Anda di halaman 1dari 23

BAB I

KELISTRIKAN SEL

Disusun Oleh:
Safirah Salsabillah (130210102007)
Naimatul Istiqomah (130210102020)
Yuni Rochmawati (130210102105)
KELISTRIKAN SEL

Tubuh manusia mengandung sistem kelistrikan. Mulai dari mekanisme otak, jantung,
ginjal, paru-paru, sistem pencernaan, sistem hormonal, otot-otot dan berbagai jaringan
lainnya. Semuanya bekerja berdasar sistem kelistrikan. Tubuh kita boleh disebut sebagai
sistem elektromagnetik. Sebab, kelistrikan sangat erat kaitannya dengan kemagnetan. Otak
kita memiliki medan kemagnetan. Sebagaimana jantung ataupun bagian-bagian lain di tubuh
kita.

a. Sistem Kelistrikan Pada Jantung


Jantung adalah sebuah rongga organ otot yang memompa darah ke pembuluh
darah dengan berirama yang berulang. Jantung adalah salah satu organ manusia yang
sangat penting dalam sistem peredaran darah. Letak jantung berada agak sebelah kiri
bagian dada, di antara paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Beratnya kira-kira 300 gram,
besarnya kira-kira sebesar kepalan tangan. Dengan adanya jantung, darah dapat dialirkan
keseluruh tubuh melalui pembuluh darah. Dan jika peredarannya terganggu maka dapat
mengakibatkan penyakit jantung.
Jantung mempunyai otot yang mempunyai sifat otomatisasi artinya dapat
membentuk pusat denyut jantung sendiri. Pusat utama denyut jantung ini disebut Simpul
Atrial Nodus (SA Node) yang terletak di atrium kiri Jantung. pusat denyut jantung ini
akan mengeluarkan impuls atau denyut kemudian denyut ini mengeluarkan arus listrik
yang selanjutnya arus lisrik ini diteruskan kesetiap sel otot jantung sehingga jantung
dapat berdenyut secara otomatis secara terus menerus, dan sehingga darah dapat
dipompa keseluruh tubuh setiap saat tanpa henti. Setiap kali berdenyut jantung akan
memompa darah sekitar 70 cc darah, satu menit sekitar 500cc darah yang dipompa, satu
jam 30.000cc darah, 24 jam sekitar 720.000cc darah atau sama dengan 7000 liter, sama
dengan 1 tangki bensin yang diangkat atau dipompa oleh jantung dalam satu hari.
Jantung mempunyai kemampuan menghantarkan arus listrik yang berasal dari
pusat denyut jantung dan masing-masing bagian mempunyai kemampuan berbeda dalam
menghantarkan arus listrik. Disamping itu arus listrik yang berasal dari pusat denyut
jantung dikontrol oleh Atrio-Ventrikel Nodus (AV Node), AV Node ini akan
mengendalikan arus listrik yang akan diteruskan kebagian jantung lain (ventrikel), AV
Node dapat diartikan sebagai penjaga pintu gerbang. Tidak semua arus listrik jantung atau
denyut jantung diteruskan ke ventrikel, ada sebagian yang ditahan, sehingga jantung
terhindar dari denyut jantung yang tidak normal yang dapat mengancam keselamatan
manusia. Jantung juga dapat berkontraksi atau berdenyut secara otomatis tanpa
henti sehingga darah dapat dialirkan keseluruh tubuh untuk memenuhi keperluan seluruh
organ tubuh.
Otot akan berkontraksi hanya bila ada listrik yang mengalirinya. Pada jantung,
pembangkit listrik utamanya terletak pada dinding serambi kanan (sinoatrial node / SA
node), dekat masuknya pembuluh darah balik tubuh bagian atas (vena cava superior).
Dari SA node listrik mengalir ke dinding-dinding serambi kanan dan kiri jantung.
Kontraksi kedua serambi memompa darah ke dalam kedua bilik jantung.
Pada dinding antara serambi dan bilik terdapat pembangkit listrik lain,
yaitu atrioventricular (AV) node yang berfungsi mengurangi frekuensi SA
node. Frekuensi SA node perlu diturunkan, agar kedua bilik terisi penuh. Aliran listrik
kemudian menjalar ke kedua bilik sebelum berakhir di ujung jantung. Kontraksi bilik kiri
memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan bilik kanan memompa darah ke paru-
paru. Segera setelah kedua bilik mengosongkan isinya, SA-node membentuk kejutan
listrik baru. Pada orang dewasa, daur ulang /siklus SA node ini terjadi sebanyak enam
puluh hingga seratus kali per menit. Denyut jantung meningkat bila ada: kegiatan fisik,
rangsangan emosi yang kuat, obat-obatan tertentu, demam, infeksi, dan menurun pada
waktu tidur. Frekuensi denyut jantung para olahragawan kurang dari enam puluh per
menit, karena latihan fisik meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja jantung.

