Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos sedangkan untuk
otot polos rahim disebut dengan mioma uteri. (Achadiat, Chrisdiono M, 2004)
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
dalam kepustakaan disebut juga dengan leiomioma, fibromioma atau fibroid.
(Mansjoer, Arif,2001)
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Mioma Uteri adalah suatu
pertumbuhan jinak daro otot-otot polos, tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikat,
neoplasma yang berasal dari otot-otot uterus yang merupakan jenis tumor uterus yang
paling sering, dan dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar, biasannya
mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun.

2.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi Mioma Uteri dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
Servical (2,6%) umumnya tumbuh kea rah vagina menyebabkan infeksi. Isthmica
(7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal
(91%) merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali timbul tanda gan gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma Uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi tiga jenis
yaitu :
1) Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai suatu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada didalam ligamentum latum dan disebut
dengan mioma intraligamentum. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau
mesenterium disekitarnya menyebabkan system perdarahan diambil alh dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dar uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitic.
2) Mioma Uteri Intramural
Berubah sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa
tidak enak karena adanya massa tumor didaerah perut sebelah bawah. Kadang
kala tumor tumbuh sebegai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma
submukosa. Didalam otot rahim dapat membesar, padat (jaringan ikat dominan),
lunak (jaringan otot rahim dominan).
3) Mioma Uteri Submucosa
Terletak dibawah endomentrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak.
Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis serikalis, dan pada keadaan ini
mudah terjadi torsi atau infeksi.

2.3 ETIOLOGI
Walaupun mioma uteri terjadi tanpa sebab yang jelas atau pasti, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschultz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi tergantung pada
sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell Nest yang selanjutnya dapat dirangsang
terus menerus oleh hormone estrogen. Namun demikian, beberapa factor yang dapat
menjadi factor pendukung terjadinya mioma uteri adalah wanita usia 35-45 tahun, hamil
pada usia muda, genetic, zat-zat karsinogenik, sedangkan yag menjadi factor pencetus
dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel imatur.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoclonal yang dihasilkan dari mutasi somatic dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-
sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan.
Factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, disamping factor predisposisi
genetic adalah estrogen progesterone dan human growth hormone.
1. Estrogen
Mioma uteri dijumpai menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen oksogen. Mioma uteri akan mengecil
pada saat menopause dan pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan
lainnya yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrositik
dari payudara (14,8). Adenomyosis (16,5) dan hyperplasia endomentrium (9,3%).
Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita
dengan sterilitas. 17B hidroxydesidrogenase : enzim ini mengubah estradiol (sebuah
estrogen kuat) menjadi estron ( estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatus, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak dari pada miometrium normal.
2. Progesterone
Progesterone merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesterone
menghambat pertumbuhan tumor dengan 2 cara yaitu : meningkatnya 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormone pertumbuhan ( Human growth hormone )
Level hormone pertumbuhan menurun selama kehamilan , tetapi hormone yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologic serupa HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles Of Gynecology, ada beberapa factor yang diduga kuat
sebagai factor predisposisi terjadiya mioma uteri yaitu :
1) Umur
Mioma uteri terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40mtahun. Tumor ini paling sering memberikan gekala
klinik antara usia 35-40 tahun.
2) Paritas
Lebih sering terjadi pada mulipara atau wanita yang relative infertile, tetap sampai
saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri kedua keadaan
ini saling empengaruhi.
3) Factor Rasa atau Genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri sangat tinggi. Terlepas dari factor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita
dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma. (Manuaba,2007)
Belum diketahui pasti tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang.
Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar
diterangkan apa sebabmya pada seorang wanita estrogen pada nuli para, factor
keturunan juga berperan mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan ikat yang
tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul.
Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degenerative karena
berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Perubahan sekunder meliputi atrofi,
degenerasi hialin, degenerasi kistik, degenerasi mambantu, marah, lemak.(Mansjoer
Arif,2010)

