KELISTRIKAN SEL
Disusun Oleh:
Safirah Salsabillah (130210102007)
Naimatul Istiqomah (130210102020)
Yuni Rochmawati (130210102105)
KELISTRIKAN SEL
Tubuh manusia mengandung sistem kelistrikan. Mulai dari mekanisme otak, jantung,
ginjal, paru-paru, sistem pencernaan, sistem hormonal, otot-otot dan berbagai jaringan
lainnya. Semuanya bekerja berdasar sistem kelistrikan. Tubuh kita boleh disebut sebagai
sistem elektromagnetik. Sebab, kelistrikan sangat erat kaitannya dengan kemagnetan. Otak
kita memiliki medan kemagnetan. Sebagaimana jantung ataupun bagian-bagian lain di tubuh
kita.
Badan sel merupakan bagian sel saraf yang mengandung nukleus (inti sel) dan
tersusun pula sitoplasma yang bergranuler dengan warna kelabu. Di dalamnya juga
terdapat membran sel, nukleolus (anak inti sel), dan retikulum endoplasma. Retikulum
endoplasma tersebut memiliki struktur berkelompok yang disebut badan Nissl.
Pada badan sel terdapat bagian yang berupa serabut de ngan penjuluran pendek.
Bagian ini disebut dendrit. Dendrit memiliki struktur yang bercabang-cabang (seperti
pohon) dengan berbagai bentuk dan ukuran. Fungsi dendrit adalah menerima impuls
(rangsang) yang datang dari reseptor. Kemudian impuls tersebut dibawa menuju ke
badan sel saraf. Selain itu, pada badan sel juga terdapat penjuluran panjang dan
kebanyakan tidak bercabang. Namanya adalah akson atau neurit. Akson berperan
dalam menghantarkan impuls dari badan sel menuju efektor, seperti otot dan kelenjar.
Walaupun diameter akson hanya beberapa mikrometer, namun panjangnya bisa
mencapai 1 hingga 2 meter.
Supaya informasi atau impuls yang dibawa tidak bocor (sebagaiisolator), akson
dilindungi oleh selubung lemak yang kemilau. Kita bisa menyebutnya selubung mielin.
Selubung mielin dikelilingi oleh sel-sel Schwan. Selubung mielin tersebut dihasilkan
oleh selsel pendukung yang disebut oligodendrosit. Sementara itu, pada akson terdapat
bagian yang tidak terlindungi oleh selubung mielin. Bagian ini disebut nodus Ranvier,
yang berfungsi memperbanyak impuls saraf atau mempercepat jalannya impuls.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, neuron dikelompokkan dalam tiga bagian,
yaitu neuron sensorik, neuron motorik, asosiasi dan adjustor.
a. Saraf sensorik, berfungsi menghantar impuls (pesan) dari reseptor ke sistem saraf
pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medulla spinalis). Ujung
akson dari saraf sensorik berhubungan dengan saraf asosiasi/penghubung
(intermediet).
b. Saraf motorik, mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang
hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik
berada pada sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan
akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang terdapaty di sistem
saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf
sensorik atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf
pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensorik atau sel saraf
asosiasi lainnya. Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung
dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf,
berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.
c. Saraf asosiasi (penghubung), terdapat pada sistrem saraf pusat yang berfungsi
menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik atau berhunungan
dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf asosiasi
menerima impuls dari reseptor sensorik atau sel saraf asosiasi lainnya.
d. Saraf adjustor, berfungsi sebagai penghubung saraf sensorik dan motorik di
sumsum tulang belakang dan otak.
2. Impuls
Sel-sel saraf bekerja secara kimiawi. Sel saraf yang sedang tidak aktif
mempunyai potensial listrik yang disebut potensial istirahat. Jika ada rangsang,
misalnya sentuhan, potensial istirahat berubah menjadi potensial aksi. Potensial aksi
merambat dalam bentuk arus listrik yang disebut impuls yang merambat dari sel saraf
ke sel saraf berikutnya sampai ke pusat saraf atau sebaliknya. Jadi, impuls adalah arus
listrik yang timbul akibat adanya rangsang.
3. Sinapsis
Dalam pelaksanaannya, sel-sel saraf bekerja bersama-sama. Pada saat datang
rangsang, impuls mengalir dari satu sel saraf ke sel saraf penghubung, sampai ke pusat
saraf atau sebaliknya dari pusat saraf ke sel saraf terus ke efektor. Hubungan antara
dua sel saraf disebut sinapsis.