b. Sistem Kelistrikan Pada Sistem Saraf


Sistem saraf pada manusia, salah satunya adalah otak sebagai bagian dari sistem
saraf, mengatur dan mengkoordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling berhubung dan fital untuk
perkembangan bahasa, pikiran dan ingatan. Unis terkecil dalam sistem saraf adalah
neuron yang diikat oleh sel-sel glia.
Rasa nikmat dan lezat dari setiap makanan yang dirasakan dipengaruhi oleh
adanya rangsangan pada lidah. Ungkapan rasa sakit seperti mengucapkan kata aduh
juga terkait rangsangan pada bagian tertentu tubuh kita. Oleh karena itu, rangsangan
(stimulus) diartikan sebagai segala sesuatu yang menyebabkan perubahan pada tubuh atau
bagian tubuh tertentu. Sedangkan alat tubuh yang menerima rangsa ng an tersebut
dinamakan indra (reseptor). Adanya reseptor, memungkinkan rangsangan dihantarkan
menuju sistem saraf pusat.
Di dalam saraf pusat, rangsangan akan diolah untuk dikirim kembali menuju
efektor, seperti otot dan tulang oleh suatu sel saraf sehingga terjadi tanggapan (respons).
Sementara itu, rangsangan yang menuju tubuh dapat berasal dari bau, rasa (seperti pahit,
manis, asam, dan asin), sentuhan, cahaya, suhu, tekanan, dan gaya berat. Rangsang an
semacam ini akan diterima oleh indra penerima yang disebut reseptor luar (eksteroseptor).
Sedangkan rangsangan yang berasal dari dalam tubuh misalnya rasa lapar, kenyang,
nyeri, maupun kelelahan akan diterima oleh indra yang dinamakan reseptor dalam
(interoseptor). Tentu semua rangsangan ini dapat kita rasakan karena pada tubuh kita
terdapat sel-sel reseptor.
1. Sel Saraf (Neuron)
Sistem saraf tersusun atas miliaran sel yang sangat khusus yang disebut sel
saraf (neuron). Setiap neuron tersusun atas badan sel, dendrit, dan akson (neurit).

