ISI
Tuhan (ilah) sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Tercakup didalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemashlahatan atau kegembiraan dan
termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan defenisi Al-ilah yaitu: yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri dihadapannya, takut dan
mengharapkan-Nya, kepada-Nya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa,
dan bertawakal kepada-Nya untuk kemashlahatan diri, meminta perlindungan dari pada-Nya,
dan menimbulkan ketenangan disaat mengingat-Nya dan terpaut cinta kepada-Nya
(M.Imaduddin, 1989 : 56).
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya.?
Dan Firaun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan
bagimu selain aku.
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya
tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal
kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya,
dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta
kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)
Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan
manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan.
Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang
dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-
Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia)
mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat la ilaaha illa Allah. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu tidak ada Tuhan, kemudian baru diikuti
dengan penegasan melainkan Allah. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada
dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.
Dalam beberapa pendapat tokoh Atheis yang pertama dan terkenal yaitu: ( ANTONY FLEW dalam
bukunya Theis a Good, The of spirit Islam), dalam membongkar tentang kebohongan yang besar
dalam dunia Atheis yang tidak mengakui adanya Tuhan Yang Maha Pencipta atas segala seluruh isi
Alam semesta.
Manusia dapat mengetahui dunia dengan segala hal yang berhubungan dalam pandangan
dunia yang langsung pada Tuhan spiritualitas (kejiwaan) serta watak dapat menempatkan waktu
dalam berfikir yang logis tidak bersifat absurd terhadap apa yang dipikirkannya. Sebab manusia
mempunyai beberapa sifat didalam dirinya.
Ada beberapa sifat yang dimiliki oleh manusia setiap apa yang dipikrkan antara lain:
v Manusia mempunyai sifat malaikat dalam dirinya yang berpontensi kepada Tuhan, lebih jauh
daripada manusia yang sebenarnya. Khusus para Rasul dan Nabi
v Manusia sifat binatang dalam dirinya yang berpontensi kepada iblis (nafsu).
Manhalwa illa insani khamalu fillailah: manusia telah memiliki beberapa sifat didalam yang sangat
fatal, sehingga mampu menggerakan semua apa yang diinginkan-Nya
v Manusia mempunyai sifat Ilahi dalam dirinya yang berpotensi kepada sifat-sifat Tuhan, berbeda
dengan sifat malaikat tetapi manusia mampu menempatkan dirinya terhadap Tuhan.
1. Pemikiran Barat
Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut
ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang
berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada
pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda,
seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dansyakti (India). Mana adalah kekuatan
gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu
dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera,
tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
Animisme
Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap
benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh
dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena
itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa
tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar
manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus
menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah
salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
Politeisme
Henoteisme
Monoteisme
Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan adalah Allah. Kata
Allah adalah nama isim jumid atau personal name. Merupakan suatu
pendapat yang keliru, jika nama Allah diterjemahkan dengan kata
Tuhan, karena dianggap sebagai isim musytaq.
Tuhan yang haq dalam konsep al-Quran adalah Allah. Hal ini dinyatakan
antara lain dalam surat Ali Imran ayat 62, surat Shad 35 dan 65, surat
Muhammad ayat
19. Dalam al-quran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang Tuhan yang
diberikan kepada Nabi sebelum Muhammad adalah Tuhan Allah juga.
Perhatikan antara lain surat Hud ayat 84 dan surat al-Maidah ayat 72.
Tuhan Allah adalah esa sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Ankabut
ayat 46, Thaha ayat 98, dan Shad ayat 4.
Dengan demikian tidak berarti bahwa agama adalah iman kepada yang
ghaib dan ilmu pengetahuan adalah percaya kepada pengamatan
ilmiah. Sebab, baik agama maupun ilmu pengetahuan kedua-duanya
berlandaskan pada keimanan pada yang ghaib. Hanya saja ruang lingkup
agama yang sebenarnya adalah ruang lingkup penentuan hakikat
terakhir dan asli, sedang ruang lingkup ilmu pengetahuan terbatas pada
pembahasan ciri-ciri luar saja. Kalau ilmu pengtahuan memasuki bidang
penentuan hakikat, yang sebenarnya adalah bidang agama, berarti ilmu
pengetahuan telah menempuh jalan iman kepada yang ghaib. Oleh sebab
itu harus ditempuh bidang lain.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya
tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: <<Percaya
adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq>> adalah suatu
pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu
yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu
bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu
bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada
dengan sendirinya tanpa pencipta?
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam
terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan
secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali,
maka sejak dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum
tersebut dan tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena itu
pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan (Shiahab, 2007).
Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya
dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan
menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali.
Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari
berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan
menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali.
Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk
bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa.
BAB II
PEMBAHASAN
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang
dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia
berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah
seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak
memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran
manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan
segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim
berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.
Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif,
besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai
pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang
datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk
benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah
laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-
anak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-anaknya. Jangan
diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan
yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, Setiap anak, lahir membawa fitrah.
Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses
perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah
adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal
ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat
dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri atas perbuatan yang tampak saja. Di
dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak selalu mudah ditanggapi kecuali
secara fisik langsung (misalnya, melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat
menggambarkan sikap mental tersebut), bahkan secara tidak langsung itu adakalanya
cukup sulit menarik kesimpulan yang teliti. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah
tingkah laku dalam arti luas dan dikaitkan dengan nilai-nilai hidup, yakni seperangkat
nilai yang diterima oleh manusia sebagai nilai yang penting dalam kehidupan, yaitu
iman. Yang dituju adalah tingkah laku yang merupakan perwujudan nilai-nilai hidup
tertentu, yang disebut tingkah laku terpola.
Dalam keadaan tertentu, sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat dipengaruhi
melalui campur tangan secara langsung, yakni dalam bentuk intervensi terhadap
interaksi yang terjadi. Dalam hal ini dijelaskan beberap prinsip dengan mengemukakan
implikasi metodologinya, yaitu:
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus menerus, dan
tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan orang semakin
lama semakin mampu bersikap selektif. Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak
kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan proses
motivasi agar membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai
hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.
Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk
tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk menghayatinya
melalui suatu peristiwa internalisasi (yakni usaha menerima nilai sebagai bagian dari
sikap mentalnya) dan individuasi (yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat
kepribadiannya). Melalui pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu
penjelmaan dan perwujudan nilai dalam diri manusia secara lebih wajar dan amaliah,
dibandingkan bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk utuh, yakni
bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak didik sebagai suatu produk
akhir semata-mata. Prinsip ini menekankan pentingnya mempelajari iman sebagai proses
(internalisasi dan individuasi). Implikasi metodologinya ialah bahwa pendekatan untuk
membentuk tingkah laku yang mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat hanya
mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk jadi, tetapi juga harus mementingkan proses
dan cara pengenalan nilai hidup tersebut. Dari sudut anak didik, hal ini bahwa
seyogianya anak didik mendapat kesempatan sebaik-baiknya mengalami proses tersebut
sebagai peristiwa pengalaman pribadi, agar melalui pengalaman-pengalaman itu terjadi
kristalisasi nilai iman.
3. Prinsip sosialisasi
Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila telah
memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk tingkah laku terpola baru teruji
secara tuntas bilamana sudah diterima secara sosial. Implikasi metodologinya ialah
bahwa usaha pembentukan tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur
keberhasilannya terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya dengan memperhatikan
kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai individu), tetapi perlu
mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial (proses sosialisasi)
orang tersebut. Pada tingkat akhir harus terjadi proses sosialisasi tingkah laku, sebagai
kelengkapan proses individuasi, karena nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah
laku selalu mempunyai dimensi sosial.
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani
secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu tanpa
mengandung pertentangan antara nilai yang satu dengan nilai lainnya. Implikasi
metodologinya adalah bahwa usaha yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya
tingkah laku yang mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren.
Alasannya, caranya dan konsekuensinya dapat dihayati dalam sifat dan bentuk yang jelas
dan terpola serta tidak berubah-ubah tanpa arah. Pendekatan demikian berarti bahwa
setiap langkah yang terdahulu akan mendukung serta memperkuat langkah-langkah
berikutnya. Apabila pendekatan yang konsisten dan koheren sudah tampat, maka dapat
diharapkan bahwa proses pembentukan tingkah laku dapat berlangsung lebih lancar dan
lebih cepat, karena kerangka pola tingkah laku sudah tercipta.
5. Prinsip integrasi
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Quran, maka bergejolak
hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan memahami ayat yang
tidak dia pahami. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anfal: 2
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal.
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi
dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah
Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11,
Mujadalah: 10, dan at-Taghabun:13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal: 3
dan al-Muminun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat,
dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang
kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-
Mukminun: 3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar
ilmu Allah, yaitu al-Quran menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mumin tidak
akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan Allah
adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta
benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan
ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.
Disaat manusia beranjak dewasa yang ditandai oleh kesempurnaan akalnya, maka
semenjak itu ia mulai berpikir tentang keberadaannya di dunia ini. Ia mulai berpikir
tentang beberapa pertanyaan mendasar yang sangat perlu, bahkan ia harus jawab.
Jawaban tersebut akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Selama
masalah ini belum terjawab, selama itu pula menusia tersesat tanpa tujuan yang jelas dan
tidak akan berjalan di dunia dengan tenang. Karena sifatnya yang demikian beberapa
pertanyaan pokok dan mendasar ini sering disebut sebagai uqdatul kubro
(masalah/simpul yang sangat besar).Pertanyaan mendasar tersebut berupa:
Mau kemana manusia pada saat ini dan kehidupan setelah ini?
Bila pertanyaan ini terjawab, terlepas dari jawaban benar atau salah- maka
seseorang akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan
kehidupannya. Selanjutnya ia berjalan dengan suatu landasan dan berbuat dengan
standar dan nilai yang berlandaskan landasan tersebut.
Berikut ini merupakan simpulan permasalahan masyarakat kita akibat produk dunia
pendidikan:
2.7.2. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan
Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan
beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah
hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat
mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada
satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan
keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan
sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-
benda kramat, mengikis kepercayaan pada khurat, takhyul, jampi-jampi dan
sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat al-Fatihah ayat
1-7 .
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya.
Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan,
bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena kepentingan materi. Pegangan
orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS 11 (Hud):6
Seringkali orang dilanda keresahan dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan
kebimbangan. Orang yang beriman hatinya tentram, mempunyai keseimbangan, dan
jiwanya tenang karena Allah telah menjajikan pada umat muslim bahwa setiap
kebaikan yang mereka tanam pasti akan menuai hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan
firman Allah QS Al-Radu
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan seseorang yang mampu menekankan
kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam
firman Allah surat Ar-Rad ayat 28.
