Anda di halaman 1dari 31

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja

Masa remaja erat kaitannya dan sering sekali dihubung-hubungkan dengan yang namanya
kenakalan remaja. Masa remaja secara umum merupakan peralihan transisi dari masa kanak-
kanak ke masa remaja. Sebenarnya kenakalan remaja itu timbul akibat dari ketidak mampuan
anak dalam menghadapi tugas perkembangan remaja yang harus dipenuhi.

Pada masa remaja banyak sekali perubahan yang terjadi pada diri anak, baik segi psikis
maupun fisiknya. Dalam segi psikis bayak teori-teori perkembangan yang memaparkan
ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan
yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat
perubahan pada lingkungan. Jika tidak diwaspadai, perubahan-perubahan psikis yang terjadi
sebagai tugas perkembangan remaja itu akan berdampak negatif pada remaja. Untuk tugas
perkembangan remaja bisa lihat disini

Masalah yang timbul apabila tidak memenuhi tugas perkembangan remaja

Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-
tugas tersebut, yaitu :

1. Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di
rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-
nilai.
2. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada
remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian
berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit
kewajiban dibebankan oleh orangtua.

Remaja masa kini banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka dapatkan, mulai dari
perkembangan fisiologi, ditambah dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya serta
perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya masalah-
masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau perilaku yang mengakibatkan bentuk
penyimpangan perilaku yang disebut kenakalan remaja.

Menurut hemat saya, tekanan-tekanan yang timbul dari lingkungan dan orang tua yang
menginginkan anak melakukan peran dewasa, padahal mereka masih tergolong dalam masa
remaja, secara psikologis anak belum mampu menghadapinya. Stres, kesedihan, kecemasan,
kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan melakukan
kenakalan remaja (Fuhrmann, 1990).

Baca juga : Pembentukan Penyesuaian Diri


Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan
remaja (dari segi lingkungan)
Faktor lingkungan merupakan peran untama dalam membantu masa remaja untuk menyelesaikan
tugas perkembangannya. Adapun faktor faktor yang dapat menyebabkan munculnya kenakalan
remaja adalah Keluarga (rumah tangga), Sekolah, dan Kondisi Masyarakat (lingkungan
social).

1. Keluarga (rumah tangga)

Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam
lingkungan sosial keluarga yang tidak baik atau disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk
mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku
menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga sehat atau
harmonis (sakinah).

2. Sekolah

Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada
gilirannya dapat memberikan peluang pada anak didik untuk berperilaku menyimpang.
Misalnya, kurikulum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang
kurang. Dalam hal ini yang paling berperan adalah guru Agama, guru PKN dan Bimbingan
Konseling, meskipun semua elemen sekolah bertanggung jawab atas perilaku anak di sekolah.

3. Kondisi Masyarakat (Lingkungan Sosial)

Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan, merupakan faktor yang
kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor lingkungan yang sehat
misalnya:ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan
kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara
lain:

Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan)

1. Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malambahkan sampai dini hari
2. Peredaran alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya
3. Pengangguran
4. Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5. Wanita tuna susila (wts)
6. Beredarnya bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan
kekerasan
7. Perumahan kumuh dan padat
8. Pencemaran lingkungan
9. Tindak kekerasan dan kriminalitas
10. Kesenjangan sosial

Baca juga : Kenakalan Remaja, Salah Siapa?

Daerah Rawan (Gangguan Kantibmas)

1. Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya


2. Perkelahian perorangan atau berkelompok/massal
3. Kebut-kebutan
4. Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan
5. Perkosaan
6. Pembunuhan
7. Tindak kekerasan lainnya
8. Pengrusakan
9. Coret-coret dan lain sebagainya

Kondisi psikososial yang seperti ini, merupakan faktor yang kondusif (rawan) bagi terjadinya
kenakalan remaja.

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja


Masa remaja sebagai periode merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan
rentan munculnya masalah (kenakalan remaja). Untuk itu perlu adanya perhatian khusus serta
pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting
bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang
paling menentukan.

Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain
yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat
dilalui secara terarah, sehat dan bahagia. Demikian sedikit paparan mengenai cara mengatasi
kenakalan remaja, semoga kenakalan remaja di negeri ini berkurang.
Penyelesaian Masalah Kenakalan Remaja Secara Komprehensip
Selasa, 04 Mei 2010 | By Dr. MULYADI, M.Pd.

Oleh: Mulyadi, M.Pd.

Guru SLTPN 22 Samarinda, Pemerhati Pendidikan dan Moral Anak (PPMA)

Dimuat Harian Swara Kaltim berseri pada tanggal 6, 7, 8 Januari 2004

Kenakalan remaja disebabkan oleh beberapa hal antara lain kesalahan sistem pengajaran di sekolah
yang kurang menanamkan sistem nilai, transisi kultural, kurangnya perhatian orang tua, dan kurangnya
kepedulian masyarakat pada masalah remaja. Untuk mengatasi permasalahan remaja tersebut perlu
dilakukan secara sistemik dan komprehensip melalui lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan
melalui kebijakan pemerintah. Hal ini dapat dapat dikaji dan dilakukan melalui berbagai disiplin ilmu
(interdisipliner) yaitu agama, moral (PPKn), olahraga kesehatan, biologi, Psikologi, sosial, hukum, dan
politik.

Tulisan ini berusaha mendeskripsikan masalah kenakalan remaja (siswa SLTP & SLTA) terutama
pengguna narkoba dan berusaha untuk memberikan solusi. Penulis mengharapkan artikel ini dapat
dijadikan salah satu referensi dalam memberantas narkoba. Memang untuk mengatasi masalah
kenakalan remaja perlu adanya kerjasama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah secara
kompak sehingga permasalahan yang di hadapi para remaja dapat ditangulangi secara tuntas. Strategi
yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penanganan di Lingkungan Sekolah