Badan sel merupakan bagian sel saraf yang mengandung nukleus (inti sel) dan
tersusun pula sitoplasma yang bergranuler dengan warna kelabu. Di dalamnya juga
terdapat membran sel, nukleolus (anak inti sel), dan retikulum endoplasma. Retikulum
endoplasma tersebut memiliki struktur berkelompok yang disebut badan Nissl.
Pada badan sel terdapat bagian yang berupa serabut de ngan penjuluran pendek.
Bagian ini disebut dendrit. Dendrit memiliki struktur yang bercabang-cabang (seperti
pohon) dengan berbagai bentuk dan ukuran. Fungsi dendrit adalah menerima impuls
(rangsang) yang datang dari reseptor. Kemudian impuls tersebut dibawa menuju ke
badan sel saraf. Selain itu, pada badan sel juga terdapat penjuluran panjang dan
kebanyakan tidak bercabang. Namanya adalah akson atau neurit. Akson berperan
dalam menghantarkan impuls dari badan sel menuju efektor, seperti otot dan kelenjar.
Walaupun diameter akson hanya beberapa mikrometer, namun panjangnya bisa
mencapai 1 hingga 2 meter.
Supaya informasi atau impuls yang dibawa tidak bocor (sebagaiisolator), akson
dilindungi oleh selubung lemak yang kemilau. Kita bisa menyebutnya selubung mielin.
Selubung mielin dikelilingi oleh sel-sel Schwan. Selubung mielin tersebut dihasilkan
oleh selsel pendukung yang disebut oligodendrosit. Sementara itu, pada akson terdapat
bagian yang tidak terlindungi oleh selubung mielin. Bagian ini disebut nodus Ranvier,
yang berfungsi memperbanyak impuls saraf atau mempercepat jalannya impuls.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, neuron dikelompokkan dalam tiga bagian,
yaitu neuron sensorik, neuron motorik, asosiasi dan adjustor.
a. Saraf sensorik, berfungsi menghantar impuls (pesan) dari reseptor ke sistem saraf
pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medulla spinalis). Ujung
akson dari saraf sensorik berhubungan dengan saraf asosiasi/penghubung
(intermediet).
b. Saraf motorik, mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang
hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik
berada pada sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan
akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang terdapaty di sistem
saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf
sensorik atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf
pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensorik atau sel saraf
asosiasi lainnya. Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung
dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf,
berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.
c. Saraf asosiasi (penghubung), terdapat pada sistrem saraf pusat yang berfungsi
menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik atau berhunungan
dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf asosiasi
menerima impuls dari reseptor sensorik atau sel saraf asosiasi lainnya.
d. Saraf adjustor, berfungsi sebagai penghubung saraf sensorik dan motorik di
sumsum tulang belakang dan otak.
2. Impuls
Sel-sel saraf bekerja secara kimiawi. Sel saraf yang sedang tidak aktif
mempunyai potensial listrik yang disebut potensial istirahat. Jika ada rangsang,
misalnya sentuhan, potensial istirahat berubah menjadi potensial aksi. Potensial aksi
merambat dalam bentuk arus listrik yang disebut impuls yang merambat dari sel saraf
ke sel saraf berikutnya sampai ke pusat saraf atau sebaliknya. Jadi, impuls adalah arus
listrik yang timbul akibat adanya rangsang.
3. Sinapsis
Dalam pelaksanaannya, sel-sel saraf bekerja bersama-sama. Pada saat datang
rangsang, impuls mengalir dari satu sel saraf ke sel saraf penghubung, sampai ke pusat
saraf atau sebaliknya dari pusat saraf ke sel saraf terus ke efektor. Hubungan antara
dua sel saraf disebut sinapsis.
Ujung neurit bercabang-cabang, dan ujung cabang yang berhubungan dengan
sel saraf lain membesar disebut bongkol sinaps (knob). Pada hubungan dua sel saraf
yang disebut sinaps tersebut, dilaksanakan dengan melekatnya neurit dengan dendrit
atau dinding sel. Jika impuls sampai ke bongkol sinaps pada bongkol sinaps akan
disintesis zat penghubung atau neurotransmiter, misalnya zat asetilkolin.
Dengan zat transmiter inilah akan terjadi potensial aksi pada dendrite yang
berubah menjadi impuls pada sel saraf yang dihubunginya. Setelah itu, asetilkolin akan
segera tidak aktif karena diuraikan oleh enzim kolin esterase menjadi asetat dan kolin.
4. Mekanisme Penghantaran Impuls Saraf
Seperti halnya jaringan komputer, sistem saraf mengirimkan sinyalsinyal listrik
yang sangat kecil dan bolak-balik, dengan membawa informasi dari satu bagian tubuh
ke bagian tubuh yang lain. Sinyal listrik tersebut dinamakan impuls (rangsangan). Ada
dua cara yang dilakukan neuron sensorik untuk menghantarkan impuls tersebut, yakni
melalui membran sel atau membran plasma dan sinapsis. Penghantaran Impuls Saraf
melalui Membran Plasma.
Di dalam neuron, sebenarnya terdapat membran plasma yang sifatnya
semipermeabel. Membran plasma neuron tersebut berfungsimelindungi cairan
sitoplasma yang berada di dalamnya. Hanya ion-ion tertentu akan dapat bertranspor
aktif melewati membran plasma menuju membran plasma neuron lain.
Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan istirahat,
sitoplasma di dalam membran plasma bermuatan listrik negatif, sedangkan cairan di
luar membran bermuatan positif. Keadaan yang demikian
dinamakan polarisasi atau potensial istirahat. Perbedaan muatan ini terjadi karena
adanya mekanisme transpor aktif yakni pompa natrium-kalium. Konsentrasi ion
natrium (Na+) di luar membrane plasma dari suatu akson neuron lebih tinggi
dibandingkan konsentrasi di dalamnya. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium (K+) di
dalamnya lebih besar daripada di luar. Akibatnya, mekanisme transpor aktif terjadi
pada membran plasma.
Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas membran
plasma terhadap ion Na+ berubah meningkat. Peningkatan permeabilitas membran ini
menjadikan ion Na+ berdifusi ke dalam membran, sehingga muatan sitoplasma
berubah menjadi positif. Fase seperti ini dinamakan depolarisasi atau potensial aksi.
Sementara itu, ion K+ akan segera berdifusi keluar melewati membrane Fase
ini dinamakan repolarisasi. Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi
dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik. Kondisi depolarisasi ini akan
berlangsung secara terus-menerus, sehingga menyebabkan arus listrik. Dengan
demikian, impuls saraf akan terhantar sepanjang akson. Setelah impuls terhantar,
bagian yang mengalami depolarisasi akan mengalami fase istirahat kembali dan tidak
ada impuls yang lewat. Waktu pemulihan ini dinamakan fase
refraktori atau undershoot.

