Anda di halaman 1dari 140

BAB II

ISI

Filsafat Ketuhanan dalam Islam

Siapakah Tuhan itu?

Tuhan (ilah) sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Tercakup didalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemashlahatan atau kegembiraan dan
termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan defenisi Al-ilah yaitu: yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapannya, takut dan
mengharapkan-Nya, kepada-Nya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa,
dan bertawakal kepada-Nya untuk kemashlahatan diri, meminta perlindungan dari pada-Nya,
dan menimbulkan ketenangan disaat mengingat-Nya dan terpaut cinta kepada-Nya
(M.Imaduddin, 1989 : 56).

Perkataan ilah, yang diterjemahkan Tuhan, dalam Al-Quran dipakai untuk


menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya
dalam QS 45 (Al-Jatsiiyah): 23, yaitu:

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya.?

Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Firaun untuk dirinya


sendiri:

Dan Firaun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan
bagimu selain aku.

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa


mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi
maupun benda nyata (Firaun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).
Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad:
ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama: aalihatun). Bertuhan
nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan
definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai
oleh-Nya.

Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya


yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan
kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya
tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal
kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya,
dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta
kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)

Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan
manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan.
Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang
dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-
Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia)
mereka.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat la ilaaha illa Allah. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu tidak ada Tuhan, kemudian baru diikuti
dengan penegasan melainkan Allah. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada
dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.

(KETERANGAN BERFIKIR DALAM WATAK MANUSIA UNTUK) (MENCAPAI NILAI-NILAI ILAHI


TERHADAP TUHAN )

Dalam beberapa pendapat tokoh Atheis yang pertama dan terkenal yaitu: ( ANTONY FLEW dalam
bukunya Theis a Good, The of spirit Islam), dalam membongkar tentang kebohongan yang besar
dalam dunia Atheis yang tidak mengakui adanya Tuhan Yang Maha Pencipta atas segala seluruh isi
Alam semesta.

Manusia dapat mengetahui dunia dengan segala hal yang berhubungan dalam pandangan
dunia yang langsung pada Tuhan spiritualitas (kejiwaan) serta watak dapat menempatkan waktu
dalam berfikir yang logis tidak bersifat absurd terhadap apa yang dipikirkannya. Sebab manusia
mempunyai beberapa sifat didalam dirinya.

Ada beberapa sifat yang dimiliki oleh manusia setiap apa yang dipikrkan antara lain:
v Manusia mempunyai sifat malaikat dalam dirinya yang berpontensi kepada Tuhan, lebih jauh
daripada manusia yang sebenarnya. Khusus para Rasul dan Nabi

v Manusia sifat binatang dalam dirinya yang berpontensi kepada iblis (nafsu).

Manhalwa illa insani khamalu fillailah: manusia telah memiliki beberapa sifat didalam yang sangat
fatal, sehingga mampu menggerakan semua apa yang diinginkan-Nya

v Manusia mempunyai sifat Ilahi dalam dirinya yang berpotensi kepada sifat-sifat Tuhan, berbeda
dengan sifat malaikat tetapi manusia mampu menempatkan dirinya terhadap Tuhan.

Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

1. Pemikiran Barat

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep


yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun
batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam
literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan
adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat
menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller,
kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens.
Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme
adalah sebagai berikut:

Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut
ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang
berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada
pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda,
seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dansyakti (India). Mana adalah kekuatan
gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu
dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera,
tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.

Animisme

Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap
benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh
dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena
itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa
tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar
manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus
menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah
salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.

Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan,


karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari
yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu
sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada
yangmembidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.

Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan.


Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak
mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia
meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu
dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah)
bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme
(Tuhan Tingkat Nasional).

Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam


monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam
tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh


Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang
menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan
bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan
orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung
dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan
kepada wujud yang lain.

Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan


evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di
Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru
untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan
tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan
tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan
yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan
didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah
monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul
Yusuf, 1993:26-27).

2. Pemikiran Umat Islam

Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam,


atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi
Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal,
tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab
timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi
dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual
sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam
yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual
sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga
corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan
dalam Islam. Aliran tersebut yaitu:

a. Mutazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta


menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan
keimanan dalam Islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir
dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah
bainal manzilatain).

Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika


Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan.
Hasil dari paham Mutazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad
kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu
pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam
perselisihan dengan kaum Islam ortodoks.
Mutazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang
Qadariah adalah pecahan dari Khawarij (Shiahab, 2007).

b. Qodariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan


dalam berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki
apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia
harus bertanggung jawab atas perbuatannya (Shiahab, 2007).

c. Jabariah yang merupakan pecahan dari Murjiah berteori bahwa


manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat.
Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan (Shiahab,
2007).

d. Asyariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada di antara


Qadariah dan Jabariah

Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam


kalangan umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran
tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena
itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran
tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia
keluar dari islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu
berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh
kepentingan politik tertentu. Di antara aliran tersebut yang nampaknya
lebih dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan
meningkatkan etos kerja adalah aliran Mutazilah dan Qadariah (Shiahab,
2007).

Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu

Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas


pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah
benar. Sebab Tuhan merupakan sesuatu yang ghaib, sehingga informasi
tentang Tuhan yang hanya berasal dari manusia biarpun dinyatakan
sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional, tidak akan benar.
Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain
tertera dalam:

1. QS 21 (Al-Anbiya): 92, Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah


adalah satu, yaitu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia
menganut satu agama, tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka akan
kembali kepada Allah dan Allah akan menghakimi mereka.

Ayat tersebut di atas memberi petunjuk kepada manusia bahwa


sebenarnya tidak ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak
zaman dahulu hingga sekarang. Melalui Rasul-rasul-Nya, Allah
memperkenalkan dirinya melalui ajaran- Nya, yang dibawa para Rasul,
Adam sebagai Rasul pertama dan Muhammad sebagai terakhir.

Jika terjadi perbedaan-perbedaan ajaran tentang ketuhanan di antara


agama- agama adalah karena perbuatan manusia. Ajaran yang tidak sama
dengan konsep ajaran aslinya, merupakan manipulasi dan kebohongan
manusia yang teramat besar (Shiahab, 2007).

2. QS 5 (Al-Maidah):72, Al-Masih berkata: Hai Bani Israil sembahlah


Allah Tuhaku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti mengharamkan
kepadanya syurga, dan tempat mereka adalah neraka (Shiahab, 2007).

3. QS 112 (Al-Ikhlas): 1-4, Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.


Allah adalah Tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia.

Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan adalah Allah. Kata
Allah adalah nama isim jumid atau personal name. Merupakan suatu
pendapat yang keliru, jika nama Allah diterjemahkan dengan kata
Tuhan, karena dianggap sebagai isim musytaq.

Tuhan yang haq dalam konsep al-Quran adalah Allah. Hal ini dinyatakan
antara lain dalam surat Ali Imran ayat 62, surat Shad 35 dan 65, surat
Muhammad ayat
19. Dalam al-quran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang Tuhan yang
diberikan kepada Nabi sebelum Muhammad adalah Tuhan Allah juga.
Perhatikan antara lain surat Hud ayat 84 dan surat al-Maidah ayat 72.
Tuhan Allah adalah esa sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Ankabut
ayat 46, Thaha ayat 98, dan Shad ayat 4.

Dengan mengemukakan alasan-alasan tersebut di atas, maka menurut


informasi al-Quran, sebutan yang benar bagi Tuhan yang benar-benar
Tuhan adalah sebutan Allah, dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori
evolusi melainkan melalui wahyu yang datang dari Allah. Hal ini berarti
konsep tauhid telah ada sejak datangnya Rasul Adam di muka bumi. Esa
menurut al-Quran adalah esa yang sebenar-benarnya esa, yang tidak
berasal dari bagian-bagiandan tidak pula dapat dibagi menjadi bagian-
bagian. Keesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau
disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan
kalimat syahadat La ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah sebagai
prioritas utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.

Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber dari al-quran


memberi petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk
mencari Tuhan yang lain selain Allah dan hal itu akan kelihatan dalam
sikap dan praktik menjalani kehidupan (Shiahab, 2007).

Pembuktian Wujud Tuhan

1. Metode Pembuktian Ilmiah

Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah metode


pembuktian. Metode ini mengenal hakikat melalui percobaan dan
pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam di luar
indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasarkan pada
analogi dan induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini
agama batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah (Shiahab,
2007).
Sebenarnya sebagian ilmu modern juga batal, sebab juga tidak mempunyai
landasan ilmiah. Metode baru tidak mengingkari wujud sesuatu,
walaupun belum diuji secara empiris. Di samping itu metode ini juga tidak
menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat dengan sesuatu yang
telah diamati secara empiris. Hal ini disebut dengan analogi ilmiah dan
dianggap sama dengan percobaan empiris.

Suatu percobaan dipandang sebagai kenyataan ilmiah, tidak hanya karena


percobaan itu dapat diamati secara langsung. Demikian pula suatu analogi
tidak dapat dianggap salah, hanya karena dia analogi. Kemungkinan benar
dan salah dari keduanya berada pada tingkat yang sama.

Percobaan dan pengamatan bukanlah metode sains yang pasti, karena


ilmu pengetahuan tidak terbatas pada persoalan yang dapat diamati
dengan hanya penelitian secara empiris saja. Teori yang disimpulkan dari
pengamatan merupakan hal-hal yang tidak punya jalan untuk
mengobservasi. Orang yang mempelajari ilmu pengetahuan modern
berpendapat bahwa kebanyakan pandangan pengetahuan modern, hanya
merupakan interpretasi terhadap pengamatan dan pandangan tersebut
belum dicoba secara empiris. Oleh karena itu banyak sarjana percaya
padanya hakikat yang tidak dapat diindera secara langsung. Sarjana mana
pun tidak mampu melangkah lebih jauh tanpa berpegang pada kata-kata
seperti: Gaya (force), Energy, alam (nature), dan hukum alam.
Padahal tidak ada seorang sarjana pun yang mengenal apa itu: Gaya,
energi, alam, dan hukum alam. Sarjana tersebut tidak mampu
memberikan penjelasan terhadap kata-kata tersebut secara sempurna,
sama seperti ahli teologi yang tidak mampu memberikan penjelasan
tentang sifat Tuhan. Keduanya percaya sesuai dengan bidangnya pada
sebab-sebab yang tidak diketahui.

Dengan demikian tidak berarti bahwa agama adalah iman kepada yang
ghaib dan ilmu pengetahuan adalah percaya kepada pengamatan
ilmiah. Sebab, baik agama maupun ilmu pengetahuan kedua-duanya
berlandaskan pada keimanan pada yang ghaib. Hanya saja ruang lingkup
agama yang sebenarnya adalah ruang lingkup penentuan hakikat
terakhir dan asli, sedang ruang lingkup ilmu pengetahuan terbatas pada
pembahasan ciri-ciri luar saja. Kalau ilmu pengtahuan memasuki bidang
penentuan hakikat, yang sebenarnya adalah bidang agama, berarti ilmu
pengetahuan telah menempuh jalan iman kepada yang ghaib. Oleh sebab
itu harus ditempuh bidang lain.

Para sarjana masih menganggap bahwa hipotesis yang menafsirkan


pengamatan tidak kurang nilainya dari hakikat yang diamati. Mereka tidak
dapat mengatakan: Kenyataan yang diamati adalah satu-satunya ilmu
dan semua hal yang berada di luar kenyataan bukan ilmu, sebab tidak
dapat diamati. Sebenarnya apa yang disebut dengan iman kepada yang
ghaib oleh orang mukmin, adalah iman kepada hakikat yang tidak dapat
diamati. Hal ini tidak berarti satu kepercayaan buta, tetapi justru
merupakan interpretasi yang terbaik terhadap kenyataan yang tidak dapat
diamati oleh para sarjana.

2. Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan

Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang


pelik, tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu
kekuatan yang telah menciptakannya, suatu Akal yang tidak ada
batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya ada dan
percaya pula bahwa alam ini ada. Dengan dasar itu dan dengan
kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.

Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya
tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: <<Percaya
adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq>> adalah suatu
pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu
yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu
bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu
bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada
dengan sendirinya tanpa pencipta?

3. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika


Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan
dirinya sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi
setelah ditemukan hukum kedua termodinamika (Second law of
Thermodynamics), pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.

Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau


teori pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya
alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa
energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak
panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak
mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas menjadi panas.
Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan antara energi
yang ada dengan energi yang tidak ada.

Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam
terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan
secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali,
maka sejak dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum
tersebut dan tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena itu
pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan (Shiahab, 2007).

4. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi

Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya
dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan
menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali.
Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari
berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan
menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali.
Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk
bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa.

Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia beredar


bersamasama dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi garis
edarnya dengan kecepatan 600.000 mil per jam. Di samping itu masih ada
ribuan sistem selain sistem tata surya kita dan setiap sistem mempunyai
kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri. Galaxy-galaxy tersebut juga beredar
pada garis edarnya. Galaxy dimana terletak sistem matahari kita, beredar
pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali dalam 200.000.000
tahun cahaya.

Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan


organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini
terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik
semuanya itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan
mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha besar
tersebut adalah Tuhan.

Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan


keserasian alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah dalil ikhtira. Di
samping itu Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu dalil
inayah. Dalil inayah adalah metode pembuktian adanya Tuhan melalui
pemahaman dan penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia
(Zakiah Daradjat, 1996:78-80).
KELOMPOK 2

MATERI 1 KEIMANAN DAN KETAKWAAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Iman


Secara etimologis, iman merupakan suatu keadaan sikap seseorang. Sedangkan
secara umum iman dikatakan percaya. Maksudnya percaya yang menunjukan sikap yang
terdapat di dalam hati. Orang yang percaya kepada Allah SWT dan lainnya yang tersebut
di dalam rukum iman, walaupun dalam sikap keseharian tidak mencerminkan ketaatan
atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih bisa disebut dengan
orang yang beriman. Hal ini disebabkan karena keyakinan setiap manusia yang
mengetahui urusan hatinya hanya Allah SWT yang mengetahui isi hatinya. Yang penting
bagi mereka, mereka sudah mengucapkan dua kalimat syahadat dan telah menjadi Islam.
Di dalam surat Al-Baqoroh : 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang
yang amat sangat cinta kepada Allah SWT beserta ajaran-Nya. Oleh karena itu, orang
yang beriman kepada Allah SWT berarti orang yang sangat amat rindu terhadap ajaran
Allah SWT, yaitu yang terdapat dalam AlQuran dan sunnah Rosul.
Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan menurut Ibnu Majah Atthabrani, iman
merupakan tambatan hati yang diikrarkan dengan lisan dan dilanjutkan dengan amal
perbuatan (Al iimaanu aqdun bil qalbi waiqraarun bilisaani waamalun bil arkaan).
Dengan demikian, iman merupakan kesatuan antara hati, ucapan, dan tingkah laku atau
perbuatan seseorang.
Iman dapat dibedakan menjadi 2, yaitu iman haq dan iman bathil. Iman haq
merupakan iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya.
Sedangkan iman bathil adlah iamn yang berpandangan dan bersikap selain dengan ajaran
Allah.

2.2. Wujud Iman


Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu
lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang
muslim yang disebut amal saleh.

Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan


kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai
dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan
menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.

Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang
dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia
berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah
seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak
memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran
manusia.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim
berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.
Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.

Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:


1. Ilahiyah: Hubungan dengan Allah
2. Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3. Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4. Samiyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sami

2.3. Proses Terbentuknya Iman


Spermatozoa dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar ketentuan
yang digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah menginginkan agar
makanan yang dimakan berasal dari rezeki yang halalanthayyiban. Pandangan dan sikap
hidup seorang ibu yang sedang hamil mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu
yang mengandung tidak lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung
pandangan dan sikap hidup suami juga berpengaruh secara psikologis terhadap bayi
yang sedang dikandung. Oleh karena jika seseorang menginginkan anaknya kelak
menjadi mukmin yang muttaqin, maka isteri hendaknya berpandangan dan bersikap
sesuai dengan yang dikehendaki Allah.

Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif,
besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai
pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang
datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk
benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.

Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah
laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-
anak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan
diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan
yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, Setiap anak, lahir membawa fitrah.
Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.

Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses
perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah
adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal
ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.

Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada Allah, maka


ajaran Allah harus diperkenalkan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak itu
dari tingkat verbal sampai tingkat pemahaman. Bagaimana seorang anak menjadi
mukmin, jika kepada mereka tidak diperkenalkan al-Quran.

Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena


tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang. Seorang
anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi
hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil
dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.

Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat
dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri atas perbuatan yang tampak saja. Di
dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak selalu mudah ditanggapi kecuali
secara fisik langsung (misalnya, melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat
menggambarkan sikap mental tersebut), bahkan secara tidak langsung itu adakalanya
cukup sulit menarik kesimpulan yang teliti. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah
tingkah laku dalam arti luas dan dikaitkan dengan nilai-nilai hidup, yakni seperangkat
nilai yang diterima oleh manusia sebagai nilai yang penting dalam kehidupan, yaitu
iman. Yang dituju adalah tingkah laku yang merupakan perwujudan nilai-nilai hidup
tertentu, yang disebut tingkah laku terpola.

Dalam keadaan tertentu, sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat dipengaruhi
melalui campur tangan secara langsung, yakni dalam bentuk intervensi terhadap
interaksi yang terjadi. Dalam hal ini dijelaskan beberap prinsip dengan mengemukakan
implikasi metodologinya, yaitu:

1. Prinsip pembinaan berkesinambungan

Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus menerus, dan
tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin
lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak
kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan proses
motivasi agar membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai
hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.

2. Prinsip internalisasi dan individuasi

Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk
tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya
melalui suatu peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari
sikap mentalnya) dan individuasi (yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat
kepribadiannya). Melalui pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu
penjelmaan dan perwujudan nilai dalam diri manusia secara lebih wajar dan amaliah,
dibandingkan bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk utuh, yakni
bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak didik sebagai suatu produk
akhir semata-mata. Prinsip ini menekankan pentingnya mempelajari iman sebagai proses
(internalisasi dan individuasi). Implikasi metodologinya ialah bahwa pendekatan untuk
membentuk tingkah laku yang mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya
mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk jadi, tetapi juga harus mementingkan proses
dan cara pengenalan nilai hidup tersebut. Dari sudut anak didik, hal ini bahwa
seyogianya anak didik mendapat kesempatan sebaik-baiknya mengalami proses tersebut
sebagai peristiwa pengalaman pribadi, agar melalui pengalaman-pengalaman itu terjadi
kristalisasi nilai iman.

3. Prinsip sosialisasi

Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila telah
memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk tingkah laku terpola baru teruji
secara tuntas bilamana sudah diterima secara sosial. Implikasi metodologinya ialah
bahwa usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur
keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya dengan memperhatikan
kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai individu), tetapi perlu
mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial (proses sosialisasi)
orang tersebut. Pada tingkat akhir harus terjadi proses sosialisasi tingkah laku, sebagai
kelengkapan proses individuasi, karena nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah
laku selalu mempunyai dimensi sosial.

4. Prinsip konsistensi dan koherensi

Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani
secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa
mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya. Implikasi
metodologinya adalah bahwa usaha yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya
tingkah laku yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren.
Alasannya, caranya dan konsekuensinya dapat dihayati dalam sifat dan bentuk yang jelas
dan terpola serta tidak berubah-ubah tanpa arah. Pendekatan demikian berarti bahwa
setiap langkah yang terdahulu akan mendukung serta memperkuat langkah-langkah
berikutnya. Apabila pendekatan yang konsisten dan koheren sudah tampat, maka dapat
diharapkan bahwa proses pembentukan tingkah laku dapat berlangsung lebih lancar dan
lebih cepat, karena kerangka pola tingkah laku sudah tercipta.

5. Prinsip integrasi

Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang pada


problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh. Jarang
sekali fenomena kehidupan yang berdiri sendiri. Begitu pula dengan setiap bentuk nilai
hidup yang berdimensi sosial. Oleh karena itu tingkah laku yang dihubungkan dengan
nilai iman tidak dapat dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang
terhadap kehidupan, makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang
berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari. Implikasi metodologinya ialah agar nilai
iman hendaknya dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah
laku yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan
problematik kehidupan yang nyata.

2.4. Tanda-Tanda Orang Beriman


Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Quran, maka bergejolak
hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan memahami ayat yang
tidak dia pahami. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anfal: 2

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.

2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi
dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah
Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11,
Mujadalah: 10, dan at-Taghabun:13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal: 3
dan al-Muminun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat,
dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang
kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-
Mukminun: 3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar
ilmu Allah, yaitu al-Quran menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mumin tidak
akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan Allah
adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta
benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan
ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.

2.5. Pengertian Takwa


Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w.
tentang apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :
1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam
kehidupan sehari-hari seorang manusia.
3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang
banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah
bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4. Orang yg menyiapkan diri untuk perjalanan panjang, maksudnya adalah hidup
sesudah mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa
yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa
juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.
Ketaqwaaan adalah kekuatan dari dalam yang cemerlang dan unik.
Pertumbuhannya dapat mengukir sejarah baru di dunia. Bersihkanlah iman kita dari
syirik dengan menjauhi mantra-mantra, ajaran sesat, takhayul, dan perdukunan yang
sesat. Pastikan kita melakukan ibadah-ibadah wajib setiap hari dan menjauhi maksiat
dalam bentuk apapun. Bertemanlah dengan orang-orang yang shaleh agar kita tidak
menyimpang.

2.6 Tanda-tanda orang bertaqwa

a. Beriman kepada ALLAH dan yang ghaib(QS. 2:2-3)


b. Sholat, zakat, puasa(QS. 2:3, 177 dan 183)
c. Infak disaat lapang dan sempit(QS. 3:133-134)
d. Menahan amarah dan memaafkan orang lain(QS. 3: 134)
e. Takut pada ALLAH(QS. 5:28)
f. Menepati janji (QS. 9:4)
g. Berlaku lurus pada musuh ketika mereka pun melakkukan hal yang sama(QS. 9:7)
h. Bersabar dan menjadi pendukung kebenaran (QS. 3:146)
i. Tidak meminta ijin untuk tidak ikut berjihad (QS. 9:44)
j. Berdakwah agar terbebas dari dosa ahli maksiat (QS. 6:69)

2.7. Implementasi Iman dan Takwa

2.7.1. Problematika, Tantangan, dan Risiko dalam Kehidupan Modern

Disaat manusia beranjak dewasa yang ditandai oleh kesempurnaan akalnya, maka
semenjak itu ia mulai berpikir tentang keberadaannya di dunia ini. Ia mulai berpikir
tentang beberapa pertanyaan mendasar yang sangat perlu, bahkan ia harus jawab.
Jawaban tersebut akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Selama
masalah ini belum terjawab, selama itu pula menusia tersesat tanpa tujuan yang jelas dan
tidak akan berjalan di dunia dengan tenang. Karena sifatnya yang demikian beberapa
pertanyaan pokok dan mendasar ini sering disebut sebagai uqdatul kubro
(masalah/simpul yang sangat besar).Pertanyaan mendasar tersebut berupa:

Darimanakah asal manusia dari kehidupan ini?

Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada?

Mau kemana manusia pada saat ini dan kehidupan setelah ini?
Bila pertanyaan ini terjawab, terlepas dari jawaban benar atau salah- maka
seseorang akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan
kehidupannya. Selanjutnya ia berjalan dengan suatu landasan dan berbuat dengan
standar dan nilai yang berlandaskan landasan tersebut.

Berikut ini merupakan simpulan permasalahan masyarakat kita akibat produk dunia
pendidikan:

1. Agama dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dengan pengaturan kehidupan


(sekularisme) sehingga agama (Islam) tidak lagi berperan sebagai pengendali
motivasi manusia (driving integrating motive) atau factor pendorong (unifying
factor).
2. Kepribadian peserta didik mengalami keguncangan citra diri (disturbance of self
image) dan kepribadian yang pecah (spli personality) sehingga tidak memiliki
kepribadian yang Islami (Asy Syakhshiyyah Al Islamiyyah).
3. Pola hidup masyarakat bergeser dari social-religius kearah masyarakat individual
materialistis dan sekuler.
4. Pola hidup sederhana dan produktif cenderung kearah pola hidup mewah dan
konsumtif.
5. Struktur keluarga yang semula extended family cenderung kearah nuclear family
bahkan menuju single parent family.
6. Hubungan keluarga yang semula erat dan kuat cenderung menjadi longgar dan
rapuh.
7. Nilai-nilai agama dan tradisional masyarakat cenderung berubah menjadi
masyarakat modern bercorak sekuler dan permissive society.
8. Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung untuk memilih
hidup bersama tanpa nikah.
9. Ambisi kerier dan materi yang tidak terkendali mengganggu hubungan
interpersonal baik dalam keluarga maupun masyarakat.
10. Jaminan terhadap kesehatan bagi masyarakat juga semakin jauh. Dengan adanya
swastanisasi pada pengelolaan kesehatan berakibat pada mahalnya biaya kesehatan.
Sementara fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah tetap tidak mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang memadai.