Salah satu penyebab anak usia sekolah nakal karena tidak memiliki sistem nilai sebagai pedoman dalam
kehidupanya. Dengan demikian, mereka sangat mudah untu mengadopsi sesuatu yang ada di
masyarakat tanpa menyaring terlebih dahulu. Untuk itu sekolah sebagai penyelenggara pendidikan
formal harus mengubah sistem pengajaran yang lebih menekankan pada aspek kognitif, ke sistem
pengajaran yang seimbang antara kognektif, afektif dan psikomotor. Perpaduan ketiga aspek tersebut
akan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penggarapan aspek afektif (sikap,
minat, sistem nilai, apresiasi) akan berdampak positif terhadap perilaku siswa.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki sistem nilai, jika sistem nilai ini kita klarifikasikan maka akan
mempengaruhi perilaku siswa baik secara individu maupun secara berkelompok. Penanaman sistem
nilai kepada siswa di sekolah hendaknya dengan berbagai strategi dengan melibatkan semua guru
bidang studi. Menanggulangi masalah kenakalan remaja termasuk pengguna narkoba (narkotik dan obat
terlarang ) khususnya di sekolah perlu kerjasama antara guru agama, PPKn, bimbingan konseling,
olahraga kesehatan, dan biologi secara terintegrasi

a. Pendekatan melalui Agama

Guru agama dalam menjelaskan masalah kenakalan ramaja (perilaku menyimpang, penggunaan
narkotik, minuman keras) bisa dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk mencari ayat Al-Quran
dan hadist nabi yang berkaitan dengan masalah tersebut, sehingga siswa akan memahami betul isi dari
ajaran agama yang diyakininya berkaitan dengan permasalahan. Harus diingatkan bahwa mempelajari
Al-Quran dan hadist nabi harus dimulai dengan keyakinan bukan dimulai dari keraguan sebagaimana
mempelajari ilmu. Dengan demikian, tidak akan menyalahkan alquran maupun hadist jika yang terdapat
dalam pikiranya berbeda. Justru dengan kejadian itu dapat dijadikan sebagai bahan renungan dan
koreksi diri apa yang telah diperbuat.

Dengan strategi pemberian tugas tersebut diharapkan siswa akan mengerti menyadari, dan memahami
dengan penuh makna apa yang dipelajari sehingga mereka taat akan agamanya, serta mengetahui
akibat jika melakukan tindakan yang salah. Pada dasarnya setiap agama melarang umatnya memakai
atau mengonsumsi norkoba. Dalam hal ini agama Islam dengan tegas melarang umatnya minum
minuman keras. Agama Islam menganjurkan pada umatnya agar sesama manusia untuk saling
mengenal, menolong, dan bekerjasama bukan untuk saling berkelahi., karena dengan saling tolong
menolong dan bekerjasama akan mendatangkan suatu keuntungan.

Problem kenakalan remaja dan narkoba jika dikaji dari berbagi ilmu akan memiliki tujuan yang luar
biasa. Misalnya minuman keras akan menyebabkan manusia mabuk (tidak sadarkan diri) sehingga
tindakan yang dilakukan cenderung merugikan orang lain. Secara logika saja tidak mungkin dalam
keadaan mabuk seseorang melakukan sesuatu dengan benar.

b. Pendekatan Moral dan Hukum (PPKN)

PPKn merupakan bidang studi yang mengajarkan nilai, norma, dan moral kepada siswa, untuk itu guru
PPKn memeliki kewajiban untuk ikut menyelesaikan masalah kenakalan remaja. Hal ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara melalui proses pembelajaran dengan menggunakan multi metode dan media
seperti Value Clarification Technik (pembinaan nilai), sosio drama, bermain peran, liputan, diskusi,
pertemuan kelas, dan pemberian tugas. Penggunaan metode ini hendaknya disesuaikan dengan pokok
bahasan, situasi dan kondisi sehingga benar-benar dapat bermakna bagi siswa.

Penggunaan metode VCT (pembinaan nilai) baik VCT percontohan, skala sikap, daftar baik buruk dapat
melatih siswa untuk memilih sistem nilai yang akan diyakini dalam menghadapi suatu masalah. Dengan
sering dilatih emosinya ini, maka diharapkan remaja (siswa) dapat menyaring atau memilah-milah suatu
informasi dari media masa maupun masyarakat.
Guru dapat memberi tugas kepada siswa untuk mencari contoh masalah kenakalan remaja yang ada di
masyarakat. Tugas ini diberikan kepada siswa dengan tujuan agar mereka lebih sensitip terhadap
problem yang terjadi di masyarakat. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk memberikan kometar,
penyebab dan akibat remaja melakukan perbuatan yang menyimpang serta bagaimana cara
mengatasinya. Tugas tersebut akan melatih siswa untuk mengetahui secara mendalam tentang
permasalahan remaja dan cara-cara untuk menyelesaikan. Kegiatan ini juga dapat melatih siswa
bersosialisasi dengan masyarakat lingkunganya. Hal ini sejalan dengan pembelajaran portofolio dalam
kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

Di samping itu guru hendaknya menugaskan kepada siswanya untuk mencari pasal-pasal dalam hukum
pidana (tentang perkelaian, penganiayaan, minuman keras dan pengguna narkoba) kemudian
didiskusikan di dalam kelas untuk dicari solusinya. Dalam diskusi agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebaiknya melibatkan aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim) sebagai nara sumber
untuk menjelaskan sebab akibat dari penggunaan narkoba, berkelahi, minuman keras, dan berbuat
kekerasan lainya ditinjau dari hukum.

c. Pendekatan melalui olahraga kesehatan

Olahraga adalah salah satu cara untuk menyelesaikan masalah kenakalan remaja terutama pengguna
narkoba. Berdasarkan hasil penelitian di Yogyakarta bahwa anak-anak remaja memakai narkoba dengan
alasan untuk menghilangkan stres, mendapatkan ketenangan, mencari kesenangan dan kenikmatan,
menyesuaikan dengan perilaku teman.

Alasan tersebut hanyalah merupakan jalan pintas dalam menyelesaikan masalah yang dilakukan oleh
remaja, sebenarnya masih banyak jalan lain untuk menyelesaikan antara lain dengan berolah raga.
Sekolah hendaknya mengaktifkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. sebab olah raga memiliki manfaat
antara lain:

1. Merangsang keluarnya B indorfin yang merupakan morfin yang diproduksi oleh tubuh sendiri. Hal ini
dapat mendatangkan rasa senang, tenang, dan sakit.