Keimanan dan ketakwaan membuat seseorang selalu berbuat ikhlas , tanpa pamrih
kecuali keridhaan Allah. Orang yang mendengarkan kata hatinya akan
melaksanakannya berdasarkan moral dan bertanggungjawab terhadap konsekuensi
yang harus diterimanya. Firman Allah yang menegaskan sikap ikhlas terdapat pada
QS Al Anam : 62 yang artinya Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing
dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang
beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman
Allah QS Al-Baqarah : 5 yang artinya Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk
dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung
3.1. Kesimpulan
Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun
mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Islam terambil dari kata salima yang bermakna selamat sejahtera, dan setelah
dibentuk menjadi aslama yang berarti menjadikan selamat sejahtera. Kata ini juga
memiliki makna menyerahkan diri kepada peraturan dan kemauan Allah, karena
diturunkan dan bersumber dari Allah SWT. Jadi kata Islam berarti damai, selamat,
sejahtera, penyabaran diri, taat, dan patuh.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengandung ajaran
untuk menciptakan kedamaian dan keselamatan hidup umat manusia pada khususnya, dan
semua makhluk Allah pada umumnya. Kondisi akan terwujud apabila manusia sebagai
penerima amanah Allah dapat menjalankan aturan tersebut secara benara dan Kaafah.
Islam adalah agama rahmatal lilalamin, yaitu suatu agama yang memberikan kesejukan,
kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan tidak hanya kepada pemeluknya, tetapi juga
kepada umat lain, bahkan kepada seluruh makhluk dan alam semesta. Sebagai agama
rahmatal lilalamin, ia mengajarkan kepada umat manusia bagaimana menghadapi dan
melaksanakan kehidupan yang bersifat pluralistik.
Historis keberagamaan Islam pada era kenabian Muhammad SAW, masyarakat religius
telah terbentuk dan telah pula menjadi kesadaran umum pada saat itu. Dalam kehidupan
yang plural, Islam mengajarkan setidaknya empat hal pokok, pertama, sebagai agama
tauhid, Islam mengajarkan adanya kesatuan penciptaan yaitu Allah SWT. Kedua, Sebagai
agama tauhid, Islam mengajarkan kesatuan kemanusiaan. Ketiga, sebagai agama tauhid
Islam mengajarkan kesatuan petunjuk, yaitu al Quran dan Sunnah Nabi SAW. Keempat,
sebagai konsekwensi logis dari ketiga pokok tersebut, maka bagi umat manusia hanya ada
satu tujuan dan makna hidup yaitu kebahagian di dunia dan kebahagian di akhirat. Untuk
mewujudkan kesatuan fundamental tersebut, maka setiap individu muslim harus
berpegang teguh pada ajaran agamanya dengan jalan mentaati peraturan-peraturan Allah
yang dirumuskan di dalam al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW.
Fungsi Islam sebagai rahmat tidak bergantung pada penerimaan atau penilaian manusia.
Substansi rahmat terletak pada fungsi ajaran tersebut dan fungsi itu baru akan dirasakan
baik oleh manusia sendiri maupun makhluk-makhluk yang lain. Apabila manusia sebagai
pengemban amanah Allah telah menta jalan tersebut. Fungsi islam sebagai rahmat bagi
sekalian alam tidak tergantung pada penerimaan atau penilain manusia. Fungsi Islam
sebagai rahmat Allah bagi semua alam itu dijelaskan oleh Allah dalam Q.S. Al-Anbiya
[21]:170.
Kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati dan empati antara dua
orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau persamaan yang sama,
baik suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan itu menimbulkan
sikap timbal balik untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan, dan sikap
ntuk saling membagi kesenangan untuk pihak yang lain bila salah satu pihak menemukan
kesenangan. Ukhuwah atau persaudaraan berlaku kepada umat islam, yang disebut
ukhuwah islamiyah, dan berlaku pula untuk semua umat manusia secara universal tanpa
membedakan agama, suku, dan aspek-aspek kekhususan lainnya yang disebut ukhuwah
insaniyah.
Kata Ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya perasaan simpati atau empati antara dua
orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki perasaan yang sama baik suka maupun
duka, baik senang maupun sedih. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbale balik
untuk saling membantu bila pihak lain mengalami kesulitan. Dan sikap untuk membagi
kesenangan kepada pihak lain. Ukhuwah dan persaudaraan yang berlaku bagi sesama
muslim disebut ukhuwah islamiyah.
Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan yang tidak dilandasi oleh keluarga,
suku, bangsa, dan warna kulit, namun karena perasaan seaqidah dan sekeyakinan. Nabi
mengibaratkan antara satu muslim dengan muslim lainnya ibaratkan satu tubuh. Apabila
ada satu bagian yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya. Rasulullah
SAW juga bersabda : tidak sempurna iman salah seorang kamu, sehingga ia mencintai
saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri .
Hadis di atas berarti, seorang mulim harus dapat merasakan penderitaan dan kesusahan
saudara yang lainnya. Ia harus selalu menempatkan dirinya pada posisi saudaranya.
Antara sesama muslim tidak ada sikap saling permusuhan,dilarang mengolok-olok
saudaranya yang muslim. Tidak boleh berburuk sangka dan mencari kesalahan orang lain
( Q.S al-Hujurat: 11-12)
Dalam pergaulan antar agama, semakin hari kita merasakan intensnya pertemuan agama-
agama itu. Walaupun kita juga semakin menyadari bahwa pertemuan itu kurang diisi
segi-segi dialogis antar imannya.
Dalam pembinaan umat Bergama, para pemimpin dan tokoh agama mempunyai peranan
yang besar, yaitu:
1. Menterjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama ke dalam kehidupan
bermasyarakat
2. Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti oleh
masyarakat.
3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara yang
dilakukan untuk suksesnya pembangunan.
4. Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta dalam
usaha pembangunan
5. Meredamkan api-api konflik yang ada dan berusaha mencari titk temu dan solusi
Dari segi akidah, setiap orang yang tidak mau menerima Islam sebagai agamanya disebut
kafir atau non muslim. Kata kafir berarti orang yang menolak, yang tidak mau menerima
atau menaati aturan Allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran Islam. Sikap
kufur, terhadap perintah Allah pertama kali ditunjukkan oleh iblis ketika diperintahkan
untuk sujud kepada Adam as sebagaimana yang dikisahkan dalam Q.S. 2 (Al-Baqarah) :
34. Ketika Rasulullah SAW mulai menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat Arab,
sebagian dari mereka ada yang menerima ajaran tersebut dan sebagiannya lagi menolak.
Orang yang menolak ajaran Rasulullah tersebut juga disebut kafir. Mereka terdiri dari
orang-orang musyrik yang menyembah berhala yang disebut orang Watsani dan orang-
orang ahli kitab, baik orang Yahudi maupun Nasrani. Di antara orang-orang kafir tersebut
ada yang mengganggu, menyakiti, dan memusuhi orang Islam dan di antaranya hidup
dengan rukun bersama orang Islam. Orang kafir yang menggangu, yang mnyakiti, dan
memusuhi oorang islam disebut kafir harbi, dan orang kafir yang hidup rukun dengan
orang Islam disebut dzimmi.
Kafir harbi adalah orang kafir yang memerangi orang Islam dan boleh diperangi oleh
orang Islam. Kafir dzimmi adalah orang kafir yang mengikat perjanjian atau menjadi
tanggungan orang Islam untuk menjaga keselamatan, atau keamanannya. Bila orang Islam
memilki kekuasaan politik dalam sebuah Negara Islam, maka kafir dzimmi ini menjadi
warga Negara Islam. Sebagai konpensasi dari dzimmah, untuk member jaminan
keamanan, mereka wajib membayar jizyah, pajak kepada pemerintah muslim. Kafir
seperti ini tidak boleh dibunuh selama ia masih menaati peraturan-peraturan yang
dikenakan kepada mereka. Ketentuan tersebut dijelaskan oleh Allah dalam Q.S. 9 (At-
Taubah) : 29.
Umat islam adalah umat yang terbaik yang di ciptakan Allah dalam kehidupan dunia
ini.Demikian firman Allah dalam QS. Ali Imran 3:110. Kebaikan umat islam itu bukan
sekedar simbolik, karena telah mengikrarkan keyakinan Allah sebagai Tuhannya dan
Muhammad SAW sebagai Rasulullah, tetapi karena identifikasi diri sebagai muslim
memberikan konsekuensi untuk menunjukan komitmennya dalam beribadah kepada Allah
dan berlaku sosial. Dalam al-Quran kedua komitmen itu disebut hablum minallah dan
hablum minannas. Allah mau menunjukan komitmen kehidupannya pada aspek tersebut.
Bentuk tanggung jawab sosial meliputi berbagai aspek kehidupan, diantaranya adalah :
Menjalin silahturahmi dengan tetangga. Dalam sebuah Hadits Rasulullah menjadikan
kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu indicator keimanan.
Memberikan Infaq sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalam bentuk zakat
maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah. Harta adalah rezeki yang Allah karuniakan
kepada hamba-Nya yang harus disyukuri baik secara lisan maupun melalui pemanfaatan
secara benar.
Bentuk tanggung jawab umat islam meliputi berbagai aspek kehidupan, di antaranya
adalah :
Menjalin silahturahmi dengan tetangga
Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dala bentuk
zakat maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah
Menjenguk apabila ada anggota masyarakat yang sakit dan taziah apabila ada
anggota masyarakat yang meninggal dengan mengantarkan jenazahnya sampai ke
kubur
Memberi bantuan menurut kemampuan bila ada anggota masyarakat yang
memerlukan bantuannya
Pentusunan sistem sosial yang efektif dan efisien untuk membangun masyarakat, baik
mental spiritual maupun fisik materialnya
.
2.3.3. Amar maruf dan nahi mungkar
Amar maruf dan nahi mungkar artinya memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan
mencegah perbuatan jahat. Sikap amar maruf nahimungkar akan efektif apabila orang
yang melakukannya juga memberi contoh. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran merupakan ciri utama masyarakat orang-orang yang beriman. Setiap kali
al-Qur'an memaparkan ayat yang berisi sifat-sifat orang-orang beriman yang benar, dan
menjelaskan risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali ada perintah yang jelas, atau anjuran
dan dorongan bagi orangorang beriman untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran, maka tidak heran jika masyarakat muslim menjadi masyarakat yang
mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kemungkaran. Karena kebaikan negara dan rakyat tidak sempurna kecuali
dengannya. Al-Qur'an al karim telah menjadikan rahasia kebaikan yang menjadikan umat
Islam istimewa adalah karena ia mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Bentuk amar maruf dan nahi mungkar yang tersistem di antaranya adalah :
Mendirikan masjid
Menyelenggarakan pengajian
Mendirikan lembaga wakaf
Mendirikan lembaga pendidikan islam
Mendirikan lembaga keuangan atau perbankan syariah
Mendirikan media maasa islam : koran, radio, televisi, dan lainnya
Mendirikan panti rehabilitasi anak-anak nakal
Mendirikan pesantren
Menyelenggarakan kajian-kajian islam
Membuat jaringan informasi sosial; dan lain-lain
Sebagai agama yang universal dan komprehensif, islam mengandung ajaran yang integral
dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia. Islam tidak hanya mengajarkan tentang
akidah dan beribadah semata, tetapi islam juga mengandung ajaran dalam segala aspek
kehidupan.
Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi
sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga kerukunan
antar umat beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar
umat beragama agar terjaga sekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragama dalam
masyarakat khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan cara sebagai berikut:
1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu
dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan
mau menghargai keyakinan orang lain.