2.7.2. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan
Kehidupan Modern

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan
beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.

1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah
hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat
mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada
satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan
keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan
sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-
benda kramat, mengikis kepercayaan pada khurat, takhyul, jampi-jampi dan
sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat al-Fatihah ayat
1-7 .

2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak di antara


manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi
resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah.
Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam
QS 4 (al-Nisa):78

3. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan .

Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya.
Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan,
bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena kepentingan materi. Pegangan
orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS 11 (Hud):6

4. Iman memberikan katentraman jiwa

Seringkali orang dilanda keresahan dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan
kebimbangan. Orang yang beriman hatinya tentram, mempunyai keseimbangan, dan
jiwanya tenang karena Allah telah menjajikan pada umat muslim bahwa setiap
kebaikan yang mereka tanam pasti akan menuai hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan
firman Allah QS Al-Radu

5. Iman memberikan kehidupan yang baik

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan seseorang yang mampu menekankan
kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam
firman Allah surat Ar-Rad ayat 28.

6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Keimanan dan ketakwaan membuat seseorang selalu berbuat ikhlas , tanpa pamrih
kecuali keridhaan Allah. Orang yang mendengarkan kata hatinya akan
melaksanakannya berdasarkan moral dan bertanggungjawab terhadap konsekuensi
yang harus diterimanya. Firman Allah yang menegaskan sikap ikhlas terdapat pada
QS Al Anam : 62 yang artinya Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

7. Iman memberikan keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing
dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang
beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah QS Al-Baqarah : 5 yang artinya Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk
dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung

8. Iman mencegah penyakit

Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan


hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, melainkan juga menjadi kekuatan
yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat
terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman,
tentram, damai, dan sejahtera.
Setelah menguraikan bagaimana besarnya peranan iman dan takwa dalam
merevolusi dan mengorientasi karakter negatif pemuda sebagai generasi penerus
bangsa, seharusnya iman dan takwa dijadikan pedoman hidup dan dasar
pengembangan individu. Hal ini diharapkan pemuda muslim mampu mengubah
karakter negatif dalam dirinya dan dapat menyelaraskan diri dengan kemajuan
globalisasi yang mengarah pada modernisasi bukan westernisasi.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun
mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.

Wujud Iman ada 4, yakni:


1. Ilahiyah: Hubungan dengan Allah
2. Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3. Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4. Samiyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sami
Prinsip-prinsip pembentukan iman adalah
1. Prinsip pembinaan berkesinambungan
2. Prinsip internalisasi dan individuasi
3. Prinsip sosialisasi
4. Prinsip konsistensi dan koherensi
5. Prinsip integrasi
Taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa
yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah
dan menjauhi larangan.
Seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat
tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan
meninggalkan segala larangan-Nya.
MATERI 2 KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Makna Agama Islam Serta Karakteristiknya

2.1.1. Makna Islam

Kata Islam terambil dari kata salima yang bermakna selamat sejahtera, dan setelah
dibentuk menjadi aslama yang berarti menjadikan selamat sejahtera. Kata ini juga
memiliki makna menyerahkan diri kepada peraturan dan kemauan Allah, karena
diturunkan dan bersumber dari Allah SWT. Jadi kata Islam berarti damai, selamat,
sejahtera, penyabaran diri, taat, dan patuh.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengandung ajaran
untuk menciptakan kedamaian dan keselamatan hidup umat manusia pada khususnya, dan
semua makhluk Allah pada umumnya. Kondisi akan terwujud apabila manusia sebagai
penerima amanah Allah dapat menjalankan aturan tersebut secara benara dan Kaafah.
Islam adalah agama rahmatal lilalamin, yaitu suatu agama yang memberikan kesejukan,
kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan tidak hanya kepada pemeluknya, tetapi juga
kepada umat lain, bahkan kepada seluruh makhluk dan alam semesta. Sebagai agama
rahmatal lilalamin, ia mengajarkan kepada umat manusia bagaimana menghadapi dan
melaksanakan kehidupan yang bersifat pluralistik.

Historis keberagamaan Islam pada era kenabian Muhammad SAW, masyarakat religius
telah terbentuk dan telah pula menjadi kesadaran umum pada saat itu. Dalam kehidupan
yang plural, Islam mengajarkan setidaknya empat hal pokok, pertama, sebagai agama
tauhid, Islam mengajarkan adanya kesatuan penciptaan yaitu Allah SWT. Kedua, Sebagai
agama tauhid, Islam mengajarkan kesatuan kemanusiaan. Ketiga, sebagai agama tauhid
Islam mengajarkan kesatuan petunjuk, yaitu al Quran dan Sunnah Nabi SAW. Keempat,
sebagai konsekwensi logis dari ketiga pokok tersebut, maka bagi umat manusia hanya ada
satu tujuan dan makna hidup yaitu kebahagian di dunia dan kebahagian di akhirat. Untuk
mewujudkan kesatuan fundamental tersebut, maka setiap individu muslim harus
berpegang teguh pada ajaran agamanya dengan jalan mentaati peraturan-peraturan Allah
yang dirumuskan di dalam al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW.

2.1.2. Karakteristik Ajaran Agama Islam

Agama islam mempunyai karakter sebagai berikut :


1. Sesuai dengan fitrah manusia. Artinya ajaran agama islam mengandung petunjuk yang
sesuai dengan sifat dasar manusia ( Q.S al-Rum : 3 )
2. Ajarannya sempurna, artinya materi ajaran islam mencakup petunjuk seluruh aspek
kehidupan manusia. ( Q.S Al-Maidah )
3. Kebenaran mutlak. Kemutlakan ajaran islam dikarenakan berasal dari Allah yang
Maha Benar. Di samping itu kebenaran ajaran islam dapat dibuktikan melalui realita
ilmiyah dan ilmu pengetahuan. ( Q.S Alb-Baqarah: 147 )
4. Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan.
5. Fleksibel dan ringan. Artinya ajaran islam memperhatikan dan menghargai kondisi
masing-masing individu, dan tidak memaksakan umatnya untuk melakukan perbuatan
di luar batas kemampuannnya.
6. Berlaku secara universal, artinya ajaran islam berlaku untuk seluruh umat manusia di
dunia sampai akhir masa. ( Q.S al- Ahzab:40 )
7. Sesuai dengan akal pikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan akal
pikirannya. ( Q.S al- mujadalah:11 )
8. Inti ajarannya tauhid dan seluruh ajarannya mencerminkan ketauhidan kepada Allah
SWT
9. Menciptakan rahmat.

2.1.3. Islam Sebagai Rahmatan Lilalamin

Fungsi Islam sebagai rahmat tidak bergantung pada penerimaan atau penilaian manusia.
Substansi rahmat terletak pada fungsi ajaran tersebut dan fungsi itu baru akan dirasakan
baik oleh manusia sendiri maupun makhluk-makhluk yang lain. Apabila manusia sebagai
pengemban amanah Allah telah menta jalan tersebut. Fungsi islam sebagai rahmat bagi
sekalian alam tidak tergantung pada penerimaan atau penilain manusia. Fungsi Islam
sebagai rahmat Allah bagi semua alam itu dijelaskan oleh Allah dalam Q.S. Al-Anbiya
[21]:170.

Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam tersebut adalah:


1. Islam menunjuki manusia jalan hidup yang benar
2. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang
diberikan Allah secara bertanggung jawab.
3. Islam menghargai dan menghormati semua manusia sebagai hamba Allah,baik
muslim maupun non muslim.
4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional.
5. Islam menghormati kondisi spesifik individu dan memberikan perlakuan yang
spesifik pula.

2.2. Ukhuwah Persaudaraan dalam Islam

Kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati dan empati antara dua
orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau persamaan yang sama,
baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan itu menimbulkan
sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan, dan sikap
ntuk saling membagi kesenangan untuk pihak yang lain bila salah satu pihak menemukan
kesenangan. Ukhuwah atau persaudaraan berlaku kepada umat islam, yang disebut
ukhuwah islamiyah, dan berlaku pula untuk semua umat manusia secara universal tanpa
membedakan agama, suku, dan aspek-aspek kekhususan lainnya yang disebut ukhuwah
insaniyah.

2.2.1. Makna Ukhuwah Islamiyah

Kata Ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya perasaan simpati atau empati antara dua
orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki perasaan yang sama baik suka maupun
duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbale balik
untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan. Dan sikap untuk membagi
kesenangan kepada pihak lain. Ukhuwah dan persaudaraan yang berlaku bagi sesama
muslim disebut ukhuwah islamiyah.

Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan yang tidak dilandasi oleh keluarga,
suku, bangsa, dan warna kulit, namun karena perasaan seaqidah dan sekeyakinan. Nabi
mengibaratkan antara satu muslim dengan muslim lainnya ibaratkan satu tubuh. Apabila
ada satu bagian yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya. Rasulullah
SAW juga bersabda : tidak sempurna iman salah seorang kamu, sehingga ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri .
Hadis di atas berarti, seorang mulim harus dapat merasakan penderitaan dan kesusahan
saudara yang lainnya. Ia harus selalu menempatkan dirinya pada posisi saudaranya.
Antara sesama muslim tidak ada sikap saling permusuhan,dilarang mengolok-olok
saudaranya yang muslim. Tidak boleh berburuk sangka dan mencari kesalahan orang lain
( Q.S al-Hujurat: 11-12)

Sejarah telah membuktikan bagaimana keintiman persahabatan dan lezatnya persaudaraan


antara kaum muhajirin dan kaum anshar. Kaum muhajirin rela meninggalkan segala harta
dna kekayaann dan keluarganya di kampong halaman. Demikian juga kaum anshar
dengan penuh keikhlasan menyambut dan menjadikan kaum Muhajirin sebagai saudara.
Peristiwa inilah awal bersatunya dua hati dalam bentuk yang teorisentrik dan universal
sebagai hasil dari sebuah persaudaraan yang dibangun Nabi atas dasar kesamaan aqidah.

2.2.2. Makna ukhuwah insaniyah

Persaudaraan sesama manusia disebut ukhuwah insaniyah. Persaudaraan ini dilandasi


oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah. Perbedaan keyakinan dan
agama juga merupakan kebebasan pilihan yang diberikan Allah. Hal ini harus dihargai
dan dihormati.
Dalam praktek, ketegangan yang sering timbul intern umat beragama dan antar umat
beragama disebabkan oleh:
1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau missi
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama lain.
Arti keberagamannya lebih kepada sikap fanatisme dan kepicikan ( sekedar ikut-ikutan).
3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati
bahkan memandang rendah agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam
kehidupan bermasyarakat.
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama
maupun antar umat beragama.
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalh perbedaan pendapat.

Dalam pergaulan antar agama, semakin hari kita merasakan intensnya pertemuan agama-
agama itu. Walaupun kita juga semakin menyadari bahwa pertemuan itu kurang diisi
segi-segi dialogis antar imannya.
Dalam pembinaan umat Bergama, para pemimpin dan tokoh agama mempunyai peranan
yang besar, yaitu:
1. Menterjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama ke dalam kehidupan
bermasyarakat
2. Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh
masyarakat.
3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara yang
dilakukan untuk suksesnya pembangunan.
4. Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam
usaha pembangunan
5. Meredamkan api-api konflik yang ada dan berusaha mencari titk temu dan solusi

2.3. Kebersamaan dalam Pluralitas Beragama

Kata pluralisme diterjemahkan dalam berbagai interpretasi. Interpretasi popular dari


john Hick mengenai pluralisme ini adalah anggapan bahwa kebenaran merupakan satu hal
yang kolektif di antara semua agama, dan seluruh agama bisa menjadi sumber
keselamatan, kesempurnaan dan keagungan bagi para penganutnya
Nurchalis Madjid berpendapat bahwa pluralism tidak dapat dipahami hanya dengan
mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku
dan agama,yang hanya menggambarkan kesan pragmentasi, bukan pluralisme. Pluralisme
juga tidak bisa dipahami sekedar kebaikan negative yang hanya untuk menyingkirkan
kesan fanatisme. Bahkan pluralisme juga suatu keharusan bagi keselamatan umat
manusia, antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan yang
dihasilkannya.
Interpretasi lain tentang pluralisme tersorot kepada dimensi social kehidupan beragama.
Artinya, segenap penganut agama bisa hidup berdampingan secara damai dalam sebuah
masyarakat serta saling menjaga batas-batas dan hak masing-masing. Interpretasi ini
dikemukakan dalam Kamus Oxford, The principle that these different groups can live
together in peace in one society. Interpretasi yang kedua ini menurut pendukung
interpretasi versi John Hick keluar dari konteks pluralism dank arena itu mereka
mengartikannya dengan toleransi
Menurut pendapat Ali Rabbani, pluralisme agama yang bias diterima adalah pluralisme
dalam makna kedua, yakni kehidupan bersama secara rukun. Masing masing meyakini
kebenaran berada di pihaknya. Penulis sendiri juga sependapat dengan interpretasi kedua.
Karena jika kita meyakini kebenaran ada pada semua agama, maka kesaliman aqiqah kita
akan goyah.
Kebersamaan hidup antara orang islam dengan non muslim telah dicontohkan oleh
Rasulullah ketika beliau dengan para sahabat mengawali hidup di Madiah setelah hijarah.
Rasulullah mengikat perjanjian penduduk Madinah yang terdiri dari orang-orang kafir
dan muslim untuk saling membantu dan menjaga keamanan kota Madinah dari gangguan
musuh.
Kerukunan antar umat beragama di negri ini akan bisa terlaksana dengan baik, bila semua
pimpinan agama dan umatnya masing-masing mau menahan diri. Tidak merasa lebih
hebat dari umat lainnya. Namun apabila pemaksaan kehendak dan merasa superior, maka
hal itulah yang membuat tidak rukunnya umat beragama. Bukankah kata rukun itu
bermakna satu hati untuk saling menghargai dan menghormati yang lain. Demikian juga
dengan pimpinan Gereja di jalan Durung N0 61 kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan
Tembung, seharus nya mau bercermin dari kejadian di Bekasi itu. Toh umat Islam yang
mayoritas di tempat itu tidak pernah mengeluarkan rekomendasi agar rumah tersebut
dijadikan tempat kebaktian. Untuk itu pemerintah dan MUI harus segera turun tangan
sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Tulisan ini pun dimuat atas permintaan dan
desakan masyarakat muslim yang ada di sekitar jalan Durung.

2.3.1 Pandangan agama islam terhadap umat non islam

Dari segi akidah, setiap orang yang tidak mau menerima Islam sebagai agamanya disebut
kafir atau non muslim. Kata kafir berarti orang yang menolak, yang tidak mau menerima
atau menaati aturan Allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran Islam. Sikap
kufur, terhadap perintah Allah pertama kali ditunjukkan oleh iblis ketika diperintahkan
untuk sujud kepada Adam as sebagaimana yang dikisahkan dalam Q.S. 2 (Al-Baqarah) :
34. Ketika Rasulullah SAW mulai menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat Arab,
sebagian dari mereka ada yang menerima ajaran tersebut dan sebagiannya lagi menolak.
Orang yang menolak ajaran Rasulullah tersebut juga disebut kafir. Mereka terdiri dari
orang-orang musyrik yang menyembah berhala yang disebut orang Watsani dan orang-
orang ahli kitab, baik orang Yahudi maupun Nasrani. Di antara orang-orang kafir tersebut
ada yang mengganggu, menyakiti, dan memusuhi orang Islam dan di antaranya hidup
dengan rukun bersama orang Islam. Orang kafir yang menggangu, yang mnyakiti, dan
memusuhi oorang islam disebut kafir harbi, dan orang kafir yang hidup rukun dengan
orang Islam disebut dzimmi.

Kafir harbi adalah orang kafir yang memerangi orang Islam dan boleh diperangi oleh
orang Islam. Kafir dzimmi adalah orang kafir yang mengikat perjanjian atau menjadi
tanggungan orang Islam untuk menjaga keselamatan, atau keamanannya. Bila orang Islam
memilki kekuasaan politik dalam sebuah Negara Islam, maka kafir dzimmi ini menjadi
warga Negara Islam. Sebagai konpensasi dari dzimmah, untuk member jaminan
keamanan, mereka wajib membayar jizyah, pajak kepada pemerintah muslim. Kafir
seperti ini tidak boleh dibunuh selama ia masih menaati peraturan-peraturan yang
dikenakan kepada mereka. Ketentuan tersebut dijelaskan oleh Allah dalam Q.S. 9 (At-
Taubah) : 29.

2.3.2. Tanggung jawab sosial umat islam

Umat islam adalah umat yang terbaik yang di ciptakan Allah dalam kehidupan dunia
ini.Demikian firman Allah dalam QS. Ali Imran 3:110. Kebaikan umat islam itu bukan
sekedar simbolik, karena telah mengikrarkan keyakinan Allah sebagai Tuhannya dan
Muhammad SAW sebagai Rasulullah, tetapi karena identifikasi diri sebagai muslim
memberikan konsekuensi untuk menunjukan komitmennya dalam beribadah kepada Allah
dan berlaku sosial. Dalam al-Quran kedua komitmen itu disebut hablum minallah dan
hablum minannas. Allah mau menunjukan komitmen kehidupannya pada aspek tersebut.
Bentuk tanggung jawab sosial meliputi berbagai aspek kehidupan, diantaranya adalah :
Menjalin silahturahmi dengan tetangga. Dalam sebuah Hadits Rasulullah menjadikan
kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu indicator keimanan.
Memberikan Infaq sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalam bentuk zakat
maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah. Harta adalah rezeki yang Allah karuniakan
kepada hamba-Nya yang harus disyukuri baik secara lisan maupun melalui pemanfaatan
secara benar.

`Dalam QS. Ibrahim 14:7 Allah berfirman, yang artinya:


Dan (ingatlah) tatkala tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.

Bentuk tanggung jawab umat islam meliputi berbagai aspek kehidupan, di antaranya
adalah :
Menjalin silahturahmi dengan tetangga
Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dala bentuk
zakat maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah
Menjenguk apabila ada anggota masyarakat yang sakit dan taziah apabila ada
anggota masyarakat yang meninggal dengan mengantarkan jenazahnya sampai ke
kubur
Memberi bantuan menurut kemampuan bila ada anggota masyarakat yang
memerlukan bantuannya
Pentusunan sistem sosial yang efektif dan efisien untuk membangun masyarakat, baik
mental spiritual maupun fisik materialnya
.
2.3.3. Amar maruf dan nahi mungkar

Amar maruf dan nahi mungkar artinya memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan
mencegah perbuatan jahat. Sikap amar maruf nahimungkar akan efektif apabila orang
yang melakukannya juga memberi contoh. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran merupakan ciri utama masyarakat orang-orang yang beriman. Setiap kali
al-Qur'an memaparkan ayat yang berisi sifat-sifat orang-orang beriman yang benar, dan
menjelaskan risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali ada perintah yang jelas, atau anjuran
dan dorongan bagi orangorang beriman untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran, maka tidak heran jika masyarakat muslim menjadi masyarakat yang
mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran. Karena kebaikan negara dan rakyat tidak sempurna kecuali
dengannya. Al-Qur'an al karim telah menjadikan rahasia kebaikan yang menjadikan umat
Islam istimewa adalah karena ia mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Bentuk amar maruf dan nahi mungkar yang tersistem di antaranya adalah :
Mendirikan masjid
Menyelenggarakan pengajian
Mendirikan lembaga wakaf
Mendirikan lembaga pendidikan islam
Mendirikan lembaga keuangan atau perbankan syariah
Mendirikan media maasa islam : koran, radio, televisi, dan lainnya
Mendirikan panti rehabilitasi anak-anak nakal
Mendirikan pesantren
Menyelenggarakan kajian-kajian islam
Membuat jaringan informasi sosial; dan lain-lain

Sebagai agama yang universal dan komprehensif, islam mengandung ajaran yang integral
dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia. Islam tidak hanya mengajarkan tentang
akidah dan beribadah semata, tetapi islam juga mengandung ajaran dalam segala aspek
kehidupan.

2.4. Cara Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi
sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga kerukunan
antar umat beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar
umat beragama agar terjaga sekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragama dalam
masyarakat khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan cara sebagai berikut:

1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu
dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan
mau menghargai keyakinan orang lain.
2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi
salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.
3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian
dari sikap saling menghormati.
4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat
fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.

Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut
hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa
menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam
masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragma bisa terwujud.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, persamaan
hak dan mengakui adanya perbedaan agama. keberagaman agama menurut Islam adalah
sebuah aturan Tuhan (sunnatullah) yang tidak akan berubah, dan tidak mungkin dilawan
atau diingkari. Ungkapan ini menggambarkan bahwa Islam sangat menghargai
keberagaman karena Islam adalah agama yang dengan tegas mengakui hak-hak penganut
agama lain untuk hidup bersama dan menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh
kesungguhan demi terpeliharanya kerukunan antar umat beragama.
TAUHID
(TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

1. DEWI RATNASARI
2. DIAS RINDIANISA
3. DITA AMALIA HUSNA
4. DWI ASRI YULIANINGSIH
5. DWI DHOMAS NARWAHTUTI

JURUSAN GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

TANJUNGKARANG

TAHUN AJARAN 2012/2013


MATERI 1 TAUHID

BAB II

ISI

2.1. Pengertian Tauhid

Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan
Sifat-Nya.

Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT
semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia
yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang berhak
disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah
batil. Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha
Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT mempunyai nama-nama yang
indah dan sifat-sifat yang tinggi.

2.2 .Pengertian Tauhid uluhiyah

Tauhid uluhiyah yaitu mengesakan Allah SWT dengan semua jenis

ibadah, seperti: doa, shalat, takut, mengharap, dll. Pengertiannya : Seorang

hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT saja yang memiliki hak

uluhiyah terhadap semua makhlukNya. Hanya Dia SWT yang berhak untuk

disembah, bukan yang lain.

Karena itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari jenis

ibadah seperti: berdoa, shalat, meminta tolong, tawakkal, takut, mengharap,


menyembelih, bernazar dan semisalnya melainkan hanya untuk Allah SWT

semata. Siapa yang memalingkan sebagian dari ibadah ini kepada selain Allah

SWT maka dia adalah seorang musyrik lagi kafir.

Firman Allah SWT (QS. Al-Mukminun : 117)

Artinya : Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping

Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya

perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu

tiada beruntung.

Tauhid Uluhiyah kebanyakan manusia mengingkari tauhid ini. Oleh

sebab itulah Allah SWT mengutus para rasul kepada umat manusia, dan

menurunkan kitab-kitab kepada mereka, agar mereka beribadah kepada Allah

SWT saja dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.

1) sebagaimana dalam firman allah surat Al-Anbiya` :25

Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan

Kami wahyukan kepadanya : Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)

melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.


2) sebagaimana Firman Allah SWT surat An - Nahl 36

Artinya : Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat

(untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu, maka

di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula

di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah

kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang

mendustakan (rasul-rasul).(QS. An-Nahl :36).

Thaghut adalah syaitan dan apa saja yang disembah kecuali selain dari Allah

SWT.

2.3 .Pengertian Tauhid Rubbubiyah

Tauhid Rubbubiyah adalah mentauhidkan (mengesakan) Allah SWT dalam

penciptaan , pemberian rezeki , pemeliharaan alam semesta , penghancuran

alam semesta , pencabut nyawa , dan pembangkitan manusia .


Pengertiannya : seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah

SWT sematalah Rabb yang Menciptakan, Memiliki, Membolak-balikan,

Mengatur alam ini, yang sempurna pada zat, Asma dan Sifat-sifat, serta

perbuatan-Nya, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang Meliputi segala

sesuatu, di Tangan-Nya kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam QS. QS. Asy-Sura ayat 11 :

Artinya : (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis

kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-

pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak

ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar

dan Melihat. (QS. Asy-Sura : 11). Dan terdapat pula di Al Quran surat Az

Zumar ayat 62

Artinya :Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala

sesuatu.
Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun

yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum

atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena

kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka

mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat

dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal

ini sebagaimana firman Allah Qs Ath-Thur: 35-36

Artinya: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka

yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?

sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (Ath-Thur: 35-

36).

Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah

menjadikan seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang

musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui dan meyakini jenis

tauhid ini. Sebagaimana firman Allah, Katakanlah: Siapakah Yang memiliki

langit yang tujuh dan Yang memiliki Arsy yang besar? Mereka akan

menjawab: Kepunyaan Allah. Katakanlah: Maka apakah kamu tidak

bertakwa? Katakanlah: Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas


segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi

dari -Nya, jika kamu mengetahui? Mereka akan menjawab: Kepunyaan

Allah. Katakanlah: Maka dari jalan manakah kamu ditipu? (Al-Muminun:

86-89).

Yang amat sangat menyedihkan adalah kebanyakan kaum muslimin di

zaman sekarang menganggap bahwa seseorang sudah dikatakan beragama Islam

jika telah memiliki keyakinan bahwa Allahlah satu-satunya Sang Pencipta,

Pemberi rezeki, serta Pemilik dan Pengatur alam semesta.

2.4.Keterkaitan Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rubbubiyah.

Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah memiliki ketergantungan satu sama lain,

antara lain :

1) Tauhid Rububiyah mengharuskan kepada Tauhid Uluhiyah. Siapa yang

mengakui bahwa Allah SWT Maha Esa, Dia lah Rabb, Pencipta, Yang

Memiliki, dan yang memberi rizki niscaya mengharuskan dia mengakui

bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah SWT. Maka dia tidak

boleh berdoa melainkan hanya kepada Allah SWT, tidak meminta tolong

kecuali kepadaNya, tidak bertawakkal kecuali kepadaNya. Dia tidak

memalingkan sesuatu dari jenis ibadah kecuali hanya kepada Allah SWT

semata, bukan kepada yang lainnya. Tauhid uluhiyah mengharuskan bagi


tauhid rububiyah agar setiap orang hanya menyembah Allah SWT saja,

tidak menyekutukan sesuatu dengannya. Dia harus meyakini bahwa Allah

SWT adalah Rabb-Nya, Penciptanya, dan pemiliknya.

2) Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah terkadang disebutkan secara bersama-

sama, akan tetapi keduanya mempunyai pengertian berbeda. Makna

9
Rabb adalah yang memiliki dan yang mengatur dan sedangkan makna

ilah adalah yang disembah dengan sebenarnya, yang berhak untuk

disembah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

Dan terkadang keduanya disebutkan secara terpisah, maka keduanya

mempunyai pengertian yang sama, seperti firman Allah SWT dalam surat al

an`am ayat 164 yang Artinya :

Artinya: Katakanlah: Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah,

padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat

dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang


yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada

Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang

kamu perselisihkan. (QS. An-Anaam:164).

2.5.Hakikat dan Inti Tauhid

Hakekat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua

perkara berasal dari Allah SWT, dan pandangan ini membuatnya tidak menoleh

kepada selainNya SWT tanpa sebab atau perantara. Seseorang melihat yang

baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dan semisalnya,

semuanya berasal dariNya SWT. Seseorang menyembahNya dengan ibadah

yang mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah kepada yang

lain.

2.6.Buah Hakikat Iman

Seseorang hanya boleh tawakkal kepada Allah SWT semata, tidak

memohon kepada makhluk serta tidak memperdulikan celaan mereka. Ia ridha

kepada Allah SWT, mencintaiNya dan tunduk kepada hukumNya.

Tauhid Rububiyah diakui manusia dengan naluri fitrahnya dan

pemikirannya terhadap alam semesta. Tetapi sekedar mengakui saja tidaklah


cukup untuk beriman kepada Allah SWT dan selamat dari siksa. Sungguh iblis

telah mengakuinya, juga orang-orang musyrik, namun tidak ada gunanya bagi

mereka. Karena mereka tidak mengakui tauhid ibadah kepada Allah SWT

semata.

Siapa yang mengakui Tauhid Rububiyah saja, niscaya dia bukanlah seorang

yang bertauhid dan bukan pula seorang muslim, serta tidak

dihormati/diharamkan darah dan hartanya sampai dia mengakui dan

menjalankan Tauhid Uluhiyah. Sehingga dia bersaksi bahwa tidak Ilah

(sesembahan) yang berhak disembah selain Allah SWT semata, tidak ada sekutu

bagiNya. Dan dia mengakui hanya Allah SWT saja yang berhak disembah,

bukan yang lainnya. dan konsekuensinya adalah hanya beribadah kepada Allah

SWT saja, tidak ada sekutu bagiNya.

2.7.Keutamaan Tauhid

1. Dari Ubadah bin ash-Shamit r.a, bahwasanya Nabi SAW bersabda,

Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain

Allah SWT. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan sesungguhnya Muhammad

SAW adalah hamba dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa adalah hamba dan

Rasul-Nya, serta kalimah-Nya yang diberikan-Nya kepada Maryam dan


Ruh dari-Nya. Dan (siapa yang bersaksi dan meyakini bahwa) surga

adalah benar, neraka adalah benar, niscaya Allah SWT memasukkannya

ke dalam surga berdasarkan amal yang telah ada. Muttafaqun alaih.

2. Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW

bersabda, Allah SWT berfirman, Wahai keturunan Adam, selama kamu

berdoa dan mengharap kepada-Ku, niscaya Kuampuni semua dosa kalian

dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosanya). Wahai keturunan

Adam, jika dosamu telah sama ke atas langit, kemudian engkau meminta

ampun kepada-Ku, niscaya Kuampuni dan Aku tidak perduli (sebanyak

apapun dosamu). Wahai keturunan Adam, jika engkau datang kepadanya

dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau datang menemui-Ku

dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya Aku datang

kepadamu dengan ampunan sepenuhnya (bumi). HR. at-Tirmidzi.

2.8.Balasan Ahli Tauhid

Dari Jabir r.a, ia berkata, Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW

seraya berkata, Wahai Rasulullah, apakah dua perkara yang bisa dipastikan?

Beliau menjawab, Siapa yang meninggal dunia dan keadaan tidak

menyekutukan sesuatupun dengan Allah SWT niscaya dia masuk surga dan
siapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan sesuatu dengan

Allah SWT, niscaya dia masuk neraka. HR. Muslim.

2.9.Kesempurnaan Tauhid

Tauhid tidak sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada Allah

SWT semata, tiada sekutu bagi-Nya dan menjauhi thaghut, seperti firman Allah

SWT(QS. An-Nahl :36); Yang Artinya : Dan sungguhnya Kami telah

mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah

(saja), dan jauhilah Thaghut itu, maka di antara umat itu ada orang-orang yang

diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah

pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan

perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-

rasul).

Thaghut adalah setiap perkara yang hamba melewati batas dengannya berupa

sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti seperti peramal dan para ulama

jahat, atau yang ditaati seperti para pemimpin atau pemuka masyarakat yang

ingkar kepada Allah SWT. Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:

1. Iblis (semoga Allah SWT melindungi kita darinya),

2. Siapa yang disembah sedangkan dia ridha

3. Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,


4. Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,

5. Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

1. Pengertian Tauhid
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan
Sifat-Nya

2. Tauhid uluhiyah yaitu mengesakan Allah SWT dengan semua jenis

ibadah, seperti: doa, shalat, takut, mengharap, dan lain lain.


3. Tauhid Rubbubiyah adalah mentauhidkan (mengesakan) Allah SWT
dalam penciptaan , pemberian rezeki , pemeliharaan alam semesta ,
penghancuran alam semesta , pencabut nyawa , dan pembangkitan
manusia .
4. Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:

1. Iblis (semoga Allah SWT melindungi kita darinya),

2. Siapa yang disembah sedangkan dia ridha

3. Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,

4. Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,

5. Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.


MATERI 2 MASYARAKAT

MASYARAKAT

Masyarakat Beradab dan Sejahtera

Kode Masyarakat Madani

Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Berbangsa

MASYARAKAT BERADAP DAN SEJAHTERA

Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu, bergaul
dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran pada diri setiap anggotanya
sebagai suatu kesatuan.

Masyarakat berarti sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan
yang mereka anggap sama. Dari pengertian ini dapat dicontohkan istilah masyarakat desa, ialah
masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian utama bercocoktanam, perikanan,
peternakan atau gabungan dari ketiganya ini, yang sistem budayanya mendukung masyarakat itu.
Masyarakat modern berarti masyarakat yang sistem perekonomiannya berdasarkan pasar secara
luas, spesialisasi di bidang industri, dan pemakaian teknoligi canggih (Kamus Besar, l990:564)

Asal usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang
senantiasa membutuhkan orang lain. Dari fitrah ini kemudian mereka berinteraksi satu sama lain
dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan hubungan sosial yang pada gilirannya
menumbuhkan kesadaran akan kesatuan. Untuk menjaga ketertiban daripada hubungan sosial itu,
maka dibuatlah sebuah peraturan.

Dalam perkembangan berikutnya, seiring dengan berjumlahnya individu yang menjadi anggota
tersebut dan perkembangan kebudayaan, masyarakat berkembang menjadi sesuatu yang kompleks.
Maka munculah lembaga sosial, kelompok sosial, kaidah-kaidah sosial sebagai struktur masyarakat
dan proses sosial dan perubahan sosial sebagai dinamika masyarakat.

Allah berfirman:

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar - Q.S. ar-Rum/30:41)

Allah berjanji, jika suatu masyarakat taat akan aturan-aturan Allah, jauh dari sifat-sifat
biadab, Allah pasti akan menurunkan berkah dari langit maupun bumi yang menjadikan masyrakata
itu makmur, sejahtera, tidak ada gangguan maupun kesulitan. Tetapi jika sebaliknya,
mengedepankan sifat-sifat biadab Allah akan menimpakan siksa. Alquran mengatakan:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami akan siksa mereka disebabkan perbuatannya.

MASYARAKAT MADANI

Masyarakat ideal menurut ajaran islam adalah Masyarakat yang taat pada aturan allah yang hidup
dengan damai dan tentram, yang tercukupi kebutuhan lainnya.

Contohnya :

Pada masa kehidupan Rasulullah SAW di madinah, beliau diberi kepercayaan dan menunjukkan
ketaatannya pada kepemimpinan Rasulullah SAW, hidup dalam kebersamaan dan menjadikan Al-
Quran sebagai landasan hidupnya.

Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani, yaitu:

1)Masyarakat Saba, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman

2)Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjian Madinah antara Rasullullah SAW beserta
umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus
dan Khazraj.
Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah keadilan sosial,
egalitarianisme, pluralisme, supremasi hukum, dan pengawasan sosial. Keadilan sosial adalah
tindakan adil terhadap setiap orang dan membebaskan segala penindasan. Egalitarianisme adalah
kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis, agama, suku, dll. Pluralisme adalah sikap menghormati
kemajemukan dengan menerimanya secara tulus sebagai sebuah anugerah dan kebajikan.
Supremasi hukum adalah menempatkan hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa
memandang atas dan bawah

Dalam mewujudkan masyarakat madani dibutuhkan manusia-manusia yang secara pribadi


berpandangan hidup dengan semangat Ketuhanan, dengan konsekuensi tindakan kebaikan kepada
sesama manusia. Untuk itu, Nabi telah memberikan keteladanan dalam mewujudkan ciri-ciri
masyarakat madani.

Masyarakat madani membutuhkan adanya pribadi-pribadi yang tulus yang mengikatkan jiwa pada
kebaikan bersama. Tetapi, meskipun demikian komitmen pribadi saja sebenarnya tidak cukup.
Mengingat itikad baik bukan perkara yang mudah diawasi dari luar diri. Maka harus diiringi dengan
tindakan nyata yang mewujud dalam bentuk amal saleh. Tindakan ini harus diterapkan dalam
kehidupan kemasyarakatan, dalam tatanan kehidupan kolektif yang memberi peluang adanya
pengawasan. Pengawasan sosial aalah konsekuensi langsung itikad baik yang diwujudkan dalam
tindakan kebaikan.
Peran Umat Beragama Dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera

1. Landasan

Masyarakat, sebagaimana masyarakat madani binaan Rasulullah, didasarkan pada Alquran dan
Assunnah beliau sendiri. Petunjuk Alquran yang langsung berkenaan dengan masyarakat beradab
dan sejahtera didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

a. Tauhid

b. Perdamaian

c. Saling Tolong Menolong

2. Aktualisasi Ajaran

Betapa pun rasional dan terperinci suatu ajaran, doktrin, ia hanya terdiri atas sejumlah pasal,
diktum, prinsip yang berisi himbauan, perintah, informasi, larangan, riward, dan punishment. Ajaran
hanya akan bermakna kalau dipandang penting oleh pemilik, penganut, dan pendukung ajaran.
Dengan kata lain ajaran menjadi nilai sebagai acuan berbuat baik oleh individu, kelompok, maupun
budaya (S.Takdir, l982:20-30). Sebaliknya jika diabaikan, ajaran hanya berhenti sebagai potensi dan
tidak pernah berubah menjadi aktus.

Peran Umat Beragama Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani Dan Sejahtera

1. Bagaimana aktualisasi iman dalam kepedulian sosial di dalam masyarakat majemuk

2. Bagaimana kenyataan aktualisasi keimanan dalam kehidupan sosial masyarakat majemuk

3. Bagaimana peran iman dalam bentuk kepedulian sosial dalam masyarakat majemuk

Seperti kita ketahui negara Indonesia yang kita cintai ini terdiri atas berbagai etnis , agama,
budaya, dan kehidupan sosial, serta latar belakang pendidikan yang berbeda. Perbedaan inilah
kadang membuat kita pecah. Disatu pihak SDM yang demikian dapat menciptakan persatuan dan
kesatuan dalam membangun masyarakat dan sisi lain dapat pula terjadi konflik antar etnis.

Dari firman Allah SWT tersebut mengandung bahwa:

1.Umat manusia berasal dari asal yang sama yaitu ADAM

2.Perkembangan selanjutnya yaitu bahwa manusia terjadi dari zat yang sama yaitu setetes nutfah
sang ayah dan sel telur sang ibu .
(TUGAS MATA KULIAH AGAMA ISLAM)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

DEPPY LIASARI

EKA PUTRI RAHMADANI

ELISA FAJRIN SIDIK

ELOK PUSPA WARDHANI

FARIQOH

FAUZIYAH ARIF FATHIN

JURUSAN GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

TANJUNG KARANG

2012/2013
KELOMPOK 4

MATERI 1 ISLAM SEBAGAI PEDOMAN HIDUP

BAB II
ISI

I. ISLAM SEBAGAI PEDOMAN HIDUP


Islam memberikan konsepsi yang lengkap dan sempurna tentang seluruh aspek kehidupan
dengan konsepsi yang benar.
1. Keyakinan ( al-itiqodi)
2. Akhlak (al-akhlaqi)
3. Tingkah laku (as-suluki)
4. Perasaan (asy-syuuri)
5. Pendidikan (at-tarbawi)
6. Sosial (Al-ijtimai)
7. Politik (as-siyasi)
8. Ekonomi (al-istishadi)
9. Militer (al-askari)
10.Peradilan (al-jina-i)

1. Keyakinan ( al-itiqodi)
QS Al Baqoroh ayat 255
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa
yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya?
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Maha Tinggi lagi Maha besar.

Yakni keyakinan tentang Tuhan, nama dan sifatnya; kekuasaan wewenang dan hak-hakNya;
pengawasan-Nya, pembalasan-Nya di dunia dan di akhirat; tentang nabi dan Rasul; atentang
alam ghaib, malaikat, jin, iblis, setan, kehidupan sesudah mati; alam barzah; kebangkitan;
hisab, surga, neraka dan hal-hal ghaib lainnya. semua dijelaskan tuntas dalam aqidah
Islamiyah.

2. Akhlak (al-akhlaqi)
QS Al Araaf ayat 96
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
QS Ar Rad ayat 28
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Yakni sikap moral manusia terhadap Allah, dirinya, sesama manusia dan alam semesta.
Aqidah islamiyah akan membentuk kesadaran untuk sealu berbuat yang terbaik dan
menghindari yang buruk.

3. Tingkah laku (as-suluki)


QS Surat Al Baqoroh ayat 138 Shibghah Allah*).
Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan Hanya kepada-Nya-lah
kami menyembah.
Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah
yang tidak disertai dengan kemusyrikan. Yakni tindakan psikomotorik yang bersumber dari
aqidah dan akhlak-Nya. Sistem Islam mengarahkan agar budaya perilaku manusia menjadi
mulia dan terhormat.
4. Perasaan (asy-syuuri)
QS Ar Ruum ayat 30
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui

Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu
agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka
tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
QS Asy SyuaraaSurat 26 ayat 192 195
Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam, 193.
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. Dengan bahasa
Arab yang jelas.

Yakni perilaku jiwa dalam merespon segala sesuatu. Perasaan sangat dipengaruhi oleh aqidah
dan akhlak. Islam secara sempurna menyentuh aspek ini sehingga melahirkan generasi yang
lembut, sensitif, tegas dan welas asih sesuai konteks yang melatarbelakangi.

5. Pendidikan (at-tarbawi)
QS Al Baqoroh surat ke 2 ayat 151
Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah
mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu
dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
QS Ali Imran surat ke 3 ayat 164.
Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka
adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
QS surat Al Jumuah ayat 2.
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata:
Islam sebagai pedoman hisup harus dipahami dengan baik dan diwariskan pemahamannya
kepada generasi penerus agar mereka tidak sesat, prosestersebut hany berhasil melalui
pendidikan yang Islami.
6. Sosial (Al-ijtimai)
Surat An Nur surat ke 24 ayat 2-10 yaitu
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-
laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang
yang mukmin. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh
itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang bertaubat
sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak
ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat
kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang
benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa lanat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang
yang berdusta. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama
Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan
(sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang
yang benar. Dan Andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan
(andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan
mengalami kesulitan-kesulitan).

maksud ayat ini ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang berzina, demikian
pula sebaliknya. Yang dimaksud wanita-wanita yang baik disini adalah wanita-wanita yang
suci, akil balig dan muslimah.
maksud ayat 6 dan 7: orang yang menuduh Istrinya berbuat zina dengan tidak mengajukan
empat orang saksi, haruslah bersumpah dengan nama Allah empat kali, bahwa dia adalah
benar dalam tuduhannya itu. Kemudian dia bersumpah sekali lagi bahwa dia akan kena laknat
Allah jika dia berdusta. Masalah Ini dalam fiqih dikenal dengan Lian.
Interaksi sosial manusia tidak lepas dari sentuhan Islam. Islam mengatur sedemikian sehingga
tercipta hubungan sosial yang harmonis, penuh kasih sayang dan bebas dari permusuhan.

7. Politik (as-siyasi)
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan
jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya,
lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.
(Al-Maidah:48)

Sebagai khalifah Allah di buim, kita tidak akan lepas dari masalah politik, baik sebagai
subyek maupun obyek. Dengan Islam Allah mengatur bagaimana seharusnya politik dan
berpolitikitu.
Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah sangat urgent
dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik yang sejatinya, tidak sama dengan
pemahaman selama ini dalam ilmu politik secara umum, yaitu berpolitik yang hanya
dimaksudkan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita
berpartisipasi dalam politik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan
memperjuangkan kepentingan masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin
untuk memperbaiki sistem yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan gerakan berpartai dan berpolitik,
disebut dengan Jihad Siyasi (Perjuangan Politik). Dalam bahasa Imam Hasan Al-Banna,
perjuangan ini dikatagorikan dalam marhalah rukun amal yang disebut Ishlahul
Hukumah (Perbaikan Pemerintahan).
Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact kepada dimensi
kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan dakwah. Yang berujung
kepada pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada
dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan aset-aset negara dan
pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu memelihara identitas
atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi spirituil dalam aspek sosial budaya.
Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia dakwah saja
dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia politik adalah dunia rawan dan
beranjau, dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-
menggunjing, halal menjadi haram, haram menjadi halal, atau menyetujui demokrasi yang
merupakan produk Barat, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah
seruan ini seperti orang yang mengatakan dulu: Islam Yes, Politik No. Sebuah adigium
yang dulu merupakan musuh bersama umat Islam dan dai yang mengajak kembali manusia
kepada Islam secara kaffah atau komprehensif.
Dan bila ada sebagian kader yang tergelincir dan terjerumus dalam permainan sistem yang
destruktif negatif, maka tugas umat, organisasi massa Islam atau organisasi politik Islam
untuk menyiapkan sarana dan prasarana agar setiap yang terjun ke dunia politik tetap
istiqamah dalam menjalankan amanah yang dibebankan kepadanya dan tetap menjaga
integritas diri.

8. Ekonomi (al-istishadi)
Untuk menunaikan tugas-tugas dan agar bisa bertahan hidup, manusia melakukan kegiatan
ekonomi. Islam mengatur agar kegiatan ekonomi itu bukan untuk memenuhi kesengangan
sesaat, namun menyiapkan kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat nanti.

9. Militer (al-askari)
Manusia perlu menyiapkan kekuatan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensinya

10. Peradilan (al-jina-i)


Manusia diberi hak membuat aplikasi hukum dan perundang-undangan, baik perdata maupun
pidana.

METODE MASUK ISLAM

Sesungguhnya cara/metode Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam dalam mengajak


orang-orang Kafir kedalam Islam adalah:

1. Mengajak mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain
Allah" dan bahwasanya Muhammad adalah utusan/Rasul Allah.

Diantara hadits yang menyebutkan hal itu adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi Wasallam ketika mengutus Mu'az ke Yaman, beliau bersabda kepadanya :
"Sesungguhnya engkau mendatangi suatu kaum Ahlul Kitab, maka hendaklah yang
pertama engkau lakukan adalah mengajak mereka kepada bersaksi bahwa tiada
Tuhan yang haq melainkan Allah". Dan dalam riwayat yang lain :"hingga mereka
bertauhid kepada Allah ;

2. Jika mereka meresponsnya dengan baik, beliau mengajak mereka kepada syari'at
Islam lainnya berdasarkan urgensinya dan pertimbangan situasi dan kondisinya. Jika mereka
mena'atimu dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan bagi mereka lima shalat waktu dalam setiap hari semalam; jika mereka
mena'atimu dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan kepada mereka membayar zakat yang diambil dari orang-orang kaya diantara
mereka untuk dikembalikan/diberikan kepada orang-orang fakir diantara mereka; jika mereka
mena'ati hal itu, maka jauhilah/berhati-hatilah terhadap harta-harta yang paling mereka
utamakan dan banggakan dan takutlah terhadap doa orang yang dizhalimi karena tiada
hijab/pelindung antara doanya dan Allah.

Dan diantaranya lagi adalah hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim dari Sahl bin Sa'd as-Sidi, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda
kepada 'Ali radhiallahu 'anhu ketika beliau akan memberinya panji pada hari perang Khaibar:
"Lakukanlah dengan perlahan hingga engkau turun ke lapangan menghadapi mereka,
kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan beritahukanlah kepada mereka hak Allah yang
wajib atas mereka. Demi Allah! sungguh, Allah beri hidayah di tanganmu seorang saja
adalah lebih baik bagimu daripada onta merah (barang yang paling berharga dan bernilai
paling tinggi bagi orang Arab saat itu).
Dalam riwayat yang lain : " ..maka ajaklah mereka kepada bersaksi bahwa tiada
Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah".

BERSUCI DENGAN MANDI BESAR

Para Ulama berbeda pendapat mengenai hukum mandi bagi orang Kafir yang masuk
Islam (dalam beberapa pendapat-pendapat :
1. Hal itu adalah wajib : ini adalah pendapat Imam Malik, Ahmad dan Abu Tsaur
rahimahumullah- ; berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan an-Nasai dari
Qais bin 'Ashim radhiallahu 'anhu- dia berkata : "aku telah mendatangi Nabi Shallallahu
'alaihi Wasallam untuk masuk Islam, maka beliau memerintahkanku untuk mandi dengan air
yang bercampur daun bidara" . Jadi, perintah disini adalah mengindikasikan suatu
kewajiban.
2. Hal itu adalah sunnah, kecuali bila telah terjadi padanya jinabah (yang mewajibkan
mandi junub) ketika masa kafirnya maka wajib baginya untuk mandi : ini adalah pendapat
Imam asy-Syafi'i dan sebagian pengikut mazhab Hanbali.
3. Hal itu tidak wajib sama sekali dalam kondisi apapun, bahkan yang disyari'atkan
baginya adalah mandi berdasarkan hadits tersebut dan hadits lain yang semakna : ini adalah
pendapat Imam Abu Hanifah. Adapun masalah khitan/sunatan, maka hal itu wajib bagi kaum
laki-laki dan adalah suatu kehormatan bagi kaum wanita (yang melakukannya), akan tetapi
jika ajakan kepada orang yang ingin masuk Islam untuk berkhitan itu ditunda dulu untuk
beberapa waktu hingga hatinya mantap dalam Islam dan telah merasa tenteram/tenang maka
hal itu adalah baik membuatnya lari dari, sebab ditakutkan dengan menyutuhnya segera
berkhitan itu justru Islam. Maka berdasarkan hal ini, apa yang anda (penanya) suruh untuk
dilakukan oleh sepasang suami isteri tersebut saat masuk Islam adalah benar.

Ibadah dalam Islam

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut
syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu.
Definisi itu antara lain adalah:

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
Rasul-Nya.

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza
wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga
ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah
(takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).
Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan
badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-
Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki
Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. [Adz-Dzaariyaat: 56-58]

Makna Ibadah
Secara bahasa ibadah berarti tunduk dan taat. Sedangkan menurut istilah, ibadah berarti
segala perkataan dan perbuatan yang dicintai serta diridhai Allah swt, baik yang bersifat
lahir (nampak) maupun bathin (tersembunyi).

Syarat Diterimanya Ibadah


Tiga syarat yang harus dipenuhi agar ibadah kita diterima Allah swt:

1. Lillah, yaitu niat yang ikhlash, niat hanya karena Allah swt semata, niat hanya untuk
mencari keridhaan Allah swt.
2. Billah, yaitu pelaksanaannya seperti yang diperintahkan Allah dan yg dicontohkan
oleh Rasulullah (ittiba'). Misalnya, kita mecontoh bagaimana Rasulullah shalat,
puasa, bersillaturrahiim, bertetangga, bertutur kata, memimpin umat dan sebagainya.
3. Illallaah, yaitu dengan tujuan hanya untuk mencari keridhaan Allah semata. Firman
Allah: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. 2:207)

Taqwa adalah tujuan Ibadah.


"Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertaqwa". (QS. 2:21)
Ayat tersebut menerangkan bahwa tujuan dari ibadah adalah untuk membentuk insan yang
bertakwa. Jika ibadah itu tidak menghasilkan takwa, maka perlu ditinjau kembali kebenaran
niat & pelaksanaan ibadah tersebut. Apakah sudah benar ia berniat dengan ikhlash mencari
ridho Allah, apakah cara pelaksanaannya sudah sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasulullah.

Hasil dari takwa seorang muslim yang telah mampu mencapai derajat takwa akan diberi
Allah beberapa hal, diantaranya:

1. Furqan, yaitu pembeda antara yang haq dan yang bathil.

"Hai orang- orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan kepadamu furqaan ..." (QS. 8:29).

Banyak orang yang kini melihat sesuatu yg bathil itu seperti yang haq dan sebaliknya
sesuatu yang haq itu seperti yang bathil hingga terjadi percampuran antara haq &
kebathilan. Disinilah urgensi furqaan, yang dengannya kita dapat membedakan dan
melihat dengan jelas bahwa sesuatu yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil.

2. Jalan keluar, rizki dan kemudahan.

"...Barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya


jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya ... Dan
barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya". (QS. 65:2,3,4).

Misalnya sebuah keluarga berada dalam kesulitan ekonomi. Tiba-tiba secara tidak
disangka-sangka keluarga tersebut mendapat hadiah yang dapat mereka gunakan
untuk meringankan beban ekonomi tersebut. Inilah rizki yang Allah janjikan bagi
orang yang bertakwa.

3. Berkah atau kebaikan yang banyak.

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami


akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, ..." (QS. 7:96).
Sepiring makanan yang mempunyai berkah akan dapat mengenygkan sekeluarga.
Sebalik-nya, makanan yang tidak mengandung berkah tidak akan dapat
mengenyangkan, walaupun hanya satu orang.

4. Ampunan & Surga.

Dan bersegera-lah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yg luasnya
seluas langit dan bumi yg disediakan untuk orang-orang yg bertaqwa, (QS. 3:133)

Selain itu masih banyak lagi hasil dari takwa yg disebutkan dalam Al-Quran. Siapakah yang
ingin mendapat anugerah tersebut? Berusahalah menjadi manusia yang bertakwa dengan
jalan taat beribadah kepada-Nya.

Nilai-nilai ajaran agama islam dalam bermasyarakat


Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Sebaik-baik manusia adalah yang paling berguna bagi manusia. (HR. Ath-Thabarani dan Ad-
Daruquthni dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-
Jami no. 3289)

Usia agama Islam sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menjangkau lebih 1400
tahun. Kemandirian Islam beradaptasi dengan perubahan zaman, masa dan pemikiran
manusia tidak mencalarkan sifatnya malahan ia menjadi agama yang unggul dan paling cocok
dengan fitrah kemanusiaan manusia.
Namun, di kalangan umat Islam mereka menjelaskan intipati akidah melalui kehidupan yang
berbeza. Ini adalah kerana Islam telah meresapi semua kebudayaan bangsa sehingga proses
asimilasi telah meruntuhkan ketegaran budaya aslinya. Misalnya, masyarakat Islam di negara
China tidak mempraktiskan Islam seperti masyarakat Islam di Negara Arab. Begitu juga,
masyarakat Islam di Eropah mengamalkan Islam dalam kontek yang berbeza daripada
masyarakat Islam di asia khususnya Malaysia dan Indonesia. Momennya, berlaku hubungkait
di antara masyarakat ini ialah pendasaran pada sunnahtullah iaitu al-Quran dan sunnah walau
apapun kontek dan suasana masyarakatnya.
Kertas kerja ini mencirikan sifat-sifat umum masyarakat Islam yang mengakari kemusliman
mereka. Bahkan kehilangan sifat-sifat ini akan mencacatkan radiasi keabsahan Islam pada
seseorang individu dan seluruh masyarakatnya.

1. Masyarakat yang dibina atas akidah Tauhid


Allah SWT mengutuskan para rasul untuk membebaskan manusia daripada syirik iaitu
menyembah Tuhan selain Allah. Tauhid menjadi intipati utama dakwah para rasul khususnya
para rasul yang tergolong sebagai Ulul Azmi. Misalnya, Nabi Ibrahim AS berdakwah kepada
kaumnya (Raja Namrud), begitu Nabi Nuh AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS sehinggalah
Nabi Muhammad SAW.
Misi Rasulullah SAW di Mekah selama 13 tahun adalah membebaskan masyarakat Arab
Jahiliah daripada perbuatan syirik. Ayat-ayat Makiyyah menyeru kepada mengesakan Allah.
Dalam Surah al-Kafirun misalnya menegaskan bahawa orang-orang yang beriman amat
berbeza dengan orang kafir. Sifat utama orang beriman adalah beriman kepada Allah, para
malaikat, kitab, para rasul, hari kiamat, qodho dan qodar. Mereka membuang segala
perbuatan yang menyerupai orang-orang kafir. Percaya dan yakin bahawa peranan mereka
adalah sebagai hamba dan khalifah Allah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah
dan rasul.
Tauhid juga bermaksud orang-orang beriman meletakkan Allah dan Rasulullah SAW sebagai
matlamat utama melebihi perkara lain. Seperti sifat Abu Bakar As-Siddiq kala dipukul kafir
Quraisy tetapi masih bertanyakan Rasulullah SAW apabila tersedar daripada pengsan. Ini
menunjukkan kasih dan cintanya kepada Rasulullah SAW melebihi dirinya sendiri.
Masyarakat Islam juga adalah masyarakat yang teguh serta sanggup menggadaikan nyawa
demi keyakinan terhadap Allah dan rasul seperti keluarga Yasir dan Sumayyah yang
meningga dunia di tangan musuh serta keteguhan Bilal bin Rabah mempertahankan
akidahnya walaupun disiksa oleh Abu Jahal.
Masyarakat Islam berteraskan akidah telah dimodelkan oleh para sahabat baginda SAW yang
mula mula memeluk Islam. Mereka sanggup dimusuhi saudara kerana memilih Islam,
mereka memilih untuk hidup melarat dan miskin serta berjuang harta dan nyawa demi Islam,
pasukan Muhajirin sanggup meninggalkan kampung halaman serta keluarga yang dicintai
termasuk Zainab, Puteri sulung Rasulullah SAW. Beliau tinggalkan suaminya Abu Al- Ash
yang masih musyrik kerana menyahut seruan Allah membuka tapak baru di Madinah.
Masyarakat berteraskan akidah yang benar hanya akan menggunakan al-Quran dan sunnah
sebagai panduan hidup. Selain keduanya, mereka akan menolak. Bahkan prinsip akidah Islam
yang tegas tidak akan membenarkan umatnya bertoleransi dengan agama lain apatah lagi
merayakan hari-hari kebesaran mereka. Kisah-kisah pejuang Islam sepanjang zaman yang
teguh mempertahankan akidah boleh menjadi tauladan kepada umat Islam sekarang seperti
perjuangan Badiuzzaman Said Nursi, Hassan al-Banna, Syed Qutb, Tok Kenali dan lain-lain.

2. Masyarakat Yang Benar


Kesan daripada akidah Tauhid yang mendokongi iman adalah ibadah, amal, akhlak dan sikap
yang ikhlas dan benar. Dr Wahbah az-Zuhaili dalam bukunya Akhlak Muslim menjelaskan
bahawa sifat benar hanya terdapat pada orang mukmin. Firman Allah Taala bermaksud;
Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kamu bersama
orang-orang yang benar
Surah at-Taubah;119
Allah juga menyebut dalam surah al-Ahzab ayat 35 tentang sifat orang beriman bermaksud;
Lelaki-lelaki yang benar dan perempuan-perempuan yang benar.

Sebaliknya, mereka yang beriman tetapi tidak berkelakuan as-Siddiq atau benar, Allah
menyifatkan mereka sebagai al-mukazzibin (penipu). Sifat penipu atau tidak amanah
termasuk sebagai sifat munafik. Dalam surah as-Soff menyebutkan; Wahai orang-orang yang
beriman mengapa kamu mengata sesuatu yang tidak kamu laksanakan? Perbuatan tidak
amanah sangat besar dosanya di sisi Allah.

Daripada diri mukmin yang benar dan bersih, akan melahirkan keluarga dan ahli masyarakat
yang baik. Tauladan ini boleh diambil daripada kisah-kisah para solihin yang telah
melahirkan generasi gemilang kerana mengamalkan Islam (bersih) dalam kehidupan.
Contohnya, Maryam, ibu Nabi Isa AS. Seorang wanita yang suci dan bersih dan
mengabdikan diri kepada Allah SWT. Keturunan seorang soleh bernama Imron, anak saudara
Zakaria dan Yahya AS. Daripada generasi anbiyai ini lahirlah Nabi Isa AS. Kisah para ulama
masa kini, ibubapa mereka adalah orang-orang yang benar dan bersih. Contoh lain, kisah
Badiuzzaman Said Nursi, bapanya seorang yang warak dan hanya memberi makanan yang
halal kepada anak-anak termasuk binatang ternakannya juga dipastikan makan rumput yang
halal. Manakala Ibu Said Nursi hanya menyusukan anak-anaknya dalam keadaan bersih dan
berwudhuk . Begitu juga para imam seperti Imam Syafie, Imam Ibnu Taimiyah dan Imam
Ghazali, semuanya lahir daripada kehidupan yang mengamalkan kebenaran Islam.
Masyarakat Islam juga benar dalam tindakan, percakapan dan pemikiran. Hanya bercakap
perkara-perkara yang baik dan benar. Tidak berlaku zalim seperti mengamalkan rasuah,
memakan harta anak yatim, mengabaikan tanggungjawab dan 1001 perkara yang
bertentangan dengan kebenaran.
Hadis Rasulullah SAW bermaksud; Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi
daripadanya. Justeru, masyarakat Islam yang mengambil siri tauladan Islam bermakna
menjadikan kebenaran sebagai rujukan kehidupannya. Manakala selainnya adalah kesesatan.
3. Masyarakat yang dikukuhkan dengan persaudaran (ukhwah)
Allah SWT menciptakan manusia daripada tubuh yang satu iaitu Nabi Adam AS. Justeru,
percaturan fitrah manusia seperti bentuk fizikal, naluri dan perasaan, kecenderungan adalah
sama sahaja. Malah, Allah telah berfirman yang bermaksud Allah tidak menilai seseorang itu
berdasarkan keturunan, bangsa, warna kulit tetapi hanya sifat taqwa. Justeru, kebersamaan
itulah yang mengikat manusia untuk tunduk kepada Allah SWT sebagai Pencipta dan Tuhan
sekalian alam.
Sesiapa yang beriman kepada Allah SWT maka ia telah disatukan dalam persaudaraan Islam.
Malah baginda SAW pernah mengatakan bahawa orang-orang beriman itu ibarat satu tubuh,
jika salah satu anggotanya sakit maka sakitlah seluruh tubuh. Tauladan dipetik daripada
peristiwa hijrah yang telah menyatukan kaum Muhajirin dan Ansar di Madinah. Umat Islam
di zaman Rasulullah SAW bersatu mempertahankan akidah. Berkongsi pemilikan harta
bahkan jiwa demi memuliakan anjuran ukhwah.
Misalnya, kisah di Medan Uhud menyaksikan tentera Islam berkorban untuk sahabat-sahabat
mereka minuman. Masing-masing menolak kerana mendahulukan sahabat. Akhirnya, semua
mereka mati syahid. Ini bertepatan dengan sabda Rasulullah SAW yang bermaksud; Tidak
masuk syurga seseorang yang membiarkan saudaranya lapar walaupun dia seorang ahli
ibadah.
Puncak kekuatan Islam boleh tersebar ke pelusuk dunia timur dan barat adalah kesatuan diri
dan akidah. Umat Islam sujud pada kiblat yang sama, menikmati al-Quran dan Sunnah
(panduan hidup) yang sama serta rasa cinta kepada Allah dan rasul yang sama Apabila
kesatuan itu pecah, maka hancurlah kekuatan Islam, ini boleh diiktibari daripada sejarah
khalifah Islam. Tatkala umat Islam berpecah kepada firqoh (kumpulan) fahaman seperti
Syiah, Ahl Sunnah, Khawarij dan Muktazilah, musuh terutama orang munafik dan Yahudi
senang melaga-lagakan sehingga tercetusnya peperangan yang mengorbankan ramai
pemimpin Islam seperti Saidina Ali RA, Saidina Uthman RA, Saidina Hussien RA dan ramai
lagi. Begitu juga apa yang berlaku saat keruntuhan Khalifah Uthmaniyyah di Turki. Sultan
Abdul Hamid II telah diselewengkan oleh orang-orang kanannya mengakibatkan sistem
khalifah Islam hancur digantikan sistem sekular yang mengharamkan agama.
Kini, apabila kuasa barat Eropah menakluk sebahagian dunia, mereka telah memisahkan
negara-negara Islam kepada negara dan bangsa melalui dasar pecah dan perintah. Oleh itu,
wujudlah jurang perbezaan berdasarkan geografi, bahasa, warna kulit walaupun masing-
masing adalah Muslim. Malang lagi, semua mereka disatukan dengan penonjolan budaya
barat (hegemoni) yang jauh bertentangan dengan Islam. Oleh itu, umat Islam tidak lagi berasa
sensitive kepada keadaan yang berlaku di negara Islam lain kerana sikap taksub terhadap
bangsa dan negara sendiri.
Jelaslah bahwa, apabila rasa ukhwah hilang dari jiwa umat Islam, maka mereka menjadi umat
yang lemah, mundur, kecewa dan pesimis terhadap saudaranya sendiri

4. Masyarakat yang mementingkan ilmu pengetahuan


Ilmu adalah perkara pertama yang diajarkan Allah SWT kepada Nabi Adam AS. Firman
Allah SWT dalam surah al-Baqarah:31 bermaksud: Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama benda seluruhnya. Daripada ayat yang berikutnya, Nabi Adam AS telah
mengajarkan pula kepada malaikat (al-Baqarah: 33). Ini membuktikan Allah SWT menaikkan
taraf manusia berbanding para makluk lain termasuk malaikat hanya dengan akal fikiran
yakni ilmu pengetahuan. Bahkan ketika Rasulullah SAW diangkat menjadi nabi, wahyu
pertama yang diberikan kepada baginda SAW adalah Iqra iaitu membaca. Malaikat Jibril AS
sendiri yang menjadi guru kepada Rasulullah SAW.
Manusia, secara umumnya menjadi kuat apabila menguasai ilmu pengetahuan. Tamadun-
tamadun awal manusia iaitu Yunani, Rom, Parsi, Cina dan India masyhur kerana penguasaan
ilmu pengetahuan meliputi falsafah, teknologi dan kemahiran. Bangsa Rom menjadi hebat
kerana pengetahuan mereka terhadap ilmu binaan, bangsa Parsi terkenal dengan kecerdikan
mereka di medan peperangan, bangsa Cina agung dengan budaya perniagaan, perubatan dan
teknologi (kertas), bangsa Yunani dan India pula terkenal dengan falsafah. Justeru, kala Allah
SWT memunculkan Islam, maka seiring itu jugalah Dia membentangkan ilmu pengetahuan
yang berlunaskan syariat yang semuanya terkandung dalam al-Quran dan Sunnah.
Peradaban Islam pasca negara Islam Madinah menyaksikan umat Islam paling unggul apatah
lagi ketika itu, bangsa Eropah mengalami zaman gelap. Ketika itu lahirlah tokoh-tokoh
pemikir dan ilmuan Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Ibnu Baitutah, Ibnu Kathir dan
ramai lagi termasuk empat imam fikah iaitu Imam Malik, Imam Syafie, Imam Abu Hanifah
dan Imam Hanbali. Bahkan, ilmu-ilmu Islam sentiasa berkoleborasi dengan zaman sehingga
ia tidak pernah berhenti memartabatkan manusia.
Justru, umat Islam adalah umat yang paling unggul sekiranya mereka memahami martabat
ilmu. Sebaliknya, jika mereka tidak menguasi ilmu, mereka menjadi umat yang mundur,
lemah, dan menjadi mangsa keadaan. Ia sangat bertentangan dengan apa yang dialami oleh
umat Islam di era Rasulullah SAW, para sahabat dan tabiin.
Contoh-contoh keruntuhan umat Islam akibat tidak menguasai ilmu pengetahuan boleh dilihat
pada masa kini. Umat Islam lebih banyak menjadi pengguna daripada pengeluar, lebih ramai
menjadi hamba daripada tuan, lebih rela menjadi pengikut dan pelaksana daripada ketua dan
pengusaha. Jika keadaan ini berterusan, adalah mustahil masyarakat Islam boleh bangkit
menegakkan kemasyuran tamadun Islam sebelumnya.
Perbezaan di antara orang yang berilmu dengan orang jahil itu amat ketara. Ini telah
disebutkan di dalam al-Quran.Firman Allah Taala bermaksud;
Adakah sama orang-orang yang mengetahui-ilmu- dan orang-orang yang tidak mengetahui-
jahil-
Surah az-Zumar; 39

5. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang bertoleransi


Salah satu ciri Islam adalah memudahkan umatnya. Sabda Rasulullah SAW: bermaksud;
Sesungguhnya agama itu mudah.
Mudah yang dimaksudkan ialah Islam melorongkan hak yang boleh memenuhi fitrah
kemanusiaan manusia. Contohnya, Islam membenarkan perkahwinan di antara lelaki dan
wanita dengat syarat yang mudah, Islam membenarkan umatnya menjadi kaya dengan jalan
usaha yang benar. Islam memudahkan umatnya yang bermusafir bahkan seluruh hukum Islam
(yang tidak berkait dengan akidah) boleh disesuaikan mengikut keadaan zaman dan
persekitaran.
Hari ini, apabila negara-negara Islam diserapi pengaruh penjajahan terutama Barat (Eropah)
dan berlangsung lebih daripada 500 tahun, Islam masih kukuh dan meresapi jiwa
penganutnya sehingga di abad 21, Islam menjadi satu tamadun yang paling ampuh melawan
tamadun Barat yang mulai dihakis kerosakan. Malahan, umat barat mulai takut dengan
budaya Islam yang mula menyerapi warga Eropah hingga menyingkirkan budaya sekular
yang menjadi pegangan barat. Misalnya, di Belanda, filem Fitna yang dihasilkan bagi tujuan
memburukkan Islam dengan mengaitkan keganasan kepada Islam adalah interpretasi daripada
kebimbangan mereka terhadap asakan pengaruh Islam.
Justeru, umat Islam tidak boleh lagi bersikap statik dengan hanya selesa pada kebudayaan
yang ada. Sebaliknya, cuba memahami Islam dalam sudut yang luas dan syumul. Hafiz
Firdaus, seorang intelektual Islam di Malaysia menggagaskan supaya umat Islam melihat
Islam seperti menaiki sebuah kapal terbang. Di tempat yang tinggi, kita dapat melihat bucu-
bucu Islam dari pelbagai sisi.
Keadaan umat Islam di negara Eropah tidak sama dengan keadaan umat Islam di Timur
Tengah atau Asia dan Eropah. Perbezaan budaya dan cara berfikir di kalangan umat Islam
yang dipisahkan dalam kala geografi ini tidak menjadikan Islam itu berpecah-pecah tetapi
lebih uniknya, ia bertoleransi dan melambangkan keistimewaan Islam yang meraikan semua
budaya dan bangsa.

SIFAT - SIFAT ORANG MUKMIN DALAM SURAH AL-MUKMINUN


Allah SWT telah menyebut dengan khusus keistimewaan sifat orang Mukmin yang
meletakkan mereka di martabat yang mulia dan beruntung dalam surah al-Mukminun ayat 1-
10 iaitu;
1. Orang yang khusyuk dalam solat
2. Orang yang menjauhkan diri daripada perbuatan yang tidak berguna (maksiat dan lagho)
3. Orang yang menunaikan zakat
4. Orang yang menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri
5. Orang yang memelihara amanah, janji dan tanggungjawabnya
6. Orang yang menjaga sembahyang
BAB III
PENUTUP

III.1 Simpulan

Pada makalah ini kami simpulkan beberapa inti pokok dari pembahasan makalah, antara lain :
a. Islam sebagai pedoman hidup dipakai dalam segala aspek.
b. Konsepsi aspek kehidupan dengan Islam sebagai pedoman hidup ada 10 konsepsi
c. Cara masuk Islam dengan mengajak seseorang untuk mengikrarkan syahadat dan
mengajaknya untuk mengikuti syariat Islam
d. Makna ibadah dalam Islam adalah perkataan dan perbuatan yang dicintai serta
diridhoi Allah Swt. Baik yang bersifat lahir maupun batin.
e. Taqwa merupakan tujuan ibadah ang sebenarnya kepada Allah
f. Nilai-nilai Islam yang dipakai dalam bermasyarakat adalah bermasyarakat dengan
binaan akidah tauhid.
MATERI 2 BUDAYA

BAB II

ISI

2.1 Budaya Akademik dalam Agama Islam

Budaya akademik (Academic culture), Budaya Akademik dapat dipahami sebagai suatu
totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh
warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.

Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju bersama
dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman.
Perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang
ideal senantiasa menjadi harapan dan dambaan setiap insan yang mengabdikan dan
mengaktualisasikan diri melalui dunia pendidikan tinggi dan penelitian, terutama mereka
yang menggenggam idealisme dan gagasan tentang kemajuan. Perubahan dan pembaharuan
ini hanya dapat terjadi apabila digerakkan dan didukung oleh pihak-pihak yang saling terkait,
memiliki komitmen dan rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap perkembangan dan
kemajuan budaya akademik.

Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang
yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membanggun budaya akademik bukan
perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga
terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik
tersebut.

Pemilikan budaya akademik ini seharusnya menjadi idola semua insan akademisi perguruaan
tinggi, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah
dicapainya kemampuan akademik pada tingkat guru besar (profesor). Sedangkan bagi
mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi akademik yang setinggi-tingginya.

Khusus bagi mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik tersebut
ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk berburu referensi actual dan mutakhir,
diskusi substansial akademik, dan sebagainya. Dengan melakukan aktivitas seperti itu
diharapkan dapat dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara bertahap dapat
menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa dalam proses pendidikan
di perguruaan tinggi.

Oleh karena itu, tanpa melakukan kegiatan-kegiatan akademik, mustahil seorang akademisi
akan memperoleh nilai-nilai normative akademik. Bias saja ia mampu berbicara tentang
norma dan nilai-nilai akademik tersebut didepan forum namun tanpa proses belajar dan
latihan, norma-norma tersebut tidak akan pernah terwujud dalam praktik kehidupan sehari-
hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak segan-segan melakukan pelanggaran dalam wilayah
tertentubaik disadari ataupun tidak.

Kiranya, dengan mudah disadari bahwa perguruan tinggi berperan dalam mewujudkan upaya
dan pencapaian budaya akademik tersebut. Perguruan tinggi merupakan wadah pembinaan
intelektualitas dan moralitas yang mendasari kemampuan penguasaan IPTEK dan budaya
dalam pengertian luas disamping dirinya sendirilah yang berperan untuk perubahan tersebut.

Pembahasan Tentang Budaya Akademik

Dari berbagai Forum terbuka tentang pembahasan Budaya Akademik yang berkembang di
Indonesia, menegaskan tentang berbagai macam pendapat di antaranya :

1) Konsep dan Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik

Dalam situasi yang sarat idealisme, rumusan konsep dan pengertian tentang Budaya
Akademik yang disepakati oleh sebagian besar (167/76,2%) responden adalah
Budaya atau sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik
dalam masyarakat akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran
kritis-analitis; rasional dan obyektif oleh warga masyarakat akademik Konsep dan
pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung perumusan karakteristik
perkembangannya yang disebut Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik yang meliputi
berkembangnya
(1) penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif;
(2) pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral;
(3) kebiasaan membaca;
(4) penambahan ilmu dan wawasan;
(5) kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat;
(6) penulisan artikel, makalah, buku;
(7) diskusi ilmiah;
(8) proses belajar-mengajar, dan
(9) manajemen perguruan tinggi yang baik

2) Tradisi Akademik

Pemahaman mayoritas responden (163/74,4%) mengenai Tradisi Akademik adalah,


Tradisi yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat akademik dengan menjalankan proses
belajar-mengajar antara dosen dan mahasiswa; menyelenggarakan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, serta mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis, rasional dan
inovatif di lingkungan akademik

Tradisi menyelenggarakan proses belajar-mengajar antara guru dan murid, antara pandito dan
cantrik, antara kiai dan santri sudah mengakar sejak ratusan tahun yang lalu, melalui
lembaga-lembaga pendidikan seperti padepokan dan pesantren. Akan tetapi tradisi-tradisi lain
seperti menyelenggarakan penelitian adalah tradisi baru. Demikian pula, tradisi berpikir
kritis-analitis, rasional dan inovatif adalah kemewahan yang tidak terjangkau tanpa terjadinya
perubahan dan pembaharuan sikap mental dan tingkah laku yang harus terus-menerus
diinternalisasikan dan disosialisasikan dengan menggerus sikap mental paternalistik dan
ewuh-pakewuh yang berlebih-lebihan pada sebagian masyarakat akademik yang mengidap
tradisi lapuk, terutama dalam paradigma patron-client relationship yang mendarah-daging.