2. Mengurangi kadar garam yang tinggi. Zat ini dapat membuat cemas, pemarah dan stres.

3. Menambah osigen otak. Cukupnya oksigen otak akan memperbaiki suasana hati dan menambah daya
konsentrasi

4. Memproyeksikan kemarahan dan kecemasan. Kemarahan dapat dilampiaskan dengan cara memukul
bola keras-keras, berlari dan sebagaimya

d. Pendekatan melalui Bimbingan Konseling (BP)

Bimbingan konseling sangat berperan dalam menangani masalah siswa (remaja). Melaui BP diharapkan
siswa mau menyampaikan masalah yang dihadapinya, karena BP memiliki keahlian khusus dalam bidang
psikologi. Pendekatan yang digunakan haruslah humanis melalui sentuhan jiwa (rohani). Dengan
demikian, diharapkan BP dapat dijadikan tempat berdialog para siswa dalam mengahadapi suatu
persoalan. Dengan pendekatan ini maka siswa merasa dilindungi (diperhatikan).

Selain itu juga perlu diadakan razia narkoba secara rutin dan terprogram. Razia hendaknya dilaksanakan
dengan semua guru yang dilakukan dengan serempak dan terorganisir sehingga siswa tidak dapat
mengelak jika diketemukan membawa narkoba di dalam tas maupun sakunya.

e. Pendekatan melalui Biologi

Biologi merupakan ilmu yang mempelajari makluk hidup salah satunya adalah manusia. Dalam proses
belajar mengajar guru biologi perlu menyisisipkan bahasan tentang bahaya narkoba terhadap tubuh
manusia. Manusia yang mengonsumsi narkoba maka daya tahan fisik, fungsi otak akan berkurang.
Bahkan berdasarkan hasil penelitian akibat narkoba terhadap otak adalah encernya cairan otak yang
mengakibatkan lambat berpikir. Dengan penjelasan yang disampaikan guru diharapkan siswa betul-betul
mengetahui akibatnya jika mereka mengonsumsi narkoba.

2. Penanganan di lingkungan keluarga.

Keluarga sebagai tempat pendidikan anak pertama harus lebih peka terhadap perkembangan perilaku
anaknya. Dengan demikian, diharapkan anak dapat berkembang sesuai dengan nilai, norma yang
berlaku. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut yang harus dilakukan orang tua antar lain adalah
sebagai berikut:

Pertama harus ditanamkan nilai dan norma agama dalam diri anak. Karena agamalah yang dapat
mengendalikan perilaku manusia. Jika melakukan ajaran agama dengan baik maka baiklah perilakunya
tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara berdiskusi tentang berbagai permasalahan yang dihadapi
remaja ditinjau dari agama dan bidang lain, melakukan sholat berjamaah.

Kedua orang tua harus dapat meluangkan waktunya untuk berkumpul dengan anaknya dalam rangka
memahami, mengetahui kebutuhan psikis maupun fisik serta permasalahan yang dihadapi anaknya.
Memecahkan permasalahan yang dihadapi anaknya yang sudah remaja hendaknya melibatkan seluruh
anggota keluarga, dengan mendengarkan pemasukan dari semua amggota keluarga maka permasalahan
tersebut dapat diselesaikan lebih baik.

Ketiga orang tua harus mengetahui teman-teman dekat anaknya. Hal ini dilakukan agar dapat lebih
mudah mengontrol anaknya, apakah temanya tersebut baik ataukah anak brandalan. Perilaku remaja
selain dipegaruhi oleh keluarga juga oleh teman sebaya, maka dalam memilih teman bergaul juga harus
memperhatikan latar belakangnya. Orang tua dengan mengetahui teman-teman dekatnya sehingga
mereka dapat memberikan suatu pandangan kepada anaknya bagaimana seharusnya bergaul.

3. Penanganan Di Lingkungan Masyarakat (Bidang Sosial)

Kepedulian masyarakat terhadap masalah remaja perlu ditingkatkan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
mengawasi kegiatan remaja dalam masyarakat. Masyarakat hendaknya memberikan suatu saran kepada
para remaja jika mereka melakukan suatu tindakan yang menyimpang dari niai-niai dan norma-norma
yang berlaku di masyarakat. Kepedulian ini juga dapat diwujudkan dengan cara melaporkan kepada yang
berwajib (polisi) jika mengetahui adanya perdagangan obat terlarang, melakukan perkelahian, minum-
minuman keras ataupun melakukan tindakan kekerasan yang lainya. Kepedulian masyarakat ini akan
membantu dalam mengatasi permasahan kenakalan remaja. Hal lain yang bisa dilakukan oleh
masyarakat adalah mengajak remaja dalam kegiatan-kegiatan sosial masyarkat (gotong royong, aktif
dalam kegiatan kepemudaan, keagamaan) serta memberikan suatu keterampilan yang berguna dalam
hidupnya..

4. Penanganan oleh Pemerintah (bidang politik)

Generasi muda adalah pemegang tongkat estafet pembangunan bangsa. Ada sebagian masyarakat kita
berpendapat jika pemuda rusak maka rusaklah bangsa namun jika pemuda baik, maka baiklah bangsa
ini. Oleh karena itu, pemerintah harus dapat menyiapkan generasi muda yang beriman dan bartaqwa,
berkepribadian luhur, dan kreatif. Untuk mewujudkan itu maka pemerintah harus memiliki langkah-
langkah kongkrit. Langkah-langkah tersebut antara lain:

a. Lebih mengaktifkan kembali kegiatan organisasi kepemudaan seperti karang taruna, KNPI, dan
organisasi-organisasi kepemudaan yang lain. Hal ini dilakukan untuk memecahakan permasalahan yang
dihadapi remaja denga cara berdialog antar remaja dan juga bisa digunakan sebagai kegiatan para
remaja untuk berkreasi.

b. Melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba pada remaja sampai ketingkat pedesaan.

c. Meningkatkan dan membuka pelatihan-pelatihan untuk generasi muda. Kegiatan ini akan
memberikan suatu keterampilan para remaja sehingga bisa mengurangi pengangguran. Akhirnya
kegiatan yang negatif dari remaja dapat ditekan seminimal mungkin.

d. Memberikan hukuman yang berat kepada pengguna narkoba dan tindak kriminal. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukan bahwa remaja yang menggunakan narkoba, melakukan tindakan kriminal,
minum-minuman keras pada umumnya mereka sudah mengetahui bahaya narkoba bagi kesehatan,
akibat melanggar hukum, dan tindakan merugikan orang lain namun mereka tetap melakukan. Hal ini
karena kurang tegaknya hukum, maka untuk membuat jera perlu adanya hukuman yang lebih berat
BAB II
Pembahasan
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih
hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap
pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-
ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan
masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses
kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja
sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini
adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua
hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan
perbedaan. Orangtua para remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah
membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun.
Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling
sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak
kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak
menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya
akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih
dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan
inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.