2.4 PATOFISIOLOGI
Mioma Uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan pengaruh estrogen
yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya pembuluh darah dan
intranurel, sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan
pervagina lama dan banyak. Denga adanya perdarahan pervagina lama dan banyak aka
terjadi nekrosa dan perlengketan sehigga timbul rasa nyeri.
Penatalaksanaan pada mioma uteri adalah operasi jika informasi tidak adekuat, kurang
support dari keluarga dan berkurangnya pengetahuan dapat mengekibatkan cemas.
Pada post operasi akan terjadi terputusnya integritas jaringan kulit dan robekan pada
jaringan saraf parifer sehingga terjadi nyeri akut. Terputusnya integritas jaringan kulit
mempengaruhi proses epitalisasi saat pembatasan aktivitas, maka terjadi perubahan pola
aktivitas. Kerusakan jaringan mengakibatkan terpaparnya agen infeksuis yang
mempengaruhi rasiko tinggi infeksi.
Pada pasien post operasi akan terpengaruhi obat anastesi yang mengakibatkan
depresi pusat pernafasan dan penurunan kesadaran sehingga pola nafas tidak efektif.
(Prawiroharjo,2005)
2.5 MANIFESTASI KLINIK
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvic rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan
tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung suatu tumor dalam rahimnya.
Factor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1) Besarnya mioma uteri
2) Lokasi mioma uteri
3) Perubahan-perubahan pada mioma uteri

Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35%-5-% dari pasien yang terkena. Adapun
gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri :
1) Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan 30%. Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa menoragi, metroragi dan hipermenorhea.
Perdarahan ini dapat menyebabkan anemia difisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini
dapat menyebabkan gangguan bertambahnya area permukaan dari endomentrium
yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari
pembuluh darah di sekitar dan ulserasi dan lapisan endomemntrium.
2) Penekanan rahim yang membesar :
1. Terasa berat abdomen bagian bawah
2. Gejala traktus urinarius : urine frekuensi, retensi urine, obstruksi ureter dan
hidronefrosis
3. Gejala intestinal : konstipasi dan obstruksi intestinal
4. Terasa nyeri karena tertekannya saraf
3) Nyeri dapat disebabkan oleh :
1. Penekanan saraf
2. Torsi bertangkai
3. Submukosa mioma terlahir
4. Infeksi pada mioma
4) Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh yang berlokasi di kornu. Perdarahan
kontinyu pada pasien dengan submukosa dapat menghalangi implantasi. Terdapat
peningkatan insiden aborsi dan kelahiran premature pada pasien dengan mioma
intramural dan submukosa
5) Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema
ekstremitas bawah, hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia
6) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
7) Abortus spontan
Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.

Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri :


1) Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormone estrogen yang meningkat
dalam kehamilan
2) Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : tumor menjadi lebih lunak, berubah
bentuk, dan berwarna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi sehingga terjadi
perdarahan.
3) Mioma subserosum yang bertangkai oeh desakan uterus yang membesar atau setelah
bayi lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada tanglainya, torsi menyebabkan gangguan
sirkulasi dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil merasakan nyeri yang hebat pada
abdomen.
4) Kehamilan dapat mengalami keguguran
5) Persalinan prematuritas
6) Gangguan proses persalinan
7) Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas
8) Pada kala II dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan
9) Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak kedalam kavum douglasi dan
terjadi inkarserasi
10) Subfertil (agak mandul) sampai fertile (mandul) dan kadang-kadang hanya punya
satu anak. Terutama pada mioma uteri sub mukosum.
11) Sering terjadi abortus. Akibat adanya distorsi rongga uterus
12) Terjadi kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak
sub uterus
13) Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir, terutama pada mioma yang letaknya
diservix
14) Atonia uteri terutama pasca persalinan, perdarahan banyak, terutama pada mioma
yang letaknya didalam rahim
15) Kelainan letak plasenta
16) Plasenta sukar lepas (retensio plasenta), terutama pada mioma submucus dengan
intramural
Penanganan berdasarkan pada kemungkinan adanya keganasan, kemungkinan torsi dan
abdomen akut serta kemungkinan menimbulkan obstetric, maka :
1) Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa harus dikeluarkan
2) Waktu yang tepat operasi adalah kelamilan 16-20 minggu
3) Operasi yang dilakukan pada umur kehamilan dibawah 20 minggu harus diberikan
subsitusi progesterone :
1. Beberapa hari sebelum operasi
2. Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum ikut terangkat
bersama tumor yang dapat menyebabkan abortus
4) Operasi darurat apabila terjadi torsi dan abdomen akut
5) Bila tumor agak besar dan lokasinya agak dibawah akan menghalangi persalinan,
penanganan yang dilakukan :
1. Coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa
2. Bila tidak bisa persalinan diselesaikan dengan section cesarean dan jangan lupa
tumor sekaligus diangkat
(Mansjoer Arif, 2005) dan (Prawiroharjo, 2007)
Adanya mioma tidak selalu memeberikan gejala karena itu mioma sering ditemukan tanpa
disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan gynecologi. Gejala yang ditemukan sangat
tergatung pada tempat dan komplikasi yang terjadi.
Adapun tanda-tanda yang umumnya terjadi adalah :
1) Tumor massa dibawah perut
Seringkali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini
2) Perdarahan yang abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea menorrargi dan
dapat juga terjadi metrorrargi. Beberapa factor yang menjadi penyebab perdarahan
ini adalah :
1. Pengaruh ovarium sehinnga terjadi hyperplasia endomentrium sampai
adenokardinoma endometrium
2. Permukaan adenokarsinoma diatas mioma submukosa
3. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
3) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan
4) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio
urine, pada ureter dapa menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum
dapat menyebabkan obstipasi dan tenesia, pada pembuluh darah dapat menyebabkan
edema tungkai dan rasa nyeri pada panggul.
5) Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstinal
tuba, sedangkan mioma submukosa juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus.
Menurut Faisal, 2005, keluhan dan gejala mioma uteri adalah kebanyakan tumbuh tanpa
menimbulkan keluhan atau gejala. Pada perempuan lain mungkin mengeluh perdarahan
,menstruasi lebih banyak dari biasanya atau nyeri sewaktu menstruasi, perasaan penuh dan
ada atau nyeri pada waktu berhubungan seksual, nyeri pada waktu bekerja. Perempan lain
yang mengidap mioma mengeluh susah hamil atau mudah keguguran.
Pada mioma yang klasik, uterus akan membesar merata, dan sekitar 80% perempuan
yang menderita mioma uterus bertambah beratnya 80gram (berat normal uterus hanya
50gram). Pernah diaporkan sampai ada uterus yang menderita mioma dengan berat lebih
dari 200gram.
Mioma sering bersama-sama dengan kelainan uterus lain endmetriosis pada 11%
penderita dan 7% penderita mioma juga menderita polip endometrium, hingga kondisi ini
mengacukan diagnose mioma.
2.6 PENATALAKSANAAN
Penanganan yang dapat dilakukan ada 2 macam yaitu penanganan secara konservatif dan
penanganan secara operatif
1) Penanganan konservatif sebagai berikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan
b. Bila anemia, Hb < 8g% transfuse PRC
c. Pemberian zat besi
2) Penanganan operatif sebagai berikut :
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukran uterus 12-14minggu
b. Pertumbuhan tumor cepat
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi
d. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
e. Hipermenorea pada mioma submukosa
f. Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
1. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penelitian infertile atau masih menginginkan anak atau
memepertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya
aman, efektif dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak
dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarcoma
uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi
pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat.
Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan
dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan resiko
cesarean.
2. Histerektomi
Dilakukan apabila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang
memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala
3. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Apabila
wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat hamil sekitar 30-50%.
Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah dilakukan miomektomi harus
dilanjutkan histerektomi.
Lama perawatan :
a. 1 hari pasca diagnose keperawatan
b. 7 hari pasca histerektomi/miomektomi
Masa pemulihan :
a. 2 minggu pasca diagnose keperawatan
b. 6 minggu pasca histerektomi/miomektomi
3) Penanganan Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause, radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat
kontra indikasi untuk tindakan operatif, akhir-akhir ini kontra indikasi tersebut
berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan
pada uterus.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)
b. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
c. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
Maksud dari radioterapi adalah menghentikan perdarahan. (Prawiroharjo,
Sarwono, 2005)
Terapi menurut Achadiat, Chrisdiono M, 2004 hal : 95-96 adalah :
1. Observasi : bila ukuran uterus lebih kecil dan ukuran uterus kehamilan 12 minggu,
tanpa disertai penyulit lain.
2. Ekstirpasi, biasanya untuk mioma submukosa bertangkai atau mioma lahir/geburt,
umumnya dilanjutkan dengan tindakan.
3. Laparatomi/Miomektomi, bila fungsi reprodiksi masih diperlukan dan secara
teknis memungkinkan untuk dilakukan tindakan tersebut. Biasannya untuk mioma
intramural, subserosa, dan subserosa bertangkai, tindakan ini telah cukup
memadai.
4. Laparatomi/Histerektomi :
a. Fungsi reproduksi tak diperlukan lagi
b. Pertumbuhan tumor sangat cepat
c. Sebagai tindakan hermostatis, takni dimana terjadi perdarahan yang terus-
menerus dan banyak serta tidak membaik dengan pengobatan.
Catatan:
a. Histerektomi yang diupayakan untuk dilakukan adalah histerektomi totalis
tanpa ooforektomi (kastrasi).
b. Histerektomi subtotalis dilakukan bila terdapat kesulitan untuk melakukan
histerektomi totalis,
c. Untuk wanita yang berusia >50 tahun dapat dilakukan ooferektomi bilateral,
kemudian pasien dipersiapkan untuk mendapat substitusi hormonal.
d. Sebelum melakukan tindakan pembedahan, untuk melakukan penilaian
terhadap serviks dengan pemeriksaan paps smear

