Anda di halaman 1dari 23

Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching

and Learning)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yan dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep
yang mengaitkan materi pelajaran dengan yang dipelajari siswa dengan konteks
dimana materi tersebut digunakan
1. Rasional Timbulnya Model CTL
Filosofi pembelajaran kontekstual barakar dari paham progresivisme John
Dawey. Intinya siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari
berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif
apabila siswa terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah.
Pokok-pokok pandangan progresif antara lain :
1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka aktif dapat mengkontruksi
sendiri pemahaman mereka tentang apa yang akan diajarkan oleh guru.
2. Anak harus bebas agar bisa berkembang wajar.
3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang
belajar.
4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5. Harus ada kerjasama antara sekolah dengan masyarakat.
6. Sekolah progresif harus merupakan laboraturium untuk melakukan
eksperimen.
Selain teori progresif John Dawey, teori kognitif melatar belakangi pula
filosofi pembelajaran kontekstual, siswa akan belajar dengan baik apabila mereka
terlibat aktif dalam segala kegiatan dikelas dan berkesempatan untuk menemukan
sendiri.
Bepijak dari dua pandangan diatas, filosofi kuntruksivisme berkembang
dan melalui filosofi kontruksivisme, CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 1


baru. Melalui CTL, siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan
menghafal.
Pandangan filsafat kontruktivisme tentang hakekat pengetahuan
mempengaruhi konsep tentang belajar, bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal
akan tetapi mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan
bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, tetapi hasil dari proses
mengontruksi yang dilakukan setiap indifidu.
Dengan paham kontruksivisme, siswa diharapkan dapat membangun
pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu (asimilasi). Hakekat
kontruksivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan informasi itu menjadi
miliknya sendiri. Teori kontruktivis menuntut siswa berperan aktif dalam
pembelajaran mereka sendiri. Karena penekanannya pada siswa yang aktif, maka
strategi kontruktivis sering disebut pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student-centered intruction). Dalam kelas yang pengajarannya berpusat pada
siswa, peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau
prionsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau
mengendalikan seluruh kegiatan dikelas.
Implikasi dari teori kontruktivistik dalam praktek pembelajaran disekolah-
sekolah kita sekarang ini adalah sebagai berikut :
1. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru.
2. Kebebasan merupakan unsur esensial dalam lingkungan belajar.
3. Strategi belajar yang digunakan menentukan proses dan hasil belajar
4. Belajar pada hakikatnya memiliki aspek sosial dan budaya.
5. Kerja kelompok dianggap sangat berharga.
Tujuan pembelajaran kontruvistik menekankan pada penciptaan
pemahaman yang menuntut aktifitas kreatif dan produktif dalam konteks nyata.
Degan demikian paham kontruktivis menolak pandangan behavioristik.
Dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis
kognitif. Menurut aliran ini poses belajar terjadi karena pemahaman indifidu akan
lingkungan. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi,
minat, motifasi dan kemampuan atau pengalaman.

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 2


Dari asumsi yang mendasarinya, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
dalam konteks CTL adalah :
a. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi
pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.
b. Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas. Pengetahuan
pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga
dengan poengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh pada pola berpikir,
pola bertindak, kemampuan memecahkan persoalan termasuk penampilan
(performance) seseorang. Makin luas dan mendalam pengetahuan
seseorang, maka makin efektif dalam berpikir.
c. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi
setiap persoalan.
d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara
bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks. Jadi belajar tidak
dapat sekaligus, tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa.
e. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.

2. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional

No Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Tradisional

1 Siswa berperan aktif dalam Siswa berperan sebagai penerima


setiap proses pembelajaran informasi secara aktif
2 Siswa belajar melalui kerja Siswa lebih banyak belajar secara
kelompok, diskusi, saling indifidual
menerima
3 Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelelajaran bersifat teoritis dan
kehidupan nyata abstrak
4 Kemampuan didasarkan atas Kemampuan diperoleh melalui
pengalaman latihan-latihan
5 Perilaku dibangun atas Perilaku dibangun atas kebiasaan
kesadaran diri
6 Tujuan akhir dari proses Tujuan akhirnya adalah nilai atau
pembelajaran adalah kepuasan angka
diri
7 Pembelajaran bisa terjadi Pembelajaran hanya terjadi dikelas