2.1. PengertianKenakalanRemaja
Kenakalan remaja adalah semua perubahan anak remaja (usia belasan tahun) yang
berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama) yang ditujukan pada
orang, binatang, dan barang-barang yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak
lain Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum
pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-
orang di sekitarnya.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli :
1. Paul Moedikdo
Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan
kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan
sebagainya.
Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran
dalam masyarakat.
Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
2. Kartono
Kenakalan remaja atau dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah juvenile delinquency
merupakan gejala patologis pada remaja di sebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial.
3. Santrock
Kenakalanremajamerupakankumpulandariberbagaiperilakuremaja yang tidakdapat di
terimasecarasocialhinggaterjaditindakan criminal.
4. Drs.B.Simanjutak,S.H.
Perbuatan-perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat di mana ia hidup,atau suatu perbuatan anti sosial di mana di dalamnya terkandung
unsure-unsur anti normatif
5. Mussendkk
perilaku yang melanggar hukum atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang
berusia 16-18 tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi
hukum.

2.2 Penyebab kenakalan remaja

Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali mengusik
ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu ketentraman lingkungan
sekitar seperti sering keluar malam dan menghabiskan waktunya hanya untuk hura-hura seperti
minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya
itu akan merugikan dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya.
Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai
faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
Berikut ini penjelasannya secara ringkas :
C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
Faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja secara umum dapat dikelompokan ke
dalam dua faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Intern
a) Faktor Kepribadian
Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis pada system psikosomatis dalam
individu yang turut menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan
lingkungannya (biasanya disebut karakter psikisnya). Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa
yang berbahaya. Pada periode ini, seseorang meninggalkan masa anak-anak untuk menuju masa
dewasa. Masa ini di rasakan sebagai suatu Krisis identitas karena belum adanya pegangan,
sementara kepribadian mental untuk menghindari timbulnya kenakalan remaja atau perilaku
menyimpang.

b) Faktor Kondisi Fisik


Faktor ini dapat mencakup segi cacat atau tidaknya secara fisik dan segi jenis kelamin.
Ada suatu teori yang menjelaskan adanya kaitan antara cacat tubuh dengan tindakan
menyimpang (meskipun teori ini belum teruji secara baik dalam kenyataan hidup). Menurut
teori ini, seseorang yang sedang mengalami cacat fisik cenderung mempunyai rasa kecewa
terhadap kondisi hidupnya. Kekecewaan tersebut apabila tidak disertai dengan pemberian
bimbingan akan menyebabkan si penderita cenderung berbuat melanggar tatanan hidup bersama
sebagai perwujudan kekecewaan akan kondisi tubuhnya.

c) Faktor Status dan Peranannya di Masyarakat


Seseorang anak yang pernah berbuat menyimpang terhadap hukum yang berlaku, setelah
selesai menjalankan proses sanksi hukum (keluar dari penjara), sering kali pada saat kembali ke
masyarakat status atau sebutan eks narapidana yang diberikan oleh masyarakat sulit
terhapuskan sehingga anak tersebut kembali melakukan tindakan penyimpangan hukum karena
meresa tertolak dan terasingkan.

2. Faktor Ekstern
a. Kondisi Lingkungan Keluarga
Khususnya di kota-kota besar di Indonesia, generasi muda yang orang tuanya disibukan
dengan kegiatan bisnis sering mengalami kekosongan batin karena bimbingan dan kasih sayang
langsung dari orang tuanya sangat kurang. Kondisi orang tua yang lebih mementingkan karier
daripada perhatian kepada anaknya akan menyebabkan munculnya perilaku menyimpang
terhadap anaknya. Kasus kenakalan remaja yang muncul pada keluarga kaya bukan karena
kurangnya kebutuhan materi melainkan karena kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua
kepada anaknya.

b. Kontak Sosial dari Lembaga Masyarakat Kurang Baik atau Kurang Efektif
Apabila system pengawasan lembaga-lembaga sosial masyarakat terhadap pola perilaku
anak muda sekarang kurang berjalan dengan baik, akan memunculkan tindakan penyimpangan
terhadap nilai dan norma yang berlaku. Misalnya, mudah menoleransi tindakan anak muda yang
menyimpang dari hukum atau norma yang berlaku, seperti mabuk-mabukan yang dianggap hal
yang wajar, tindakan perkelahian antara anak muda dianggap hal yang biasa saja. Sikap kurang
tegas dalam menangani tindakan penyimpangan perilaku ini akan semankin meningkatkan
kuantitas dan kualitas tindak penyimpangan di kalangan anak muda.

c. Kondisi Geografis atau Kondisi Fisik Alam


Kondisi alam yang gersang, kering, dan tandus, dapat juga menyebabkan terjadinya
tindakan yang menyimpang dari aturan norma yang berlaku, lebih-lebih apabila individunya
bermental negative. Misalnya, melakukan tindakan pencurian dan mengganggu ketertiban
umum, atau konflik yang bermotif memperebutkan kepentingan ekonomi.

d. Faktor Kesenjangan Ekonomi dan Disintegrasi Politik


Kesenjangan ekonomi antara orang kaya dan orang miskin akan mudah memunculkan
kecemburuan sosial dan bentuk kecemburuan sosial ini bisa mewujudkan tindakan perusakan,
pencurian, dan perampokan. Disintegrasi politik (antara lain terjadinya konflik antar partai
politik atau terjadinya peperangan antar kelompok dan perang saudara) dapat mempengaruhi
jiwa remaja yang kemudian bisa menimbulkan tindakan-tindakan menyimpang.

e. Faktor Perubahan Sosial Budaya yang Begitu Cepat (Revolusi)


Perkembangan teknologi di berbagai bidang khususnya dalam teknologi komunikasi dan
hiburan yang mempercepat arus budaya asing yang masuk akan banyak mempengaruhi pola
tingkah laku anak menjadi kurang baik, lebih-lebih anak tersebut belum siap mental dan
akhlaknya, atau wawasan agamanya masih rendah sehingga mudah berbuat hal-hal yang
menyimpang dari tatanan nilai-nilai dan norma yang berlaku

2.3 Gejala atau tanda-tanda seorang remaja mengalami kenakalan remaja


1. anak-anak tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri.
2. Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau sekolah.
3. Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia
sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya.
4. Anak-anak yang suka berbohong.
5. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
6. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan
ketakutan anak-anak normal.
7. Anak-anak yang suka menyakiti / mengganggu teman-temannya disekolah atau dirumah.