3) Kebebasan Akademik
Pengertian tentang Kebebasan Akademik yang dipilih oleh 144 orang (65,7%) responden
adalah

Kebebasan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi anggota sivitas akademika (mahasiswa dan
dosen) untuk bertanggungjawab dan mandiri yang berkaitan dengan upaya penguasaan dan
pengembangan Iptek dan seni yang mendukung pembangunan nasional. Kebebasan akademik
meliputi kebebasan menulis, meneliti, menghasilkan karya keilmuan, menyampaikan
pendapat, pikiran, gagasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, dalam kerangka
akademis (Kistanto, 2000: 86).

Kebebasan Akademik berurat-berakar mengiringi tradisi intelektual masyarakat akademik,


tetapi kehidupan dan kebijakan politik acapkali mempengaruhi dinamika dan
perkembangannya. Dalam rezim pemerintahan yang otoriter, kiranya kebebasan akademik
akan sulit berkembang. Dalam kepustakaan internasional kebebasan akademik dipandang
sebagai inti dari budaya akademik dan berkaitan dengan kebebasan berpendapat (lihat
CODESRIA 1996, Forum 1994, Daedalus Winter 1997, Poch 1993, Watch 1998, Worgul
1992).

Dalam masyarakat akademik di Indonesia, kebebasan akademik yang berkaitan dengan


kebebasan berpendapat telah mengalami penderitaan yang panjang, selama puluhan tahun
diwarnai oleh pelarangan dan pembatasan kegiatan akademik di era pemerintahan Suharto
(lihat Watch 1998). Kini kebebasan akademik telah berkembang seiring terjadinya pergeseran
pemerintahan dari Suharto kepada Habibie, dan makin berkembang begitu bebas pada
pemerintahan Abdurrahman Wahid, bahkan hampir tak terbatas dan tak bertanggungjawab,
sampai pada pemerintahan Megawati, yang makin sulit mengendalikan perkembangan
kebebasan berpendapat.

Selain itu, kebebasan akademik kadangkala juga berkaitan dengan sikap-sikap dalam
kehidupan beragama yang pada era dan pandangan keagamaan tertentu menimbulkan
hambatan dalam perkembangan kebebasan akademik, khususnya kebebasan berpendapat.

Dapat dikatakan bahwa kebebasan akademik suatu masyarakat-bangsa sangat tergantung dan
berkaitan dengan situasi politik dan pemerintahan yang dikembangkan oleh para penguasa.
Pelarangan dan pembatasan kehidupan dan kegiatan akademik yang menghambat
perkembangan kebebasan akademik pada lazimnya meliputi
(1) penerbitan buku tertentu;
(2) pengembangan studi tentang ideologi tertentu; dan
(3) pengembangan kegiatan kampus, terutama demonstrasi dan diskusi yang

bertentangan dengan ideologi dan kebijakan pemerintah atau negara.

Otonomi Keilmuan

Dalam PP No. 30 Th. 1990 terdapat konsep mengenai Otonomi Keilmuan yang disebut
merupakan pedoman bagi perguruan tinggi dan sivitas akademika dalam penguasaan dan
pengembangan IPTEK dan seni. PP tersebut tidak memberikan penjelasan lebih lanjut
mengenai Otonomi Keilmuan tetapi memberikan arahan yang penjabarannya tampaknya
diserahkan kepada PT masing-masing, antara lain:

1) Pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik, dan otonomi keilmuan


berpedoman pada norma dan kaidah keilmuan, diarahkan untuk memantapkan terwujudnya
penguasaan, pengembangan IPTEK dan seni;

2) Senat perguruan tinggi berkewajiban merumuskan peraturan pelaksanaan kebebasan


akademik, kebebasan mimbar akademik, dan perwujudan otonomi keilmuan dalam kerangka
pemantapan terwujudnya penguasaan, pengembangan IPTEK, seni, dan pembangunan
nasional. Empat pilihan jawaban yang diajukan dalam butir kuesioner tentang Otonomi
Keilmuan tidak secara eksplisit memungut dari PP No. 30/Th. 1990, melainkan lebih dari
hasil survei pendahuluan yang dilaksanakan sebelumnya pada tingkat lokal yang berbunyi
sebagai berikut:

Kewenangan bagi perguruan tinggi untuk merumuskan pelaksanaan pengembangan


kegiatan-kegiatan akademik di kampus masing-masing.
Otonomi lembaga-lembaga keilmuan (perguruan tinggi) untuk menggali, menemukan
dan mengembangkan IPTEKS.
Otonomi pengembangan keilmuan yang dimiliki dosen dan mahasiswa sesuai kaidah-
kaidah dan norma-norma keilmuan

Kesadaran Kritis Dan Budaya Akademik


Merujuk pada redaksi UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab VI bagian ke empat
pasal 19 bahwasanya mahasiswa itu sebenarnya hanya sebutan akademis untuk siswa/ murid
yang telah sampai pada jenjang pendidikan tertentu dalam masa pembelajarannya. Sedangkan
secara harfiah, mahasiswa terdiri dari dua kata, yaitu Maha yang berarti tinggi dan Siswa
yang berarti subyek pembelajar sebagaimana pendapat Bobbi de porter, jadi kaidah
etimologis menjelaskan pengertian mahasiswa sebagai pelajar yang tinggi atau seseorang
yang belajar di perguruan tinggi/ universitas.

Namun jika kita memaknai mahasiswa sebagai subyek pembelajar saja, amatlah sempit sebab
meski diikat oleh suatu definisi study, akan tetapi mengalami perluasan makna mengenai
eksistensi dan peran yang dimainkan dirinya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya,
mahasiswa tidak lagi diartikan hanya sebatas subyek pembelajar (study), akan tetapi ikut
mengisi definisi learning. Mahasiswa adalah seorang pembelajar yang tidak hanya duduk di
bangku kuliah kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan
menghapal di rumah untuk menghadapi ujian tengah semester atau Ujian Akhir semester.
Mahasiswa dituntut untuk menjadi seorang simbol pembaharu dan inisiator perjuangan yang
respect dan tanggap terhadap isu-isu sosial serta permasalahan umat manusia.

Apabila kita melakukan kilas balik, melihat sejarah, peran mahasiswa acapkali mewarnai
perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari penjajahan hingga kini masa reformasi. mahasiswa
bukan hanya menggendong tas yang berisi buku, tapi mahasiswa turut angkat senjata demi
kedaulatan bangsa Indonesia. Dan telah menjadi rahasia umum, bahwasanya mahasiswa lah
yang menjadi pelopor restrukturisasi tampuk kepemimpinan NKRI pada saat reformasi 1998.
Peran yang diberikan mahasiswa begitu dahsyat, sehingga sendi-sendi bangsa yang telah
rapuh, tidak lagi bisa ditutup-tutupi oleh rezim dengan status quonya, tetapi bisa dibongkar
dan dihancurkan oleh Mahasiswa.

Mencermati alunan sejarah bangsa Indonesia, hingga kini tidak terlepas dari peran
mahasiswa, oleh karena itu mahasiswa dapat dikategorikan sebagai Agent of social change (
Istilah August comte) yaitu perubah dan pelopor ke arah perbaikan suatu bangsa. Kendatipun
demikian, paradigma semacam ini belumlah menjadi kesepakatan bersama antar mahasiswa
(Plat form ), sebab masih ada sebagian madzhab mahasiswa yang apriori ( cuek ) terhadap
eksistensi dirinya sebagai seorang mahasiswa, bahkan ia tak mau tahu menahu tentang
keadaan sekitar lingkungan masyarakat ataupun sekitar lingkungan kampusnya sendiri. Yang
terpenting buat mereka adalah duduk dibangku kuliah menjadi kambing conge dosen, lantas
pulang duluan ke rumah.

Inikah mahasiswa ? Padahal, mahasiswa adalah sosok yang semestinya kritis, logis,
berkemauan tinggi, respect dan tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau
bekerja keras, belajar terus menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi) untuk
menyatakan kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten
dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan Konsep itulah, mahasiswa semestinya bergerak dan menyadari dirinya akan
eksistensi ke-mahahasiswaan nya itu. Belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis
atau nilai indeks prestasi ( IP ) yang tinggi dan mendapat penghargaan cumlaude, lebih dari
itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk membangun bangsa, atau
paling tidak dalam lingkup yang paling mikro, ada suatu kemauan untuk mengembangkan
civitas/ perguruan tinggi dimana ia kuliah. Misalnya dengan ikut serta/ aktif di Organisasi
Mahasiswa, baik itu Organisasi intra kampus ( BEM dan UKM ) ataupun Organisasi Ekstra
kampus, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan lain yang mengarah pada pembangunan bangsa.

2.2 ETOS KERJA DALAM ISLAM

a. Pengertian

Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga
oleh kelompok bahkan masyarakat .
Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas
dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan
dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:

suatu aturan umum atau cara hidup


suatu tatanan aturan perilaku.
Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan berkemauan yang disertai semangat yang tinggi
dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.
Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak.
Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-
perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar
dirinya.

Dari keterangan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau
karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang
disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.
Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga
merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang
berdimensi transenden.
Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya
mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang
mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high Performance) .
Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk
menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan
berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos
kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti
waktu.

b. Konsep Kerja dalam Islam

Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Dengan itu,
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian. Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di

akhirat kelak, apakah masuk golongan ahli syurga atau sebaliknya.


Istilah kerja dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk
menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi
hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau
pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan
masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain, orang yang berkerja adalah mereka
yang menyumbangkan jiwa dan tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat, dan
negara tanpa menyusahkan orang lain. Oleh karena itu, kategori ahli Syurga seperti yang
digambarkan dalam Al-Quran bukanlah orang yang mempunyai pekerjaan/jabatan yang
tinggi dalam suatu perusahaan/instansi sebagai manajer, direktur, teknisi dalam suatu bengkel
dan sebagainya. Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan golongan yang baik lagi
beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada Allah, khusyu sholatnya,
baik tutur katanya, memelihara pandangan dan sikap malunya pada-Nya serta menunaikan
tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan lainnya (QS Al Muminun : 1 11)

Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai, supir, tukang sapu ataupun seorang yang tidak
mempunyai pekerjaan tetap. Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin kebaikan dan
kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak. Jika membaca hadits-hadits Rasulullah
SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah, maka tidak heran bahwa diantara
mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan, mereka yang memelihara
mata, telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna, tanpa melakukan amalan sunnah
yang banyak dan seumpamanya.

Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Umar r.a., berbunyi :

Bahwa setiap amal itu bergantung pada niat, dan setiap individu itu dihitung berdasarkan
apa yang diniatkannya

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :

Binasalah orang-orang Islam kecuali mereka yang berilmu. Maka binasalah golongan
berilmu, kecuali mereka yang beramal dengan ilmu mereka. Dan binasalah golongan
yang beramal dengan ilmu mereka kecuali mereka yang ikhlas. Sesungguhnya golongan
yang ikhlas ini juga masih dalam keadaan bahaya yang amat besar

Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan betapa niat yang disertai dengan keikhlasan
itulah inti sebenarnya dalam kehidupan dan pekerjaan manusia. Alangkah baiknya kalau umat
Islam hari ini, dapat bergerak dan bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu,
yaitu mardatillah (keridhaan Allah)

itulah yang dicari dalam semua urusan. Dari situlah akan lahir nilai keberkahan yang
sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang banyak
dari Allah. Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang dalam ibadah,
ridha dengan kehidupan yang ditempuh, serta optimis dengan janji-janji Allah.

c. Meneladani Etos Kerja Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridaan
Allah SWT.

Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari. Ketika itu Rasul
melihat tangan Saad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang
matahari. Kenapa tanganmu?, tanya Rasul kepada Saad. Wahai Rasulullah, jawab Saad,
Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah
keluarga yang menjadi tanggunganku. Seketika itu beliau mengambil tangan Saad dan
menciumnya seraya berkata, Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka.

Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah
SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas.

Para sahabat kemudian bertanya, Wahai Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka alangkah baiknya. Mendengar itu Rasul pun
menjawab, Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fi
sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu
adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-
minta, itu juga fi sabilillah. (HR Ath-Thabrani).

Bekerja adalah manifestasi amal saleh. Bila kerja itu amal saleh, maka kerja adalah ibadah.
Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari kerja.
Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya? Tidak berlebihan
bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya.
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja. Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama.
Demikian besarnya penghargaan beliau, sampaisampai dalam kisah pertama, manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi gosong.
Rasulullah SAW, dalam dua kisah tersebut, memberikan motivasi pada umatnya bahwa
bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad.

Rasulullah SAW adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para
sahabat untuk melakukannya. Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah;
teladan yang baik bagi seluruh manusia. Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami,
maka beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan. Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau

menjalankan peran-peran dalam hidupnya. Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah
SAW, yaitu :

1) Sebagai rasul. Peran ini beliau jalani selama 23 tahun. Dalam kurun waktu tersebut
beliau harus berdakwah menyebarkan Islam; menerima, menghapal, menyampaikan, dan
menjelaskan tak kurang dari 6666

ayat Alquran; menjadi guru (pembimbing) bagi para sahabat; dan menjadi hakim yang
memutuskan berbagai pelik permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian.

2) Sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen. Tatkala memegang
posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-negara sahabat.
Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu menyatukan kaum
Muslimin, Nasrani, dan Yahudi, mengatur perekonomian, dan setumpuk masalah lainnya.

3) Sebagai panglima perang. Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul memimpin
pertempuran melawan kafir Quraisy. Sebagai panglima perang beliau harus mengorganisasi
lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata.

Harus memikirkan strategi perang, persedian logistik, keamanan, transportasi, kesehatan, dan
lainnya. sebagai kepala rumahtangga. Dalam posisi ini Rasul harus mendidik,
membahagiakan, dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau, tujuh
anak, dan beberapa orang cucu. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat perhatian terhadap
keluarganya. Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat bercanda dan menjahit sendiri
bajunya.

4) Sebagai seorang pebisnis. Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam, negeri yang saat ini meliputi Syria,
Jordan, dan Lebanon. Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
senior dalam perdagangan regional. Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah,
Khadijah binti Khuwailid, yang kemudian melamarnya menjadi suami.

Afzalurrahman dalam bukunya, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang (2000:5-12),


mencatat bahwa Rasul pun sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti
Yaman, Oman, dan Bahrain. Dan beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika
mencapai usia 37 tahun.

Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna, bahkan menjadi yang terbaik. Tak heran bila para ilmuwan, baik itu yang
Muslim maupun non-Muslim, menempatkan beliau sebagai orang yang paling berpengaruh,
paling pemberani, paling bijaksana, paling bermoral, dan sejumlah paling lainnya.

d. Rahasia kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW

1) Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan. Beliau
bersabda, Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka
hendaklah meningkatkan kualitasnya.

2) Dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan


yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.

3) Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. Barangsiapa yang


dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu
kapan ditutupkan kepadanya, demikian beliau bersabda.
4) Dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok
yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.

5) Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas.

6) Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang


solid yang percaya pada cita-cita bersama.

7) Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun
waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir, Rasulullah
SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan
untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT.
Inilah kunci terpenting.

e. Fungsi dan Tujuan Etos Kerja

Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:

Pendorang timbulnya perbuatan.


Penggairah dalam aktivitas.
Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
lambatnya suatu perbuatan .

Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S Purwadaminta,
kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan . Kerja memiliki arti luas dan sempit
dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal
materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan
maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan
mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia
yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk
mewujudkan cita-cita.
Nilai kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang kebahagiaan hidup di
dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah kebahagiaan sejati, kekal untuk lebih
dari kehidupan dunia, sementara kehidupan di dunia dinyatakan sebagai permainan, perhiasan
lading yang dapat membuat lalai terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai
akhirat harus melewati dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat untuk
mancari kebahagiaan di akhirat. Ahli-ahli Tasawuf mengatakan:

Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan di
manapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam mengukur
kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan
dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah tersebut tidak pernah memuaskan
jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak
melupakan kehidupan akhirat.





.

Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qashash: 77)

Pandangan Islam mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap sedalam-dalamnya
sabda nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk kerja itu tergantung pada niat-niat
yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (mencari keridhaan Allah) maka ia pun akan
mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti misalnya hanya
bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka) maka setingkat pula nilai kerjanya .

f. Etos kerja Islami

Dalam kehidupan pada saat sekarang, setiap manusia dituntut untuk bekerja guna memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja seseorang akan menghasilkan uang, dengan
uang tersebut seseorang dapat membelanjakan segala kebutuhan sehari-hari hingga akhirnya
ia dapat bertahan hidup. Akan tetapi dengan bekerja saja tidak cukup, perlu adanya
peningkatan, motivasi dan niat.
Setiap pekerja, terutama yang beragama islam, harus dapat menumbuhkan etos kerja secara
Islami, karena pekerjaan yang ditekuni bernilai ibadah. Hasil yang diperoleh dari
pekerjaannya juga dapat digunakan untuk kepentingan ibadah, termasuk didalamnya
menghidupi ekonomi keluarga. Oleh karena itu seleksi memililih pekerjaan menumbuhkan
etos kerja yang islami menjadi suatu keharusan bagi semua pekerjaan. Adapun etos kerja
yang islami tersebut adalah: niat ikhlas karena Allah semata, kerja keras dan memiliki cita-
cita yang tinggi. Menurut Al-Ghazali dalam bukunya Ihya-u ulumuddin yang dikutip Ali
Sumanto Al-Khindi dalam bukunya Bekerja Sebagai Ibadah, menjelaskan pengertian etos
(khuluk) adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah dengan tidak membutuhkan pemikiran. Dengan demikian etos kerja
Islami adalah akhlak dalam bekerja sesuai dengan nilai-nilai islam sehingga dalam
melaksanakannya tidak perlu lagi dipikir-pikir karena jiwanya sudah meyakini sebagai
sesuatu yang baik dan benar.
Menurut Dr. Musa Asyarie etos kerja islami adalah rajutan nilai-nilai khalifah dan abd yang
membentuk kepribadian muslim dalam bekerja. Nilai-nilai khalifah adalah bermuatan kreatif,
produktif, inovatif, berdasarkan pengetahuan konseptual, sedangkan nilai-nilai abd bermatan
moral, taat dan patuh pada hukum agama dan masyarakat
Toto Tasmara mengatakan bahwa semangat kerja dalam Islam kaitannya dengan niat semata-
mata bahwa bekerja merupakan kewajiban agama dalam rangka menggapai ridha Allah,
sebab itulah dinamakan jihad fisabilillah. Ciri-ciri orang yang memiliki semangat kerja, atau
etos yang tinggi, dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya, diantaranya:

Orientasi kemasa depan. Artinya semua kegiatan harus di rencanakan dan di


perhitungkan untuk menciptakan masa depan yang maju, lebih sejahtera, dan lebih
bahagia daripada keadaan sekarang, lebih-lebih keadaan di masa lalu. Untuk itu
hendaklah manusia selalu menghitung dirinya untuk mempersiapkan hari esok.
Kerja keras dan teliti serta menghargai waktu. Kerja santai, tanpa rencana, malas,
pemborosan tenaga, dan waktu adalah bertentangan dengan nilai Islam, Islam
mengajarkan agar setiap detik dari waktu harus di isi dengan 3 (tiga) hal yaitu, untuk
meningkatkan keimanan, beramal sholeh (membangun) dan membina komunikasi
sosial, firman Allah:

.
. .

Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S.
Al-Ashr: 1-3) Bertanggung jawab.
Semua masalah diperbuat dan dipikirkan, harus dihadapi dengan tanggung jawab, baik
kebahagiaan maupun kegagalan, tidak berwatak mencari perlindungan ke atas, dan
melemparkan kesalahan di bawah. Allah berfirman:

Artinya:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman
bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan
muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu
memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja
yang mereka kuasai.(Q.S. Al-Isra: 7)

Hemat dan sederhana. Seseorang yang memiliki etos kerja yang tinggi, laksana
seorang pelari marathon lintas alam yang harus berlari jauh maka akan tampak dari
cara hidupnya yang sangat efesien dalam mengelola setiap hasil yang diperolehnya.
Dia menjauhkan sikap boros, karena boros adalah sikapnya setan.
Adanya iklim kompetisi atau bersaing secara jujur dan sehat.
Setiap orang atau kelompok pasti ingin maju dan berkembang namun kemajuan itu
harus di capai secara wajar tanpa merugikan orang lain.

Artinya:
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah: 148)
Sebagai orang yang ingin menjadi winner dalam setiap pertandingan exercise atau latihan
untuk menjaga seluruh kondisinya, menghitung asset atau kemampuan diri karena dia lebih
baik mengetahui dan mengakui kelemahan sebagai persiapan untuk bangkit. Dari pada ia
bertarung tanpa mengetahui potensi diri. Karena hal itu sama dengan orang yang bertindak
nekat. Terukir sebuah motto dalam dirinya: The best fortune that can come to a man, is
that he corrects his defects and makes up his failings (Keberuntungan yang baik akan
datang kepada seseorang ketka dia dapat mengoreksi kekurangannya dan bangkit dari
kegagalannya).

2.3. Sikap Terbuka dan Adil dalam Agama Islam

Budaya akademik akan dapat terwujud dengan syarat sikap-sikap positif juga dimiliki. Di
antara sikap positif yang harus dimiliki adalah sikap terbuka dan berlaku adil. Arti penting
dari kedua sikap tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

Untuk dapat meningkatkan etos kerja seorang muslim harus terlebih dahulu memahami
tugasnya sebagai manusia yaitu sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi dan sebagai
hamba yang berkewajiban untuk beribadah kepad aAllah SWT. Beberapa petunjuk Al-Quran
agar dapat meningkatkan etos kerja antara lain;

1. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.


2. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan bahwa etos kerja
yang tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT.

A. Sikap Tebuka dan Adil

Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka dan jujur, seseorang tidak mungkin meraih
keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak memiliki sikap
terbuka dan jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka akan cenderung menutup diri
sehingga tidak dapat bekerjasama dengan orang lain. Sikap terbuka yaitu tidak
menyembunyikan apa-apa yang dimiliki ataupun yang terjadi dengan diri sendiri terhadap
oranglain. Apalagi kalau tidak jujur maka energinya akan tersita untuk menutupi
ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-quran dan Hadits memberi apresiasi yang tinggi
tehadap orang yang terbuka dan jujur.
Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil. Makna yang
diperkenalkan Al-quran buka hanya dalam aspek hukum melainkan dalam spektrum yang
luas. Dari segi kepada siapa sikap adil itu harus ditujukan. Al-quran memberi petunjuk
bahwa sikap adil disamping kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga
kepada diri sendiri. Adil yaitu tidak berat sebelah.

Sikap terbuka dan adil sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena, keterbukaan
itulah yang akan membawa kita kepada sikap adil. Orang yang terbuka kepada orang lain
akan lebih mudah mengembangkan potensi yang dimiliki, karena dengan sifat terbuka orang
lain akan lebih memahami kondisi kita.

Adil juga dapat diartikan sebagai perilaku tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan
yang lain. Orang yang bersifat adil akan diterima dalam masyarakat, karena bisa
menempatkan sesuatu pada tempatnya.

BAB III

PENUTUP
3.1 SIMPULAN

3.1.1 Budaya Akademik islam dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan
kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat
akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian yang sesuai dengan syariat
islam.

3.1.2 etos kerja dalam islam adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan
perbuatan perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan
dirinya dan diluar dirinya yang didasari dengan syariat islam.

3.1.3 Sikap terbuka dan adil dalam islam merupakan dua sifat yang tidak terpisahkan,karena
dengan sikap terbuka akan lahir sikap adil yang berarti tidak berat sebelah.

3.2 Saran

Setiap orang yang mempunyai budaya akademik harus didasari dengan sifat terbuka dan adil
serta kerja keras yang tinggi untuk mencapai sebuah tujuan hidup.
KELOMPOK 5

MATERI 1 KONSEP, EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA

Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun sangat


sulit. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia
dilahirkan ibu dari rahimnya, yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan
antara spermatozoa dengan ovum.

Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah,


umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa
manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa, maka
segala sesuatu dapat terjadi. Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia
diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsur kimia yang ada dalam tanah
ikut mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan
bahan makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam
tanah ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu
bahan-bahan pembentuk manusia yang disebut dalam Al-quran, hanya merupakan
petunjuk manusia dalam Al-quran, dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk
manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat pada tanah, untuk kemudian
bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah lumpur hitam yang diberi bentuk
(mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada lumpur hitam
yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan bila dikatakan
sebagai tembikar yang dibakar, maka maksudnya adalah bahwa proses kejadiannya
melalui oksidasi pembakaran

Dengan demikian Al-quran tidak berbicara tentang proses penciptaan


manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci. Namun dalam ungkapan yang
tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati makanan, air yang
kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi mudgah,
ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses dalam rahim ibu. Ayat
berserak, tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat dipahami urutannya.