Ujung neurit bercabang-cabang, dan ujung cabang yang berhubungan dengan
sel saraf lain membesar disebut bongkol sinaps (knob). Pada hubungan dua sel saraf
yang disebut sinaps tersebut, dilaksanakan dengan melekatnya neurit dengan dendrit
atau dinding sel. Jika impuls sampai ke bongkol sinaps pada bongkol sinaps akan
disintesis zat penghubung atau neurotransmiter, misalnya zat asetilkolin.
Dengan zat transmiter inilah akan terjadi potensial aksi pada dendrite yang
berubah menjadi impuls pada sel saraf yang dihubunginya. Setelah itu, asetilkolin akan
segera tidak aktif karena diuraikan oleh enzim kolin esterase menjadi asetat dan kolin.
4. Mekanisme Penghantaran Impuls Saraf
Seperti halnya jaringan komputer, sistem saraf mengirimkan sinyalsinyal listrik
yang sangat kecil dan bolak-balik, dengan membawa informasi dari satu bagian tubuh
ke bagian tubuh yang lain. Sinyal listrik tersebut dinamakan impuls (rangsangan). Ada
dua cara yang dilakukan neuron sensorik untuk menghantarkan impuls tersebut, yakni
melalui membran sel atau membran plasma dan sinapsis. Penghantaran Impuls Saraf
melalui Membran Plasma.
Di dalam neuron, sebenarnya terdapat membran plasma yang sifatnya
semipermeabel. Membran plasma neuron tersebut berfungsimelindungi cairan
sitoplasma yang berada di dalamnya. Hanya ion-ion tertentu akan dapat bertranspor
aktif melewati membran plasma menuju membran plasma neuron lain.
Apabila tidak terdapat rangsangan atau neuron dalam keadaan istirahat,
sitoplasma di dalam membran plasma bermuatan listrik negatif, sedangkan cairan di
luar membran bermuatan positif. Keadaan yang demikian
dinamakan polarisasi atau potensial istirahat. Perbedaan muatan ini terjadi karena
adanya mekanisme transpor aktif yakni pompa natrium-kalium. Konsentrasi ion
natrium (Na+) di luar membrane plasma dari suatu akson neuron lebih tinggi
dibandingkan konsentrasi di dalamnya. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium (K+) di
dalamnya lebih besar daripada di luar. Akibatnya, mekanisme transpor aktif terjadi
pada membran plasma.
Kemudian, apabila neuron dirangsang dengan kuat, permeabilitas membran
plasma terhadap ion Na+ berubah meningkat. Peningkatan permeabilitas membran ini
menjadikan ion Na+ berdifusi ke dalam membran, sehingga muatan sitoplasma
berubah menjadi positif. Fase seperti ini dinamakan depolarisasi atau potensial aksi.
Sementara itu, ion K+ akan segera berdifusi keluar melewati membrane Fase
ini dinamakan repolarisasi. Perbedaan muatan pada bagian yang mengalami polarisasi
dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik. Kondisi depolarisasi ini akan
berlangsung secara terus-menerus, sehingga menyebabkan arus listrik. Dengan
demikian, impuls saraf akan terhantar sepanjang akson. Setelah impuls terhantar,
bagian yang mengalami depolarisasi akan mengalami fase istirahat kembali dan tidak
ada impuls yang lewat. Waktu pemulihan ini dinamakan fase
refraktori atau undershoot.
Penamaan dan sifat bagian kepala fosfolipid bergantung pada jenis gugus
tambahan yang dimilikinya, antara lain terdapat sebutan fosfokolina (pc),
fosfoetanolamina (pe), fosfoserina (ps), dan fosfoinositol (pi); dan masing-masing
nama senyawa fosfolipid terkait yang terbentuk pada membran sel adalah fosfatidil
kolina, fosfatidil etanolamina, fosfatidil serina, dan fosfatidil inositol. Membran
juga dapat terbentuk dari senyawa lipid seperti sfingomielin, sardiolipin, atau ikatan
dengan senyawa kolesterol, dan glikolipida.
d. Protein transmembrane
Protein ini terintegrasi pada lapisan lipid dan menembus 2 lapisan lipid /
transmembran. Bersifat amfipatik, mempunyai sekuen helix protein, hidrofobik,
menembus lapisan lipida, dan untaian asam amino hidrofilik. Banyak diantaranya
merupakan glikoprotein, gugus gula pada sebelah luar sel. Di sintesis di RE, gula
dimodifikasi di badan golgi
e. Kerangka membrane
g. Transpor pasif
Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa.
Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi
transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
h. Transpor aktif
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor
aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat
dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionofor.
