang
dapat melakukannya, karena berbagai sebab, misalnya : karena penghasilannya memang terbatas (pas-
pasan), sehingga tidak mungkin menabung : karena pola hidupnya yang boros pada masa aktif bekerja
dan sebagainya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Benarkah kebanyakan orang ingin mengelakan risiko ?
Karena selalu ingin aman dan hidup tentram, maka memang
kebanyakan orang takut menanggung resiko. Namun semua
tahap kehidupan kita mengandung resiko. Kemanapun kita
mengelak atau lari dari resiko, makaa disitupun kita akan
menemukan risiko yang lainnya. Resiko merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada orang yang
mengatakan , bahwa tak ada hidup tanpa resiko sebagaimana
tak ada hidup tanpa maut. Jadi dengan demikian setiap hari kita
menghadapi resiko, baik sebagai perorangan, maupun sebagai
perusahaan. Orang berusaha melindungi diri tehadap resiko,
demikian pula badan usaha pun harus berusaha melindungi diri
terhadap resiko.
Agar resiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka
seharusnyalah itu dimanajemeni dengan sebaik-baiknya. Namun
benarkah para pengusaha Indonesia kurang memperhatikan
manajemenn resiko?Program Manajemen Resiko pertama-tama
bertugas mengidentifikasikaan resiko-resiko yang dihadapi,
sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya resiko itu dan
kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi
ataau menangani resiko itu. Ini berarti orang harus menyusun
strategi untuk memperkecil ataupun mengendalikannya.
Pendeknya dengan progran itu, dapatlah dilindungi
keefektifan operasi perusahaan yang bersangkutan. Jadi
pernyataan yang harus dicari jawabannya oleh manajer resiko
antara lain adalah : Resiko apa saja yang dihadapi
perusahaannya. Bagaimana dampak resiko itu terhadap
kehidupan bisnis perusahaannya. Resiko mana yang harus
dihadapi sendiri, mana yang harus dipindahkan kepada asuransi.
Metode mana yang cocok dan efisien untuk menghadapinya.
B. Rumusan Masalah
Didalam makalah ini akan dibahas meliputi :
1. Pengertian resiko dan manajemen resiko
2. Macam-macam resiko
3. Upaya penanggulangan resiko
4. Konsep resiko
5. Manfaat manajemen resiko
6. Langkah-langkah manajemen resiko
7. Sumbangan manajemen resiko
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu selain sebagai tugas
mata kuliah pengantar ilmu manajemen, penulis berharap
dengan makalah ini dapat menambah wawasan bagi pemakalah
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko berkaitan dengan kondisi terjadinya deviasi yang
menyebabkan kerugian. Dalam dunia usaha, kondisi ini
senantiasa ada dan menuntut perhatian manajemen untuk
mengelolanya dengan tepat. Inti pembahasan Manajemen risiko
meliputi identifikasi atas risiko yang ada, mengukur beratnya
risiko, dan menanganinya dengan pendekatan / strategi
tertentu.
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang
berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk: Penilaianrisiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat
diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak
lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan
menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Manajemen risiko bukanlah sesuatu yang berjalan begitu
saja, melainkan suatu upaya yang sistematik dan terstruktur
serta terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
http://tn.upi.edu/e-learning/course/info.php?id=70
http://managemenrisiko.webs.com/kesimpulan.htm
id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko
www.tugu.com/understanding-insurance/risk-management.html
www.spexotics.com
http://adhityadwiputra.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-resiko-
tingkatan-dan-cara.html
Makalah Manajemen Resiko
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. On going process
Manajemen resiko dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor
secara berkala. Manajemen resiko bukanlah suatu kegiatan yang
dilakukan sesekali (one time event).
2. Effected by people
Manajemen resiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di
lingkungan organisasi. Untuk lingkungan instansi pemerintah,
manajemen resiko dirumuskan oleh pimpinan dan pegawai
institusi/departemen yang bersangkutan.
Resiko Operasional
Resiko Hazard
Resiko Finansial
Resiko Strategis
a. Mengidentifikasi resiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu
aktivitas usaha. Identifikasi resiko secara akurat dan kompleks
sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting
dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi
sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam
identifikasi resiko antara lain:
1. Brainstorming
2. Survey
3. Wawancara
4. Informasi historis
5. Kelompok kerja
b. Menganalisa resiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi
terjadinya kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko
tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah
subjektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko
memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan
probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada
tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik
supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
3. Monitoring resiko
- Risk is the probability of any outcome different from the one expected
(resiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome
yang diharapkan)
Konsep lain yang berkaitan dengan resiko adalah peril dan hazard. Peril
merupakan suatu peristiwa yang dapat menimbulkan terjadinya suatu
kerugian. Sedangkan hazard merupakan keadaan dan kondisi yang
dapat memperbesar kemungkinan terjadinya peril.