Menurut faisal, 2005 hal 64-67 mengatakan bahwa pengobatan pada mioma uteri
adalah sering kali perempuan mioma yang tidak diharapkan, kehamilan lagi minta
operasi pengangkatan rrahim. Tetapi, kadang kala apabila si wanita menolak
dilakukan histerektomi, maka bisa memilih dilakukan operasi pengangkatan mioma.
Kedua operasi yaitu histerektomi dan miomektomi adalah termasuk operasi besar.
Dengan demikian, kedua operasi ini membutuhkan perawatan di rumah sakit selama
3-5 hari dan meninggalkan jaringan parut luka pada dinding perut.
Obat-obatan yang biasa kepada penderita mioma yang mengalami perdarahan
melalui vagina yang tidak normal, antara lain :
1. Obat-obatan anti inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Antiinflamation=
NSAID)
2. Vitamin
3. Dikerok (kuretase)
4. Obat hormonal (pil KB)
5. Operasi penyayatan jaringan mioma ataupun mengangkat rahim keseluruhan
6. Pemberian hormone steroid sintetik seperti progestin, malah kadang menimbulkan
rasa nyeri daerah panggul yang bertambah. Hormon GnRH agoins (Gonadotropin
Releasing Hormone), bisa mengurangi besar ukuran mioma. Akan tetapi, mioma
kembali membesar setelah 6 bulan pengobatan GnRH dihentikan.
7. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan, tidak memerlukan
pengobatan khusus.

Kadang hanya mengobati nyeri, pasien bisa diberi GnRH agoins seperti lupron.
Dengan mengguakan obat ini, menstruasi berhenti seperti menopause, ovulasi tidak
terjadi dan diharapkan jaringan mioma akan mengerut. Akan tetapi pemberian obat
ini bisa meningkatkan LDL sehingga pemberian obat ini dibatasi.
Keuntungan pemberian lupron diharapkan bisa meningkatkan kesuburan bagi
penderita mioma dimana perempuan mioma bsa hamil setelah 6 bulan pengobatan
GnRH agoins. Kelihatannya obat ini berhasil baik pada mioma uteri ringan akan
tetapi tdak berhasil pada mioma uteri yang berat.
1. Pemberian hormone progesterone atau pil KB kelihatannya kurang efetif dan
berhasil baik untuk sementara
2. Obat-obatan preparat besi untuk anemia
3. Operasi pengangkatan rahim untuk mengurangi keluhan dan gejala mioma
Laporan seorang ahli mengemukakan bahwa operasi dilakukan untuk mioma
berlokasi pada tempat-tempat tertentu di rahim. Belakangan ini, mulai dikembangkan
operasi kecil laparoskopi dan histerskopi dengan luka sayatan operasi kecil (sekitar 1
cm)
Keuntungan dari cara ini adalah :
1. Penserita bisa pulang kerumah pada hari yang sama
2. Waktu penyembuhan lebih cepat
3. Jaringan parut bekas luka operasi pada dinding perut hanya kecil
4. Jarang timbul komplikasi operasi seperti perlekatan.

