PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos sedangkan untuk
otot polos rahim disebut dengan mioma uteri. (Achadiat, Chrisdiono M, 2004)
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
dalam kepustakaan disebut juga dengan leiomioma, fibromioma atau fibroid.
(Mansjoer, Arif,2001)
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Mioma Uteri adalah suatu
pertumbuhan jinak daro otot-otot polos, tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikat,
neoplasma yang berasal dari otot-otot uterus yang merupakan jenis tumor uterus yang
paling sering, dan dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar, biasannya
mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun.
2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi Mioma Uteri dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
Servical (2,6%) umumnya tumbuh kea rah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica
(7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal
(91%) merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali timbul tanda gan gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma Uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi tiga jenis
yaitu :
1) Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai suatu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada didalam ligamentum latum dan disebut
dengan mioma intraligamentum. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau
mesenterium disekitarnya menyebabkan system perdarahan diambil alh dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dar uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitic.
2) Mioma Uteri Intramural
Berubah sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa
tidak enak karena adanya massa tumor didaerah perut sebelah bawah. Kadang
kala tumor tumbuh sebegai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma
submukosa. Didalam otot rahim dapat membesar, padat (jaringan ikat dominan),
lunak (jaringan otot rahim dominan).
3) Mioma Uteri Submucosa
Terletak dibawah endomentrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak.
Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis serikalis, dan pada keadaan ini
mudah terjadi torsi atau infeksi.
2.3 ETIOLOGI
Walaupun mioma uteri terjadi tanpa sebab yang jelas atau pasti, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschultz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi tergantung pada
sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell Nest yang selanjutnya dapat dirangsang
terus menerus oleh hormone estrogen. Namun demikian, beberapa factor yang dapat
menjadi factor pendukung terjadinya mioma uteri adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil
pada usia muda, genetic, zat-zat karsinogenik, sedangkan yag menjadi factor pencetus
dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel imatur.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoclonal yang dihasilkan dari mutasi somatic dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-
sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan.
Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, disamping factor predisposisi
genetic adalah estrogen progesterone dan human growth hormone.
1. Estrogen
Mioma uteri dijumpai menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen oksogen. Mioma uteri akan mengecil
pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan
lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrositik
dari payudara (14,8). Adenomyosis (16,5) dan hyperplasia endomentrium (9,3%).
Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita
dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase : enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron ( estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatus, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak dari pada miometrium normal.
2. Progesterone
Progesterone merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesterone
menghambat pertumbuhan tumor dengan 2 cara yaitu : meningkatnya 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormone pertumbuhan ( Human growth hormone )
Level hormone pertumbuhan menurun selama kehamilan , tetapi hormone yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologic serupa HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles Of Gynecology, ada beberapa factor yang diduga kuat
sebagai factor predisposisi terjadiya mioma uteri yaitu :
1) Umur
Mioma uteri terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40mtahun. Tumor ini paling sering memberikan gekala
klinik antara usia 35-40 tahun.
2) Paritas
Lebih sering terjadi pada mulipara atau wanita yang relative infertile, tetap sampai
saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri kedua keadaan
ini saling empengaruhi.
3) Factor Rasa atau Genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri sangat tinggi. Terlepas dari factor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita
dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma. (Manuaba,2007)
Belum diketahui pasti tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang.
Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar
diterangkan apa sebabmya pada seorang wanita estrogen pada nuli para, factor
keturunan juga berperan mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan ikat yang
tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul.
Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degenerative karena
berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Perubahan sekunder meliputi atrofi,
degenerasi hialin, degenerasi kistik, degenerasi mambantu, marah, lemak.(Mansjoer
Arif,2010)
2.4 PATOFISIOLOGI
Mioma Uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan pengaruh estrogen
yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya pembuluh darah dan
intranurel, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan
pervagina lama dan banyak. Denga adanya perdarahan pervagina lama dan banyak aka
terjadi nekrosa dan perlengketan sehigga timbul rasa nyeri.
Penatalaksanaan pada mioma uteri adalah operasi jika informasi tidak adekuat, kurang
support dari keluarga dan berkurangnya pengetahuan dapat mengekibatkan cemas.
Pada post operasi akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit dan robekan pada
jaringan saraf parifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas jaringan kulit
mempengaruhi proses epitalisasi saat pembatasan aktivitas, maka terjadi perubahan pola
aktivitas. Kerusakan jaringan mengakibatkan terpaparnya agen infeksuis yang
mempengaruhi rasiko tinggi infeksi.
Pada pasien post operasi akan terpengaruhi obat anastesi yang mengakibatkan
depresi pusat pernafasan dan penurunan kesadaran sehingga pola nafas tidak efektif.
(Prawiroharjo,2005)
2.5 MANIFESTASI KLINIK
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvic rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan
tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung suatu tumor dalam rahimnya.
Factor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1) Besarnya mioma uteri
2) Lokasi mioma uteri
3) Perubahan-perubahan pada mioma uteri
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35%-5-% dari pasien yang terkena. Adapun
gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri :
1) Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan 30%. Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa menoragi, metroragi dan hipermenorhea.
Perdarahan ini dapat menyebabkan anemia difisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini
dapat menyebabkan gangguan bertambahnya area permukaan dari endomentrium
yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari
pembuluh darah di sekitar dan ulserasi dan lapisan endomemntrium.