Ionofor merupakan antibiotik yang menginduksi transpor ion melalui membran sel
maupun membran buatan.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps,
dan light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua
istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang
mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua
substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu siklus
transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri.
Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada
Bakteriorhodopsin.
i. Interaksi fosfolipid
Pembentukan dwilapis lipid adalah proses yang menguras banyak energi
ketika gliserofosfolipid yang dijelaskan di atas berada di dalam lingkungan basah.
Di dalam sistem basah, gugus polar lipid berjejer menuju polar, lingkungan basah,
sedangkan ekor hidrofobik memperkecil hubungannya dengan air dan cenderung
menggerombol bersama-sama, membentuk vesikel; bergantung pada konsentrasi
lipid, interaksi biofisika ini dapat berujung pada pembentukan misel, liposom,
atau dwilapis lipid. Penggerombolan lainnya juga diamati dan membentuk bagian
dari polimorfisma perilaku amfifila (lipid). Polimorfisme lipid adalah cabang
pengkajian di dalam biofisika dan merupakan mata pelajaran penelitian akademik
saat ini. Bentuk dwilapis dan misel di dalam medium polar oleh proses yang dikenal
sebagai efek hidrofobik. Ketika memecah zat lipofilik atau amfifilik di dalam
lingkungan polar, molekul polar (yaitu, air di dalam larutan air) menjadi lebih
teratur di sekitar zat lipofilik yang pecah, karena molekul polar tidak dapat
membentuk ikatan hidrogen ke wilayah lipofilik daru amfifila. Jadi, di dalam
lingkungan basah, molekul air membentuk kurungan "senyawa klatrat" tersusun di
sekitar molekul lipofilik yang terpecah. Pada teori mozaik fluida membran
merupakan 2 lapisan lemak dalam bentuk fluida dengan molekul lipid yang dapat
berpindah secara lateral di sepanjang lapisan membran. Protein membran tersusun
secara tidak beraturan yang menembus lapisan lemak. Jadi dapat dikatakan
membran sel sebagai struktur yang dinamis dimana komponen-komponennya bebas
bergerak dan dapat terikat bersama dalam berbagai bentuk interaksi semipermanen
komponen muchus membran sel semipermanen di lapisan membran
Secara alami di alam fosfolipid akan membentuk struktur misel (struktur
menyerupai bola) atau membran lipid 2 lapis. Karena strukturnya yang dinamis
maka komponen fosfolipid di membran dapat melakukan pergerakan dan
perpindahan posisi. Pergerakan yang terjadi antara lain adalah pergerakan secara
lateral (Pergerakan molekul lipid dengan tetangganya pada monolayer membran)
dan pergerakan secara flip flop (Tipe pergerakan trans bilayer).
j. Membran Mitokondria
Hingga saat ini terdapat tiga teori mengenai membran mitokondria. Teori
pertama mengatakan bahwa mitokondria memiliki satu lapisan membran. Teori
kedua mengatakan bahwa terdapat dua lapisan membran, yaitu membran sisi dalam
dan membran sisi luar. Teori ketiga mengatakan bahwa mitokondria memiliki tiga
lapisan, yaitu membran sisi dalam, membran sisi luar dan membran plasma.
c. Pyramidal cell
Jenis neuron yang ditemukan di area otak.
Wiggins PM. (1990). "Role of water in some biological processes". Microbiological Reviews 54 (4): 432
49.
Raschke TM, Levitt M. (2005). "Nonpolar solutes enhance water structure within hydration shells while
reducing interactions between them". Proceedings of the National Academy of Sciences U.S.A. 102 (19):
677782.
Feigenson GW. (2006). "Phase behavior of lipid mixtures". Nature Chemical Biology 2 (11): 56063.
http://ebook.repo.mercubuana-
yogya.ac.id/Kuliah/materi_20131_doc/Konduksi%20Neural%20&%20Transmisi%20Sinaptik.pdf
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_faal/bab3_konduksi_neural_dan_transmisi_s
inapsis.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dadan-rosanadr-msi/modul-2-struktur-dan-
fungsi-protein.pdf
http://fk.unair.ac.id/web1/attachments/1643_BIOFISIKA%201.pdf
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/306/288
https://doc-08-cc-
docs.googleusercontent.com/docs/securesc/ha0ro937gcuc7l7deffksulhg5h7mbp1/gcvuiv2msq0v96
45v5iopkp8rg97fhev/1478556000000/16949060463533321117/*/0B5hQ6ozaaW8YMFFCTGpCNkJE
bkU (biolistrik)