Fase-fase penyembuhan luka post operasi


a) Fase I
Penyembuhan luka berlangsung selama 3 hari, setelah pembedahan. Pada fase ini
terjadi penumpukan benang-benang fibrin dan membentuk gumpalan yang
mengisi luka dan pembuluh darah yang terputus. Leukosit mulai mencerna bakteri
dan jaringan yang rusak.
b) Fase II
Berlangsung selama 3-14 hari setelah pembedahan, leukosit mulai berkurang dan
luka operasi berisi kolagen yang kemudian menunjang luka dan baik pada hari ke
6 dan ke 7 serta jahitan boleh diangkat.
c) Fase III
Berlangsung pada minggu ke 2 sampai ke 6, kolagen terus menumpuk dan
menekan pembuluh darah, sehingga suplai darah ke daerah luka mulai berkurang
d) Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, kolagen tetap ditimbun dan
luka semakin mengecil. Tegang serta timbul rasa gatal disekitar luka.
(Syamsuhidayat, 2006)

2.7 KOMPLIKASI
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Torsi tagkai mioma dari :
a) Mioma uteri subserosa
b) Mioma uteri submukosa
3. Nekrosis dan infeksi setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbale balik mioma dan kehamilan.
a) Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
1. Infertilitas
2. Abortus
3. Persalinan prematuritas dan kehamilan letak.
4. Inersia uteri
5. Gangguan jalan persalinan
6. Perdarahan ost partum
7. Retensio plasenta
b) Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
1. Mioma cepat membesar karena ransangan estrogen.
2. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai
(Prawiroharjo,2009)
Menurut Achadiat, Chrisdiono, 2007. Komplikasi dari mioma uteri antara lain :
1. Perdarahan
2. Anemia
3. Infeksi atau degenerasi (kistik maupun merah)
4. Perlekatan pasca miomektomi
5. Terjadinya rupture/robekan rahim, apabila penderita hamil setelah tindakan.
6. Miomektomi

Menurut Faisal yatim, 2005 hal 68. Komplikasi mioma uteri antara lain :
1. Perdarahan pervagina yang berat juga menimbulkan kondisi kurang darah
(anemi) yang boleh diatasi dengan pemberian obat preparat besi (iron).
2. Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan sulit buag air besar
(konstipasi) atau hemorrhoid. Gejala ini bisa dikurangi dengan makan sayur dan
buah setiap hari disertai banyak minum air putih. Air banyak dikonsumsi sehari-
hari serta makan makanan banyak yang mengandung biji-bijian. Bila perlu boleh
diberikan obat pencahar untuk mengatasi keluhan konstipasi.
3. Uterus robek (rupture) dalam, keadaan hamil atau plasenta acreta (akar jaringan
plaseta menyusup sampai otot jaringan plasenta) dan increta atau tonus uterus
kurang dan kemudian terjadi perdarahan pada uterus.

Menurut Mansjoer Arif, 2006. Komplikasi mioma uteri antara lain :


1. Degenerasi ganas.
2. Torsi yang menimbulkan nekrosis, sindrom abdomen akut
2.8 PATHWAY

Sel-sel yang belum matang Pengaruh Estrogen

Mioma uteri

Sub Aerob Intramural Sub Berorerosa

Pecahnya pembuluh darah Gangguan kontraksi otot uterus Pembesaran urat

Perdarahan pervagina lama dan banyak Penekanan organ lain

Gangguan perdarahan Resiko tinggi Mual,muntah


darah kekurangan cairan

Nekrosa dan perlengketan Operasi

Pra operasi Post operasi


Nyeri

Informasi tidak Terputusnya Pengaruh Obat anastesi


Adekuat jaringan kulit

Kurangnya support Robekan pada Gastrointestinal Kesadaran Pernafasan


System jaringan saraf
Perifer Peristaltik Reflek batuk Ekspansi
Kurangnya pengetahuan rongga dada
Nyeri akut Mual,muntah Pola nafas tidak
Efektif Pengembangan
Cemas
Anorexia paru tidak
maksimal
Bersihan jalan
Gangguan nafas tidak
Sesak Sesak Nafas
nutrisi efektif

Proses epilesasi Terpapar agen infeksuis Gangguan pola


nafas
Pembatasan aktivitas
Resiko tinggi
infeksi
Perubahan pola
aktivitas

Anda mungkin juga menyukai