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 3


dimana saja
8 Hasil belajar diukur dg berbagai Hasil belajar hanya diukur dengan
cara : evaluasi proses, hasil tes
karya, tes dll.
9 Bahasa digunakan dengan Bahasa digunakan dengan
pendekatan komunikatif pendekatan structural
10 Perilaku baik berdasarkan Perilaku baik berdasarkan motivasi
motivasi intrinsik ekstrinsik
11 Pemahaman rumus Rumus itu ada diluar siswa sehingga
dikembangkan atas dasar harus diterangkan, diterima,
skemata yang sudah ada pada dihafalkan dan dilatihkan
diri siswa
12 Penghargaan terhadap Pembelajaran tidak memperhatikan
pengalaman siswa sangat pengalaman siswa
diutamakan

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual


Agar proses pembelajaran kontekstual lebih efektif, guru perlu
melaksanakan hal-hal berikut :
a. Mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan dipelajari siswa.
b. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses
pengkajian secara seksama.
c. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, lalu
mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan dibahas.
d. Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep dan pengalaman yang
dimiliki siswa dilingkungan kehidupan mereka.
e. Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk
mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengalaman atau
pengetahuan mereka sebelumnya. Lalu siswa didorong untuk membangun
kesimpulan.
f. Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa.

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 4


Misalkan, guru akan menjelaskan tentang fungsi pasar maka kompetensi
yang harus dicapai adalah kemampuan anak untuk memahami fungsi dan jenis
pasar. Untuk mencapai kompetensi tersebut dirumuskan beberapa indikator hasil
belajar :
a. Siswa dapat menjelaskan pengertian pasar
b. Siswa dapat menjelskan jenis-jenis pasar
c. Siswa dapat menjelaskan perbedaan karakteristik antara pasar tradisional
dengan pasar non-tradisional (swalayan/mall)
d. Siswa dapat menyimpulkan tentang fungsi pasar
e. Siswa dapat membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar
Untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, maka guru
hendaknya melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini :
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelakaran yang akan
dipelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL :
Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
siswa.
Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya
kelompok 1 dan 2 melakukan observasi kepasar tradisional, dan
kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan.
Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal
yang ditemukan dipasar-pasar tersebut.
3) Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dilakerjakan
oleh setiap siswa.
b. Inti
1) Di Lapangan
Siswa melakukan observasi kepasar sesuai dengan pembagian
tugas kelompok.
Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan dipasar sesuai
dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 5
2) Di dalam Kelas
Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan
kelompoknya masing-masing.
Siswa melaporkan hasil diskusi
Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
oleh kelompok lain.
c. Penutup
1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar
masalah pasar sesuai dengan indicator hasil belajar yang harus
dicapai.
2) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang
pengalaman belajar mereka dengan tema pasar.

4. Persyaratan Model Pembelajaran Kontekstual


Untuk menerapkan sistem pembelajaran kontekstual, agar system ini
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, ada beberapa hal yang harus
dipenuhi, yaitu :
a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan
mental (developmentally approapriate) siswa.
b. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (independent
learning groups).
c. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self-
regulated learning).
d. Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of students).
e. Memperhatikan multi intelegensi siswa (multiple intelligences of
students).
f. Menggunakan teknik-teknik bertanya (questioning).
g. Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).

5. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 6
a. Kelebihan
Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang
mengaitkan materi pelajaran dengan yang dipelajari siswa dengan
konteks dimana materi tersebut digunakan.
Siswa belajar dengan mengalami langsung apa yang dipelajarinya
bukan sekedar mengetahui teorinya saja. Sehingga siswa akan
dapat dengan mudah memahami pelajaran.
Siswa terlibat secara penuh dalam menemukan materi yang
dipelajari.
Siswa didorong agar dapat menemukan hubungan antara maeri
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.
Siswa didorong untuk menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Proses belajar lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa
mengalami sendiri apa yang dipelajari.
Menciptakan ruang kelas yang didalamnya siswa akan menjadi
peserta aktif bukan hanya pengamat pasif.
Perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa akan
menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana
siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk
menyelesaikannya.

b. Kelemahan
Proses pembelajarannya membutuhkan waktu yang cukup lama
karena siswa dituntut untuk menemukan dan mengalami sendiri
apa yang dipelajarinya.
Guru dan siswa sering kesulitan untuk menemukan konteks
kehidupan nyata yang pas untuk dikaitkan dengan materi pelajaran
yang sedang dibahas.