2) Penekanan rahim yang membesar :
1. Terasa berat abdomen bagian bawah
2. Gejala traktus urinarius : urine frekuensi, retensi urine, obstruksi ureter dan
hidronefrosis
3. Gejala intestinal : konstipasi dan obstruksi intestinal
4. Terasa nyeri karena tertekannya saraf
3) Nyeri dapat disebabkan oleh :
1. Penekanan saraf
2. Torsi bertangkai
3. Submukosa mioma terlahir
4. Infeksi pada mioma
4) Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh yang berlokasi di kornu. Perdarahan
kontinyu pada pasien dengan submukosa dapat menghalangi implantasi. Terdapat
peningkatan insiden aborsi dan kelahiran premature pada pasien dengan mioma
intramural dan submukosa
5) Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema
ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia
6) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
7) Abortus spontan
Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.
Menurut faisal, 2005 hal 64-67 mengatakan bahwa pengobatan pada mioma uteri
adalah sering kali perempuan mioma yang tidak diharapkan, kehamilan lagi minta
operasi pengangkatan rrahim. Tetapi, kadang kala apabila si wanita menolak
dilakukan histerektomi, maka bisa memilih dilakukan operasi pengangkatan mioma.
Kedua operasi yaitu histerektomi dan miomektomi adalah termasuk operasi besar.
Dengan demikian, kedua operasi ini membutuhkan perawatan di rumah sakit selama
3-5 hari dan meninggalkan jaringan parut luka pada dinding perut.
Obat-obatan yang biasa kepada penderita mioma yang mengalami perdarahan
melalui vagina yang tidak normal, antara lain :
1. Obat-obatan anti inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Antiinflamation=
NSAID)
2. Vitamin
3. Dikerok (kuretase)
4. Obat hormonal (pil KB)
5. Operasi penyayatan jaringan mioma ataupun mengangkat rahim keseluruhan
6. Pemberian hormone steroid sintetik seperti progestin, malah kadang menimbulkan
rasa nyeri daerah panggul yang bertambah. Hormon GnRH agoins (Gonadotropin
Releasing Hormone), bisa mengurangi besar ukuran mioma. Akan tetapi, mioma
kembali membesar setelah 6 bulan pengobatan GnRH dihentikan.
7. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan, tidak memerlukan
pengobatan khusus.
Kadang hanya mengobati nyeri, pasien bisa diberi GnRH agoins seperti lupron.
Dengan mengguakan obat ini, menstruasi berhenti seperti menopause, ovulasi tidak
terjadi dan diharapkan jaringan mioma akan mengerut. Akan tetapi pemberian obat
ini bisa meningkatkan LDL sehingga pemberian obat ini dibatasi.
Keuntungan pemberian lupron diharapkan bisa meningkatkan kesuburan bagi
penderita mioma dimana perempuan mioma bsa hamil setelah 6 bulan pengobatan
GnRH agoins. Kelihatannya obat ini berhasil baik pada mioma uteri ringan akan
tetapi tdak berhasil pada mioma uteri yang berat.
1. Pemberian hormone progesterone atau pil KB kelihatannya kurang efetif dan
berhasil baik untuk sementara
2. Obat-obatan preparat besi untuk anemia
3. Operasi pengangkatan rahim untuk mengurangi keluhan dan gejala mioma
Laporan seorang ahli mengemukakan bahwa operasi dilakukan untuk mioma
berlokasi pada tempat-tempat tertentu di rahim. Belakangan ini, mulai dikembangkan
operasi kecil laparoskopi dan histerskopi dengan luka sayatan operasi kecil (sekitar 1
cm)
Keuntungan dari cara ini adalah :
1. Penserita bisa pulang kerumah pada hari yang sama
2. Waktu penyembuhan lebih cepat
3. Jaringan parut bekas luka operasi pada dinding perut hanya kecil
4. Jarang timbul komplikasi operasi seperti perlekatan.
2.7 KOMPLIKASI
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Torsi tagkai mioma dari :
a) Mioma uteri subserosa
b) Mioma uteri submukosa
3. Nekrosis dan infeksi setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbale balik mioma dan kehamilan.
a) Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
1. Infertilitas
2. Abortus
3. Persalinan prematuritas dan kehamilan letak.
4. Inersia uteri
5. Gangguan jalan persalinan
6. Perdarahan ost partum
7. Retensio plasenta
b) Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
1. Mioma cepat membesar karena ransangan estrogen.
2. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai
(Prawiroharjo,2009)
Menurut Achadiat, Chrisdiono, 2007. Komplikasi dari mioma uteri antara lain :
1. Perdarahan
2. Anemia
3. Infeksi atau degenerasi (kistik maupun merah)
4. Perlekatan pasca miomektomi
5. Terjadinya rupture/robekan rahim, apabila penderita hamil setelah tindakan.
6. Miomektomi
Menurut Faisal yatim, 2005 hal 68. Komplikasi mioma uteri antara lain :
1. Perdarahan pervagina yang berat juga menimbulkan kondisi kurang darah
(anemi) yang boleh diatasi dengan pemberian obat preparat besi (iron).
2. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan sulit buag air besar
(konstipasi) atau hemorrhoid. Gejala ini bisa dikurangi dengan makan sayur dan
buah setiap hari disertai banyak minum air putih. Air banyak dikonsumsi sehari-
hari serta makan makanan banyak yang mengandung biji-bijian. Bila perlu boleh
diberikan obat pencahar untuk mengatasi keluhan konstipasi.
3. Uterus robek (rupture) dalam, keadaan hamil atau plasenta acreta (akar jaringan
plaseta menyusup sampai otot jaringan plasenta) dan increta atau tonus uterus
kurang dan kemudian terjadi perdarahan pada uterus.
Mioma uteri