2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi
salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.
3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian
dari sikap saling menghormati.
4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat
fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.
Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut
hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa
menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam
masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragma bisa terwujud.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, persamaan
hak dan mengakui adanya perbedaan agama. keberagaman agama menurut Islam adalah
sebuah aturan Tuhan (sunnatullah) yang tidak akan berubah, dan tidak mungkin dilawan
atau diingkari. Ungkapan ini menggambarkan bahwa Islam sangat menghargai
keberagaman karena Islam adalah agama yang dengan tegas mengakui hak-hak penganut
agama lain untuk hidup bersama dan menjalankan ajaran masing-masing dengan penuh
kesungguhan demi terpeliharanya kerukunan antar umat beragama.
TAUHID
(TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM)
1. DEWI RATNASARI
2. DIAS RINDIANISA
3. DITA AMALIA HUSNA
4. DWI ASRI YULIANINGSIH
5. DWI DHOMAS NARWAHTUTI
JURUSAN GIZI
TANJUNGKARANG
BAB II
ISI
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan
Sifat-Nya.
Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT
semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia
yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang berhak
disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah
batil. Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha
Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT mempunyai nama-nama yang
indah dan sifat-sifat yang tinggi.
hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT saja yang memiliki hak
uluhiyah terhadap semua makhlukNya. Hanya Dia SWT yang berhak untuk
Karena itu tidak diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari jenis
semata. Siapa yang memalingkan sebagian dari ibadah ini kepada selain Allah
Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya
tiada beruntung.
sebab itulah Allah SWT mengutus para rasul kepada umat manusia, dan
Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan
Artinya : Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu, maka
di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula
Thaghut adalah syaitan dan apa saja yang disembah kecuali selain dari Allah
SWT.
Mengatur alam ini, yang sempurna pada zat, Asma dan Sifat-sifat, serta
sesuatu, di Tangan-Nya kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Artinya : (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis
pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak
ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar
dan Melihat. (QS. Asy-Sura : 11). Dan terdapat pula di Al Quran surat Az
Zumar ayat 62
sesuatu.
Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun
mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat
dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal
yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?
sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (Ath-Thur: 35-
36).
langit yang tujuh dan Yang memiliki Arsy yang besar? Mereka akan
86-89).
antara lain :
mengakui bahwa Allah SWT Maha Esa, Dia lah Rabb, Pencipta, Yang
bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah SWT. Maka dia tidak
boleh berdoa melainkan hanya kepada Allah SWT, tidak meminta tolong
memalingkan sesuatu dari jenis ibadah kecuali hanya kepada Allah SWT
9
Rabb adalah yang memiliki dan yang mengatur dan sedangkan makna
mempunyai pengertian yang sama, seperti firman Allah SWT dalam surat al
padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat
Hakekat dan inti tauhid adalah agar manusia memandang bahwa semua
perkara berasal dari Allah SWT, dan pandangan ini membuatnya tidak menoleh
kepada selainNya SWT tanpa sebab atau perantara. Seseorang melihat yang
baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dan semisalnya,
yang mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah kepada yang
lain.
telah mengakuinya, juga orang-orang musyrik, namun tidak ada gunanya bagi
mereka. Karena mereka tidak mengakui tauhid ibadah kepada Allah SWT
semata.
Siapa yang mengakui Tauhid Rububiyah saja, niscaya dia bukanlah seorang
(sesembahan) yang berhak disembah selain Allah SWT semata, tidak ada sekutu
bagiNya. Dan dia mengakui hanya Allah SWT saja yang berhak disembah,
bukan yang lainnya. dan konsekuensinya adalah hanya beribadah kepada Allah
2.7.Keutamaan Tauhid
Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain
SAW adalah hamba dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa adalah hamba dan
2. Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, Saya mendengar Rasulullah SAW
Adam, jika dosamu telah sama ke atas langit, kemudian engkau meminta
Dari Jabir r.a, ia berkata, Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW
seraya berkata, Wahai Rasulullah, apakah dua perkara yang bisa dipastikan?
menyekutukan sesuatupun dengan Allah SWT niscaya dia masuk surga dan
siapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan sesuatu dengan
2.9.Kesempurnaan Tauhid
SWT semata, tiada sekutu bagi-Nya dan menjauhi thaghut, seperti firman Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut itu, maka di antara umat itu ada orang-orang yang
diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
rasul).
Thaghut adalah setiap perkara yang hamba melewati batas dengannya berupa
sesembahan seperti berhala, atau yang diikuti seperti peramal dan para ulama
jahat, atau yang ditaati seperti para pemimpin atau pemuka masyarakat yang
ingkar kepada Allah SWT. Thaghut itu sangat banyak dan intinya ada lima:
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1. Pengertian Tauhid
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan
Sifat-Nya
MASYARAKAT
Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu, bergaul
dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran pada diri setiap anggotanya
sebagai suatu kesatuan.
Masyarakat berarti sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan
yang mereka anggap sama. Dari pengertian ini dapat dicontohkan istilah masyarakat desa, ialah
masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian utama bercocoktanam, perikanan,
peternakan atau gabungan dari ketiganya ini, yang sistem budayanya mendukung masyarakat itu.
Masyarakat modern berarti masyarakat yang sistem perekonomiannya berdasarkan pasar secara
luas, spesialisasi di bidang industri, dan pemakaian teknoligi canggih (Kamus Besar, l990:564)
Asal usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang
senantiasa membutuhkan orang lain. Dari fitrah ini kemudian mereka berinteraksi satu sama lain
dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan hubungan sosial yang pada gilirannya
menumbuhkan kesadaran akan kesatuan. Untuk menjaga ketertiban daripada hubungan sosial itu,
maka dibuatlah sebuah peraturan.
Dalam perkembangan berikutnya, seiring dengan berjumlahnya individu yang menjadi anggota
tersebut dan perkembangan kebudayaan, masyarakat berkembang menjadi sesuatu yang kompleks.
Maka munculah lembaga sosial, kelompok sosial, kaidah-kaidah sosial sebagai struktur masyarakat
dan proses sosial dan perubahan sosial sebagai dinamika masyarakat.
Allah berfirman:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar - Q.S. ar-Rum/30:41)
Allah berjanji, jika suatu masyarakat taat akan aturan-aturan Allah, jauh dari sifat-sifat
biadab, Allah pasti akan menurunkan berkah dari langit maupun bumi yang menjadikan masyrakata
itu makmur, sejahtera, tidak ada gangguan maupun kesulitan. Tetapi jika sebaliknya,
mengedepankan sifat-sifat biadab Allah akan menimpakan siksa. Alquran mengatakan:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami akan siksa mereka disebabkan perbuatannya.
MASYARAKAT MADANI
Masyarakat ideal menurut ajaran islam adalah Masyarakat yang taat pada aturan allah yang hidup
dengan damai dan tentram, yang tercukupi kebutuhan lainnya.
Contohnya :
Pada masa kehidupan Rasulullah SAW di madinah, beliau diberi kepercayaan dan menunjukkan
ketaatannya pada kepemimpinan Rasulullah SAW, hidup dalam kebersamaan dan menjadikan Al-
Quran sebagai landasan hidupnya.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani, yaitu:
2)Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjian Madinah antara Rasullullah SAW beserta
umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus
dan Khazraj.
Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah keadilan sosial,
egalitarianisme, pluralisme, supremasi hukum, dan pengawasan sosial. Keadilan sosial adalah
tindakan adil terhadap setiap orang dan membebaskan segala penindasan. Egalitarianisme adalah
kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis, agama, suku, dll. Pluralisme adalah sikap menghormati
kemajemukan dengan menerimanya secara tulus sebagai sebuah anugerah dan kebajikan.
Supremasi hukum adalah menempatkan hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa
memandang atas dan bawah
Masyarakat madani membutuhkan adanya pribadi-pribadi yang tulus yang mengikatkan jiwa pada
kebaikan bersama. Tetapi, meskipun demikian komitmen pribadi saja sebenarnya tidak cukup.
Mengingat itikad baik bukan perkara yang mudah diawasi dari luar diri. Maka harus diiringi dengan
tindakan nyata yang mewujud dalam bentuk amal saleh. Tindakan ini harus diterapkan dalam
kehidupan kemasyarakatan, dalam tatanan kehidupan kolektif yang memberi peluang adanya
pengawasan. Pengawasan sosial aalah konsekuensi langsung itikad baik yang diwujudkan dalam
tindakan kebaikan.
Peran Umat Beragama Dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera
1. Landasan
Masyarakat, sebagaimana masyarakat madani binaan Rasulullah, didasarkan pada Alquran dan
Assunnah beliau sendiri. Petunjuk Alquran yang langsung berkenaan dengan masyarakat beradab
dan sejahtera didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Tauhid
b. Perdamaian
2. Aktualisasi Ajaran
Betapa pun rasional dan terperinci suatu ajaran, doktrin, ia hanya terdiri atas sejumlah pasal,
diktum, prinsip yang berisi himbauan, perintah, informasi, larangan, riward, dan punishment. Ajaran
hanya akan bermakna kalau dipandang penting oleh pemilik, penganut, dan pendukung ajaran.
Dengan kata lain ajaran menjadi nilai sebagai acuan berbuat baik oleh individu, kelompok, maupun
budaya (S.Takdir, l982:20-30). Sebaliknya jika diabaikan, ajaran hanya berhenti sebagai potensi dan
tidak pernah berubah menjadi aktus.
3. Bagaimana peran iman dalam bentuk kepedulian sosial dalam masyarakat majemuk
Seperti kita ketahui negara Indonesia yang kita cintai ini terdiri atas berbagai etnis , agama,
budaya, dan kehidupan sosial, serta latar belakang pendidikan yang berbeda. Perbedaan inilah
kadang membuat kita pecah. Disatu pihak SDM yang demikian dapat menciptakan persatuan dan
kesatuan dalam membangun masyarakat dan sisi lain dapat pula terjadi konflik antar etnis.
2.Perkembangan selanjutnya yaitu bahwa manusia terjadi dari zat yang sama yaitu setetes nutfah
sang ayah dan sel telur sang ibu .
(TUGAS MATA KULIAH AGAMA ISLAM)
DEPPY LIASARI
FARIQOH
JURUSAN GIZI
TANJUNG KARANG
2012/2013
KELOMPOK 4
BAB II
ISI
1. Keyakinan ( al-itiqodi)
QS Al Baqoroh ayat 255
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa
yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya?
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Maha Tinggi lagi Maha besar.
Yakni keyakinan tentang Tuhan, nama dan sifatnya; kekuasaan wewenang dan hak-hakNya;
pengawasan-Nya, pembalasan-Nya di dunia dan di akhirat; tentang nabi dan Rasul; atentang
alam ghaib, malaikat, jin, iblis, setan, kehidupan sesudah mati; alam barzah; kebangkitan;
hisab, surga, neraka dan hal-hal ghaib lainnya. semua dijelaskan tuntas dalam aqidah
Islamiyah.
2. Akhlak (al-akhlaqi)
QS Al Araaf ayat 96
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
QS Ar Rad ayat 28
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Yakni sikap moral manusia terhadap Allah, dirinya, sesama manusia dan alam semesta.