Sehingga pemahaman ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan


ilmu pengetahuan.
2.1.2 Manusia menurut Pandangan Islam

Dalam Al-quran, ada beberapa kata untuk merujuk arti manusia yaitu
insan, basyar dan bani Adam. Kata basyar terambil dari akar kata yang pada
mulanya berarti penampakan sesuatu yang baik dan indah. Dari akar kata yang
sama lahir kata basyarah yang berarti kulit.

Manusia disebut basyar karena kulitnya tampak jelas. Dan berbeda jauh
dari kulit hewan yang lain. Al-quran menggunakan kata ini sebanyak 36 kali
dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk
manusia dari sudut lahiriyah serta persamaanya dengan manusia seluruhnya,
karena Nabi Muhammad SAW, diperintahkan untuk menyampaikan seperti yang
terungkap pada Al-quran.

Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang di beri wahyu (Q.S. Al-Kahfi,
18 : 110.)

Sedangkan kata insan, terambil dari akar kata uns yang berarti jinak,
harmonis, dan tampak. Pendapat ini jika dilihat dari sudut pandang Al-quran lebih
tepat, dibanding dengan yang berpendapat bahwa kata insan terambil dari kata
nasiya (lupa, lalai) atau nasa-yanusu (terguncang). Kata insan digunakan Al-quran
untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya. Jiwa dan raga, psikis
dan fisik. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lainnya adalah
akibat perbedaan fisik, psikis (mental), dan kecerdasan.

2.1.3 Manusia menurut Pandangan Psikologi

Manusia sejak semula ada dalam suatu kebersamaan, ia senantiasa


berhubungan dengan manusia-manusia lain dalam wadah kebersamaan,
persahabatan, lingkungan kerja, rukun warga dan rukun tetangga, dan bentuk-
bentuk relasi sosial lainnya. Dan sebagai partisipan kebersamaan sudah pasti ia
mendapat pengaruh lingkungannya, tetapi sebaliknya ia pun dapat mempengaruhi
dan memberi corak kepada lingkungan sekitarnya.

Manusia dilengkapi antara lain cipta, rasa, karsa, norma, cita-cita, dan
nurani sebagai karakteristik kemanusiaannya. Kepadanya diturunkan pula agama,
agar selain ada relasi dengan sesamanya, juga ada hubungan dengan sang pencipta.

2.1.3.1 Manusia menurut Psikologi Islam

Penentuan struktur kepribadian tidak dapat terlepas dari


pembahasan substansi manusia, sebab dengan pembahasan substansi
tersebut dapat diketahui hakikat dan dinamika prosesnya. Pada umumnya
para ahli membagi subtansi manusia atas jasad dan ruh, tanpa
memasukkan nafs. Masing-masing aspek yang berlawanan ini pada
prinsipnya saling membutuhkan, jasad tanpa ruh merupakan substansi
yang mati, sedang ruh tanpa jasad tidak dapat teraktualisasi, karena saling
membutuhkan maka diperlukan perantara yang dapat menampung kedua
naluri yang berlawanan, yang dalam terminologi psikologi Islam disebut
dengan nafs. Pembagian substansi tersebut seiring dengan pendapat Khair
Al-Din Al-Zarkaly yang di rujuk dari konsep Ikhwan Al-Shafa.

1) Substansi Jasmani

Jasad adalah substansi manusia yang terdiri atas struktur


organisme fisik. Organisme fisik manusia lebih sempurna di banding
dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain. Setiap makhluk biotik
lahiriyah memiliki unsur material yang sama, yakni terbuat dari unsur
tanah, api, udara dan air.

2) Substansi Rohani
Ruh merupakan substansi psikis manusia yang menjadi esensi
kehidupannya. Sebagian ahli menyebut ruh sebagai badan halus (jism
latief), ada yang substansi sederhana (jaubar basiib), dan ada juga
substansi ruhani (jaubar ruhani). Ruh yang menjadi pembeda antara
esensi manusia dengan esensi makhluk lain. Ruh berbeda dengan spirit
dalam terminologi psikologi, sebab term ruh memiliki arti jaubar
(subtance) sedang spirit lebih bersifat aradh (accident).

Ruh adalah substansi yang memiliki natur tersendiri. Menurut


Ibnu Sina, ruh adalah kesempurnaan awal jisim alami manusia yang
tinggi yang memiliki kehidupan dengan daya. Sedang bagi Al-Farabi,
ruh berasal dari alam perintah (amar) yang mempunyai sifat berbeda
dengan jasad.

2.1.3.2 Manusia menurut Psikologi Barat

Bertolak dari pengertian psikologi sebagai ilmu yang menelaah


perilaku manusia. Para ahli psikologi umumnya berpandangan bahwa
kondisi ragawi, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan merupakan
penentu-penentu utama perilaku dan corak kepribadian manusia.
Determinan, tri-dimentional, organo-biologi, psiko-edukasi, dan
sosiokultural ini, dapat dikatakan dianut oleh semua ahli di dunia
psikologi dan psikiatri. Dalam hal ini untuk ruhani sama sekali tak masuk
hitungan, karena dianggap termasuk dimensi kejiwaan dan merupakan
penghayatan subjektif semata-mata.

Selain itu, psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa


filsafat manusia yang mendasarinya bercorak anthroposentrisme yang
menempatkan manusia sebagai pusat dari segala pengalaman dan relasi-
relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah
manusia dan kemanusiaan. Pandangan ini menyangkut derajat manusia ke
tempat teramat tinggi, ia seakan-akan prima kuasa yang unik. Pemilik akal
budi yang sangat hebat, serta memiliki pula kebebasan penuh, untuk
berbuat apa yang dianggap baik baginya.

2.1.3.3 Manusia menurut Psikoanalisa

Sigmund Freud adalah salah satu tokoh psikologi yang


memandang manusia sebagai makhluk deterministik, dengan kata lain ia
melihat manusia tidak bebas. Kepribadian manusia terdiri dari dua bagian
yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Bagian ketidaksadaran jauh lebih luas
dari bagian kesadaran. Dan bagian ketidaksadaran tersebut memiliki
pengaruh besar pada diri manusia. Banyak perilaku manusia yang
dipengaruhi oleh ketidaksadarannya.

Menurut Freud, pada bagian ketidaksadaran ini diisi oleh


dorongan-dorongan instingtif bersifat primitif yang menggerakkan
manusia untuk mendapatkan kenikmatan. Selain insting primitif, dalam
wilayah ketidaksadaran tersimpan pula berbagai kenangan peristiwa
traumatik dan hal-hal yang dilupakan oleh seseorang, yang tidak dapat
ditampilkan di kesadarannya karena dianggap tidak dapat diterima oleh
masyarakat. Jadi dalam pandangan Freud, manusia terutama digerakkan
oleh instingnya.

2.1.3.4 Manusia menurut Psikologi Behaviorisme

Dua tokoh behaviorisme yang terkenal adalah J.B. Watson dan


B.F. Skinner. Keduanya memandang manusia sebagai hasil pembiasaan
stimulus-respons. Lingkungan berperan penting dalam menentukan
kepribadian seseorang.
Mengikuti pandangan kaum empiris seperti John Locke,
behaviorisme memandang manusia lahir dalam kondisi seperti kertas
putih, yang masih belum ditulisi. Pengalaman berhadapan dan
bersentuhan dengan lingkungan menyebabkan kertas putih tertulisi.
Manusia adalah makhluk pasif yang menerima bentukan dari lingkungan.

2.1.3.5 Manusia menurut Psikologi Humanistik

Carls Rogers dan Abraham Maslow, memandang manusia


sebagai makhluk yang bebas dengan kehendak untuk mengaktualisasi
potensi-potensinya. Sejak lahir manusia memiliki potensi-potensi yang
dapat dikembangkannya sendiri. Manusia tidak ditetapkan akan jadi apa
nantinya. Ia bisa jadi apa saja karena ia memiliki semua potensi untuk jadi
apapun. Yang menentukan akan jadi apa dia adalah dirinya sendiri dengan
bantuan fasilitas dari lingkungan.

Manusia pada tingkat tertentu bertingkah laku bukan lagi karena


dorongan-dorongan insting atau kekurangan-kekurangan yang ada
padanya, tetapi karena keinginannya untuk mengaktualisasi potensi-
potensinya. Ia mencintai karena memiliki potensi mencintai, bekerja
karena memiliki potensi bekerja dan sebagainya.

2.1.4 Manusia menurut Tiga Teori

1) Teori Evolusi

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang sarjana Perancis J.B de
Lamarck yang menyatakan bahwa kehidupan berkembang dari tumbuh-
tumbuhan menuju binatang dan dari binatang menuju manusia. Teori ini
merupakan perubahan atau perkembangan secara berlahan lahan dari tidak
sempurna menjadi perubahan yang sempurna.
2) Teori Revolusi

Teori revolusi ini merupakan perubahan yang amat cepat bahkan


mungkin dari tidak ada menjadi ada. Teori ini sebenarnya merupakan kata lain
untuk menanamkan pandangan pencipta dengan kuasa Tuhan atas makhluk-
Nya. Pandangan ini gabungan pemikiran dari umat manusia yang berbeda
keyakinan yaitu umat Kristen dan umat Islam tentang proses kejadian manusia
yang dihubungkan dengan keMaha Kuasaan Tuhan.

3) Teori Evolusi Terbatas

Teori ini adalah gabungan pemikiran dari pihak-pihak agama yang


berlandaskan dengan alasan-alasan serta pembuktian dari pihak sarjana
penganut teori evolusi. Seperti yang dikemukakan oleh FransDahler, yang
mengakui bahwa tumbuh-tumbahan, binatang, dan manusia selama ribuan atau
jutaan tahun yang benar-benar mengalami mutasi (perubahan) yang tidak
sedikit.

Menurut RHA. Syahirul Alim, cendekiawan Muslim ahli kimia


menyatakan bahwa kita sebagai manusia harus merasa terhormat kalau
diciptakan dari keturunan kera karena secara kimia molekul-molekul kera jauh
lebih kompleks dibandingkan dengan tanah, karena tanah molekulnya lebih
rendah keteraturannya. Menurut Al-Syaibani, manusia dikelompokkan menjadi
tujuh definisi, antara lain :

1. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia dimuka bumi.


2. Manusia sebagai khalifah dimuka bumi.
3. Insan manusia sebagai makhluk sosial yang berbahasa.
4. Insan yang mempunyai tiga dimensi yaitu badan, akal, dan ruh.
5. Insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya adalah hasil
pencapaian dua factor, yaitu faktor warisan dan lingkungan.
6. Manusia mempunyai motivasi, kecenderungan, dan kebutuhan permulaan
baik yang diwarisi maupun yang diperoleh dalam proses sosialisasi.
7. Manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan yang lainnya.
2.1.5 Manusia menurut Pandangan Plato

Plato memandang manusia terdiri dari jiwa dan tubuh. Dua elemen manusia
ini memiliki esensi dan karakteristik yang berbeda. Jiwa adalah zat sejati yang
berasal dari dunia sejati, dunia ide. Jiwa tertanam dalam tubuh manusia. sementara
tubuh manusia adalah zat semu yang akan hilang lenyap bersamaan dengan
kematian manusia, sedangkan ide tetap abadi.

Sesuatu yang abadi terperangkap di dalam sesuatu yang fana, itulah nasib
jiwa. Tubuh adalah penjara bagi jiwa. Sebagai zat yang berasal dari dunia ide, jiwa
selalu ingin kembali ke dunia sejati itu. Manusia yang bagian sejatinya adalah jiwa
yang terperangkap dalam tubuh, selalu merasa tidak bebas selama tubuhnya
mengungkung jiwanya. Untuk membebaskan jiwa dari dunia fana dan kembali ke
dunia ide, manusia harus memenuhi dirinya dengan hal-hal yang menjadi sifat
utama dari jiwa. Sifat utama itu adalah rasionalitas, keutamaan moral, dan
kabajikan selama hidup di dunia ini.

2.1.6 Manusia menurut Pandangan Aristoteles

Aristoteles berbeda dengan Plato, ia memandang manusia sebagai satu


kesatuan. Tubuh dan jiwa adalah satu substansi. Perbedaan keduanya bukan
perbedaan esensial. Bagi Aristoteles jiwa manusia tidak terpenjara dalam tubuh.
Ketidakbebasan manusia bukan dalam kondisi terpenjaranya jiwa oleh badan
melainkan ketidakmampuan mereka menggunakan keseluruhan sistem psiko-fisik
dalam memahami alam semesta dan ketidakmampuan mengembangkan dirinya
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk kehidupan sosial.

Tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan, tetapi bukan


kebahagiaan yang hedonistik, bukan yang semata mementingkan kenikmatan fisik.
Kebahagiaan manusia adalah kebahagiaan yang dicapai dengan tindakan-tindakan
rasional.

2.1.7 Manusia menurut Pandangan Erich Fromm

Fromm melihat kondisi eksistensial manusia sebagai makhluk dilematik.


Manusia sebagai pribadi sekaligus bagian dari alam, sebagai binatang, dan
sekaligus manusia. Dalam The Sane Society, Fromm menyatakan bahwa secara
biologis manusia tidak berbeda dengan binatang. Sebagai binatang, ia memerlukan
pemenuhan kebutuhan fisiologis seperti makan dan minum. Sedangkan sebagai
manusia ia memiliki kesadaran diri, pikiran ,dan daya khayal (imajinasi). Ia juga
mengalami pengalaman-pengalaman khas manusia seperti perasaan lemah-lembut,
cinta, perhatian, rasa kasihan, tanggung jawab, identitas diri, integritas, dan
transendensi. Ia juga memiliki pengalaman keterikatan dengan nilai dan norma.

Manusia dan lingkungannya saling berinteraksi, saling mempengaruhi.


Manusia mampu melakukan perubahan lingkungan, sebaliknya juga lingkungan
dapat mengubah manusia. Manusia berkembang dengan mengaktualisasi potensi-
potensinya, tetapi seberapa jauh aktualisasi potensi dan perkembangan manusia
dapat dicapai, juga dipengaruhi seberapa fasilitatifnya lingkungan tempat ia hidup.

2.2 Eksistensi dan Martabat Manusia

Bahwasanya manusia diciptakan kedunia ini oleh Allah SWT, melaui berbagai
rintangan tentunya tiada lain untuk mengabdi kepada-Nya. Sehingga dengan segala
kelebihan yang tidak dimiliki mahluk Allah lainya, tentunya kita dapat memanfaatkan
bumi dan isinya untuk satu tujuan yaitu mengharapkan ridho dari Allah SWT. Dan
dengan segala potensi diri masing-masing kita berusaha untuk meningkatkan Keimanan
dan Ketakwaan kita sehingga dapat selamat Dunia dan Akhirat.

2.2.1 Tujuan Penciptaan Manusia

Dan aku tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi
kepadaku (Q.S. Adz-Dzariyaat : 56).

Ayat diatas tersebut merupakan dalil yang berkenaan tentang keberadaan


manusia di dunia. Manusia di dunia untuk mengabdi kepada Allah SWT. Bentuk
pengabdiannya tersebut berupa pengakuan atas keberadaan Allah SWT.
Melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Sebagai bentuk
mengakui keberadaan Allah adalah dengan mengikuti Rukun Iman dan Rukun
Islam. Rukun Iman terdiri dari enam perkara, yakni percaya kepada Allah SWT,
Malaikat, Nabi-nabi Allah, Kitab-kitab Allah, percaya kepada Hari Kiamat, dan
percaya terhadap Takdir (Qadha dan Qadar) Allah SWT. Sebagai wujud keimanan
terhadap Allah SWT, Allah SWT menyatakan bahwa manusia tidak cukup hanya
meyakini didalam hati dan diucapkan oleh mulut, tetapi manusia harus
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai bagian dari mengabdi kepada Allah SWT adalah menunaikan


Rukun Islam, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai karcis masuk
Islam, melakukan shalat, membayar zakat, melakukan puasa serta menunaikan
ibadah haji. Dengan demikian dapat disimpulkan keberadaan manusia diciptakan
Allah untuk menjadi manusia yang Islami (Islam yang benar). Menjadi Islam yang
benar adalah dengan mengerti, memahami dan melaksanakan dalam kehidupan apa
yang telah dilarang-Nya, dengan kata lain secara konsisten melaksanakan Rukun
Iman dan Rukun Islam.

Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT


terhadap hamba-hamba-Nya, bahwa dialah yang menciptakan, menghidupkan, dan
menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia
dalam konteks hubungan manusia dengan Allah SWT adalah dengan mengimani
Allah SWT dan memikirkan ciptaan-Nya untuk menambah keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia
dengan manusia serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu
perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta
tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain
dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia

Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta
alam (Q.S. Al-Anbiya : 107).
Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan
berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata
rahmat adalah karunia, kasih sayang, dan belas kasih. Jadi manusia sebagai
rahmah adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT, untuk menebar dan
memberikan kasih sayang kepada alam semesta.

2) Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjaka (QS. An-Nahl: 97).

Ayat ini menerangkan tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah


sukses di dunia dan di akhirat. Dengan cara melaksanakan amal shaleh yang
merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu

3) Tujuan Individu dalam Keluarga

Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk


sosial yang mempunyai sifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu
sama lain. Hampir semua manusia pada awalnya merupakan bgian dari anggota
kelompok sosial yang dinamakan keluarga. Dalam Ilmu komunikasi dan
sosiologi, kelurga merupakan bagian dari klasifikasi kelompak sosial dan
termasuk dalam small group atau kelompok terkecil, dikarnakan paling sedikit
anggotanya terdiri dari dua orang. Nanun keberadaan keluraga penting karena
merupakan bentuk khusus dalm kerangka sistem sosial secara keseluruhan.

Small group seolah-olah merupakan miniatur masyarakat yang juga


memiliki pembagian kerja, kodi etik pemerintahan, prestige, ideologi, dan
sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan individu dan keluarga adalah agar
individu tersebut menemukan ketentraman, kebahagian, dan membentuk
keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah. Manusia diciptakan berpasang-
pasangan. Oleh sebab itu, sudah wajar manusia baik laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga. Tujuan manusia berkelurga menurut Q.S. Al-Ruum, ayat
21 yang artinya:

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-
Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."

Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalah supaya tentram.


Untuk menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih
sayang. Sehingga dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama
lain.

4) Tujuan Individu dalam Masyarakat

Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk


bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup
yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik
seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan
rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat
mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila
masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa
dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin
hidup damai dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota
masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman :

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah


Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya (QS Al-Araaf : 96).

Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu


masyarakat.
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan alam di sekelilingnya.
Istilah masyarakat dalam Ilmu sosiologi adalah kumpulan individu yang
bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas tertentu, dimana faktor
utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara
anggota-anggotanya.

5) Tujuan Individu dalam Bernegara

Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati


diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat /
bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari
masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan
bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warga negara
yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman,
nyaman serta makmur.
6) Tujuan Individu dalam Pergaulan Internasional

Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan


internasional / dunia luar. Dengan era globalisasi, kita sebagai makhluk hidup
yang ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan
jati diri serta pengembangan kepribadian.

Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi


individu yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat
membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak
kalah dan tersesat dalam percaturan dunia.

2.2.2 Fungsi dan Peranan Manusia di Bumi

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku


hendak menjadikan seorang Khalifah dimuka bumi. Mereka berkata :
Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi orang yang akan
mebuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman
: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (QS. Al
Baqarah : 30 ).

Dari firman Allah diatas, jelas bahwa fungsi dan peran manusia di bumi
adalah sebagai khalifah atau pemimpin. Dalam hal ini adalah pemimpin bagi
dirinya sendiri, keluarga, bangsa, dan Negara. Memimpin mulai diri sendiri untuk
menjalankan Al-quran dan Hadits sebaik-baiknya. Kemudian mengajak keluarga
dan apabila kita dijadikan suri tauladan, menjadi pemimpin masyarakat tentunya
yang berpegangan Sumber Hukum kita adalah tetap Al-quran dan Hadits.
Sehingga kita membuat kebajikan di muka bumi ini dan menjaga bumi dari
kehancuran.
Untuk menjadi perilaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor
pembudayaan ajaran Allah, seorang dituntut memulai dari dirinya dan
keluaraganya, baru setelah itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah


ditetapkan Allah, diantaranya :

1) Belajar (Surat An-Nam: 15-16 dan Al-Mukmin : 54)


Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat Al-Alaq adalah
mempelajari ilmu Allah yaitu Al-quran.

2) Mengajarkan ilmu (Surat Al-Baqarah : 31-39)


Ilmu yang diajarkan khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang
manusia saja, tetapi juga ilmu Allah.

3) Membudayakan ilmu (Surat Al-Mukmin : 35)


Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada
orang lain, melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar
membudidayakan. Seperti apa yang telah di contohkan oleh Nabi Muhammad
SAW.

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari


api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya
terdapat malaikat-malaikat yang bengis dan sadis yang tidak mengabaikan
apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang
telah diperintahkan.

Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia, dalam


menjalankan peranannya selama hidup dimuka bumi. Peran terhadap diri
sendiri dan keluarga. Bukan diawali dari peran untuk keluarag ataupun
Negara, tapi justru peran itu ditunjukkan untuk diri sendiri sebelum berperan
untuk orang lain.
2.2.3 Keunggulan dan Potensi Manusia

Potensi diri adalah kekuatan dari individu yang masih terpendam di dalam, yang
dapat di wujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam kehidupan manusia.
Apabila pengertian potensi diri dikaitkan dengan penciptaan manusia oleh Allah
SWT, maka potensi diri manusia adalah kekutan manusia yang diberikan oleh Alah
SWT, sejak dalam kandungan ibunya sampai akhir hayatnya yang masih
terpendam dalam dirinya, menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu yang
bermanfaat dalam kehidupan diri manusia di dunia dan di akhirat sesuai dengan
tujuan diciptakannya manusia oleh Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya.

Potensi diri manusia terdiri dari potensi fisik yaitu tubuh manusia sebagai
sebuah sistem yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk Allah
lainnya seperti: binatang, jin, malaikat. Sedangkan potensi non fisik adalah hati,
ruh, indera, dan akal pikiran. Potensi apapun yang dimiliki manusia masing-masing
memiliki fungsi dan perannya. Oleh karena itu, harus dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya agar dapat berguna bagi diri dan lingkungannya.

Secara umum manusia yang dilahirkan normal kedunia ini telah dilengkapi
dengan otak. Para ahli Psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber
kekuatan yang luar biasa. Tugas otak selain mengendalikan aktifitas fisik bagian
bagian didalam tubuh seperti ; paru-paru, jantung, dan sebagainya. Juga berfungsi
untuk menghafal. Kegiatan-kegiatan yang memerlukan logika seperti : berhitung,
menganalisa, dan bahasa. Aktivitas imajinasi, intuisi kreativitas, inovasi, dan
sebagainya. Tugas otak melahirkan kegiatan berfikir yang pada gilirannya dapat
menghasilkan karya nyata. Jadi otak adalah sumber kekuatan manusia untuk
menghasilkan karya melalui proses berfikir.

Bagaimana merealisasikan harapan-harapan agar menjadi kenyataan ? Ada


beberapa proses sebagai berikut:

a. Gunakan potensi yang kita miliki, yaitu kita mengerahkan kemampuan-


kemampuan yang bisa diandalkan dan memang kita memilikinya dan
menguasainya.
b. Perasaan takut gagal. Perasaan itu pasti ada, namun kita harus yakin pada diri
kita sendiri bahwa kita mampu untuk melakukannya, perasaan tersebut harus
kita buang jauh-jauh dan kita yakin prosentase keberhasilan kita adalah 50:50.
Walaupun gagal, tetapi pada dasarnya kita tidak rugi karena kita telah
melakukan dan mencoba yang terbaik daripada tidak sama sekali.
c. Melawan kemungkinan-kemungkinan. Hindari diri kita dari fikiran-fikiran
negatif dan cobalah selalu positif thinking dalam menghadapi sesuatu karena
itu adalah salah satu motivasi untuk kita sendiri.
d. Sikap hidup biasa-biasa saja. Sikap ini bukanlah sikap yang baik, jika kita hanya
mengandalkan dan pasrah dengan kehidupan apa adanya. Kita harus bersaing
dan menjadi yang lebih baik dari yang terbaik.
e. Kurang antusias. Kalau kita tidak memiliki antusias dan obsesi dalam hidup,
bagaimana kita bisa maju dan berkembang mengembangkan sayap kehidupan
dan merealisasikan keinginan-keinginan.
f. Menolak perubahan. Perubahan harus selalu dilakukan jika kita ingin menjadi
yang lebih baik. Karena Allah SWT berfirman : Sesungguhnya aku tidak
akan merubah suaru kaum sebelum mereka merubah keadaan mereka
sendiri .