c. Sistem Kelistrikan Pada Otak


Salah satu aktivitas otak yang paling dominan adalah munculnya sinyal-sinyal
listrik. Setiap kali berpikir, otak bakal menghasikan sinyal-sinyal listrik. Bahkan sedang
santai pun menghasilkan sinyal-sinyal listrik. Apalagi sedang tegang dan stress. Sinyal itu
dihasilkan oleh sel-sel yang jumlahnya sekitar 100 miliar di dalam otak kita. Jadi,
sebanyak bintang-bintang di sebuah galaksi.
Kalau kita lihat dalam kegelapan, miliaran sel itu memang seperti bintang-bintang
yang sedang berkedip-kedip di angkasa. Setiap kali sel itu aktif, dia bakal berkedip
menghasilkan sinyal listrik. Jika ada sekelompok sel yang aktif, maka sekelompok sel di
bagian otak itu bakal menyala. Di sana dihasilkan gelombang dengan energi tertentu.
Bahkan bisa dideteksi dari luar batok kepala dengan menggunakan alat pengukur
gelombang otak, EEG atau MEG.
Dari aktifnya program-program yang tersimpan di inti sel otak. Setiap saat di otak
kita muncul stimulasi-stimulasi yang menyebabkan aktifnya bagian otak tertentu.
Misalnya, kita melihat mobil. Maka, bayangan mobil itu akan tertangkap oleh sel-sel
retina mata kita, dan kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang dikirim ke otak
kita. Sinyal-sinyal kiriman retina mata itu bakal mengaktifkan sejumlah sel yang
bertanggung jawab terhadap proses penglihatan tersebut.
Demikian pula ketika kita membaui sesuatu. Aroma yang tertangkap oleh ujung-
ujung saraf penciuman kita bakal dikirim sebagai sinyal-sinyal ke otak. Dan sinyal-sinyal
itu lantas mengaktifkan sel-sel untuk membangkitkan sinyal-sinyal berikutnya. Bahkan
dalam keadaan tidur, otak kita masih mengirimkan sinyal-sinyal untuk mengatur denyut
jantung, pernafasan, suhu tubuh, hormon-hormon pertumbuhan, dan lain sebagainya.
Otak adalah generator sinyal-sinyal listrik yang saling terangkai menjadi kode-
kode kehidupan. Jika kode-kode itu padam, maka orangnya pun meninggal. Karena,
sudah tidak ada lagi aktivitas kelistrikan di sel otaknya. Berarti tidak ada lagi perintah-
perintah untuk mempertahankan kehidupan.
Tidak hanya berhenti di otak, sinyal-sinyal listrik itu merambat ke mana-mana ke
seluruh tubuh, lewat komando otak. Menghasilkan gerakan-gerakan atau perintah lain
untuk kelangsungan hidup badan kita. Gerakan sinyal listrik tersebut memiliki kecepatan
sekitar 120 m per detik. Jalur yang dilaluinya adalah kabel-kabel saraf yang menyebar
dalam sistem yang sangat kompleks.
Pengukuran kelistrikan saraf ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat (ENG)
dan menghasilkan data kelistrikan yang disebut Elektro Neuro Gram. Sedangkan untuk
pengukuran kelistrikan otak menghasilkan data berupa Elektro Ensefalogram (EEG).

2.1. Membran Sel


Membran sel adalah fitur universal yang dimiliki oleh semua jenis sel berupa
lapisan antarmuka yang disebut membran plasma, yang memisahkan sel dengan
lingkungan di luar sel, terutama untuk melindungi inti sel dan sistem kelangsungan
hidup yang bekerja di dalam sitoplasma
Pada sel eukariota, membran sel yang membungkus organel-organel di
dalamnya, terbentuk dari dua macam senyawayaitu lipid dan protein, umumnya
berjenis fosfolipid seperti senyawa antara fosfatidil etanolamina dan kolesterol, yang
membentuk struktur dengan dua lapisan dengan permeabilitas tertentu sehingga tidak
semua molekul dapat melalui membran sel, namun di sela-sela molekul fosfolipid
tersebut, terdapat transporter yang merupakan jalur masuk dan keluarnya zat-zat yang
dibutuhkan dan tidak dibutuhkan oleh sel.
Nilai permeabilitas air pada membran ganda dari berbagai komposisi lipid
berkisar antara 2 hingga 1.000 105 cm2/dt. Angka tertinggi ditemukan pada membran
plasma pada sel epitelial ginjal, beberapa sel glia dan beberapa sel yang dipengaruhi
oleh protein membran dari jenis akuaporin. Akuaporin-2 memungkinkan
adanya transporter air yang peka terhadap vasopresin, sedang ekspresi akuaporin-4
ditemukan sangat tinggi pada beberapa sel glia dan ependimal.
Komponen penyusun membran sel antara lain adalah fosfilipid, protein,
oligosakarida, glikolipid, dan kolesterol.

a. Model mosaik fluida


Pada tahun 1972, Seymour Jonathan Singer dan Garth
Nicholson mengemukakan model mosaik fluida yang disusun berdasarkan hukum-
hukum termodinamika untuk menjelaskan struktur membran sel. Pada model
ini, protein penyusun membran dijabarkan sebagai sekelompok molekul globular
heterogenus yang tersusun dalam struktur amfipatik, yaitu dengan gugus ionik dan
polar menghadap ke fase akuatik, dan gugus non-polar menghadap ke dalam
interior membran yang disebut matriks fosfolipid dan bersifat hidrofobik.
Himpunan-himpunan molekul globular tersebut terbenam sebagian ke dalam
matriks fosfolipid tersebut. Struktur membran teratur membentuk lapisan ganda
fluida yang diskontinu, dan sebagian kecil dari matriks fosfolipid berinteraksi
dengan molekul globular tersebut sehinggal struktur mosaik fluida
merupakan analogi lipoprotein atau protein integral di dalam larutan membran
ganda fosfolipid.
b. Lapisan ganda fosfolipid

Umumnya, membran sel memiliki bagian kepala polar hidrofilik dengan


daya ikat gliserofosforilester yang terdiri dari gliserol, fosfat, dan gugus tambahan
seperti kolina, serina, dll; dengan dua rantai hidrofobik asam lemak yang
membentuk ikatan ester. Pada rantai primer, ditempati oleh asam lemak jenuh dan
pada rantai sekunder ditempati oleh asam lemak tak jenuh. Bagian kepala dapat
berinteraksi dengan air maupun larutan fase akuatik, sedangkan bagian rantai akan
berhimpit membentuk matriks fosfolipid yang disebut fase internal.
Antara fase internal dan fase akuatik terjadi tegangan potensial antara 220-
280 mV yang disebut tegangan potensial dipol, atau potensial membran.