Aqidah islamiyah akan membentuk kesadaran untuk sealu berbuat yang terbaik dan
menghindari yang buruk.
Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu
agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka
tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
QS Asy SyuaraaSurat 26 ayat 192 195
Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam, 193.
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. Dengan bahasa
Arab yang jelas.
Yakni perilaku jiwa dalam merespon segala sesuatu. Perasaan sangat dipengaruhi oleh aqidah
dan akhlak. Islam secara sempurna menyentuh aspek ini sehingga melahirkan generasi yang
lembut, sensitif, tegas dan welas asih sesuai konteks yang melatarbelakangi.
5. Pendidikan (at-tarbawi)
QS Al Baqoroh surat ke 2 ayat 151
Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah
mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu
dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
QS Ali Imran surat ke 3 ayat 164.
Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka
adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
QS surat Al Jumuah ayat 2.
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata:
Islam sebagai pedoman hisup harus dipahami dengan baik dan diwariskan pemahamannya
kepada generasi penerus agar mereka tidak sesat, prosestersebut hany berhasil melalui
pendidikan yang Islami.
6. Sosial (Al-ijtimai)
Surat An Nur surat ke 24 ayat 2-10 yaitu
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-
laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang
yang mukmin. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh
itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-orang yang bertaubat
sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak
ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat
kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang
benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa lanat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang
yang berdusta. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama
Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan
(sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang
yang benar. Dan Andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan
(andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan
mengalami kesulitan-kesulitan).
maksud ayat ini ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang berzina, demikian
pula sebaliknya. Yang dimaksud wanita-wanita yang baik disini adalah wanita-wanita yang
suci, akil balig dan muslimah.
maksud ayat 6 dan 7: orang yang menuduh Istrinya berbuat zina dengan tidak mengajukan
empat orang saksi, haruslah bersumpah dengan nama Allah empat kali, bahwa dia adalah
benar dalam tuduhannya itu. Kemudian dia bersumpah sekali lagi bahwa dia akan kena laknat
Allah jika dia berdusta. Masalah Ini dalam fiqih dikenal dengan Lian.
Interaksi sosial manusia tidak lepas dari sentuhan Islam. Islam mengatur sedemikian sehingga
tercipta hubungan sosial yang harmonis, penuh kasih sayang dan bebas dari permusuhan.
7. Politik (as-siyasi)
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan
jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya,
lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.
(Al-Maidah:48)
Sebagai khalifah Allah di buim, kita tidak akan lepas dari masalah politik, baik sebagai
subyek maupun obyek. Dengan Islam Allah mengatur bagaimana seharusnya politik dan
berpolitikitu.
Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah sangat urgent
dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik yang sejatinya, tidak sama dengan
pemahaman selama ini dalam ilmu politik secara umum, yaitu berpolitik yang hanya
dimaksudkan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita
berpartisipasi dalam politik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan
memperjuangkan kepentingan masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin
untuk memperbaiki sistem yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan gerakan berpartai dan berpolitik,
disebut dengan Jihad Siyasi (Perjuangan Politik). Dalam bahasa Imam Hasan Al-Banna,
perjuangan ini dikatagorikan dalam marhalah rukun amal yang disebut Ishlahul
Hukumah (Perbaikan Pemerintahan).
Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact kepada dimensi
kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan dakwah. Yang berujung
kepada pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada
dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan aset-aset negara dan
pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu memelihara identitas
atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi spirituil dalam aspek sosial budaya.
Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia dakwah saja
dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia politik adalah dunia rawan dan
beranjau, dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-
menggunjing, halal menjadi haram, haram menjadi halal, atau menyetujui demokrasi yang
merupakan produk Barat, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah
seruan ini seperti orang yang mengatakan dulu: Islam Yes, Politik No. Sebuah adigium
yang dulu merupakan musuh bersama umat Islam dan dai yang mengajak kembali manusia
kepada Islam secara kaffah atau komprehensif.
Dan bila ada sebagian kader yang tergelincir dan terjerumus dalam permainan sistem yang
destruktif negatif, maka tugas umat, organisasi massa Islam atau organisasi politik Islam
untuk menyiapkan sarana dan prasarana agar setiap yang terjun ke dunia politik tetap
istiqamah dalam menjalankan amanah yang dibebankan kepadanya dan tetap menjaga
integritas diri.
8. Ekonomi (al-istishadi)
Untuk menunaikan tugas-tugas dan agar bisa bertahan hidup, manusia melakukan kegiatan
ekonomi. Islam mengatur agar kegiatan ekonomi itu bukan untuk memenuhi kesengangan
sesaat, namun menyiapkan kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat nanti.
9. Militer (al-askari)
Manusia perlu menyiapkan kekuatan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensinya
1. Mengajak mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain
Allah" dan bahwasanya Muhammad adalah utusan/Rasul Allah.
Diantara hadits yang menyebutkan hal itu adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi Wasallam ketika mengutus Mu'az ke Yaman, beliau bersabda kepadanya :
"Sesungguhnya engkau mendatangi suatu kaum Ahlul Kitab, maka hendaklah yang
pertama engkau lakukan adalah mengajak mereka kepada bersaksi bahwa tiada
Tuhan yang haq melainkan Allah". Dan dalam riwayat yang lain :"hingga mereka
bertauhid kepada Allah ;
2. Jika mereka meresponsnya dengan baik, beliau mengajak mereka kepada syari'at
Islam lainnya berdasarkan urgensinya dan pertimbangan situasi dan kondisinya. Jika mereka
mena'atimu dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan bagi mereka lima shalat waktu dalam setiap hari semalam; jika mereka
mena'atimu dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan kepada mereka membayar zakat yang diambil dari orang-orang kaya diantara
mereka untuk dikembalikan/diberikan kepada orang-orang fakir diantara mereka; jika mereka
mena'ati hal itu, maka jauhilah/berhati-hatilah terhadap harta-harta yang paling mereka
utamakan dan banggakan dan takutlah terhadap doa orang yang dizhalimi karena tiada
hijab/pelindung antara doanya dan Allah.
Dan diantaranya lagi adalah hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim dari Sahl bin Sa'd as-Sidi, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda
kepada 'Ali radhiallahu 'anhu ketika beliau akan memberinya panji pada hari perang Khaibar:
"Lakukanlah dengan perlahan hingga engkau turun ke lapangan menghadapi mereka,
kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan beritahukanlah kepada mereka hak Allah yang
wajib atas mereka. Demi Allah! sungguh, Allah beri hidayah di tanganmu seorang saja
adalah lebih baik bagimu daripada onta merah (barang yang paling berharga dan bernilai
paling tinggi bagi orang Arab saat itu).
Dalam riwayat yang lain : " ..maka ajaklah mereka kepada bersaksi bahwa tiada
Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah".
Para Ulama berbeda pendapat mengenai hukum mandi bagi orang Kafir yang masuk
Islam (dalam beberapa pendapat-pendapat :
1. Hal itu adalah wajib : ini adalah pendapat Imam Malik, Ahmad dan Abu Tsaur
rahimahumullah- ; berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan an-Nasai dari
Qais bin 'Ashim radhiallahu 'anhu- dia berkata : "aku telah mendatangi Nabi Shallallahu
'alaihi Wasallam untuk masuk Islam, maka beliau memerintahkanku untuk mandi dengan air
yang bercampur daun bidara" . Jadi, perintah disini adalah mengindikasikan suatu
kewajiban.
2. Hal itu adalah sunnah, kecuali bila telah terjadi padanya jinabah (yang mewajibkan
mandi junub) ketika masa kafirnya maka wajib baginya untuk mandi : ini adalah pendapat
Imam asy-Syafi'i dan sebagian pengikut mazhab Hanbali.
3. Hal itu tidak wajib sama sekali dalam kondisi apapun, bahkan yang disyari'atkan
baginya adalah mandi berdasarkan hadits tersebut dan hadits lain yang semakna : ini adalah
pendapat Imam Abu Hanifah. Adapun masalah khitan/sunatan, maka hal itu wajib bagi kaum
laki-laki dan adalah suatu kehormatan bagi kaum wanita (yang melakukannya), akan tetapi
jika ajakan kepada orang yang ingin masuk Islam untuk berkhitan itu ditunda dulu untuk
beberapa waktu hingga hatinya mantap dalam Islam dan telah merasa tenteram/tenang maka
hal itu adalah baik membuatnya lari dari, sebab ditakutkan dengan menyutuhnya segera
berkhitan itu justru Islam. Maka berdasarkan hal ini, apa yang anda (penanya) suruh untuk
dilakukan oleh sepasang suami isteri tersebut saat masuk Islam adalah benar.
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut
syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu.
Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza
wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga
ini adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah
(takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati).
Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan
badan.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-
Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki
Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. [Adz-Dzaariyaat: 56-58]
Makna Ibadah
Secara bahasa ibadah berarti tunduk dan taat. Sedangkan menurut istilah, ibadah berarti
segala perkataan dan perbuatan yang dicintai serta diridhai Allah swt, baik yang bersifat
lahir (nampak) maupun bathin (tersembunyi).
1. Lillah, yaitu niat yang ikhlash, niat hanya karena Allah swt semata, niat hanya untuk
mencari keridhaan Allah swt.
2. Billah, yaitu pelaksanaannya seperti yang diperintahkan Allah dan yg dicontohkan
oleh Rasulullah (ittiba'). Misalnya, kita mecontoh bagaimana Rasulullah shalat,
puasa, bersillaturrahiim, bertetangga, bertutur kata, memimpin umat dan sebagainya.
3. Illallaah, yaitu dengan tujuan hanya untuk mencari keridhaan Allah semata. Firman
Allah: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. 2:207)
Hasil dari takwa seorang muslim yang telah mampu mencapai derajat takwa akan diberi
Allah beberapa hal, diantaranya:
"Hai orang- orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
memberikan kepadamu furqaan ..." (QS. 8:29).
Banyak orang yang kini melihat sesuatu yg bathil itu seperti yang haq dan sebaliknya
sesuatu yang haq itu seperti yang bathil hingga terjadi percampuran antara haq &
kebathilan. Disinilah urgensi furqaan, yang dengannya kita dapat membedakan dan
melihat dengan jelas bahwa sesuatu yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil.
Misalnya sebuah keluarga berada dalam kesulitan ekonomi. Tiba-tiba secara tidak
disangka-sangka keluarga tersebut mendapat hadiah yang dapat mereka gunakan
untuk meringankan beban ekonomi tersebut. Inilah rizki yang Allah janjikan bagi
orang yang bertakwa.
Dan bersegera-lah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yg luasnya
seluas langit dan bumi yg disediakan untuk orang-orang yg bertaqwa, (QS. 3:133)
Selain itu masih banyak lagi hasil dari takwa yg disebutkan dalam Al-Quran. Siapakah yang
ingin mendapat anugerah tersebut? Berusahalah menjadi manusia yang bertakwa dengan
jalan taat beribadah kepada-Nya.