Suatu resiko yang terjadi dapat berasal dari resiko lainnya, dan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Resiko rendahnya kinerja suatu
instansi berasal dari resiko rendahnya mutu pelayanan kepada publik.
Resiko terakhir disebabkan oleh faktor-faktor sumber daya manusia
yang dimiliki organisasi dan operasional seperti keterbatasan fasilitas
kantor. Resiko yang terjadi akan berdampak pada tidak tercapainya misi
dan tujuan dari instansi tersebut, dan timbulnya ketidakpercayaan dari
publik.
1. Resiko spekulatif
2. Resiko murni
Resiko spekulatif
Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila
perusahaan menderita kebakaran, maka perusahaan tersebut akan
menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi
kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan kerugian,
bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk
membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni adalah
sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-
apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan
resiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya
kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya resiko murni kadang dikenal
dengan istilah resiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).
Perbedaan utama antara resiko spekulatif dengan resiko murni adalah
kemungkinan untung ada atau tidak, untuk resiko spekulatif masih
terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk resiko murni tidak dapat
kemungkinan untung.
7. Analisis lingkungan
BAB 3
PEMBAHASAN
Air bersih atau air minum sangat penting artinya bagi kehidupan
manusia. Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada
World Water Forum II di Denhaag, Belanda tahun 2000,
memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di
beberapa negara. Krisis air dapat saja terjadi di Indonesia apabila
pemerintah dan perusahaan air minum tidak dapat secara maksimal
mengelola asset utamanya.
a. Mengidentifikasi resiko
b. Menganalisis Resiko
c. Mengevaluasi Resiko
d. Menangani Resiko
e. Memantau Resiko
f. Mengkomunikasikan Resiko
BAB 4
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://bppk.depkeu.go.id
http://wikipedia.org
http://acc.dau.mil
http://ahds.ac.uk
http://jiscinfonet.ac.uk/infokits/risk-management
http://vibiznews.com
Chapman, Christy. Bringing ERM into Focus. Internal Auditor, June 2003
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
informasi tentang apa yang akan terjadi. Secara umum risiko dapat
risiko adalah suatu cara dalam mengorganisir suatu risiko yang akan
dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau
B. Tujuan
agrobisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
penyakit dalam bencana alam. Ada lima macam risiko yang dihadapi
oleh manajer agribisnis, meliputi risiko produksi (production risk),
risiko hukum (legal risk), dan risiko sumber daya manusia (human
tertentu.
a. Risiko Spekulatif
menimbulkan kerugian.
baru ini pasti akan ada kemungkinan risiko rugi, tapi juga ada
b. Risiko Murni
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
sebabnya risiko murni dapat dikenal dengan istilah risiko yang dapat
dapat keuntungan.
beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat
perusahaan asuransi.
Risiko yang tidak dapat dialihkan yaitu semua risiko yang termasuk
perusahaan asuransi.
a. Risiko Internal
Risiko Internal yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu
b. Risiko Eksternal
Risiko Eksternalyaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
satunya yaitu pada industri galangan kapal PT. Dok dan Perkapalan
prinsip kehati-hatian.
1. Identifikasi Masalah
lain:
Surabaya).
(delivery).
menjadi tolok ukur nilai indeks risiko atau nilai risiko yang pada
VaR = . L.(1)
VaR = . . (2)
= eksposur
4. Analisa Hasil
Surabaya).
Surabaya).
5. Simpulan
berikut:
risiko dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan risk transfer
2. Deskripsi Produk
komprehensif.
beresiko tinggi.
Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai
alir proses tersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus
Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam
masalah atau resiko secara fisik, kimia, dan biologi dalam suatu
pada manusia.
Critical limit (CL) atau batas kritis adalah suatu kriteria yang harus
ini akan memisahkan antara yang diterima dan yang ditolak, berupa
mengenai cara pemantauan, waktu dan frekuensi, serta hal apa saja
pemantauannya.
batas kritis suatu CCP. Tindakan koreksi ini sangat tergantung pada
BAB III
KESIMPULAN
risiko yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang
risiko yang dapat dialihkan dan risiko yang tidak dapat dialihkan,
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anneahira.com/manajemen-resiko.htm [Terhubung
Jurnal.journal.uii.ac.id/index.php/Teknoin/article/view/2106[Terhubun
http://zulkiflinasution.blogspot.com/2011/01/standar-keamanan-
Risiko.[Online]. Tersedia:
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=manajemen%20resiko%20
agribisnis&source=web&cd=1&ved=0CCcQFjAA&url=http%3A%2F
%2Flambertus-ahen.blogspot.com%2F2009%2F03%2Fmanajemen-
risiko-agribisnis-
disampaikan.html&ei=vG1QT6mwPITirAf_zMy6DQ&usg=AFQjCNEp
resiko.html#sthash.0sm6LTAM.dpuf