Penamaan dan sifat bagian kepala fosfolipid bergantung pada jenis gugus
tambahan yang dimilikinya, antara lain terdapat sebutan fosfokolina (pc),
fosfoetanolamina (pe), fosfoserina (ps), dan fosfoinositol (pi); dan masing-masing
nama senyawa fosfolipid terkait yang terbentuk pada membran sel adalah fosfatidil
kolina, fosfatidil etanolamina, fosfatidil serina, dan fosfatidil inositol. Membran
juga dapat terbentuk dari senyawa lipid seperti sfingomielin, sardiolipin, atau ikatan
dengan senyawa kolesterol, dan glikolipida.

c. Protein integral membrane

Protein integral memiliki domain membentang di luar sel dan di sitoplasma.


Protein intregral juga berfungsi untuk memasukkan zat-zat yang ukurannya lebih
besar.

d. Protein transmembrane

Protein ini terintegrasi pada lapisan lipid dan menembus 2 lapisan lipid /
transmembran. Bersifat amfipatik, mempunyai sekuen helix protein, hidrofobik,
menembus lapisan lipida, dan untaian asam amino hidrofilik. Banyak diantaranya
merupakan glikoprotein, gugus gula pada sebelah luar sel. Di sintesis di RE, gula
dimodifikasi di badan golgi

e. Kerangka membrane

Kerangka membran atau disebut juga sitoskeleton mempunyai tiga macam


jenis yaitu mikrotubulus, mikrofilamen,dan filamen intermediet.

f. Sistem transportasi membran


Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu
lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel
antara lain ialah molekul hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil
(air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran
besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar
dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan
terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua
cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui
membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang
membutuhkan mekanisme khusus. Lalu lintas membran akan membuat perbedaan
konsentrasi ion sebagai akibat dari dua proses yang berbeda
yaitu difusi dan transpor aktif, yang dikenal sebagai gradien ion. Lebih lanjut,
gradien ion tersebut membuat sel memiliki tegangan listrik seluler. Dalam keadaan
istirahat, sitoplasma sel memiliki tegangan antara 30 hingga 100 mV lebih rendah
daripada interstitium.

g. Transpor pasif

Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien


konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi
terfasilitasi merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal
yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran
yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengonsumsi
O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah
perpindahannya ditentukan oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke
hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena
zat terlarut berpindah menurut gradien konsentrasinya.

Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa.
Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi
transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.

h. Transpor aktif

Definisi transport aktif, pertama kali dicetuskan oleh Rosenberg sebagai


sebuah proses yang menyebabkan perpindahan suatu substansi dari sebuah area
yang mempunyai potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju ke tempat dengan
potensial yang lebih tinggi. Proses tersebut dikatakan, memerlukan
asupan energi dan suatu mekanisme kopling agar asupan energi dapat digunakan
demi menjalankan proses perpindahan substansi.

Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor
aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat
dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionofor.
Ionofor merupakan antibiotik yang menginduksi transpor ion melalui membran sel
maupun membran buatan.

Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps,
dan light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua
istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang
mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua
substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus
transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri.
Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada
Bakteriorhodopsin.

Hormon tri-iodotironina yang dikenal sebagai aktivator enzim fosfatidil


inositol-3 kinase dengan mekanisme dari dalam sitoplasma dengan bantuan integrin
alfavbeta3. Lintasan enzim fosfatidil inositol-3 kinase, lebih lanjut akan
memicu transkripsi genetik dari Na+ ATP sintase, K+ ATP sintase, dll, beserta
penyisipan ATP sintase tersebut pada membran plasma, berikut regulasi dan
modulasi aktivitasnya