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 7


Guru sering mengalami kesulitan dalam mendesain dan memilih
lingkungan belajar yang memungkinkan untuk mengaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan nyata.
Lingkungan sekolah sering kali minim akan hal-hal yang
diperlukan untuk mendukung materi yang akan dibahas.
Sulit untuk mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan
sehari-hari.

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis serta harapan
masa depan yan berbeda-beda. Karena perbedaan ini manusia dapat sislih asa
(saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan
interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru
dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang memaksimalkan kerja sama dalam kelompok. Dalam ringkas

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 8


Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang silih asah, silih asih dan silih asuh antar sesama siswa sebagai
latihan hidup didalam masyarakat nyata.
1. Rasional Timbulnya Model Kooperatif
Adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan
interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogianya kegiatan belajar mengajar lebih
mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi
dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain
itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga
saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Bahkan, banyak penelitian
menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) terryata lebih
efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau
cooperative learning. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi transformasi
sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah dan perguruan
tinggi untuk lebih menyiapkan anak didik dengan ketrampilan-ketrampilan baru
untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yan berubah dan berkembang pesat.
a. Transformasi Sosial
Sekolah tidak bisa lagi hanya memperhatikan perkembangan kognitif
anak didik. Di tengah-tengah transformasi sosial yang membawa dampak-dampak
negatif, sekolah-sekolah seharusnya merasa terpanggil untuk juga memperhatikan
perkembangan moral dan sosial anak didik. Dalam sistem pengajaran tradisional,
siswa dipaksa untuk bekerja secara individu atau kompetitif tanpa ada banyak
kesempatan untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan sesama.
b. Transformasi Ekonomi
Hampir 90% pekerjaan dalam era post-industri berhubungan dengan
informasi, ilmu pengetahuan, atau jasa. Derasnya arus informasi tidak
memungkinkan lagi bagi guru untuk bersikap maha tahu dan beranggapan bahwa
siswa perlu dimasuki dengan berbagai fakta pengetahuan dan informasi. Agar
lebih siap memasuki era informasi, siswa perlu diajar bagaimana caranya untuk
Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 9
mendapatkan informasi sendiri, apakah itu dari guru, teman, bahan-bahan
pelajaran, ataupun sumber-sumber lain.
Pada kebanyakan pekerjaan, kepandaian atau kemampuan individu
bukanlah yang terpenting. Kemampuan untuk bekerjasama dalam tim lebih
dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan keberhasilan suatu usaha. Sebagai
pendidik yang bertanggungjawab, guru perlu melihat lebih jauh dari sekedar nilai-
nilai Danem. Seharusnyalah para guru lebih merasa terpangggil untuk
mempersiapkan anak didiknya agar bisa berkomunikasi dan bekerjasama dengan
orang lain dalam berbagai macam situasi sosial.
c. Transformasi Demografis
Kebhinekaan suku bangsa dan ras merupakan ciri dari transformasi
demografis. Sebagai bagian dari masyarakat, sekolah juga merupakan tempat
pertemuan anak-anak dari berbagai macam suku dan ras. Tanpa penanganan yang
bijaksana, siswa-siswa bisa terjatuh dalam ketegangan antar suku dan sikap-sikap
rasialis. Seorang siswa bisa saja duduk di satu kelas yang sama dengan siswa lain
yang berbeda suku atau ras selama bertahun-tahun. Namun, jika siswa ini tidak
diajari untuk berinteraksi dengan teman sekelas dalam suasana yang cooperative,
kemungkinan besar siswa tersebut akan gagal untuk memandang siswa yang
berbeda suku/ras sebagai seorang individu dengan segala nuansa kemanusiaannya.
2. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional

No Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Tradisional


1 Saling ketergantungan positif, Guru sering membiarkan adanya
saling membantu, salung siswa yangmendominasi kelompok
memberikan motiasi sehinga ada atau menggantungkan diri pada
interaksi promotif kelompok
2 Adanya akuntabilitas indifidual Akuntabilitas indifidual sering
yang mengukur penguasaan diabaikan sehingga tugas-tugas
materi pelajaran tiap anggota sering diborong oleh seorang
kelompok, sehingga dapat saling angota klelompok, sedangkan
mengetahui siapa yang anggota kelompok lainnya hanya
memerlukan bantuan dan siapa enak-enak saja