2.4 Perilaku-perilaku yang merupakan kenakalan remaja


Berdasarkan pengertian kenakalan remaja diatas kami mengadakan pengamatan tentang
beberapa perilaku remaja yang termasuk kenalan remaja di lingkungan sekitar, berikut beberapa
contoh kenakalan remaja yang ada di lingkungan sekitar kami :
a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada
orang tua dan saudara;
e) Merokok;
f) menonton video atau media cetak yang tidak layak
g) Corat-coret tembok sekolah
h) Membolos dan
i) Mengendarai kendaraan di bawah umur tanpa helm
j) Selalu melanggar tata tertib

Jadi, dapat disimpulkan tindakan kenakalan remaja sangat merugikan bagi remaja dan
masyarakat itu sendiri.

2.5 Upaya mengatasi kenakalan remaja


Masa remaja sebagai periode merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan
rentan munculnya masalah (kenakalan remaja). Untuk itu perlu adanya perhatian khusus serta
pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting
bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang
paling menentukan.
Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak
lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya
dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia.
Berikut Solusi dalam rangka penanggulangan kenakalan remaja :
1. Tindakan Preventif
Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat dilakukan melalui cara
berikut:

1. Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja


2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-
kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab timbulnya pelampiasan dalam bentuk
kenakalan.

Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan melalui:


1. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapinya.
2. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan
melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan
etiket.
3. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan
pribadi yang wajar.
4. Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
5. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan merangsang
hubungan sosial yang baik.
6. Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakan
pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan pengarahan yang positif.
7. Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat di
mana banyak terjadi kenakalan remaja.

Sebagaimana disebut di atas, bahwa keluarga juga mempunyai andil dalam membentuk pribadi
seorang remaja. Jadi untuk memulai perbaikan, maka harus mulai dari diri sendiri dan keluarga.
Mulailah perbaikan dari sikap yang paling sederhana, seperti selalu berkata jujur meski dalam
gurauan, membaca doa setiap melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik
kepada anak dan masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh keluarga. Memang tidak mudah
melakukan dan membentuk keluarga yang baik, tetapi semua itu bisa dilakukan dengan
pembinaan yang perlahan dan sabar.Dengan usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan
mengembangkan diri dengan baik sehingga keseimbangan diri yang serasi antara aspek rasio dan
aspek emosi akan dicapai. Pikiran yang sehat akan mengarahkan para remaja kepada perbuatan
yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam menyelesaikan kesulitan atau
persoalan masing-masing.

Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus dilakukan oleh para pendidik terhadap
kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru
pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan para pendidik lainnya. Usaha pendidik harus
diarahkan terhadap remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi
setiap penyimpangan tingkah laku remaja di rumah dan di sekolah.

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan remaja. Ada banyak hal yang bisa dilakukan pihak sekolah untuk memulai
perbaikan remaja, di antaranya melakukan program monitoring pembinaan remaja melalui
kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dan penyelenggaraan
berbagai kegiatan positif bagi remaja.

Bimbingan yang dilakukan terhadap remaja dilakukan dengan dua pendekatan:

1. Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada remaja itu
sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan remaja dan membantu
mengatasinya.
2. Pendekatan melalui kelompok, di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau
kelompok kecil tersebut:

2. Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan
mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Dengan adanya sanksi tegas
pelaku kenakalan remaja tersebut, diharapkan agar nantinya si pelaku tersebut jera dan tidak
berbuat hal yang menyimpang lagi. Oleh karena itu, tindak lanjut harus ditegakkan melalui
pidana atau hukuman secara langsung bagi yang melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu.
Sebagai contoh, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku dalam keluarga.
Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap pelanggaran
tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanaan tata tertib harus dilakukan dengan konsisten.
Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban
anggota keluarga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.

Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman


terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal, guru juga berhak bertindak. Akan
tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah merupakan
wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai
pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya
tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis
kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru
atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara waktu (skors) atau seterusnya
tergantung dari jenis pelanggaran tata tertib sekolah.

3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi


Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu
mengubah tingkah laku pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan
diulangi melalui pembinaan secara khusus yang sering ditangani oleh suatu lembaga khusus
maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.
Solusi internal bagi seorang remaja dalam mengendalikan kenakalan remaja antara lain:

1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur
orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka
yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif, seperti berolahraga,
melukis, mengikuti event perlombaan, dan penyaluran hobi.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan
dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

Jika berbagai solusi dan pembinaan di atas dilakukan, diharapkan kemungkinan


terjadinya kenakalan remaja ini akan semakin berkurang dan teratasi. Dari pembahasan
mengenai penanggulangan masalah kenakalan remaja ini perlu ditekankan bahwa segala usaha
pengendalian kenakalan remaja harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian remaja yang
mantap, serasi dan dewasa. Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berpribadi kuat,
sehat jasmani dan rohani, teguh dalam kepercayaan (iman) sebagai anggota masyarakat, bangsa
dan tanah air.
E. Upaya Guru dalam Mengatasi Kenakalan Remaja

Guru sebagai pelaku langsung pendidikan memiliki peran dalam menanggulangi kenakalan
remaja yang terjadi di sekolah. Pada dasarnya, peran guru antara lain sebagai: 1) Pendidik; 2)
Pengajar dan pembimbing; 3) Komunikator; 4) Motivator; 5) Mediator; 6) Informator; 7)
Evaluator, 8) Fasilitator; dan 9) Sebagai Director.

Upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi kenakalan remaja antara lain:

1. Memberikan contoh tingkah laku yang tidak menyimpang norma-norma, baik norma
hukum maupun norma sosial kepada peserta didik.
2. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik (siswa).
3. Guru memberikan informasi tentang bahayanya melakukan tindakan kriminal.
4. Guru selalu mengawasi perkembangan tingkah laku siswa.
5. Guru memberikan bimbingan kepribadian di sekolah.
6. Guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk selalu melakukan hal yang
positif, dll.

Selain upaya yang dilakukan guru, juga harus ada upaya yang dilakukan oleh orang tua ataupun
oleh remaja itu sendiri. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:

1. Orang tua harus mengawasi secara intensif terhadap perkembangan sikap dan perilaku
anaknya.
2. Orang tua harus lebih perhatian dan mampu menjadi orang tua yang baik bagi anaknya.
3. Orang tua harus mengarahkan anaknya untuk selalu bersikap dan bertindak positif.
4. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarganya sehingga tercipta keluarga
yang harmonis, komunikatif, dan nyaman.
5. Sebagai remaja, mereka harus mampu menghindar dari pengaruh-pengaruh negatif untuk
bertindak menyimpang dari norma hukum maupun norma sosial.
6. Remaja harus mampu memilih teman dan lingkungan yang baik.
7. Remaja harus mengisi waktu mereka dengan hal-hal yang positif bukan dengan hal-hal
yang negatif.

Berikut beberapa tips untuk mengatasi dan mencegah kenakalan


remaja, yaitu:
- Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang.
8. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih
sewajarnya,
dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang
sewajarnya, kita
sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus
ditanggungnya bila
dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2
atau 3 tahun
9. baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan
teman main
yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti
berbeda, maka dia
pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv,
internet, radio,
10. handphone, dll.
- Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak
lebih banyak
11. menghabiskan waktunya selain di rumah.
- Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah
dan
12. mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
- Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia.
Jangan
13. pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan
bakat yang dia
14. sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu
kepribadian
15. dan kepercayaan dirinya.
- Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat curhat yang nyaman untuk anak
anda,
16. sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
Tips Menghadapi Siswa Nakal Di Kelas

Pernahkah anda mengeluhkan perilaku salah satu siswa di kelas anda karena kenakalan yang sering
dilakukannya. Kenakalan dapat dilakukan oleh seorang siswa baik pada saat pembelajaran di kelas
ataupun pada saat di luar kelas pada jam-jam sekolah, atau bahkan pada jam-jam di luar jam sekolah.
Hal ini tentu merepotkan dan kadang agak mengesalkan bagi seorang guru. Ini hal yang wajar. Hanya
saja, seorang guru yang baik akan berusaha sebaik-baiknya mengatasi kenakalan anak didiknya dengan
efektif. Kenakalan yang terjadi di dalam kelas, di luar kelas, bahkan di luar jam-jam sekolah biasanya
sangat mempengaruhi performa belajar mereka. Ini tentu buruk jika tidak segera ditangani. Beberapa
tips berikut mungkin dapat dicoba untuk mengatasi perilaku menyimpang ini. Mari kita simak.

Tips 1. Kondisikan Dari Awal


Jika guru telah mempunyai informasi tentang seorang siswa yang akan masuk dalam kelas anda pada
awal semester, misalnya setelah kenaikan kelas atau siswa pindahan dari sekolah lain, maka sebaiknya
anda segera mengkondisikan mereka dari awal. Cara ini harus dilakukan secara hati-hati. Jika guru
melakukan kesalahan, maka justru siswa akan merasa telah dicap sebagai siswa pembuat masalah,
siswa nakal, siswa yang bakal jadi pengganggu, dan sebagainya. Oleh karena itu, lakukan pertemuan
secara pribadi dengan siswa tersebut. Bicaralah secara ramah dan hangat kepadanya. Sampaikan bahwa
anda mempunyai harapan bahwa ia akan menjadi siswa yang baik dan berprestasi. Ingatlah, bahwa
kehangatan anda dalam berbicara dengan siswa ini akan menjadi momentum penting dalam
memperbaiki perilaku buruk atau kenakalannya selama ini. Tunjukkanlah sikap bahwa anda adalah guru
yang peduli dengannya, guru yang respek dan menghargainya, apapun stigma yang telah melekat
kepadanya selama ini.

Tips 2. Berperan Sebagai Mentor


Anak-anak yang berperilaku menyimpang dengan melakukan berbagai kenakalan biasanya memiliki
masalah rumit yang tidak dapat diselesaikannya dengan tuntas. Seringkali mereka datang dari keluarga
broken home, orang tua yang tidak peduli dengan pendidikan anak, kemiskinan, atau buruknya
hubungan orang tua anak di rumah. Jika guru berhasil mendekati anak-anak yang mempunyai perilaku
buruk dengan beragam kenakalan ini, maka dengan leluasa anak akan bercerita tentang masalah yang
dihadapinya. Keterbukaan adalah bagian penting dari penyelesaian masalah. Ajaklah anak berbicara dari
hati ke hati, lalu jadilah mentor untuk memberikan alternatif-alternatif solusi yang mungkin dapat
mereka coba. Bahkan, tidak ada salahnya jika guru menjadi penghubung antara anak dengan orang tua,
jika masalahnya memang ada di sini. Seringkali anak-anak nakal tidak mempunyai tempat berbagi dan
mentor untuk mereka mengatasi masalah-masalah pelik yang dihadapi. Frustasi karena adanya masalah-
masalah itulah yang membuat mereka melakukan kenakalan-kenakalan.
Tips 3. Pererat Hubungan Guru Siswa
Hubungan yang baik, terbuka, dan saling menghormati satu sama lain antara guru dan siswa yang
dianggap bermasalah ini merupakan kunci penting. Lakukan hal-hal sederhana dan santai untuk ini.
Usahakan untuk menyapa dan mengetahui bagaimana keadaan anak-anak ini setiap harinya. Jika tidak
bertemu, usahakan bahwa ia tahu bahwa anda mencarinya dan menanyakan kabarnya lewat teman-
temannya atau teman sekelasnya. Menunjukkan bahwa anda adalah guru yang peduli dan menghargai
mereka sebagai individu akan membuat hubungan guru siswa menjadi lebih erat. Ikatan yang
terbentuk akan mempermudah penyelesaian masalah dan mungkin dapat membantu mereka untuk
berubah menjadi siswa yang lebih baik.