i. Interaksi fosfolipid
Pembentukan dwilapis lipid adalah proses yang menguras banyak energi
ketika gliserofosfolipid yang dijelaskan di atas berada di dalam lingkungan basah.
Di dalam sistem basah, gugus polar lipid berjejer menuju polar, lingkungan basah,
sedangkan ekor hidrofobik memperkecil hubungannya dengan air dan cenderung
menggerombol bersama-sama, membentuk vesikel; bergantung pada konsentrasi
lipid, interaksi biofisika ini dapat berujung pada pembentukan misel, liposom,
atau dwilapis lipid. Penggerombolan lainnya juga diamati dan membentuk bagian
dari polimorfisma perilaku amfifila (lipid). Polimorfisme lipid adalah cabang
pengkajian di dalam biofisika dan merupakan mata pelajaran penelitian akademik
saat ini. Bentuk dwilapis dan misel di dalam medium polar oleh proses yang dikenal
sebagai efek hidrofobik. Ketika memecah zat lipofilik atau amfifilik di dalam
lingkungan polar, molekul polar (yaitu, air di dalam larutan air) menjadi lebih
teratur di sekitar zat lipofilik yang pecah, karena molekul polar tidak dapat
membentuk ikatan hidrogen ke wilayah lipofilik daru amfifila. Jadi, di dalam
lingkungan basah, molekul air membentuk kurungan "senyawa klatrat" tersusun di
sekitar molekul lipofilik yang terpecah. Pada teori mozaik fluida membran
merupakan 2 lapisan lemak dalam bentuk fluida dengan molekul lipid yang dapat
berpindah secara lateral di sepanjang lapisan membran. Protein membran tersusun
secara tidak beraturan yang menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan
membran sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-komponennya bebas
bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen
komponen muchus membran sel semipermanen di lapisan membran
Secara alami di alam fosfolipid akan membentuk struktur misel (struktur
menyerupai bola) atau membran lipid 2 lapis. Karena strukturnya yang dinamis
maka komponen fosfolipid di membran dapat melakukan pergerakan dan
perpindahan posisi. Pergerakan yang terjadi antara lain adalah pergerakan secara
lateral (Pergerakan molekul lipid dengan tetangganya pada monolayer membran)
dan pergerakan secara flip flop (Tipe pergerakan trans bilayer).
j. Membran Mitokondria
Hingga saat ini terdapat tiga teori mengenai membran mitokondria. Teori
pertama mengatakan bahwa mitokondria memiliki satu lapisan membran. Teori
kedua mengatakan bahwa terdapat dua lapisan membran, yaitu membran sisi dalam
dan membran sisi luar. Teori ketiga mengatakan bahwa mitokondria memiliki tiga
lapisan, yaitu membran sisi dalam, membran sisi luar dan membran plasma.

2.2. Sel Saraf


Sel saraf atau neuron merupakan satuan kerja utama dari sistem saraf yang
berfungsi menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus
(rangsang). Jutaan sel saraf ini membentuk suatu sistem saraf.
2.2.1 Struktur Sel Saraf
a. Badan sel atau perikarion, suatu neuron mengendalikan metabolisme
keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun dari komponen berikut:
Satu nukleus tunggal, nukleolus yang menanjol dan organel lain seperti
konpleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki
sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-
ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.
Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat
melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
b. Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan
pendek serta berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh.
c. Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari
dendrite. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain,
ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi
asal akson.
2.2.2 Jenis Sel Saraf Berdasarkan Fungsi

a. Sel saraf sensorik (Afferent)


Berfungsi menghantarkan rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan)
ke sumsum tulang belakang.
b. Sel saraf motorik (Efferent)
Berfungsi menghantarkan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke
efektor.

c. Sel saraf penghubung


Merupakan penghubung sel saraf yang satu dengan sel saraf yang lain.
2.2.3 Jenis Sel Saraf berdasarkan Bentuk
a. Unipolar neuron
Sel saraf yang memiliki satu tonjolan dan kemudian bercabang dua, satu
menuju sistem saraf pusat (akson) dan yang lain menuju dan menghantarkan
impuls dari organ ke sel.
b. Bipolar neuron
Sel saraf yang memiliki dua tonjolan disetiap ujung sel dan salah satunya
ialah dendrit yang membawa impuls ke sel dan yang lain adalah akson yang
membawa impuls dari sel

c. Pyramidal cell
Jenis neuron yang ditemukan di area otak.

d. Motor neuron (multipolar)