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 10


yang dapat memberikan bantuan
3 Kelompok belajar heterogen baik Kelompok belajar biasanya
dalam kemampuan akademis, homogen
gender, ras, etnik dll
4 Pimpinan kelompok dipilih Pemimpin kelompok sering
secara demokratis atau bergilir ditentukan oleh guru atau
untuk memberikan pengalaman kelompok dibiarkan untuk memilih
memimpin bagi anggota pemimpinnya dengan cara masing-
kelompok masing
5 Keterampilan sosial yang Ketranpilan sosial sering tidak
diperlukan dalam kerja gotong secara langsung diajarkan
royong seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi,
mempercayai orang lain dan
mengelola konflik, secara
langsung diajarkan
6 Guru terus melakukan Pemantauan melalui opbservasi
pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak
dan melakukan intervensi jika dilakukan oleh guru paasaat belajar
terjadi masalah dalam kerja sama kelompok sedang berlangsung
antar anggota kelompok
7 Guru memperhatikan secara Guru sering tidak memperhatikan
langsung proses kelompok yang proses kelompok yang terjadi
terjadi dalam kelompok- dalam kelompok-kelompok belajar
kelompok belajar
8 Penekanan tidak hanya pada Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga penyelesaian tugas
hubungan interpersonal antara
anggota kelompok

3. Tipe-tipe Cooperative Learning


Didalam cooperative learning banyak terdapat tipe atau teknik yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran. Guru bisa memilih atau memodifikasi

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 11


sendiri teknik-teknik tersebut agar lebih sesuai dengan situasi kelas. Didalam satu
jam/sesi pelajaran, guru bisa memakai lebih dari satu teknik.
Tipe atau teknik tersebut adalah :
1. Mencari Pasangan
Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match)
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulannya adalah siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan.
Caranya:
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau
ujian).
b) Setiap siswa mendapat satu kartu.
c) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya. Misalnya pemegang kartu berisi nama LIMA berpasangan
dengan pemegang kartu PERU. Siswa bisa juga bergabung dengan dua
atau tiga siswa lain, misalnya pemegang kartu 3+9 bergabung dengan
pemegang kartu 3x4 dan 6x2.

2. Bertukar Pasangan
Teknik belajar mengajar bertukar pasangan memberi siswa kesempatan
untuk bekerja sama orang lain.
Caranya:
a) Setiap siswa mendapatkan satu pasangan.
b) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya.
c) Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain
d) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing-masing pasangan
yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.
e) Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semula.
3. Berpikir-Berpasangan-Berempat

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 12


Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja
sama dengan orang lain. Keunggulan dari teknik adalah optimalisasi partisipasi
siswa.
Caranya:
a) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas
kepada semua kelompok
b) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri
c) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan
berdiskusi dengan pasangannya
d) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa
mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada
kelompok berempat.

4. Berkirim Salam dan Soal


Teknik belajar mengajar Berkirim Salam dan Soal memberi siswa
kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat
pertanyaan sendiri, sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan
menjawab pertanyaan yang dibuat teman-teman sekelasnya. Kegiatan ini cocok
untuk persiapan menjelang tes dan ujian.
Caranya:
a) Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok
ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke
kelompok yang lain.
b) Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan
menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya.
c) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
d) Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan
jawaban kelompok yang membuat soal.

5. Kepala Bernomor
Teknik ini memberikan kesempatan untuk saling membagikan ide-ide
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu juga mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 13


Caranya:
a) Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c) Kelompok memutuskan jawaban yang paling benar dan memastikan setiap
anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
d) Guru memanggil salah satu nomor dan siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

6. Kepala Bernomor Terstruktur


Dengan teknik ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab
pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya.
Caranya:
a) Siswa dibagi dalam kelompok dan tiap siswa dalam kelompok mendapat
nomor.
b) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya.
c) Jika perlu (untuk tugas-tugas yang lebih sulit) guru bisa mengadakan kerja
sama antar kelompok. Siswa disuruh dengan kelompoknya dan bergabung
dengan beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam
kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokkan hasil kerja mereka.

7. Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray)


Teknik ini adalah teknik belajar mengajar yang memberi kesempatan
kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Caranya:
a. Siswa bekerja sama.
b. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok
lain.
c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
dan informasi mereka ketamu mereka.

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 14


d. Tamu kemudian kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
e. Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

8. Keliling Kelompok
Teknik ini memberi kesempatan pada masing-masing kelompok untuk
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran
anggota yang lain.
Caranya:
a. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan
mamberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang
mereka kerjakan.
b. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
c. Begitu seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah
perputaran jarum jam atau sebaliknya.