Tips 4. Kuatkan Diri


Ketika berhadapan dengan anak-anak bermasalah dengan segala jenis kenakalannya tidaklah mudah.
Pada tahap-tahap awal mereka mungkin akan menjauh dan membenci anda. Bukan mustahil, justru
andalah yang akan jadi korban kenakalan mereka. Berusahalah untuk sabar dan tetap komitmen untuk
menunjukkan kepedulian anda. Tunjukkan bahwa anda tidak mendendam dan akhirnya mempunyai
sikap memusuhinya. Ini penting untuk menunjukkan keseriusan dan kesungguhan anda. Sekali anda
lemah, maka gagallah semua upaya. Harapan untuk mengubah mereka menjadi anak yang lebih baik
otomatis tidak berhasil dan terhenti.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian remaja


Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to
grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi
tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode
pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak
memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui
pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun
dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Hurlock (1990)
membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja
akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock
karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih
mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-
kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa
remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan
cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa
depan.

2.2 Perkembangan Remaja


Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-
kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990).
Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan
masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan
semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan
mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu
dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh, dan kualitatif,
misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak. Perkembangan dalam
kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang
telah diketahui, yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan
kepribadian dan sosial.
Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja

1. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan
ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual
dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah
pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak
sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam
Papalia dan Olds, 2001).
2. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia
karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif
membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima
begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal
atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide
tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi
remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa
remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan
lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir
abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam
Papalia & Olds, 2001).
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara
abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang
benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan
fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan
tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang
hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja
berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa
rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang
dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya
kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka
sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif
yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih
logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu
membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya
ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia
& Olds, 2001). Egosentrisme di sini adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut
pandang orang lain (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam
Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang
dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fabel adalah suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita
sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan
fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri
seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya
tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan
mengutip Elkind menjelaskan personal fable sebagai berikut :
Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh
hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh
remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang
remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang
dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di
jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs]
berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-
hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang
dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang
berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama
antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian,
kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable
menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.

1. Perkembangan Kepribadian dan Sosial


Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan
menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam
berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang
penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian
identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup
(Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding
orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja
lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan
bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa
remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun
remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan
tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh
tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang
remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993;
Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa
kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan
sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi
misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus,
dan sebagainya (Conger, 1991).

2.3 Kenakalan Remaja dan Faktor Penyebabnya


Menurut Santrock (2002), kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu kepada
suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial
(seperti bertindak berlebihan di sekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah) hingga
tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri). Kartono sebagai ilmuan sosiologi menyatakan
bahwa kenakalan remaja merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh
satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang
menyimpang.
Perilaku nakal remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun
faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:

1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa
integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima
dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi
mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:

1. Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan
antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah
di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama,
atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan
remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik

2.4 Geng Motor


Perlu dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Geng motor adalah kumpulan orang-
orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai.
Sedangkan Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu
dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok
pecinta Vesva), kelompok Honda, kelompok Suzuki, Tiger, Mio.
Ada juga Brotherhood kelompok pecinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya
sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau didahului, apalagi disalip
oleh pengendara lain.
Ada empat geng motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker , Grab on Road
(GBR), Exalt to Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez). Keempat geng itu sama- sama eksis
dan memiliki anggota di atas 1000 orang. Kini mereka mulai menjalar ke daerah- daerah
pinggiran Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Ciamis, Cirebon dan Subang. Kita
mulai saja dengan Moonraker. Inilah konon ruh dari semua geng motor di Bandung. Moonraker
lahir pada tahun 1978. Sel-sel komunitas ini, dirajut oleh tujuh orang pemuda yang sama-sama
hobi balap.
Sekarang geng-geng motor sudah berada dalam taraf berbahaya, tak segan mereka tawuran
dan tak merasa berdosa para geng tersebut membunuh. Perbedaan jelas dari geng motor dan club
motor dan motor community adalah :

1. Kebanyakan anggota geng motor tidak memakai perangkat safety seperti helm, sepatu
dan jaket.
2. Membawa senjata tajam yang dibuat sendiri atau udah dari pabriknya seperti samurai,
badik hingga bom Molotov.
3. Biasanya hanya muncul malam hari dan tidak menggunakan lampu penerang serta
berisik.
4. Jauh dari kegiatan sosial, tidak pernah membuat acara-acara sosial seperti sunatan masal
atau kawin masal, mereka lebih suka membuat acara membunuh masal.
5. Anggotanya lebih banyak kepada kaum lelaki yang sangar, tukang mabok, penjudi dan
hobi membunuh, sekalipun tidak menutup kemungkinan ada kaum hawa yang ikut geng
motor biasanya hanya dijadikan budak nafsu.
6. Motor yang mereka gunakan tidak lengkap, tidak ada spion, sein, hingga lampu utama,
yang penting buat mereka adalah kencang dan mampu melibas orang yang lewat.
7. Visi dan misi mereka jelas, hanya membuat kekacauan dan ingin menjadi geng terseram
diantara geng motor lainnya hingga sering terjadi tawuran di atas motor.
8. Tidak terdaftar di kepolisian atau masyarakat setempat.
9. Kalau nongkrong, lebih suka di tempat yang jauh dari kata terang. Lebih memilih
tempat sepi, gelap dan bau busuk.
10. Kalau pelantikan anak baru biasanya bermain fisik, disuruh berantem dan menenggak
minuman keras sampai jackpot (muntah-muntah).
Sedangkan untuk club dan komunitas motor, penjelasan di atas jelas bukan ciri-ciri mereka,
namun sekarang perlu diwaspadai karena ada geng motor yang berkedok club motor. Berpakaian
rapi, safety dan penuh perlengkapan berkendaraan namun arogan, anarkis dan egois kalau dijalan
serta tak segan mereka membuat rusuh bila merasa diganggu. Selama AD/ART mereka jelas dan
terdaftar dipihak kepolisian, club motor tidak bakal berubah menjadi geng motor.
Dari keterangan di atas, geng motor yang kebanyakan beranggotakan remaja biasanya
melakukan juvenile deliquency dalam bentuk ngebut-ngebutan dan pelanggaran lalu lintas
disebabkan karena selain keinginan untuk coba-coba yaitu karena mereka menganggap
semuanya itu sekedar permainan tanpa pikir panjang sebelumnya bagaimana konsekuensi yang
akan mereka dapat. Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability
yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan
diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang
dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya
dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan
perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.