Sel saraf yang memiliki banyak cabang yang muncul dari badan sel.
2.3. Potensial Aksi
Potensi listrik statik pada membran (RMP) dapat berubah dinamik saat
potensial aksi terjadi. Potensial aksi merupakan rangkaian persitiwa yang terjadi akibat
beda potensial membran distimulasi. Potensial aksi hanya akan muncul bila terdapat
stimulus atau rangsangan yang adekuat atau lebih untuk membuka voltage gated ion
channel. Setiap channel memiliki nilai ambang kepekaan (firing level/ treshold) yang
berbeda. Respon sel yang mendapatkan stimulasi sampai betas minimal, disebut
treshold state dan yang mendapatkan stimulasi melebihi batas minimal, disebut active
state (potensial aksi).
Potensial aksi dimulai dengan depolarisasi membran, yang berarti
peniadaan atau berkurangnya polarisasi (beda potensial) antara cis dan ces. Bila
RMP terukur adalah -70 mv, maka stimulasi yang adekuat merubah beda potensial
membran dari -70 mv menjadi lebih kecil hingga mendekati nol. Penurunan beda
potensial disebabkan oleh pembukaan kanal ion natrium (Na+). Sensor listrik kanal ion
natrium peka terhadap beda potensial yang paling kecil, sehingga kanal ion natrium
terbuka pertama kali setelah sel distimulasi. Kanal ion natrium yang terbuka
menyebabkan pergerakan masuk (influx) ion natrium menjadi nyata. Influx ion
natrium membawa masuk muatan positif ke dalam cis menjadi lebih positif,
sehingga beda potensial antara cis dan ces berkurang mendekati nol.
Depolariasi membran akan berhenti manakala beda potensial membran
telah mencapai nilai ambang dari sensor kanal ion kalium dan chlor. Nilai ambang
sensor kanal ion chlor menghendaki beda potensial yang lebih kecil dibandingkan
kanal ion kalium sehingga kanal ion chlor terbuka terlebih dahulu. Kanal ion chlor
yang terbuka membawa masuk sejumlah muatan negatif ke dalam sel (cis) sehingga
menambah beda potensial membran. Dengan demikian beda potensial yang semula
mengecil akibat depolarisasi, kembali meningkat akibat pembukaan kanal ion
chlor. Beda potensial yang kembali meningkat sampai pada nilai ambang kanal ion
kalium, maka kanal tersebut akan terbuka dan membawa keluar muatan positif dari
dalam sel. Negatifitas muatan di dalam sel meningkat kembali dan polarisasi membran
pun bertambah mendekati kondisi semula. Hal inilah yang disebut dengan fenomena
repolarisasi, artinya polarisasi membran kembali pada kondisi semula.

Repolarisasi terkadang melebihi potensial membran saat resting (RMP)


sehingga sejumlah ion natrium dan chlor terjebak di dalam sel sedangkan ion
kalium terjebak di luar sel. Fenomena ini sering disebut dengan positive
after potential. Upaya untuk mengembalikan komposisi ion seperti semula
tidak mudah, karena sel harus mengaktifkan pompa ion yang mentransport secara
aktif dengan bantuan ATP (Na K ATP ase).
Semakin besar beda potensial membran (polarisasi membran), semakin
sensitif sel tersebut. Pada kondisi potensial membran yang besar dibutuhkan
stimulus yang besar pula untuk memicu depolarisasi. Beda potensial membran
yang melebihi RMP disebut dengan hiperpolarisasi, sedangkan beda potensial
yang kurang dari RMP disebut dengan hipopolarisasi.
Selama potensial aksi terjadi, sel menjadi kurang sensitif terhadap
rangsangan. Periode penurunan sensitifitas ini disebut dengan periode
refrakter. Periode refrakter terbagi menjadi periode refrakter absolut dan relatif.
Periode refrakter absolut menggambarkan kondisi sel tak dapat dirangsang kembali
walupun dengan stimulus yang lebih besar. Sedangkan periode refrakter
relatif menggambarkan sel masih dapat depolarisasi kembali bila stimulus
yang diberikan lebih besar.
Periode refrakter absolut terjadi sejak nilai ambang tercapai hingga
depolarisasi berlangsung. Sedagkan periode refrakter relatif terjadi saat
repolariasasi berlangsung hingga melewati nilai ambang semula. Stimulus
yang lebih besar diberikan pada saat periode refrakter berpotensi
menghasilkan potensial aksi yang lebih besar dari sebelumnya.
Pada otot jantung dan otot polos tipe single unit terdapat fenomena plateau.
Feomena plateau merupakan perlambatan dari fase relaksasi. Hal ini
dimungkinkan terjadi bila :
1. Terjadi perlambatan pembukaan kanal ion kalium, atau
2. Terjadi pembukaan dari slow natrium-calcium channel yang hanya
terdapat di membran sel otot jantung. Respon dari kanal ion ini terlambat,
dimana kanal baru terbuka setelah depolariasasi berlangsung.
Plateau memperpanjang periode refrakter sehingga otot jantung tidak
mudah mengalami tetani meskipun diberikan rangsangan berulang dengan
intensitas yang meningkat.

2.4. Transmisi Sinapsis


Merupakan transmisi berdasarkan sinyal-sinyal dari neuron yang satu ke
neuron yang lain. Neuron berkomunikasi melalui sinapsis dan perantaranya
adalah substansi kimia yang dilepaskan oleh terminal button. Substansi
kimia ini disebut dengan substansi transmitter atau neurotransmitter yang
berdifusi diantara celah terminal button dengan membran dari neuron
penerima. Macam substansi transmitter ini akan menentukan efek
pembangkitan.
1. Struktur sinapsis
Pada gambar dibawah ini tampak sebuah ilustrasi tentang sinapsis.
Sitoplasma dalam terminal button, terdiri dari pembuluh sinapsis (synaptic
vesicles), yang terletak dekat dengan rnembran pre-synaptic;
mitokondria yang berfungsi sebagai sumber energi; dan cisternas yang
rnerupakan pembungkus dari neurotransmitter yang bentuknya seperti
badan golgi di sel-sel tubuh manusia. Selain bagian-bagian tersebut,
membran presinapsis dan membran postsinapsis adalah bagian penting
dalam mekanisme transmisi synapsis.