Sebaik-baik manusia adalah yang paling berguna bagi manusia. (HR. Ath-Thabarani dan Ad-
Daruquthni dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-
Jami no. 3289)
Usia agama Islam sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menjangkau lebih 1400
tahun. Kemandirian Islam beradaptasi dengan perubahan zaman, masa dan pemikiran
manusia tidak mencalarkan sifatnya malahan ia menjadi agama yang unggul dan paling cocok
dengan fitrah kemanusiaan manusia.
Namun, di kalangan umat Islam mereka menjelaskan intipati akidah melalui kehidupan yang
berbeza. Ini adalah kerana Islam telah meresapi semua kebudayaan bangsa sehingga proses
asimilasi telah meruntuhkan ketegaran budaya aslinya. Misalnya, masyarakat Islam di negara
China tidak mempraktiskan Islam seperti masyarakat Islam di Negara Arab. Begitu juga,
masyarakat Islam di Eropah mengamalkan Islam dalam kontek yang berbeza daripada
masyarakat Islam di asia khususnya Malaysia dan Indonesia. Momennya, berlaku hubungkait
di antara masyarakat ini ialah pendasaran pada sunnahtullah iaitu al-Quran dan sunnah walau
apapun kontek dan suasana masyarakatnya.
Kertas kerja ini mencirikan sifat-sifat umum masyarakat Islam yang mengakari kemusliman
mereka. Bahkan kehilangan sifat-sifat ini akan mencacatkan radiasi keabsahan Islam pada
seseorang individu dan seluruh masyarakatnya.
Sebaliknya, mereka yang beriman tetapi tidak berkelakuan as-Siddiq atau benar, Allah
menyifatkan mereka sebagai al-mukazzibin (penipu). Sifat penipu atau tidak amanah
termasuk sebagai sifat munafik. Dalam surah as-Soff menyebutkan; Wahai orang-orang yang
beriman mengapa kamu mengata sesuatu yang tidak kamu laksanakan? Perbuatan tidak
amanah sangat besar dosanya di sisi Allah.
Daripada diri mukmin yang benar dan bersih, akan melahirkan keluarga dan ahli masyarakat
yang baik. Tauladan ini boleh diambil daripada kisah-kisah para solihin yang telah
melahirkan generasi gemilang kerana mengamalkan Islam (bersih) dalam kehidupan.
Contohnya, Maryam, ibu Nabi Isa AS. Seorang wanita yang suci dan bersih dan
mengabdikan diri kepada Allah SWT. Keturunan seorang soleh bernama Imron, anak saudara
Zakaria dan Yahya AS. Daripada generasi anbiyai ini lahirlah Nabi Isa AS. Kisah para ulama
masa kini, ibubapa mereka adalah orang-orang yang benar dan bersih. Contoh lain, kisah
Badiuzzaman Said Nursi, bapanya seorang yang warak dan hanya memberi makanan yang
halal kepada anak-anak termasuk binatang ternakannya juga dipastikan makan rumput yang
halal. Manakala Ibu Said Nursi hanya menyusukan anak-anaknya dalam keadaan bersih dan
berwudhuk . Begitu juga para imam seperti Imam Syafie, Imam Ibnu Taimiyah dan Imam
Ghazali, semuanya lahir daripada kehidupan yang mengamalkan kebenaran Islam.
Masyarakat Islam juga benar dalam tindakan, percakapan dan pemikiran. Hanya bercakap
perkara-perkara yang baik dan benar. Tidak berlaku zalim seperti mengamalkan rasuah,
memakan harta anak yatim, mengabaikan tanggungjawab dan 1001 perkara yang
bertentangan dengan kebenaran.
Hadis Rasulullah SAW bermaksud; Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi
daripadanya. Justeru, masyarakat Islam yang mengambil siri tauladan Islam bermakna
menjadikan kebenaran sebagai rujukan kehidupannya. Manakala selainnya adalah kesesatan.
3. Masyarakat yang dikukuhkan dengan persaudaran (ukhwah)
Allah SWT menciptakan manusia daripada tubuh yang satu iaitu Nabi Adam AS. Justeru,
percaturan fitrah manusia seperti bentuk fizikal, naluri dan perasaan, kecenderungan adalah
sama sahaja. Malah, Allah telah berfirman yang bermaksud Allah tidak menilai seseorang itu
berdasarkan keturunan, bangsa, warna kulit tetapi hanya sifat taqwa. Justeru, kebersamaan
itulah yang mengikat manusia untuk tunduk kepada Allah SWT sebagai Pencipta dan Tuhan
sekalian alam.
Sesiapa yang beriman kepada Allah SWT maka ia telah disatukan dalam persaudaraan Islam.
Malah baginda SAW pernah mengatakan bahawa orang-orang beriman itu ibarat satu tubuh,
jika salah satu anggotanya sakit maka sakitlah seluruh tubuh. Tauladan dipetik daripada
peristiwa hijrah yang telah menyatukan kaum Muhajirin dan Ansar di Madinah. Umat Islam
di zaman Rasulullah SAW bersatu mempertahankan akidah. Berkongsi pemilikan harta
bahkan jiwa demi memuliakan anjuran ukhwah.
Misalnya, kisah di Medan Uhud menyaksikan tentera Islam berkorban untuk sahabat-sahabat
mereka minuman. Masing-masing menolak kerana mendahulukan sahabat. Akhirnya, semua
mereka mati syahid. Ini bertepatan dengan sabda Rasulullah SAW yang bermaksud; Tidak
masuk syurga seseorang yang membiarkan saudaranya lapar walaupun dia seorang ahli
ibadah.
Puncak kekuatan Islam boleh tersebar ke pelusuk dunia timur dan barat adalah kesatuan diri
dan akidah. Umat Islam sujud pada kiblat yang sama, menikmati al-Quran dan Sunnah
(panduan hidup) yang sama serta rasa cinta kepada Allah dan rasul yang sama Apabila
kesatuan itu pecah, maka hancurlah kekuatan Islam, ini boleh diiktibari daripada sejarah
khalifah Islam. Tatkala umat Islam berpecah kepada firqoh (kumpulan) fahaman seperti
Syiah, Ahl Sunnah, Khawarij dan Muktazilah, musuh terutama orang munafik dan Yahudi
senang melaga-lagakan sehingga tercetusnya peperangan yang mengorbankan ramai
pemimpin Islam seperti Saidina Ali RA, Saidina Uthman RA, Saidina Hussien RA dan ramai
lagi. Begitu juga apa yang berlaku saat keruntuhan Khalifah Uthmaniyyah di Turki. Sultan
Abdul Hamid II telah diselewengkan oleh orang-orang kanannya mengakibatkan sistem
khalifah Islam hancur digantikan sistem sekular yang mengharamkan agama.
Kini, apabila kuasa barat Eropah menakluk sebahagian dunia, mereka telah memisahkan
negara-negara Islam kepada negara dan bangsa melalui dasar pecah dan perintah. Oleh itu,
wujudlah jurang perbezaan berdasarkan geografi, bahasa, warna kulit walaupun masing-
masing adalah Muslim. Malang lagi, semua mereka disatukan dengan penonjolan budaya
barat (hegemoni) yang jauh bertentangan dengan Islam. Oleh itu, umat Islam tidak lagi berasa
sensitive kepada keadaan yang berlaku di negara Islam lain kerana sikap taksub terhadap
bangsa dan negara sendiri.
Jelaslah bahwa, apabila rasa ukhwah hilang dari jiwa umat Islam, maka mereka menjadi umat
yang lemah, mundur, kecewa dan pesimis terhadap saudaranya sendiri
III.1 Simpulan
Pada makalah ini kami simpulkan beberapa inti pokok dari pembahasan makalah, antara lain :
a. Islam sebagai pedoman hidup dipakai dalam segala aspek.
b. Konsepsi aspek kehidupan dengan Islam sebagai pedoman hidup ada 10 konsepsi
c. Cara masuk Islam dengan mengajak seseorang untuk mengikrarkan syahadat dan
mengajaknya untuk mengikuti syariat Islam
d. Makna ibadah dalam Islam adalah perkataan dan perbuatan yang dicintai serta
diridhoi Allah Swt. Baik yang bersifat lahir maupun batin.
e. Taqwa merupakan tujuan ibadah ang sebenarnya kepada Allah
f. Nilai-nilai Islam yang dipakai dalam bermasyarakat adalah bermasyarakat dengan
binaan akidah tauhid.
MATERI 2 BUDAYA
BAB II
ISI
Budaya akademik (Academic culture), Budaya Akademik dapat dipahami sebagai suatu
totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh
warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju bersama
dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman.
Perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang
ideal senantiasa menjadi harapan dan dambaan setiap insan yang mengabdikan dan
mengaktualisasikan diri melalui dunia pendidikan tinggi dan penelitian, terutama mereka
yang menggenggam idealisme dan gagasan tentang kemajuan. Perubahan dan pembaharuan
ini hanya dapat terjadi apabila digerakkan dan didukung oleh pihak-pihak yang saling terkait,
memiliki komitmen dan rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap perkembangan dan
kemajuan budaya akademik.
Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh setiap orang
yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membanggun budaya akademik bukan
perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga
terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik
tersebut.
Pemilikan budaya akademik ini seharusnya menjadi idola semua insan akademisi perguruaan
tinggi, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah
dicapainya kemampuan akademik pada tingkat guru besar (profesor). Sedangkan bagi
mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi akademik yang setinggi-tingginya.
Khusus bagi mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik tersebut
ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk berburu referensi actual dan mutakhir,
diskusi substansial akademik, dan sebagainya. Dengan melakukan aktivitas seperti itu
diharapkan dapat dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara bertahap dapat
menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa dalam proses pendidikan
di perguruaan tinggi.
Oleh karena itu, tanpa melakukan kegiatan-kegiatan akademik, mustahil seorang akademisi
akan memperoleh nilai-nilai normative akademik. Bias saja ia mampu berbicara tentang
norma dan nilai-nilai akademik tersebut didepan forum namun tanpa proses belajar dan
latihan, norma-norma tersebut tidak akan pernah terwujud dalam praktik kehidupan sehari-
hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak segan-segan melakukan pelanggaran dalam wilayah
tertentubaik disadari ataupun tidak.
Kiranya, dengan mudah disadari bahwa perguruan tinggi berperan dalam mewujudkan upaya
dan pencapaian budaya akademik tersebut. Perguruan tinggi merupakan wadah pembinaan
intelektualitas dan moralitas yang mendasari kemampuan penguasaan IPTEK dan budaya
dalam pengertian luas disamping dirinya sendirilah yang berperan untuk perubahan tersebut.