2.5 Penanganan Kenakalan Remaja (Geng Motor)


Dalam pendekatan psikologi penanganan kenakalan remaja memiliki banyak cara yang
bervariasi namun dalam pembahasan fenomena komunitas geng motor kita memfokuskan
menggunakan 2 metode, yaitu: (1) Behavioural methods, (2) Cognitive-behavioral (CBT)
methods.
Metode Penanganan Juvenile Delinquency

1. Behavioural Methods
Penanganan kenakalan remaja geng motor dengan menggunakan metode ini adalah dengan
mencoba untuk mengubah perilaku remaja tersebut. Behavioural methods akan lebih terlihat
hasilnya ketika diiringi dengan multimodal interventions (Henggeler dalam Herbert, 2005).
Penanganannya termasuk:
- Training komunikasi
- Feedback
- Positive interruption
- Problem-solving
- Membentuk pemikran rasional
- Happy talk
- Positive request
- Non-blaming communication
- Training keahlian negosiasi
- Meningkatkan dialog
- Permainan-permainan dalam keluarga
Selain cara-cara diatas terdapat beberapa training dan program rehabilitasi yang berbeda, antara
lain:
- The Reasoning and Rehabilitation Programme, dikembangkan oleh Ross and Fabiono dalam
Herbert (2005).
Dalam fenomena komunitas geng motor perlu diadakannya program rehabilitasi dan penalaran
untuk para anggota geng sesuai dengan prosedur rehabilitasi tersebut untuk mengubah perilaku
ngebut-ngebutan dan melanggar lalu lintas menjadi pemakai jalan raya yang beradab.
- Agression Replacement Training (ART) (Glick & Goldstein dalam Herbert, 2005) terdiri dari
tiga pendekatan utama untuk mengubah perilaku: bentuk pembelajaran keahlian sosial, training
mengkontrol kemarahan atau emosi, dan pendidikan moral.
Anggota geng motor perlu memahami untuk berinteraksi sosial yang seharusnya. Selain itu,
mengontrol emosi atau kemarahan adalah aspek penting yang harus dilakukan anggota geng
tersebut karena biasanya gejolak emosi yang berlebihan itulah yang menyebabkan seorang
remaja menyalurkan dalam bentuk juvenile deliquency. Pendidikan formal juga faktor penting
yang harus didapatkan oleh para remaja.

1. Cognitive-behavioural (CBT) Methods


Pendekatan CBT sebagai intervensi untuk kenakalan remaja biasanya terdiri dari beberapa teknik
yang mana merupakan akar dari terapi kognitif (persuasion, challenging, debate, hypothesizing,
cognitive restructuring, and internal debate) yang digabungkan dengan terapi prilaku (operant
procedure, desentization, social skills training, role play, behaviour rehearsal, modelling,
relaxation exercise, self monitoring).
Program penganan didesain seperti urutan dibawah ini:
- Training relaksasi, yaitu remaja anggota geng motor tersebut perlu mengikuti training
relaksasi ataupun menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang dapat membuat mereka tenang
dan nyaman. Hal ini disebabkan dengan hati yang panik dan penuh gejolak akan menyebabkan
seseorang salah dan tidak awas untuk mengambil suatu tindakan. Selain itu, dalam keadaan
tenang dan nyaman akan mempermudah seseorang dimana dalam konteks ini remaja anggota
geng motor untuknmenerima perlakuan-perlakuan lainnya.
- Modelling dan reinforcement tingkahlaku, yaitu dengan memberikan mereka model dan
penguatan yang dapat mereka tiru. Hal ini penting karena biasanya remaja yang terjebak oleh
kenakalannya tidak dapat membedakan apakah tindakan mereka itu baik atau buruk. Oleh karena
itu, dengan adanya contoh dan penguatan baik itu reward atau punishment akan memberi arahan
bagi remaja anggota geng motor tersebut.
- Menumbuhkan lebih banyak pikiran-pikiran positif (kognisi) dan atribusi diri untuk alter
maladaptive beliefs, yaitu dengan memberi sugesti-sugesti positif apa yang seharusnya
dilakukan. Sehingga para komunitas geng motor tersebut dapat bepikir bahwa tindakan mereka
itu tidak benar.
- Self-appraisal
- Pengalaman kegiatan yang menyenangkan, yaitu mengganti tindakan mereka yang tidak
mematuhi norma-norma sosial dengan kegiatan lain yang menyenangkan namun itu tidak
bertentangan dengan norma-norma yang ada seperti permainan balapan motor, atau pertandingan
balap motor F1, atau dengan kegiatan-kegiatan yang lain.
- Menggunakan operant conditioning untuk mengembangkan perilaku prososial dan
mengembangkan keahlian sosial, yaitu menggunakan reinforcement untuk menimbulkan
perilaku yang dapat diterima sosial.
Selain dua metode di atas Santrock (1999) memberikan strategi-strategi untuk mengembangkan
kehidupan remaja, diantaranya:

Lebih mengembangkan harapan-harapan positif untuk remaja


Dengan mengembangkan harapan-harapan positif kepada remaja akan membuat remaja merasa
dirinya tidak dipandang hanya sebagai sumber kenakalan dan perusak. Janganlah melihat remaja
saat dia melakukan kerusakan dan krisis. Lihatlah sewaktu evaluasi dan membuat komitmen
tentang dirinya.

Buatlah sekolah yang lebih baik untuk remaja


Sekolah untuk para remaja membutuhkan pengembangan sosioemosional sebaik pengembangan
kognitif.

Sukseskan program untuk remaja dalam menghadapi bahaya


Dua komposisi terpenting untuk menyukseskan program untuk remaja dalam bahaya, yaitu:

1. Tumbuhkan atensi individu


2. Kembangkan koordinasi komunitas-jaringan luas

Anda mungkin juga menyukai