2.2.4 Beberapa Definisi Manusia

Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yang luar biasa dan tidak
dapat dijelaskan kemauan dalam arti bahwa kemanusian telah masuk dalam
rantai kualitas sebagai sumber utama yang bebas kepada dunia alam (world of
nature).
Manusia adalah mahkluk yang sadar diri. Bahwa ia adalah satu-satunya
mahkluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas dasar kahadirannya sendiri.
Manusia adalah mahkluk moral. Disinilah timbul pertanyaan penting mengenai
nilai. Nilai terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dan setiap gejala,
perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yang lebih tinggi.
Manusia adalah mahkluk utama dalam dunia lain. Mempunyai esensi uniknya
sendiri dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat
istimewa dan mulia.
2.2.5 Pertanggung Jawaban Manusia dalam Islam

Manusia dapat memilih dua jalan (baik dan buruk), tetapi ia sendiri yang
harus mempertanggung jawabkan pilihannya. Manusia tidak membebani orang lain
untuk memikul dosanya, tidak juga dosa yang lain dipikulkan keatas pundaknya.
Tetapi dalam Al-quran surat Al-Anam ayat 164, dinyatakan bahwa tanggung
jawab tersebut baru dituntut apabila memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti
pengetahuan, kemampuan serta kesadaran.

Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami
tidak akan menyiksa sebelum mengutus seorang rosul(Q.S.Al-Israf :
{17}15)

Allah tidak membebenani seseorang kecuali dengan kemampuannya(Q.S.


Al-Baqarah: {2}15)

Dari kedua gabungan ayat ini, kita dapat memetik dua kaidah yang
berkaitan dengan tanggung jawab yaitu :

1. Manusia tidak diminta untuk mempertanggung jawabkan apa yang tidak


diketahui atau tidak mampu melakukannya.
2. Manusia tidak dituntut mempertanggung jawabkan apa yang telah
dilakukannya, sekalipun hal tersebut dilakukannya.
MATERI 2 POLITIK DAN PERAN AGAMA

kekuasaan-kekuasaan itu dengan sebaik -baiknya. Sesuai prinsip-


prinsip dasar yang telah ditetapkan al-Quran dan sunnah rasul.

2.1.3 Pengertian Politik Menurut Para Ahli

Politik sangat erat kaitannya dengan masalah kekuasaan, pengambilan


keputusan, kebijakan publik dan alokasi atau distribusi.Pemikiran mengenai
politik di dunia barat banyak dipengaruhi oleh Filsuf Yunani Kuno seperti Plato
dan Aristoteles yang beranggapan bahwa politik sebagai suatu usaha untuk
mencapai masyarakat yang terbaik. Usaha untuk mencapai masyarakat yang
terbaik ini menyangkut bermacam macam kegiatan yang diantaranya terdiri dari
proses penentuan tujuan dari sistem serta cara-cara melaksanakan tujuan itu.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi politik menurut beberapa ahli:

a) ROD HAGUE

Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-


kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat
melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-
anggotanya.

b) ANDREW HEYWOOD

Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,


mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang
mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala komflik
dan kerjasama.

c) CARL SCHMIDT
Politik adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih
membuat keputusan - keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak.

d) LITRE

Politik didefinisikan sebagai ilmu memerintah dan mengatur Negara.


e) ROBERT

Definisi politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat

f) IBNU AQIL

Politik adalah hal-hal praktis yang lebih mendekati kemaslahatan bagi


manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak digariskan oleh
RasulullahSAW.

2.2 Kontribusi Umat Islam Terhadap Kehidupan Politik Indonesia

Islam sebagai sebuah ajaran yang mencakup persoalan spiritual dan politik telah
memberikan kontribusi yang cukup signifikasi terhadap kehidupan politik diIndonesia.
Pertama ditandai dengan munculnya partai -partai berasaskan islamserta
partai nasionalis berbasis umat Islam dan kedua dengan ditandai sikap
proaktifnya tokoh-tokoh politik Islam dan umat Islam terhadap keutuhan
Negarakesatuan Republik Indonesia, sejak proses awal kemerdekaan,
hingga sekarang jaman reformasi.

Berkaitan dengan keutuhan Negara, misalnya Muhammad Natsir


pernahmenyerukan umat Islam, perumusan Pancasila bukan merupakan
sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Al-Quran, karena nilai-nilai yang
terdapat dalamPancasila juga merupakan bagian dari nilai -nilai yang
terdapat dalam al-Quran.Demi keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa,
umat Islam rela menghilangkan t u j u h kata dari sila ke satu
dari Pancasila, yaitu kata-kata k e w a j i b a n melaksanakan
syariat Islam bagi para pemeluknya.
Umat Islam Indonesia dapat menyetujui pancasila dan UUD 45
setidak-tidaknya atas dua pertimbangan: pertama; nilai -nilainya dibenarkan
oleh ajarana g a m a I s l a m ; k e d u a , f u n g s i n y a s e b a g a i n u k t a h - n u k t a h
kesepakatan a n t a r a berbagai golongan untuk mewujudkan kesatuan politik
bersama.

2.3 Kontribusi Agama Dalam Kehidupan Politik

Kontribusi yang diberikan oleh agama khususnya Islam dalam kehidupan politik
cukup banyak. Dalam modul ini khususnya pada bagian Kegiatan Belajar 1 seperti telah
dijelaskan di atas mencoba memberi gambaran tentang hal tersebut hanya dari dua sisi
saja, itu pun keduanya bersifat normatif. Yaitu tentang prinsip-prinsip kekuasaan politik
yang diajarkan oleh Islam dan kriteria pemegang kekuasaan politik yang diajarkan oleh
Islam.

Pada bagian pertama, Islam secara lebih khusus Al-quran mengajarkan bahwa
kehidupan politik harus dilandasi dengan empat hal yang pokok yaitu:

a) Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat.


b) Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil.
c) Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasu-Nya, dan ulil amri.
d) Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW.

Pada bagian yang kedua, Islam memberi kontribusi bagaimana seharusnya


memilih dan mengangkat seorang yang akan diberi amanah untuk memegang kekuasaan
politik. Yaitu orang tersebut haruslah:

a) Seorang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur.
b) Seorang yang dapat dipercaya.
c) Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi.
d) Seorang yang cerdas.
e) Yang paling penting Anda seorang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan.

2.4 Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan Dan Kesatuan Bangsa


Secara naluriah manusia tidak dapat hidup secara individual. Sifat sosial pada
hakikatnya adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT agar manusia dapat
menjalani hidupnya dengan baik. Dalam faktanya manusia memiliki banyak perbedaan
antara satu individu dengan individu lainnya, di samping tentunya sejumlah persamaan.
Perbedaan tersebut kalau tidak dikelola dengan baik tentu akan menimbulkan konflik dan
perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari kenyataan tersebut perlu dicari sebuah
cara untuk dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan. Pendekatan terbaik untuk
melakukan tersebut adalah melalui agama. Secara normatif agama Islam lebih khusus Al-
quran banyak memberi tuntunan dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan
dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Beberapa prinsip yang diajarkan Al-
quran untuk tujuan tersebut antara lain:

a) Prinsip persatuan dan persaudaraan.


b) Prinsip persamaan.
c) Prinsip kebebasan.
d) Prinsip tolong-menolong.
e) Prinsip perdamaian.
f) Prinsip musyawarah.

2.5 Hadits Tentang Politik

1. Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka. (HR. Abu Na'im).
2. Tidak akan sukses suatu kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpin.
(HR. Bukhari).
3. Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, "Wahai Abdurrahman bin
Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena
ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan
tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya." (HR. Bukhari dan
Muslim).
4. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-
pemimpin mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka
menangani hukum dan peradilan.Juga Allah jadikan harta-benda ditangan orang-orang
yang dermawan.Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka
Dia menjadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak
rendah.DijadikanNya orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan
harta berada di tangan orang-orang kikir. (HR. Ad-Dailami).
5. Kami tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan. (HR. Muslim).
6. Ada tiga perkara yang tergolong musibah yang membinasakan, yaitu:
a. Seorang penguasa bila kamu berbuat baik kepadanya, dia tidak mens
yukurimu dan bila kamu berbuat kesalahan dia tidak mengampuni.
b. Tetangga apabila melihat kebaikanmu dia pendam (dirahasiakan atau diam saja)
tapi bila melihat keburukanmu dia sebarluaskan.
c. Isteri bila berkumpul dia mengganggumu (diantaranya dengan ucapan dan
perbuatan yang menyakiti) dan bila kamu pergi (tidak di tempat) dia akan
mengkhianatimu. (HR. Ath-Thabrani)
7. Allah melaknat penyuap, penerima suap dan yang memberi peluang bagi mereka. (HR.
Ahmad).
8. Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar
mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar
mereka melakukan tipu daya dan pencurian.Hati mereka lebih busuk dari bangkai.
(HR. Ath-Thabrani).
9. Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya
kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat. (HR. Ath-
Thabrani).
Keterangan : Hal tersebut karena dia menyalah-gunakan jabatannya dengan berbuat
yang zhalim dan menipu (korupsi dll).
10. Aku mendengar Rasulullah Saw memprihatinkan umatnya dalam enam perkara:
a. Diangkatnya anak-anak sebagai pemimpin (penguasa).
b. Terlampau banyak petugas keamanan.
c. Main suap dalam urusan hukum.
d. Pemutusan silaturahmi dan meremehkan pembunuhan.
e. Generasi baru yang menjadikan Al Qur'an sebagai nyanyian.
f. Mereka mendahulukan atau mengutamakan seorang yang bukan paling mengerti
fiqih dan bukan pula yang paling besar berjasa tapi hanya orang yang berseni
sastra lah. (HR. Ahmad).
MAKALAH TANGGUNG JAWAB MANUSIA
SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMI
(Tugas Agama Islam)

Disusun oleh Kelompok 6:


1. Luna Marina A

2. May Tia Pratiwi

3. Nina Juwita

4. Nisa Hanifah

5. Nur Tri Astuti

6. Yeni Nur Hasanah

Jurusan Gizi Reguler

Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang


Tahun Ajaran 2012/2013
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Khalifah

Khalifah dan khulafa (jamak) secara bahasa artinya wakil atau pengganti atau
orang yang menggantikan orang yang sebelumnya.Al-Quran menyebut kata khalifah
dalam surat al-Baqarah :30 dan shad :26, khulafa' (3 kali : al-A'raf : 69,74 ; an-Naml
:62), khalaifa (4 kali : al-An-am :145 ; Yunus :14,73 ; fathir : 39) dan masih banyak
ayat yang lain yang menyatakan kata bentuknya. Semua dinyatakan dalam arti bahasa,
yakni pengganti yang menggantikan umat atau pemimpin terdahulu; menggantikan
malaikat untuk mengurus bumi atau mendapat amanah dari Allah untuk mengelola
bumi.

Menurut istilah yang lebih khusus lagi pada kekuasaan, berarti orang yang dipilih
oleh jama'ah menjadi pemimpin mereka. Khalifah menurut sejarah ialah kepala
pemerintahan islam pada zaman sahabat, yaitu dengan bai'at sebagai pernyataan setia
dari penduduknya dengan jalan pilihan. Sesudah masa sahabat, sebutan khalifah di
pergunakan untuk sebutan kepala pemerintahan tetapi tidak melalui pilihan (kerajaan).
Dulu pada saat Abu Bakar As-Shiddiq menjadi pemimpin umat islam, beliau disebut
khalifah (pengganti) dari Rasulillah.Lalu ketika Umar ra menggantikan, beliau disebut
khalifat-khalifat Rasulillah (pengganti dari pengganti Rasulillah).
Karena gelar ini terlalu panjang, akhirnya Umar ra berinisiatif mengganti gelar itu
menjadi Amirul Mukminin (Pemimpin orang-orang mukmin). Semua manusia yang
diciptakan Allah di muka bumi adalah khalifah Allah atau pengganti makhluk Tuhan
untuk melaksanakan amanah Tuhan sebagai pengelola bumi ini.Allah memberikan
amanah kepada semua manusia (khulafa) untuk membangun bumi ini ; bukan kepada
Malaikat, Jin, Hewan, Gunung, Langit dan lain sebagainya walaupun mereka juga
ciptaan Allah. "(QS.33:72). Manusialah yang sanggup memegang amanah itu karena
potensi yang dimiliki oleh manusia.

2.2 Peranan Manusia Sebagai Khalifah


Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua
peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.
Pertama, memakmurkan bumi (al imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-
upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar riayah).
1. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT.
Manusia harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat
manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan
merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi
selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu.
2. Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak
manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan
jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena
sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena
itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia
mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa
(pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan
kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah
agama (Islam).
Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara
bumi dari kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang
membangkang dibanding yang benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan
cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi nabi
sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat
kerusakan dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang
Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4 yang berbunyi :

Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: Sesungguhnya
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. (QS Al Isra :[17] 4)

Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan
fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap
Alam yang diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat
77 yang berbunyi:

Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL Qashash :[28] 77)

Sebagai tambahan peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana


yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
1.Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54)
belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu
Allah yaitu Al Quran.
2.Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja,
tetapi juga ilmu Allah.
3.Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 )
Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain
melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa
yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

2.3 Tugas Manusia Sebagai Makhluk

Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata


menyembah sebagai terjemahan dari lafal abida-yabudu-ibadatun. Beribadah
berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus
tunduk mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.

1. Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata
caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al Quran maupun
hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat,
puasa, zakat, haji dan sebagainya.

2. Ibadah ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakuakn oleh manusia yang
diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan
dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT

Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT,
karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia,
mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedankan
diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam
kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Sebagaimana firman Allah SWT
yang artinya: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan
masuklah ke dalam surgaku. (QS Al Fajr : 27-30)
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada
Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam
telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah.
Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai akan tidur harus
disesuaikan dengan ajaran Islam.
Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunayi tugas pokok
di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang
dikehendaki oleh Allah SWT adlah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan
kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh
kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan
dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul
berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan
keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga,
waktu, bahkan jiwa.

2.4 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka
bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka
bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk
mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia
bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di
muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan
menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan
manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan
yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum
Tuhan baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Quran), maupun yang tersirat dalam
kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan
yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta
mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta
pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang
diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam [QS 35 (Faathir : 39)] yang artinya
adalah :
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa
yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba
allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan
tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang
menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang
menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti
fiman-Nya dalam [QS (at-tiin: 4)] yang artinya sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

2.5 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Di Era Moderen

Allah SWT dengan kehendak kebijaksanaan-Nya telah menciptakan makhluk-


makhluk yang ditempatkan di alam penciptaan-Nya. Sebagai khalifah tanggung jawab
manusia adalah sangat luas didalam kehidupannya, meliputi semua keadaan dan tugas
yang ditentukan kepadanya.
Di zaman serba modern ini tanggung jawab manusia khususnya sebagai
khalifah hampir semua orang meninggalkannya. Manusia melupakan tugas dan
tanggung jawab dari aslinya dengan membengkokon kearah-arah yang negatif.
Manusia dalam melakukan kerja kebudayaan memiliki kebebasan untuk
memilih dan menentukan diantara berbagai macam kemungkinan. Tetapi kebebasan
itu tidak bebes begitu saja,dalam artian bebas dalam batas tertentu terhadap hak orang
lain. Kondisi ini digambarkan pada masa lalu,terdapat rebutan lahan diantara dua
penguasa. Mereka mempermasalahkan batas wilayah yang tidak henti-hentinya.
Thomas Hobbes menyebutnya sebagai homo homini lopus, artinya manusia adalah
serigala bagi manusai yang lain. Persoalan rebutan wilayah itu mungkin kalau
sekarang seperti persoalan antara Israel dan Palestina yang selalu bermusuhan karena
berebutan wilayah.
Hal tersebut dapat terjadi karena tanggung jawab manusia sebagai
khalifah/pemimpin telah musnah. Mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi,
tidak peduli lagi akan tanggung jawab sebagai seorang khalifah, tidak peduli akan
kebenaran kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapus kemungkaran serta
penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.
Pemanfaatan tekhnologi sekarangpun telah banyak membelok dari fungsi
aslinya, yakni dari fungsi aslinya tekhnologi itu dipergunakan untuk memecahkan
masalah yang lahir dalam kehidupan,sebagai sarana atau aktifitas yang denganya
manusia berusaha mengubah atau menangani lingkungan,sebagai sarana untuk
mencapai tujuan-tujuan praktis yang bersifat positif. Sebagai sarana untuk
mempermudah manusia melakukan tugasnya,misalnya:

1. Dengan tekhnologi modern, dari tekhnik mengendalikan aliran air sungai


petani mendapatkan kemudahan dalam memperoleh air. Bendungan dapat
dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik. Alat rumah tangga elektronik
mempermudah ibu-ibu rumah tangga dalam melaksanakan tugasnya.
2. Dengan tekhnik modern dapat dibuat bermacam-macam media pendidikan,
seperti, slide, film setrip, TV dan lain-lain yang dapat mempermudah para
pendidik dalam melaksanakan tugasnya.

Pengetahuan dan tekhnologi memungkinkan terjadinya perkembangan


ketrampilan dan kecerdasan manusia. Hal ini karena dangan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi memungkinkan:
1. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan ilmiah.
2. Meningkatnya kemakmuran materi dan kesehatan masyarakat.
Fungsi hakikat tekhnologi tersebut telah banyak yang pensiun, meski banyak
pula yang berjalan sesuai mestinya. Teknologi yang pensiun atau berubah dari hakekat
fungsinya, misalnya adalah pembuatan nuklir, meledaknya bom atom di Hirosima dan
Nagasaki pada tanggal 6 dan 8 Agustus 1945 mengakhiri perang dunia ll. Akibat bom
atom korban manusia sipil yang cacat seumur hidup dan hangus menjadi abu dalam
sekejap lingkungan alam hancur. Sampai saat ini jatuhnya bom atom di Hirosima dan
Nagasaki selalu diperingati sebagai peringatan akan bahaya tekhnologi atom bagi
umat manusia. Itulah akibat dari melalaikan tanggung jawab manusia.

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan
Sebagai mahluk yang dibekali dengan berbagai kelebihan jika dibandingkan
dengan mahluk lain, sudah sepatutnya manusia mensyukuri anugerah tersebut dengan
berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan semua potensi yang ada dalam diri
kita. Kita juga dituntut untuk terus mengembangkan potensi tersebut dalam rangka
mewujudkan tugas dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi.
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tehnologi tentulah dipergunakan sebaik
mungkin, dengan catatan tidak melebihi ambang batas, sebab sesuatu yang sifatnya
berlebihan itu tidak baik. Begitu juga dengan pemanfaatan IPTEK, pemanfaatan
IPTEK yang melebihi angka wajar ia akan menjadi penghancur yang sangat kuat, baik
itu pada moral-moral anak bangsa, pada lingkungan hidup dan sebagainya.

3.2 Saran
Kami selaku penulis makalah ini, mengharapkan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan makalah ini ke depannya, karena kami sadari
bahwa dalam penulisan makalah ini baik isi dan tata penulisannya masih banyak
kekurangan.
ETIKA MORAL DAN AKHLAK
(TUGAS MATA KULIAH AGAMA ISLAM)

OLEH kelompok 7:

QORY WULANDARI

RIZKY ZULIA Y.P

RIZKA DELISA AMIRAH

SELVI NOVITA SARI

SENI RATNANUR ANDANI

YESINTA FILIANI
JURUSAN GIZI KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

TANJUNG KARANG

2012/2013

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ahlak

Ahlak ialah hal ihwan yang melekat pada jiwa (Sanubari). Dari situ timbul perbuatan-
perbuatan secara mudah tanpa dipikir panjang dan diteliti terlebih dahulu (Spontanitas).
Apabila hal ihwal atau tingkah laku itu menimbulkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji
menurut pikiran dan syariah, maka tingkah laku itu disebut ahklak yang baik. Apabila
menimbulkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka tingkah laku disebut ahklak yang
buruk. Ahklak terpuji dan baik tidak akan terbentuk begitu saja, landasan dalam islam
adalah al-quran dan al-hadits, yakni kitab Allah dan sunnah rasullnya. Dari kedua landasan
inilah dijelaskan kreteria demi kreteria antara kebajikan dan kejahatan, keutamaan dan
keburukan, terpuji dan tercelah. Kedua Landasan itupula yang dapat dijadikan cermin dan
ukuran akhlak muslim. Ukuran itu ialah iman dan takwa semakin tinggi keimanan dan
ketakwaan semakin tinggi keimanan dan ketakwaan seseorang, akan semakin baik pula
ahlaknya, namun sebaliknya, semakin rendah nilai keimanan dan ketakwaan seseorang
maka akan semakin rendah pula kualitas ahlaknya.

B. Macam-macam Akhlak

a. Akhlak terpuji (Ahlakul Karimah)

Ialah ahlak mahmudan atau ahlak yang terpuji adalah ihwal atau tingka laku yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syariat
(hukum agama).

Ruang lingkup ahlak yang terpuji.

Ahlak terpuji itu cakupannya sangat luas, meliputi ruang lingkup kehidupan manusia. Ada
21 macam ahlak mahmudan (terpuji) yang dicontohkan oleh nabi Muhammad saw yaitu :

1. Asy syajuaan (Keberanian)

2. Al karam (Pemurah)

3. Al adi (Adil)

4. Al iffan (Penjaga kehormatan)

5. Asn (Jujur atau Benar)


6. Al amaanah (Dapat di Percaya)

7. Ash shabru (Sabar) .:QS. Al-Anfaal (Al-Anfal) [8] : ayat 46


[8:46] Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan,
yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

8. Al hilmu (lapang Hati)

9. Al afwu (Pemaaf)

10. Ar rahman (kasih sayang)

11. Litsaarus-salam (Mengutamakan Kedamaian)

12. Az zuhd (Zuhud)

13. Al hayaa (Malu)

14. Al tawaadhu (Rendah hati atau Tawadhu)

15. Al wafaa (Kesetiaan)

16. Asy syuuraa (Musyawarah)

17. Thiibul isyran (Pergaulan yang Baik)

18. Hubul amal (Cinta Kerja)

19. Ta aawun (Tolong-menolong)

20. As sakhaa (Pemurah)

21. Al muruah (Berbudi Tinggi)

b. Ahlak tercalah (Ahlak Madzumumah)

Akhlak ihwan atau tingkah laku yang menimbulkan perbuatan-perbuatan buruk dan tidak
terpuji (tercelah) menurut pandangan akal dan syariat (hukum agama).

Katagori akhlak Madzumumah (akhlak tercelah) ada 15 :

1. Anaaniyah (egoistis)

2. Al baghyu (Lacur)

3. Al bukhlu (Bahkil atau Kikir)

4. Al kidzbu (Dusta)
5. Al khiyaanah (Khianat)

6. Azh zhulmu (Aniaya atau Zhalim)

7. Al jubnu (Pengecut)

8. At fawaashiy (Pebuatan Keji)

9. At ghadhab (Pemarah)

10. At ghasysyu (Menipu Timbangan)

11. Al gufibah (Menggunjing)

12. Al guinea (Merasa Kaya)

13. Al ghuruus (memperdayah)

14. Al huyaatud dunya (Kehidupan Duniawi)

15. Al Hasad (Dengki)

C. Etika, Moral dan Karakternya

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti Kebiasaan. Yang berarti kebiasaan
baik dan kebiasaan buruk, makna etika dalam kamus besar bahasa Indonesia aitu ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau
akhlak. Di dalam pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai,
kesusilaan baik dan buruk suatu tingkah laku manusia yang digunakan dengan akal pikiran
karena akal yang menentukan perbuatan manusia itu baik atau buruk.

Moral dari bahasa latin yaitu Mores yang artinya Jamak dari kata Mos yang berarti adat
kebiasaan. Moral dari istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menetukan batas-
batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik dan buruk.

Ada beberapa pengertian moral dalam paham the Advanced Learners Dictionary of
Current English.

1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.

2. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.

3. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

Dari ketiga tersebut dapat dipahami Bahwa Moral adalah Istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai baik atau buruk, benar atau
salah. Jika moral dan etika ini dihubungkan maka dapat dikatakan bahwa moral dan etika
ini memiliki karakter yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia
yang baik atau yang buruk.
Perbedaan dari etika dan moral adalah kalau etika dapat dikatakan untuk menetukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur dengan menggunakan
norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam
masyarakat,sedangkan moral muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat,

dengan tolak ukur yang digunakan dalam moral adalah untuk mengukur tingkah laku
manusia dengan adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.

A. Budi Pekerti

Budi Pekerti adalah kata Majemuk perkataan budi dan pekerti, gabungan kata yang
berasal dari bahasa sangsekerta dan bahasa indonesia. Dalam sansekerta budi artinya alat
kesadaran (batin), dalam bahasa Indonesia pekerti berarti keakuan. Jadi budi pekerti ialah
tingkah laku, perangai akhlak. Budi pekerti mengandung makna perilaku yang baik,
bijaksana dan manusiawi. Dalam perkataan itu tercermin sifat, watak seseorang dalam
perbuatan sehari-hari.