9. Kancing Gemerincing
Dalam teknik ini masing-masing kelompok mendapat kesempatan untuk
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran
anggota yang lain.
Keunggulan teknik ini adalah mengatasi hambatan pemerataan
kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok dan memastikan setiap anggota
siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.
Caranya:
a. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (kacang
merah, biji kenari, potongan sedotan atau yang lainnya)
b. Sebelum kelompok memulai tugas, setiap anggota kelompok mendapatkan
dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing tergantung pada tingkat
kesukaran tugas yang diberikan).

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 15


c. Setiap kali siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus
menyerahkan satu kancingnya dan meletakkan ditangah-tengah.
d. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidakboleh berbicara
lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
e. Jika semua kancing sudah habis tetapi tugas belum selesai maka kelompok
boleh mengambil sepakat untuk membagi-bagi kanciong lagi dan
mengulangi prosedurnya lagi.

10. Keliling Kelas


Dalam teknik ini masing-masing anggota kelompok mendapatkan
kesempatan untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja
kelompok lain.
Caranya:
a. Siswa bekerjasama dalam kelompok seperti biasa.
b. Setelah selesai, masing-masing kelompok memamerkan hasil kerja
mereka. Hasil-hasil kerja ini bias dipajang di beberpa bagian kelas jika
berupa poster atau gambar.
c. Masing-masing kelompok berjalan keliling kelas dan mengamati hasil
karya kelompok lain.
11. Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside-Outside Circle)
Teknik ini merupakan teknik teknik yang memberi kesempatan pada
siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Bahan pelajaran
yang paling cocok digunakan adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pikiran
dan informasi antar siswa.
Keunggulan Teknik ini aalah:
a. Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi
dengan pasangan yang berbeda dengan singkatan dan teratur.
b. Siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Caranya:
Lingkaran Indifidu
Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 16
a. Separuh kelas atau seperempatnya berdiri membentuk lingkaran kecil.
Mereka berdiri menghadap keluar.
b. Separuh kelas membentuk lingkaran diluar lingkaran yang pertama.
Dengan kata lain mereka menghadap kedalam dan berpasangan dengan
siswa yang berada dilingkaran dalam.
c. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan llingkaran besar
berbagi informasi. Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua
pasangan dalam waktu yan bersamaan.
d. Kemudian siswa yang berada dilingkaran kecil diam ditempat, sementara
siswa yang berada dilingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah
perputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing siswa
mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi.
Lingkaran Kelompok
a. Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap keluar kelompok lain
yang berdiri di lingkaran besar.
b. Kelompok berputar seperti prosedur lingkaran indifidu yang dijelaskan
diatas dan saling berbagi.

12. Tari Bambu


Teknik ini disebut tari bambu karena siswa berjajar dan saling
berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan
dalam tari bamboo Filipina.
Dalam teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Bahan yang paling cocok adalah bahan yang membutuhkan pertukaran,
pengamalan, pikiran dan informasi antar siswa.
Keunggulan Teknik ini adalah:
a. Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi
dengan pasangan yan berbeda dengan singkatan dan teratur.
b. Siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 17
Caranya:
Tari bambu indifidu
a. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
berjajar.
b. Separuh kelas lainnya berjajar menghadap jajaran yang pertama.
c. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
d. Kemudian satu atu dua siswa yan berdiri di ujung salah satu jajaran pindah
keujung yang lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan
cara ini masing-masing siswa mendapatkan pasngan baru untuk berbagi.
Pergeseran ini bisa terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Tari bambu kelompok
a. Satu kelompok berdiri disatu jajaran berhadapan dengan kelompok yang
lain.
b. Kelompok bergeser seperti prosedur tari bambu indifidu yan dijelaskan
diatas dan saling berbagi.

13. Jigsaw
Teknik ini dikembangkan oleh Aronson et al. Teknik ini menggabungkan
kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Dalam teknik ini guru
memperhatikan schemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu
siswa mengaktifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.
Caranya:
a. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi 4 bagian.
b. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas dalam pelajaran untuk hari itu.
Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan schemata
siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.
c. Siswa dibagi dalam kelompok berempat.

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 18


d. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangakan
siswa kedua menerima bagian kedua demikian seterusnya.
e. Kemudian siswa membaca dan mengerjakan bagian mereka masing-
masing.
f. Setelah selesai siswa saling berbagi mengenai bagian yang
dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini siswa bisa saling
melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
g. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagian bagian
cerita yang belum terbaca pada masing-masing siswa. Siswa membaca
bagian tesebut.
h. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan
pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan
seluruh kelas.