Dari berbagai Forum terbuka tentang pembahasan Budaya Akademik yang berkembang di
Indonesia, menegaskan tentang berbagai macam pendapat di antaranya :
Dalam situasi yang sarat idealisme, rumusan konsep dan pengertian tentang Budaya
Akademik yang disepakati oleh sebagian besar (167/76,2%) responden adalah
Budaya atau sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik
dalam masyarakat akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran
kritis-analitis; rasional dan obyektif oleh warga masyarakat akademik Konsep dan
pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung perumusan karakteristik
perkembangannya yang disebut Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik yang meliputi
berkembangnya
(1) penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif;
(2) pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral;
(3) kebiasaan membaca;
(4) penambahan ilmu dan wawasan;
(5) kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat;
(6) penulisan artikel, makalah, buku;
(7) diskusi ilmiah;
(8) proses belajar-mengajar, dan
(9) manajemen perguruan tinggi yang baik
2) Tradisi Akademik
Tradisi menyelenggarakan proses belajar-mengajar antara guru dan murid, antara pandito dan
cantrik, antara kiai dan santri sudah mengakar sejak ratusan tahun yang lalu, melalui
lembaga-lembaga pendidikan seperti padepokan dan pesantren. Akan tetapi tradisi-tradisi lain
seperti menyelenggarakan penelitian adalah tradisi baru. Demikian pula, tradisi berpikir
kritis-analitis, rasional dan inovatif adalah kemewahan yang tidak terjangkau tanpa terjadinya
perubahan dan pembaharuan sikap mental dan tingkah laku yang harus terus-menerus
diinternalisasikan dan disosialisasikan dengan menggerus sikap mental paternalistik dan
ewuh-pakewuh yang berlebih-lebihan pada sebagian masyarakat akademik yang mengidap
tradisi lapuk, terutama dalam paradigma patron-client relationship yang mendarah-daging.
3) Kebebasan Akademik
Pengertian tentang Kebebasan Akademik yang dipilih oleh 144 orang (65,7%) responden
adalah
Kebebasan yang dimiliki oleh pribadi-pribadi anggota sivitas akademika (mahasiswa dan
dosen) untuk bertanggungjawab dan mandiri yang berkaitan dengan upaya penguasaan dan
pengembangan Iptek dan seni yang mendukung pembangunan nasional. Kebebasan akademik
meliputi kebebasan menulis, meneliti, menghasilkan karya keilmuan, menyampaikan
pendapat, pikiran, gagasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, dalam kerangka
akademis (Kistanto, 2000: 86).
Selain itu, kebebasan akademik kadangkala juga berkaitan dengan sikap-sikap dalam
kehidupan beragama yang pada era dan pandangan keagamaan tertentu menimbulkan
hambatan dalam perkembangan kebebasan akademik, khususnya kebebasan berpendapat.
Dapat dikatakan bahwa kebebasan akademik suatu masyarakat-bangsa sangat tergantung dan
berkaitan dengan situasi politik dan pemerintahan yang dikembangkan oleh para penguasa.
Pelarangan dan pembatasan kehidupan dan kegiatan akademik yang menghambat
perkembangan kebebasan akademik pada lazimnya meliputi
(1) penerbitan buku tertentu;
(2) pengembangan studi tentang ideologi tertentu; dan
(3) pengembangan kegiatan kampus, terutama demonstrasi dan diskusi yang
Otonomi Keilmuan
Dalam PP No. 30 Th. 1990 terdapat konsep mengenai Otonomi Keilmuan yang disebut
merupakan pedoman bagi perguruan tinggi dan sivitas akademika dalam penguasaan dan
pengembangan IPTEK dan seni. PP tersebut tidak memberikan penjelasan lebih lanjut
mengenai Otonomi Keilmuan tetapi memberikan arahan yang penjabarannya tampaknya
diserahkan kepada PT masing-masing, antara lain:
Namun jika kita memaknai mahasiswa sebagai subyek pembelajar saja, amatlah sempit sebab
meski diikat oleh suatu definisi study, akan tetapi mengalami perluasan makna mengenai
eksistensi dan peran yang dimainkan dirinya. Kemudian pada perkembangan selanjutnya,
mahasiswa tidak lagi diartikan hanya sebatas subyek pembelajar (study), akan tetapi ikut
mengisi definisi learning. Mahasiswa adalah seorang pembelajar yang tidak hanya duduk di
bangku kuliah kemudian mendengarkan tausiyah dosen, lalu setelah itu pulang dan
menghapal di rumah untuk menghadapi ujian tengah semester atau Ujian Akhir semester.
Mahasiswa dituntut untuk menjadi seorang simbol pembaharu dan inisiator perjuangan yang
respect dan tanggap terhadap isu-isu sosial serta permasalahan umat manusia.
Apabila kita melakukan kilas balik, melihat sejarah, peran mahasiswa acapkali mewarnai
perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari penjajahan hingga kini masa reformasi. mahasiswa
bukan hanya menggendong tas yang berisi buku, tapi mahasiswa turut angkat senjata demi
kedaulatan bangsa Indonesia. Dan telah menjadi rahasia umum, bahwasanya mahasiswa lah
yang menjadi pelopor restrukturisasi tampuk kepemimpinan NKRI pada saat reformasi 1998.
Peran yang diberikan mahasiswa begitu dahsyat, sehingga sendi-sendi bangsa yang telah
rapuh, tidak lagi bisa ditutup-tutupi oleh rezim dengan status quonya, tetapi bisa dibongkar
dan dihancurkan oleh Mahasiswa.
Mencermati alunan sejarah bangsa Indonesia, hingga kini tidak terlepas dari peran
mahasiswa, oleh karena itu mahasiswa dapat dikategorikan sebagai Agent of social change (
Istilah August comte) yaitu perubah dan pelopor ke arah perbaikan suatu bangsa. Kendatipun
demikian, paradigma semacam ini belumlah menjadi kesepakatan bersama antar mahasiswa
(Plat form ), sebab masih ada sebagian madzhab mahasiswa yang apriori ( cuek ) terhadap
eksistensi dirinya sebagai seorang mahasiswa, bahkan ia tak mau tahu menahu tentang
keadaan sekitar lingkungan masyarakat ataupun sekitar lingkungan kampusnya sendiri. Yang
terpenting buat mereka adalah duduk dibangku kuliah menjadi kambing conge dosen, lantas
pulang duluan ke rumah.
Inikah mahasiswa ? Padahal, mahasiswa adalah sosok yang semestinya kritis, logis,
berkemauan tinggi, respect dan tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau
bekerja keras, belajar terus menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi) untuk
menyatakan kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten
dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ketauhidan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan Konsep itulah, mahasiswa semestinya bergerak dan menyadari dirinya akan
eksistensi ke-mahahasiswaan nya itu. Belajar tidaklah hanya sebatas mengejar gelar akademis
atau nilai indeks prestasi ( IP ) yang tinggi dan mendapat penghargaan cumlaude, lebih dari
itu mahasiswa harus bergerak bersama rakyat dan pemerintah untuk membangun bangsa, atau
paling tidak dalam lingkup yang paling mikro, ada suatu kemauan untuk mengembangkan
civitas/ perguruan tinggi dimana ia kuliah. Misalnya dengan ikut serta/ aktif di Organisasi
Mahasiswa, baik itu Organisasi intra kampus ( BEM dan UKM ) ataupun Organisasi Ekstra
kampus, serta aktif dalam kegiatan-kegiatan lain yang mengarah pada pembangunan bangsa.
a. Pengertian
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak,
karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga
oleh kelompok bahkan masyarakat .
Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas
dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan
dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
Dari keterangan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau
karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang
disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.
Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga
merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang
berdimensi transenden.
Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya
mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang
mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high Performance) .
Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk
menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan
berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos
kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti
waktu.
Kemuliaan seorang manusia itu bergantung kepada apa yang dilakukannya. Dengan itu,
sesuatu amalan atau pekerjaan yang mendekatkan seseorang kepada Allah adalah sangat
penting serta patut untuk diberi perhatian. Amalan atau pekerjaan yang demikian selain
memperoleh keberkahan serta kesenangan dunia, juga ada yang lebih penting yaitu
merupakan jalan atau tiket dalam menentukan tahap kehidupan seseorang di
Golongan ini mungkin terdiri dari pegawai, supir, tukang sapu ataupun seorang yang tidak
mempunyai pekerjaan tetap. Sifat-sifat di ataslah sebenarnya yang menjamin kebaikan dan
kedudukan seseorang di dunia dan di akhirat kelak. Jika membaca hadits-hadits Rasulullah
SAW tentang ciri-ciri manusia yang baik di sisi Allah, maka tidak heran bahwa diantara
mereka itu ada golongan yang memberi minum anjing kelaparan, mereka yang memelihara
mata, telinga dan lidah dari perkara yang tidak berguna, tanpa melakukan amalan sunnah
yang banyak dan seumpamanya.
Bahwa setiap amal itu bergantung pada niat, dan setiap individu itu dihitung berdasarkan
apa yang diniatkannya
Binasalah orang-orang Islam kecuali mereka yang berilmu. Maka binasalah golongan
berilmu, kecuali mereka yang beramal dengan ilmu mereka. Dan binasalah golongan
yang beramal dengan ilmu mereka kecuali mereka yang ikhlas. Sesungguhnya golongan
yang ikhlas ini juga masih dalam keadaan bahaya yang amat besar
Kedua hadist diatas sudah cukup menjelaskan betapa niat yang disertai dengan keikhlasan
itulah inti sebenarnya dalam kehidupan dan pekerjaan manusia. Alangkah baiknya kalau umat
Islam hari ini, dapat bergerak dan bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan yang satu,
yaitu mardatillah (keridhaan Allah)
itulah yang dicari dalam semua urusan. Dari situlah akan lahir nilai keberkahan yang
sebenarnya dalam kehidupan yang penuh dengan curahan rahmat dan nikmat yang banyak
dari Allah. Inilah golongan yang diistilahkan sebagai golongan yang tenang dalam ibadah,
ridha dengan kehidupan yang ditempuh, serta optimis dengan janji-janji Allah.
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul
bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridaan
Allah SWT.
Suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Saad bin Muadz Al-Anshari. Ketika itu Rasul
melihat tangan Saad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang
matahari. Kenapa tanganmu?, tanya Rasul kepada Saad. Wahai Rasulullah, jawab Saad,
Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah
keluarga yang menjadi tanggunganku. Seketika itu beliau mengambil tangan Saad dan
menciumnya seraya berkata, Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka.
Dalam kisah lain disebutkan bahwa ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah
SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas.
Para sahabat kemudian bertanya, Wahai Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu
dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka alangkah baiknya. Mendengar itu Rasul pun
menjawab, Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fi
sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu
adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-
minta, itu juga fi sabilillah. (HR Ath-Thabrani).
Bekerja adalah manifestasi amal saleh. Bila kerja itu amal saleh, maka kerja adalah ibadah.
Dan bila kerja itu ibadah, maka kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari kerja.
Bukankah Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya? Tidak berlebihan
bila keberadaan seorang manusia ditentukan oleh aktivitas kerjanya.
Kisah di awal menggambarkan betapa besarnya penghargaan Rasulullah SAW terhadap
kerja. Kerja apapun itu selama tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama.
Demikian besarnya penghargaan beliau, sampaisampai dalam kisah pertama, manusia
teragung ini rela mencium tangan Saad bin Muadz Al-Anshari yang melepuh lagi gosong.
Rasulullah SAW, dalam dua kisah tersebut, memberikan motivasi pada umatnya bahwa
bekerja adalah perbuatan mulia dan termasuk bagian dari jihad.