Persamaan Akhlak, Moral, etika dan Budi Pekerti

Pada dasarnya antara Akhlak, moral, etika dan budi pekerti itu tidak ada perbedaan
karena sama-sama membahas baik-buruk tingkah laku Manusia. Persamaannya adalah
bahwa akhlak itu berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari Khuluq yang memiliki arti
tabiat, budi pekerti, watak. Beberapa contoh perkataan akhlak seperti Kesusilaan, sopan
santun dalam bahasa indonesia juga mempunyai arti moral dan etika. Para pakar
berpendapat bahwa etika itu sama dengan akhlak, karena keduanya membahas masalah
baik buruknya tingkah laku manusia. Sedangkan moral itu berdekatan dengan ide-ide
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar.

Perbedaan akhlak, moral, etika dan budi pekerti.

Perbedaan nya yaitu, etika menentukan baik buruknya perbuatan manusia dengan tolak
ukur atau pikiran. Ilmu akhlak menentukan nya dengan tolak ukur ajaran agama (Al-
Quran dan Hadist). Yang menentukan baik atau buruk suatu sikap (Akhlak) yang
melahirkan prilaku atau perbuatan manusia, didalam agama dan ajaran Islam adalah Al-
Quran yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah dengan Sunnah beliau yakni
dalam kitab-kitab Hadist, yang menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan
etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat di
suatu masa. Akhlak bersifat mutlak, sedang moral dan etika bersifat relatif.

B. Hubungan Akhlak dengan Ilmu Lain

a. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf

Antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf memiliki hubungan yang berdekatan. Pengertian
Ilmu Tasawuf adalah Ilmu yang dengannya dapat diketahui hal-hal yang terkait dengan
kebaikan dan keburukan jiwa.
Tujuan Ilmu Tasawuf itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang
terpuji.

Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf seseorang hares terlebih
dahulu berakhlak mulia.Pada dasarnya bertasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah
seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan
Ilmu Tasawuf lebihlanjutr dapat diuraikan sebagai berikut:

Ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur'an dan AI-Hadist mementingkan
akhlak. AI-Qur'an dan Al-Hadist menekankan mlai-nilai kejujuran, kesetiakawanan,
persaudaraan, rasa kesosialan, rasa keadilan, tolong-menolong, murah hati, suka memberi
maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani,
kesucian, hemat, menepati janji, disiplin, mencintai iImu dan berfikir lurus. Nilai-nilai
serupa ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan dimasukkan ke dalam dirinya dari
semasa ia kecil. Jadi hubungan antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf dalam Islam ialah
bahwa akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari
akhlak itu sendiri.

b. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat

Sebagaimana Ilmu Tasawuf, Ilmu Filsafat juga mempunyai hubungan yang berdekatan
dengan Ilmu akhlak. Pengertian ilmu Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
menyelidiki segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran.
Filsafat memiliki bidang-bidang kajiannya mencakup berbagai disiplin ilmu antara lain:

a) Metafisika : Penyelidikan di balik alam yang nyat

b) Logika : Pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepa

c) Etika : Pembahasan tentang timgkah laku manusia

d) Theodica : Pembahasan tentang ke-Tuhanan

e) Antropolog : Pembahasan tentang manusia

Dengan demikian, jelaslah bahwa etika/akhlak termasuk salah satu komponen dalam
filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karma ilmu
tersebut kian meluas dan berkembang akhirnya membentuk disiplin ilmu terendiri dan
terlepas dari filsafat. Demikian jugs etika/akhlak, dalam proses perkembangannya,
sekalipun masih diakui sebagian bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan
ilmu yang mempunyai identitas sendiri. Selain itu filsafat juga membahas Tuhan, alam dan
makhluknya. Dari pembahasan ini akan dapat diketahui dan dirumuskan tentang cara-cara
berhubungan dengan Tuhan dan memperlakukan makhluk serta alam lainnya. Dengan
demikian akan diwujudkan akhlak yang baik terhadap Tuhan, terhadap manusia, dan
makhluk Tuhan lainnya. Jadi kesimpulannya hubungan antara ilmu Akhlak dengan ilmu
Filsafat adalah di dalam ilmu filsafat dibahas hal-hal yang berhubungan dengan etika/akhlak
dan dibahas pula tentang Tuhan dan bahkan menjadi cabang ilmu tersendiri yaitu Etika
dan Theodica.Setelah mempelajari ilmu-ilmu tersebut diharapkan dapat terwujud akhlak
yang baik.

c. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Hukum Islam

Pengertian hukum Islam atau hukum syara' menurut ulama ushul ialah doktrin (kitab)
syari' yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf yang bersangkutan
dengan perbuatan orang-orang mukallaf secara perintah atau diperintahkan memilih atau

berupa ketetapan (taqrir). Sedangkan menurut ulama fiqh hukum syara ialah efek yang
dikehendaki oleh kitab syari' dalam perbuatan seperti wajib, haram dan Mubah.

Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah yang wajib diturut
(ditaati) oleh seorang muslim. Dan di dalamnya termuat ilmu Akhlak. Pokok pembicaraan
mengenai hubungan akhlak dengan ilmu hukum adalah perbuatan manusia. Tujuannya
mengatur hubungan manusia untuk kebahagiannya. Hubungan antara ilmu Akhlak dengan
Hukum Islam adalah akhlak dapat mendorong manusia untuk tidak berfikir dalam
keburukan, tidak mengkhayal yang tidak berguna, sedangkan hukum dapat menjaga hak
milik manusia dan mencegah orang untuk melanggar apa yang tidak boleh dikerjakan.

Selain itu, di dalam hukum terdapat sanksi-sanksi yang dapat memberi hukuman bagi
seorang yang memiliki akhlak buruk. Misalnya saja suatu ketika ada seseorang yang
berakhlak kurang balk melakukan suatu tindakan buruk contohnya mencuri, dia akan
mendapatkan sanksi, karma secara hukum dia telah melakukan pelanggaran.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara Ilmu Akhlak hubungan dengan
hukum disini adalah dalam hukum terdapat perintah dan larangan, jika melaksanakan yang
diperintahkan berarti dapat dikatakan berakhlak balk, namun jika melanggar apa yang
diperintahkan maka dapat dikatakan akhlaknya buruk, dan hukum memberi balasan atas
baik buruknya akhlak.

C. Indikator Manusia Berakhlak

Manusia berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya, sedang manusia tidak
berakhlak ( a moral ) adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya. Namun sering kali
manusia tidak sadar kalau hatinya sakit. Kalaupun dia sadar tentang kesakitan hatinya, ia
tidak berusaha untuk mengobatinya. Padahal penyakit hati jauh lebih berbahaya
ketimbang penyakit fisik. Seseorang yang sakit secara fisik jika penyakitnya tidak dapat
diobati dan disembuhkan ujungnya hanya kematian. Kematian bukanlah akhir dari segala
persoalan melainkan pintu yang semua orang akan memasukinya. Tetapi penyakit hati
jika tidak disembuhkan maka akan berakhir dengan kecelakaan di alam keabadian.

Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluq), kata Al-Ghazali, adalah tertanamnya iman
dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak (suu al-khuluq) adalah manusia
yang ada nifaq di dalam hatinya. Nifaq artinya sikap mendua dalam Tuhan. Tidak ada
kesesuaian antara hati dan perbuatan. Iman bagaikan akar dari sebuah tumbuhan. Sebuah
pohon tidak akan tumbuh pada akar yang rusak dan kropos. Sebaliknya sebuah pohon
akan baik tumbuhnya bahkan berbuah jika akarnya baik.
Amal akan bermakna jika berpangkal pada iman, tetapi amal tidak membawa makna apa-
apa apabila tidak berpangkal pada iman.
Demikian juga amal tidak bermakna apabila amal tersebut berpangkal pada kemunafikan.
Hati orang beriman itu bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar dan hati orang kafir
itu hitam dan malah terbalik.

Taat akan perintah Allah, juga tidak mengikuti keinginan syahwat dapat mengkilaukan
hati, sebaliknya melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati. Barang siapa
melakukan dosa, hitamlah hatinya dan barang siapa melakukan dosa tetapi menghapusnya
dengan kebaikan, tidak akan gelaplah hatinya hanya cahaya itu berkurang. Dengan
mengutip beberapa ayat Al Quran dan Hadits, selanjutnya Al-Ghazali mengemukakan
tanda-tanda manusia beriman, diantaranya :
a. Manusia beriman adalah manusia yang khusu dalam shalatnya
b. Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faedahnya)
c. Selalu kembali kepada Allah
d. Mengabdi hanya kepada Allah
e. Selalu memuji dan mengagungkan Allah
f. Bergetar hatinya jika nama Allah disebut
g. Berjalan di muka bumi dengan tawadhu dan tidak sombong
h. Bersikap arif menghadapi orang-orang awam
i. Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri
j. Menghormati tamu
k. Menghargai dan menghormati tetangga
l. Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna
m. Tidak banyak berbicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala persoalan
n. Tidak menyakiti orang lain baik dengan sikap maupun perbuatan

Sufi yang lain mengungkapkan tanda-tanda manusia berakhlak, antara lain : Memiliki
budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang lain, banyak
kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi banyak bekerja,
penyabar, hatinya selalu bersama Allah, tenang, suka berterima kasih, ridha terhadap
ketentuan Allah , bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak
pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad,
cinta karena Allah dan benci karena Allah
.
Ketika Rasulullah ditanya tentang perbedaan mukmin dan munafik, Rasulullah
menjawab, orang mukmin keseriusannya dalam shalat, puasa dan ibadah sedangkan orang
munafik kesungguhannya dalam makan minum layaknya hewan. Hatim al-Asam seorang
ulama tabiin menambahkan, bahwa indikator mukmin adalah manusia yang sibuk
dengan berfikir dan hikmah, sementara munafik sibuk dengan obsesi dan panjang angan-
angan, orang mukmin putus harapan terhadap manusia kecuali pada Allah. Sebaliknya
orang munafik banyak berharap kepada sesama manusia dan bukan kepada Allah.
Mukmin merasa aman dari segala sesuatu kecuali dari Allah, munafik merasa takut oleh
segala sesuatu kecuali oleh Allah. Mukmin berani mengorbankan hartanya demi
agamanya sedangkan munafik berani mengorbankan agamanya demi hartanya. Mukmin
menangis dan berbuat baik, munafik berbuat jahat dan tertawa terbahak-bahak. Mukmin
senang berkhalawat (bersemedi) sedang munafik senang keramaian.
Mukmin menanam dan menjaga agar tidak terjadi kerusakan, munafik menuai dan
mengharap keuntungan. Mukmin memerintah dan melarang (amar maruf nahi munkar)
untuk kekuasaan, maka kerusakannlah yang terjadi.
Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, maka manusia berakhlak adalah
manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama makhluk dan alam dalam arti luas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak itu adalah hal ihkwal yang melekat pada
jiwa Sanubari, macam-macam akhlak ada 2 :

1. Akhlak Terpuji (Akhlakul Karimah)

2. Akhlak tercela (Akhlak Madzumamah)

Etika berasal dari bahasa yunani ethos yang artinya kebiasaan, baik kebiasaan baik maupun
kebiasaan buruk, jadi etika dapat diartikan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak. Moral dari bahasa latin yaitu mores
yang artinya Jamak, dari Istilah moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik dan buruk.

Sehingga etika dan moral ini mempunyai karakter yaitu sama-sama membahas tentang
perbuatan manusia yang baik atau yang buruk adapun hubungan akhlak denganilmu lain
tauhid adalah hubungan yang bersifat berdekatan. Hubungan akhlak dengan ilmu tasawuf
sangat berdekatan yaitu ilmu yang menimbulkan nilai-nilai kejujuran. Kesetiakawanan,
persaudaraan, rasa kesosialan, rasa keadilan dan lain-lain. Jadi hubungan ilmu tasawuf
dengan akhlak dalam islam adalah akhlak itu merupakan pangkal tolak tasawuf. Sedangkan
tasawuf esensi dari akhlak itu sendiri. Hubungan akhlak dengan ilmu filsafat adalah dalam
ilmu filsafat dibahas hal-hal yang berhubungan dengan akhlak dan dibahas pula tentang
tuhan bahkan menjadi cabang Ilmu tersendiri yaitu etika dan moral.

Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu Islam adalah dalam hukum terdapat perintah dan
larangan, jika melaksanakan yang diperintahkan berarti dapat dikatakan berakhlak baik
begitupun sebaliknya.

B. Saran

1. Hendaknya sebagaimana manusia harus bisa menikmati sebaik-baiknya, segala sesuatu


yang telah diciptakan dari Allah SWT.
2. Sebaiknya ilmu Pendidikan yang kita gunakan tidak lepas dari Al-Quran.

AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL DAN


AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN
(Tugas Mata Kuliah Agama Islam)

OLEH KELOMPOK 8

1. Siti Nur Asiah


2. Sri Martini
3. Tantri Febriana Putri
4. Triyas Novrilia
5. Ulfa Mora Uli Siregar
6. Rinita Zuraida
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG
2012/2013
BAB II
ISI
2.1 Agama Sebagai Sumber Moral
Salah satu bagian dari kehidupan adalah moral. Dengan demikian perbuatan manusia ituk
etika dinilai baik atau buruk, sumber penilaian itu haruslah dari Al Quran dan Assunah.
ArtinyaAl Quran dan Assunah menjadi sumber nilai perbuatan manusia. Pengertian sumber
nilai tidak hanya suatu perbuatan itu dinilai baik atau buruk, melainkan juga menjadi acuan
untuk berbuat
sesuai dengan yang dikatakan baik oleh Al Quran dan Assunnah, dan berdiam diri tidak
melakukan sesuatu karena Al Quran dan Assunnah mengatakannya tidak baik.

Contoh perbuatan yang tidak baik :

1. Allah sangat melarang manusia untuk mabuk-mabukkan dan berjudi karena keduanya
merupakan perbuatan setan yang berarti buruk, seperti pada firman-Nya pada Q.S
AlMaidah ayat 90 yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman. Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk pahala), mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

2. Allah SWT juga melarang manusia untuk makan makanan yang haram dan
menganjurkan agar memakan makanan yang halalan thayyiban karena itu adalah baik
seperti dalam firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah 168 yang artinya:

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh nyata bagimu

Di dalam Al Quran begitu banyak apa saja yang dikatakan baik dan apa saja yang dikatakan
buruk. Perbedaan baik dan buruk, halal dan haram, hak dan batal dijelaskan kriterianya
masing-masing oleh Al Quran. Itulah sebabnya salah satu dari nama Al Quran adalahal
furqon
Yang berarti Pembeda benar dan salah.Salah satu criteria sesuatu dikatakan tidak baik karena
akan berakibat dosa dan tempat kembalinya ke neraka, sedangkan yang baik akan
mendapatkan pahala dan tempat kembalinya adalah surga dan ampunan Allah.

Contohnya adalah seorang muslim kawin degan wanita musyrikatau seorang muslimah kawin
dengan laki-laki musyrik, baik laki-laki maupun wanita musyrikkeduanya mengajak ke
neraka. Jika seorang muslim hanya kawin dengan wanita muslimah,perkawinan itu diajak
oleh Allah kepada ampunan-Nya dan surga. Sebaimana firman Allah dalamQ.S. Al Baqarah
221, yang artinya:

dan jangan kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu,
dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita mukmin) sebelum
merekaberiman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun
dia menarik hatimu, mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surge dan
ampunan dengan izin-Nya, dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)
kepada manusia supayamereka mengambil pelajaran.

Karena Al Quran dan Assunnah sebagai sumber akhlak, agar setiap muslim bisa ber-
akhalakul karimah, pertama mereka harus mengetahui setiap yang dikatakan baik atau buruk
olehAl Quran maupun Assunnah. Ketidaktahuan apa yang dikatakan baik atau buruk oleh Al
Quran maupun Assunnah menyebabkan ketidaktahuan pula perbuatan (perasaan, pikiran,
keyakinan,maupun perbuatan fisik) yang dilakukan itu baik atau buruk, masuk kategori
akhlaqul karimah atau
akhlaqul mazmumah.

Persoalannya adalah, seberapa banyak yang sudah diketahui yangtermasuk baik dan yang
termasuk buruk menurut Al Quran dan Assunnah, dan seberapa banyakpula yang diketahui
baik telah menjadi tabiat seorang muslim. Dari sinilah setiap muslim telahdapat diukur atau
mengukur dirinya sendiri telah termasuk ber-akhlaqula karimah atau belum masih jauh dari
kriteria itu atau telah mendekatinya. Secara umum termasuk orang yang ber- akhlaqul
karimah atau orang yang termasuk ber-akhlaqul mazmumah.Langkah selanjutnya adalah
menyatakan komitmen atas dasar keyakinan keharusanuntuk menjadi orang baik, orang
bermanfaat, serta orang yang ber-
akhlaqul karimah. Agar komitmen itu memliki energi sehingga mampu melahirkan perbuatan
konkrit.

Etika Moral dan Akhlak

Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk, ukuran nya adalah akal.
Moral adalah segala tingkah laku manusia yang mencakup sifat baik dan buruk, ukuran nya
adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.
Akhlak adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk, ukuran nya adalah wahyu Allah
yang universal.

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong nya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu.
Menurut Al-Ghozali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang timbul akibat
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.

Kriteria Akhlak :

Perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang


Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran
Dilakukan tanpa paksaan / tekanan
Dilakukan dengan sesungguhnya
2.2 Akhlak Mulia Dalam Kehidupan
Kata akhlak berasal dari kata khilqun, yang mengandung segi-segi persesuaian kata khaliq
dan makhluq. Dalam Bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak
adalah budi pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal,
tergantung pada pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif
atau baik, seperti amanah, sabar, pemaaf, rendah hati dll. Dan mungkin negatif atau buruk,
seperti sombong,dendam, dengki, hianat dll. Suri teladan yang diberikan Rasulullah SAW
selama hidup beliau merupakan contohakhlak yang tercantum dalam Al-Quran. Butir-butir akhlak
yang baik yang disebut dalam ayatyang ada di dalam Al-Quran terdapat juga dalam Al-Hadits
yang memuat perkataan, tindakan dan sikap diam Nabi Muhammad SAW selama kerasulan
beliau 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun diMadinah. Menurut Siti Aisyah RA (Isteri
Rasulullah SAW), bahwa
akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Quran . Dan di dalam Al-Quran pun Rasulullah SAW
dipuji oleh Allah SWT dengan Firman-NyaDan engkau Muhammad, sungguh memiliki
akhlak yang agung.(QS. Al-Qalam ayat 4).

Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat :

1.Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan.


2.Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan di pikir pikir terlebih dahulu

Akhlak dalam praktiknya ada yang mulia disebut akhlak mahmudah dan ada akhlak yang
tercela yang disebut akhlak madzmumah. Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuanan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya sedangkan akhlak tercela ialah
yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan rasul-Nya. Kemudian dari pada itu,
kedua kategori akhlak tersebut ada yang bersifat batin dan ada yang bersifat lahir. Akhlak
batin melahirkan akhlak lahir.

Cara Mencapai Akhlak yang Baik

Akhlak merupakan anugerah dan rahmat dari Allah :

1. Mujahadah adalah selalu berusaha keras untuk merubah diri menjadi baik dan tetap
dalam kebaikan serta menahan diri dari sikap putus asa.
2. Riyadloh adalah melatih diri secara spiritual untuk senantiasa zikir ( ingat ) kepada
Allah.

Upaya Mengubah Akhlak yang Buruk Menjadi Baik

1. Menjadi murid seorang pembimbing spiritual


2. Minta bantuan seseorang yang tulus, taat dan punya pengrtian
3. Berupaya mengetahui kekurangan diri kita dari seseorang yang tak senang ( benci )
dengan kita
4. Bergaul bersama banyak orang dan memisalkan kekurangan yang ada pada diri yang
lain bagaikan yang ada pada diri kita.
Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan

1. Akhlak terhadap Allah swt


Mentauhidkan Allah (Q.S Al-Ikhlas : 1-4)

Tidak berbuat musyrik (Q.S Lukman : 13)

Bertakwa kepada Allah (Q.S An-Nisa : 1)

Banyak berdzikir kepada Allah (Q.S Al-ahzab : 41-44)

2. Akhlak terhadap Rosulullah


Mengikuti / menjalankan sunnah nya (Ali Imron : 30)

Meneladani akhlak nya (Q.S Al-Ahzab : 21)

Bershalawat kepada nya (Q.S Al-Ahzab : 56)

3. Akhlak terhadap diri sendiri


Sabar (Q.S Al-Baqarah : 153)

Syukur (Q.S Ibrahim : 7)

Amanah / jujur (Q.S Al-Ahzab : 72)

Tawadlu (Q.S Lukman : 18)

Bertaubat (Q.S Ali Imran : 135)

4. Akhlak terhadap keluarga


Berbakti kepada orang tua (Q.S An-Nisa : 36)

Membina dan mendidik keluarga (Q.S At-Tahrim : 6)

Memelihara keturunan (Q.S An-Nahl : 58-59)

5. Akhlak terhadap sesama manusia


Ukhuwah / persaudaraan (Q.S Al-Hujurat : 10)
Taawun / tolong menolong (Q.S Al-Maidah : 2)

Suka memaafkan kesalahan orang lain (Q.S Ali Imran : 134-159)

Menepati janji (Q.S At-Taubah : 111)

6. Akhlak terhadap sesama makhluk


Tafakur / memperhatikan dan merenungkan alam semesta dan segala nya (Q.S Ali Imran :
190)

Memanfaatkan alam (Q.S Yunus : 101)

Ada jalan khusus untuk menjadi orang yang memiliki akhlaqul karimah atau insan kamil.Arti
dari akhlaqul karimah adalah orang yang dalam hidupnya senantiasa berusaha berbuat
baik,berlomba dalam kebaikan, sekuat tenaga menghindari dari kejahatan ( fahsya wal
munkar ) Sebagaimana yang di tempuh oleh kaum sufi (kaum yang senantiasa mengupayakan
kesucian jiwa untuk secara rohani mendekat kepada Allah SWT). Jalan itu disebut maqamat
Atau tingkatan dalam tangga.

Secara kronologis, tingkatan tangga menurut Mohammad Iqbal meliputi :

1. Keberanian dan Menghindari rasa takut


Untuk mencapai suatu tujuan apapun kita harus berani mencoba, melangkah, dan
merealisasikannya. Tanpa ketiga hal tersebut maka tujuan itu hanya akan menjadi
khayalan belaka. Selain itu, rasa takut harus hanyalah kepada Allah semata.

2. Toleransi dan Melarang Sukuisme Berlebihan


Semangat Islam adalah rohmatan lilalamin, tidak mau berkompromi dengan kualitas
kufar, nifaq, dan syirik yang memusuhi Islam. Bersamaan dengan itu, Islam
sebenarnya melarang sukuisme berlebihan. Satu dengan yang lain, kelompok yang
satu dengan kelompok lainnya justru supaya saling mengenal, bekerja sama, dan
saling menghormati. Seperti firmanAllah SWT pada Q.S. Al Hujarat ayat 13 yang
artinya:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal.

3. Kasbi halal dan tidak meminta-minta


Islam mengajarkan kepada umatnya agar mencari karunia Allah dengan cara yang
halalanthayyiban , membelanjakannya dengan cara yang maruf, tidak boros (israf )
dan tidak pelit( bakhil ) , dan hidup sederhana ( zuhud ).orang boleh kaya, tetapi
tetap hidup sederhana. Jika miskin jangan mengemis-ngemis seperti ngamen di
jalanan atau door to door . Umar bin Khatab, seorang pemimpin agung, suatu saat
pedangnya jatuh. Ia turun dari kendarannya lalu memungutnya sendiri, tanpa menuruh
ajudan maupun prajuruit pengawalnya.
4. Kerja kreatif dan orisinal
Suatu bangsa tak kan pernah berjaya kalah hanya bisa membajak karya hak cipta
orangatau bangsa lain. Demikian pula mengkonsumsi barang bajakan hanyalah
pribadi kerdil sebagai kepanjangan dari pembajaknya.

5. Cinta dan Menjauhi sikap memperbudak


Yang dimaksud dengan cinta adalah mencintai kebenaran, mencintai Allah, cinta
kasih kepada sesama makhluk sebagai penghayatan dan penjelmaan ar-Rahman ar-
Rahim

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penjelasan di atas dapat isimpulkan , yaitu.

1. Salah satu bagian dari kehidupan adalah moral. Dengan demikian perbuatan manusia
ituk etika dinilai baik atau buruk, sumber penilaian itu haruslah dari Al Quran dan
Assunah.
2. Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk, ukuran nya adalah akal.
Moral adalah segala tingkah laku manusia yang mencakup sifat baik dan buruk, ukuran nya
adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.

Akhlak adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk, ukuran nya adalah wahyu Allah
yang universal.

3. Akhlak dalam praktiknya ada yang mulia disebut akhlak mahmudah dan ada akhlak
yang tercela yang disebut akhlak madzmumah.
4. Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang
diajarkan Allah dan Rasul-Nya.

3.2 Saran
Saran dari makalah ini adalah.

1. Kita harus memebedakan akhlak yang baik dan buruk.


2. Hindarilah akhlak , etika, dan moral yang buruk.
3. Jadikanlah Rasulullah sebagai teladan dalam kehidupan kita

Anda mungkin juga menyukai