14. Bercerita Berpasangan


Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengartkan
dan berbicara. Dapat merangsang siswa untuk mengembangkan kemampiun
berpikir dan berimajinasi. Buah-buah pemikiran mereka akan dihargai sehingga
siswa merasa makin terdorong untuk belajar.

Caranya:
a. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua
bagian.
b. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas dalam pelajaran untuk hari itu.
Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan schemata
siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.
c. Siswa dipasangkan.
d. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangakan
siswa kedua menerima bagian kedua.
e. Siswa membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-masing.

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 19


f. Sambil membaca/mendengarkan siswa mencatat dan mendaftar kata/frase
yang ada dalam begian masing-masing.
g. Siswa saling menukar daftar kata atau frase kunci dengan pasangan
masing-masing.
h. Sambil mengingat ingat bagian yang telah dibaca atau didengarkan sendiri,
masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum
dibaca atau didengarkan berdasatrkan kata-kata kunci/frase kunci dari
psangannya.
i. Siswa yang telah membaca atau mendengarkan bagian pertama berusaha
untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya, sedangakan siswa yang
membaca atau mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang
terjadi sebelumnya.
j. Pengajar memberikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-
masing siswa.
k. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi.

15. STAD (Student Teams Achievement Divisions)


Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dkk. Metode ini dipandang
sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran
kooperatif.metode STAD digunakan untuk mengajarkan informasi akademik baru
kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Caranya:
a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri
dari 4 atau 5 anggota kelompok.
b. Anggota kelompok heterogen, baik kemampuan akademik, gender, ras
maupun etnik.
c. Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian
saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota tim.
d. Tiap minggu atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk
mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah
dipelajari.
Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 20
e. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan
ajar, dan kepada siswa secara indifidu atau tim yang meraih prestasi tinggi
atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.

4. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning


a. Kelebihan
Karena pembelajarannya adalah kerja kelompok maka akan
menciptakan interaksi saling mengasihi antar anggota kelompok.
Siswa yang merasa segan ketika harus bertanya tentang sesuatu
yang tidak ia mengerti kepada guru, akan lebih mudah untuk
bertanya kepada temannya yang lebih mengerti. Pengajaran oleh
rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada
pengajaran oleh guru.
Siswa akan lebih termotivasi didalam belajar karena banyak
temannya.
Informasi dan pengetahuan yang didapatkan akan lebih luas
ketimbang dia belajar secara indifidual.
Karena anggota kelompok heterogen maka mereka akan bel;ajar
untuk saling bekerjasama dan saling menghormati. Serta
meningkatkan sikap tenggang rasa.
Memungkinkan siswa belajar mengenai sikap, keterampilan,
informasi, perilaku sosial dan pandangan.
Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri/egois dan
egosentris. Serta meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan
sosial.
Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif.
Meningkatkan motifasi belajar intrinsik.
Meningkatkan rasa harga diri (self-esteem) dan penerimaan diri
(self-acceptance).
Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 21


b. Kelemahan
Peran guru yang biasanya memiliki pengetahuan tentang materi
yang diajarkan menjadi sangat kecil
Siswa dengan kinerja yang rendah mungkin membuat merosotnya
kinerja siswa dengan kinerja tinggi
Guru mungkin tidak siap untuk mengimplementasikan model
pembelajaran kooperatif secara penuh.
Siswa yang malas akan bergantung pada anggota kelompok yang
lain.
Ketika belajar kelompok, banyak waktu yang dihabiskan hanya
untuk bermain dan bergurau, sehinggaa tujuan utama dari belajar
kelompok menjadi hilang.
Siswa yang rajin dan pandai akan merasa pembagian tugas dan
penilaian kurang adil karena anggota yang lain kurang memberikan
sumbangsih terhadap tugas-tugas kelompok yang dikerjakan.
Siswa yang kurang pandai akan merasa minder bekerja sama
dengan teman-temannya yang lebih mampu.
Model ini sering tidak efektif jika siswa tidak memiliki kesadaran
bekerjasama dalam suatu kelompok.

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 22


DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.


Malang:Universitas Negeri Malang.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi KBK. Jakarta:Prenada


Media.

Pembelajaran Kontekstual dan Kooperatif 23

Anda mungkin juga menyukai