Rasulullah SAW adalah sosok yang selalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para
sahabat untuk melakukannya. Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai ushwatun hasanah;
teladan yang baik bagi seluruh manusia. Maka saat kita berbicara tentang etos kerja islami,
maka beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan. Dan berbicara tentang etos kerja
Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau
menjalankan peran-peran dalam hidupnya. Ada lima peran penting yang diemban Rasulullah
SAW, yaitu :
1) Sebagai rasul. Peran ini beliau jalani selama 23 tahun. Dalam kurun waktu tersebut
beliau harus berdakwah menyebarkan Islam; menerima, menghapal, menyampaikan, dan
menjelaskan tak kurang dari 6666
ayat Alquran; menjadi guru (pembimbing) bagi para sahabat; dan menjadi hakim yang
memutuskan berbagai pelik permasalahan umat-dari mulai pembunuhan sampai perceraian.
2) Sebagai kepala negara dan pemimpin sebuah masyarakat heterogen. Tatkala memegang
posisi ini Rasulullah SAW harus menerima kunjungan diplomatik negara-negara sahabat.
Rasul pun harus menata dan menciptakan sistem hukum yang mampu menyatukan kaum
Muslimin, Nasrani, dan Yahudi, mengatur perekonomian, dan setumpuk masalah lainnya.
3) Sebagai panglima perang. Selama hidup tak kurang dari 28 kali Rasul memimpin
pertempuran melawan kafir Quraisy. Sebagai panglima perang beliau harus mengorganisasi
lebih dari 53 pasukan kaveleri bersenjata.
Harus memikirkan strategi perang, persedian logistik, keamanan, transportasi, kesehatan, dan
lainnya. sebagai kepala rumahtangga. Dalam posisi ini Rasul harus mendidik,
membahagiakan, dan memenuhi tanggung jawab-lahir batin-terhadap para istri beliau, tujuh
anak, dan beberapa orang cucu. Beliau dikenal sebagai sosok yang sangat perhatian terhadap
keluarganya. Di tengah kesibukannya Rasul pun masih sempat bercanda dan menjahit sendiri
bajunya.
4) Sebagai seorang pebisnis. Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib sudah
mengajaknya melakukan perjalanan bisnis ke Syam, negeri yang saat ini meliputi Syria,
Jordan, dan Lebanon. Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam
perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain
senior dalam perdagangan regional. Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti dengan terpikatnya konglomerat Mekah,
Khadijah binti Khuwailid, yang kemudian melamarnya menjadi suami.
Adalah kenyataan bila Rasulullah SAW mampu menjalankan kelima perannya tersebut
dengan sempurna, bahkan menjadi yang terbaik. Tak heran bila para ilmuwan, baik itu yang
Muslim maupun non-Muslim, menempatkan beliau sebagai orang yang paling berpengaruh,
paling pemberani, paling bijaksana, paling bermoral, dan sejumlah paling lainnya.
1) Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan. Beliau
bersabda, Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka
hendaklah meningkatkan kualitasnya.
5) Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas.
7) Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun
waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya. Dan yang terakhir, Rasulullah
SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan
untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT.
Inilah kunci terpenting.
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S Purwadaminta,
kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan . Kerja memiliki arti luas dan sempit
dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal
materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan
maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan
mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia
yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk
mewujudkan cita-cita.
Nilai kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang kebahagiaan hidup di
dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah kebahagiaan sejati, kekal untuk lebih
dari kehidupan dunia, sementara kehidupan di dunia dinyatakan sebagai permainan, perhiasan
lading yang dapat membuat lalai terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai
akhirat harus melewati dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat untuk
mancari kebahagiaan di akhirat. Ahli-ahli Tasawuf mengatakan:
Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan di
manapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam mengukur
kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan
dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah tersebut tidak pernah memuaskan
jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak
melupakan kehidupan akhirat.
.
Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-Qashash: 77)
Pandangan Islam mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap sedalam-dalamnya
sabda nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk kerja itu tergantung pada niat-niat
yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (mencari keridhaan Allah) maka ia pun akan
mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti misalnya hanya
bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka) maka setingkat pula nilai kerjanya .
Dalam kehidupan pada saat sekarang, setiap manusia dituntut untuk bekerja guna memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja seseorang akan menghasilkan uang, dengan
uang tersebut seseorang dapat membelanjakan segala kebutuhan sehari-hari hingga akhirnya
ia dapat bertahan hidup. Akan tetapi dengan bekerja saja tidak cukup, perlu adanya
peningkatan, motivasi dan niat.
Setiap pekerja, terutama yang beragama islam, harus dapat menumbuhkan etos kerja secara
Islami, karena pekerjaan yang ditekuni bernilai ibadah. Hasil yang diperoleh dari
pekerjaannya juga dapat digunakan untuk kepentingan ibadah, termasuk didalamnya
menghidupi ekonomi keluarga. Oleh karena itu seleksi memililih pekerjaan menumbuhkan
etos kerja yang islami menjadi suatu keharusan bagi semua pekerjaan. Adapun etos kerja
yang islami tersebut adalah: niat ikhlas karena Allah semata, kerja keras dan memiliki cita-
cita yang tinggi. Menurut Al-Ghazali dalam bukunya Ihya-u ulumuddin yang dikutip Ali
Sumanto Al-Khindi dalam bukunya Bekerja Sebagai Ibadah, menjelaskan pengertian etos
(khuluk) adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah dengan tidak membutuhkan pemikiran. Dengan demikian etos kerja
Islami adalah akhlak dalam bekerja sesuai dengan nilai-nilai islam sehingga dalam
melaksanakannya tidak perlu lagi dipikir-pikir karena jiwanya sudah meyakini sebagai
sesuatu yang baik dan benar.
Menurut Dr. Musa Asyarie etos kerja islami adalah rajutan nilai-nilai khalifah dan abd yang
membentuk kepribadian muslim dalam bekerja. Nilai-nilai khalifah adalah bermuatan kreatif,
produktif, inovatif, berdasarkan pengetahuan konseptual, sedangkan nilai-nilai abd bermatan
moral, taat dan patuh pada hukum agama dan masyarakat
Toto Tasmara mengatakan bahwa semangat kerja dalam Islam kaitannya dengan niat semata-
mata bahwa bekerja merupakan kewajiban agama dalam rangka menggapai ridha Allah,
sebab itulah dinamakan jihad fisabilillah. Ciri-ciri orang yang memiliki semangat kerja, atau
etos yang tinggi, dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya, diantaranya:
.
. .
Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S.
Al-Ashr: 1-3) Bertanggung jawab.
Semua masalah diperbuat dan dipikirkan, harus dihadapi dengan tanggung jawab, baik
kebahagiaan maupun kegagalan, tidak berwatak mencari perlindungan ke atas, dan
melemparkan kesalahan di bawah. Allah berfirman:
Artinya:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman
bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan
muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu
memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja
yang mereka kuasai.(Q.S. Al-Isra: 7)
Hemat dan sederhana. Seseorang yang memiliki etos kerja yang tinggi, laksana
seorang pelari marathon lintas alam yang harus berlari jauh maka akan tampak dari
cara hidupnya yang sangat efesien dalam mengelola setiap hasil yang diperolehnya.
Dia menjauhkan sikap boros, karena boros adalah sikapnya setan.
Adanya iklim kompetisi atau bersaing secara jujur dan sehat.
Setiap orang atau kelompok pasti ingin maju dan berkembang namun kemajuan itu
harus di capai secara wajar tanpa merugikan orang lain.
Artinya:
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah: 148)
Sebagai orang yang ingin menjadi winner dalam setiap pertandingan exercise atau latihan
untuk menjaga seluruh kondisinya, menghitung asset atau kemampuan diri karena dia lebih
baik mengetahui dan mengakui kelemahan sebagai persiapan untuk bangkit. Dari pada ia
bertarung tanpa mengetahui potensi diri. Karena hal itu sama dengan orang yang bertindak
nekat. Terukir sebuah motto dalam dirinya: The best fortune that can come to a man, is
that he corrects his defects and makes up his failings (Keberuntungan yang baik akan
datang kepada seseorang ketka dia dapat mengoreksi kekurangannya dan bangkit dari
kegagalannya).
Budaya akademik akan dapat terwujud dengan syarat sikap-sikap positif juga dimiliki. Di
antara sikap positif yang harus dimiliki adalah sikap terbuka dan berlaku adil. Arti penting
dari kedua sikap tersebut dapat diringkas sebagai berikut:
Untuk dapat meningkatkan etos kerja seorang muslim harus terlebih dahulu memahami
tugasnya sebagai manusia yaitu sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi dan sebagai
hamba yang berkewajiban untuk beribadah kepad aAllah SWT. Beberapa petunjuk Al-Quran
agar dapat meningkatkan etos kerja antara lain;
Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka dan jujur, seseorang tidak mungkin meraih
keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak memiliki sikap
terbuka dan jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka akan cenderung menutup diri
sehingga tidak dapat bekerjasama dengan orang lain. Sikap terbuka yaitu tidak
menyembunyikan apa-apa yang dimiliki ataupun yang terjadi dengan diri sendiri terhadap
oranglain. Apalagi kalau tidak jujur maka energinya akan tersita untuk menutupi
ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-quran dan Hadits memberi apresiasi yang tinggi
tehadap orang yang terbuka dan jujur.
Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil. Makna yang
diperkenalkan Al-quran buka hanya dalam aspek hukum melainkan dalam spektrum yang
luas. Dari segi kepada siapa sikap adil itu harus ditujukan. Al-quran memberi petunjuk
bahwa sikap adil disamping kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga
kepada diri sendiri. Adil yaitu tidak berat sebelah.
Sikap terbuka dan adil sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena, keterbukaan
itulah yang akan membawa kita kepada sikap adil. Orang yang terbuka kepada orang lain
akan lebih mudah mengembangkan potensi yang dimiliki, karena dengan sifat terbuka orang
lain akan lebih memahami kondisi kita.
Adil juga dapat diartikan sebagai perilaku tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan
yang lain. Orang yang bersifat adil akan diterima dalam masyarakat, karena bisa
menempatkan sesuatu pada tempatnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
3.1.1 Budaya Akademik islam dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan
kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat
akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian yang sesuai dengan syariat
islam.
3.1.2 etos kerja dalam islam adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan
perbuatan perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan
dirinya dan diluar dirinya yang didasari dengan syariat islam.
3.1.3 Sikap terbuka dan adil dalam islam merupakan dua sifat yang tidak terpisahkan,karena
dengan sikap terbuka akan lahir sikap adil yang berarti tidak berat sebelah.
3.2 Saran
Setiap orang yang mempunyai budaya akademik harus didasari dengan sifat terbuka dan adil
serta kerja keras yang tinggi untuk mencapai sebuah tujuan hidup.
KELOMPOK 5
Dalam Al-quran, ada beberapa kata untuk merujuk arti manusia yaitu
insan, basyar dan bani Adam. Kata basyar terambil dari akar kata yang pada
mulanya berarti penampakan sesuatu yang baik dan indah. Dari akar kata yang
sama lahir kata basyarah yang berarti kulit.