Diantara membran presinapsis dan membran postsinapsis


terdapat celah yang disebut synaptic cleft, yang jaraknya tergantung
tugas masing-masing neuron. Umumnya, lebar celah ini adalah
sekitar 200 A (A= angstroms, dimana I A sama dengan 1/10.000 mm).
Dalam celah sinapsis ini terdapat cairan ekstrasel tempat substansi
neurotransmitter akan berdifusi.. Neurotransmitter diproduksi oleh soma
sel dan dialirkan ke terminal button mclalui microtubules di sepanjang
axon. Proses ini disebut dengan axoplasmic transport.
Membran postsinapsis merupakan membran yang paling tebal
dibandingkan dengan membran di bagian-bagian lain. Ia mengandung
molekul-molekul protein yang yang mampu mendeteksi hadirnya substansi
transmitter di celah sinapsis dan selanjutnya mampu untuk mengubah
potensial rnembran dan terjadi proses yang akan menghambat atau
meningkatkan aktivitas neuron penerima.
2. Mekanisme Transmisi Sinapsis
Transmisi sinapsis berlangsung melalui dua macam proses transmisi
neurokimia yang berbeda satu sama lain, yaitu small-molecule
neurotransmitters dan large-molecule neurotrnsmitters.
Small-Molecule Neurotransmitters. Proses ini dimulai dengan
berkumpulnya substansi kimia didalam cisterna yang akan
disimpan di dekat membran presinapsis (membran presinapsis kaya
akan kelenjar-kelenjar yang mengandung kalsium. Bila
mendapat stimulasi dari potensial aksi, saluran kalsium tadi akan
terbuka dan ion Ca'" akan masuk ke dalam button. Masuknya Ca'"
akan mendorong pembuluh sinapsis untuk melakukan kontak
dengan membran presinapsis dan melepaskan isinya ke dalam
celah sinapsis (lihat gambar 3.12.). Proses ini disebut dengan
exocytosis. Proses ini berlangsung pada setiap kali stimulasi dari
potensial aksi terjadi. Ia langsung menyampaikan pesan kepada
reseptor postsinapsis yang ada di sekitarnya (lokal).
Large-molecule Neurotransmitters. Proses exocytosis juga terjadi,
namun untuk large-molecule neurotransmitter, substansi kimia
yang dibutuhkan akan berkumpul dalam Badan Golgi dan
dialirkan ke buttons melalui microtubules. Proses exocytosisnya
tetap sama, namun bila small-molecule berlangsung pada setiap
kali terjadi stimulasi; proses exocytosis large-molecule akan
berlangsung secara bertahap. Large-molecule umumnya juga tidak
dilepaskan pada celah sinapsis, namun dilepaskan pada cairan
ekstrasel dan pembuluh darah. Oleh karena itu proses large-molecule
ini biasanya terjadi pada reseptor yang letaknya jauh dari proses
exocytosis dan pengaruh yang disebarkan juga tidak terbatas pada
neuron yang ada disekitarnya tetapi juga neuron-neuron yang
letaknya berjauhan, oleh karena itu proses large-molecule
neurotansmitterumumnya lebih berfungsi sebagai neuro modulator.
Proses large- molecule diperlancar dengan bantuan proses-proses
small-moleeule (sebagai second messenger/penyampai pesan sekunder).
Neuromodulator memiliki peranan yang besar dalam mengkontrol
emosi dan motivasi.
DAFTAR PUSTAKA

(Inggris)"Cell membrane". John W. Kimball. Diakses tanggal 2016-11-3.

Wiggins PM. (1990). "Role of water in some biological processes". Microbiological Reviews 54 (4): 432
49.

Raschke TM, Levitt M. (2005). "Nonpolar solutes enhance water structure within hydration shells while
reducing interactions between them". Proceedings of the National Academy of Sciences U.S.A. 102 (19):
677782.

Feigenson GW. (2006). "Phase behavior of lipid mixtures". Nature Chemical Biology 2 (11): 56063.

http://ebook.repo.mercubuana-
yogya.ac.id/Kuliah/materi_20131_doc/Konduksi%20Neural%20&%20Transmisi%20Sinaptik.pdf

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_faal/bab3_konduksi_neural_dan_transmisi_s
inapsis.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dadan-rosanadr-msi/modul-2-struktur-dan-
fungsi-protein.pdf

http://fk.unair.ac.id/web1/attachments/1643_BIOFISIKA%201.pdf

http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/306/288

https://doc-08-cc-
docs.googleusercontent.com/docs/securesc/ha0ro937gcuc7l7deffksulhg5h7mbp1/gcvuiv2msq0v96
45v5iopkp8rg97fhev/1478556000000/16949060463533321117/*/0B5hQ6ozaaW8YMFFCTGpCNkJE
bkU (biolistrik)

Anda mungkin juga menyukai