Manusia disebut basyar karena kulitnya tampak jelas. Dan berbeda jauh
dari kulit hewan yang lain. Al-quran menggunakan kata ini sebanyak 36 kali
dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk
manusia dari sudut lahiriyah serta persamaanya dengan manusia seluruhnya,
karena Nabi Muhammad SAW, diperintahkan untuk menyampaikan seperti yang
terungkap pada Al-quran.
Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang di beri wahyu (Q.S. Al-Kahfi,
18 : 110.)
Sedangkan kata insan, terambil dari akar kata uns yang berarti jinak,
harmonis, dan tampak. Pendapat ini jika dilihat dari sudut pandang Al-quran lebih
tepat, dibanding dengan yang berpendapat bahwa kata insan terambil dari kata
nasiya (lupa, lalai) atau nasa-yanusu (terguncang). Kata insan digunakan Al-quran
untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya. Jiwa dan raga, psikis
dan fisik. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lainnya adalah
akibat perbedaan fisik, psikis (mental), dan kecerdasan.
Manusia dilengkapi antara lain cipta, rasa, karsa, norma, cita-cita, dan
nurani sebagai karakteristik kemanusiaannya. Kepadanya diturunkan pula agama,
agar selain ada relasi dengan sesamanya, juga ada hubungan dengan sang pencipta.
1) Substansi Jasmani
2) Substansi Rohani
Ruh merupakan substansi psikis manusia yang menjadi esensi
kehidupannya. Sebagian ahli menyebut ruh sebagai badan halus (jism
latief), ada yang substansi sederhana (jaubar basiib), dan ada juga
substansi ruhani (jaubar ruhani). Ruh yang menjadi pembeda antara
esensi manusia dengan esensi makhluk lain. Ruh berbeda dengan spirit
dalam terminologi psikologi, sebab term ruh memiliki arti jaubar
(subtance) sedang spirit lebih bersifat aradh (accident).
1) Teori Evolusi
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang sarjana Perancis J.B de
Lamarck yang menyatakan bahwa kehidupan berkembang dari tumbuh-
tumbuhan menuju binatang dan dari binatang menuju manusia. Teori ini
merupakan perubahan atau perkembangan secara berlahan lahan dari tidak
sempurna menjadi perubahan yang sempurna.
2) Teori Revolusi
Plato memandang manusia terdiri dari jiwa dan tubuh. Dua elemen manusia
ini memiliki esensi dan karakteristik yang berbeda. Jiwa adalah zat sejati yang
berasal dari dunia sejati, dunia ide. Jiwa tertanam dalam tubuh manusia. sementara
tubuh manusia adalah zat semu yang akan hilang lenyap bersamaan dengan
kematian manusia, sedangkan ide tetap abadi.
Sesuatu yang abadi terperangkap di dalam sesuatu yang fana, itulah nasib
jiwa. Tubuh adalah penjara bagi jiwa. Sebagai zat yang berasal dari dunia ide, jiwa
selalu ingin kembali ke dunia sejati itu. Manusia yang bagian sejatinya adalah jiwa
yang terperangkap dalam tubuh, selalu merasa tidak bebas selama tubuhnya
mengungkung jiwanya. Untuk membebaskan jiwa dari dunia fana dan kembali ke
dunia ide, manusia harus memenuhi dirinya dengan hal-hal yang menjadi sifat
utama dari jiwa. Sifat utama itu adalah rasionalitas, keutamaan moral, dan
kabajikan selama hidup di dunia ini.
Bahwasanya manusia diciptakan kedunia ini oleh Allah SWT, melaui berbagai
rintangan tentunya tiada lain untuk mengabdi kepada-Nya. Sehingga dengan segala
kelebihan yang tidak dimiliki mahluk Allah lainya, tentunya kita dapat memanfaatkan
bumi dan isinya untuk satu tujuan yaitu mengharapkan ridho dari Allah SWT. Dan
dengan segala potensi diri masing-masing kita berusaha untuk meningkatkan Keimanan
dan Ketakwaan kita sehingga dapat selamat Dunia dan Akhirat.
Dan aku tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi
kepadaku (Q.S. Adz-Dzariyaat : 56).
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta
alam (Q.S. Al-Anbiya : 107).
Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan
berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata
rahmat adalah karunia, kasih sayang, dan belas kasih. Jadi manusia sebagai
rahmah adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT, untuk menebar dan
memberikan kasih sayang kepada alam semesta.
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
Dari firman Allah diatas, jelas bahwa fungsi dan peran manusia di bumi
adalah sebagai khalifah atau pemimpin. Dalam hal ini adalah pemimpin bagi
dirinya sendiri, keluarga, bangsa, dan Negara. Memimpin mulai diri sendiri untuk
menjalankan Al-quran dan Hadits sebaik-baiknya. Kemudian mengajak keluarga
dan apabila kita dijadikan suri tauladan, menjadi pemimpin masyarakat tentunya
yang berpegangan Sumber Hukum kita adalah tetap Al-quran dan Hadits.
Sehingga kita membuat kebajikan di muka bumi ini dan menjaga bumi dari
kehancuran.
Untuk menjadi perilaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor
pembudayaan ajaran Allah, seorang dituntut memulai dari dirinya dan
keluaraganya, baru setelah itu kepada orang lain.
Potensi diri adalah kekuatan dari individu yang masih terpendam di dalam, yang
dapat di wujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam kehidupan manusia.
Apabila pengertian potensi diri dikaitkan dengan penciptaan manusia oleh Allah
SWT, maka potensi diri manusia adalah kekutan manusia yang diberikan oleh Alah
SWT, sejak dalam kandungan ibunya sampai akhir hayatnya yang masih
terpendam dalam dirinya, menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu yang
bermanfaat dalam kehidupan diri manusia di dunia dan di akhirat sesuai dengan
tujuan diciptakannya manusia oleh Allah SWT untuk mengabdi kepada-Nya.
Potensi diri manusia terdiri dari potensi fisik yaitu tubuh manusia sebagai
sebuah sistem yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk Allah
lainnya seperti: binatang, jin, malaikat. Sedangkan potensi non fisik adalah hati,
ruh, indera, dan akal pikiran. Potensi apapun yang dimiliki manusia masing-masing
memiliki fungsi dan perannya. Oleh karena itu, harus dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya agar dapat berguna bagi diri dan lingkungannya.
Secara umum manusia yang dilahirkan normal kedunia ini telah dilengkapi
dengan otak. Para ahli Psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber
kekuatan yang luar biasa. Tugas otak selain mengendalikan aktifitas fisik bagian
bagian didalam tubuh seperti ; paru-paru, jantung, dan sebagainya. Juga berfungsi
untuk menghafal. Kegiatan-kegiatan yang memerlukan logika seperti : berhitung,
menganalisa, dan bahasa. Aktivitas imajinasi, intuisi kreativitas, inovasi, dan
sebagainya. Tugas otak melahirkan kegiatan berfikir yang pada gilirannya dapat
menghasilkan karya nyata. Jadi otak adalah sumber kekuatan manusia untuk
menghasilkan karya melalui proses berfikir.
Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yang luar biasa dan tidak
dapat dijelaskan kemauan dalam arti bahwa kemanusian telah masuk dalam
rantai kualitas sebagai sumber utama yang bebas kepada dunia alam (world of
nature).
Manusia adalah mahkluk yang sadar diri. Bahwa ia adalah satu-satunya
mahkluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas dasar kahadirannya sendiri.
Manusia adalah mahkluk moral. Disinilah timbul pertanyaan penting mengenai
nilai. Nilai terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dan setiap gejala,
perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yang lebih tinggi.
Manusia adalah mahkluk utama dalam dunia lain. Mempunyai esensi uniknya
sendiri dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat
istimewa dan mulia.
2.2.5 Pertanggung Jawaban Manusia dalam Islam
Manusia dapat memilih dua jalan (baik dan buruk), tetapi ia sendiri yang
harus mempertanggung jawabkan pilihannya. Manusia tidak membebani orang lain
untuk memikul dosanya, tidak juga dosa yang lain dipikulkan keatas pundaknya.
Tetapi dalam Al-quran surat Al-Anam ayat 164, dinyatakan bahwa tanggung
jawab tersebut baru dituntut apabila memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti
pengetahuan, kemampuan serta kesadaran.
Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami
tidak akan menyiksa sebelum mengutus seorang rosul(Q.S.Al-Israf :
{17}15)
Dari kedua gabungan ayat ini, kita dapat memetik dua kaidah yang
berkaitan dengan tanggung jawab yaitu :
a) ROD HAGUE
b) ANDREW HEYWOOD
c) CARL SCHMIDT
Politik adalah suatu dunia yang didalamnya orang-orang lebih
membuat keputusan - keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak.
d) LITRE
f) IBNU AQIL
Islam sebagai sebuah ajaran yang mencakup persoalan spiritual dan politik telah
memberikan kontribusi yang cukup signifikasi terhadap kehidupan politik diIndonesia.
Pertama ditandai dengan munculnya partai -partai berasaskan islamserta
partai nasionalis berbasis umat Islam dan kedua dengan ditandai sikap
proaktifnya tokoh-tokoh politik Islam dan umat Islam terhadap keutuhan
Negarakesatuan Republik Indonesia, sejak proses awal kemerdekaan,
hingga sekarang jaman reformasi.
Kontribusi yang diberikan oleh agama khususnya Islam dalam kehidupan politik
cukup banyak. Dalam modul ini khususnya pada bagian Kegiatan Belajar 1 seperti telah
dijelaskan di atas mencoba memberi gambaran tentang hal tersebut hanya dari dua sisi
saja, itu pun keduanya bersifat normatif. Yaitu tentang prinsip-prinsip kekuasaan politik
yang diajarkan oleh Islam dan kriteria pemegang kekuasaan politik yang diajarkan oleh
Islam.
Pada bagian pertama, Islam secara lebih khusus Al-quran mengajarkan bahwa
kehidupan politik harus dilandasi dengan empat hal yang pokok yaitu:
a) Seorang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur.
b) Seorang yang dapat dipercaya.
c) Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi.
d) Seorang yang cerdas.
e) Yang paling penting Anda seorang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan.
1. Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi (pelayan) mereka. (HR. Abu Na'im).
2. Tidak akan sukses suatu kaum yang mengangkat seorang wanita sebagai pemimpin.
(HR. Bukhari).
3. Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, "Wahai Abdurrahman bin
Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena
ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan
tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya." (HR. Bukhari dan
Muslim).
4. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-
pemimpin mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka
menangani hukum dan peradilan.Juga Allah jadikan harta-benda ditangan orang-orang
yang dermawan.Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka
Dia menjadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak
rendah.DijadikanNya orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan
harta berada di tangan orang-orang kikir. (HR. Ad-Dailami).
5. Kami tidak mengangkat orang yang berambisi berkedudukan. (HR. Muslim).
6. Ada tiga perkara yang tergolong musibah yang membinasakan, yaitu:
a. Seorang penguasa bila kamu berbuat baik kepadanya, dia tidak mens
yukurimu dan bila kamu berbuat kesalahan dia tidak mengampuni.
b. Tetangga apabila melihat kebaikanmu dia pendam (dirahasiakan atau diam saja)
tapi bila melihat keburukanmu dia sebarluaskan.
c. Isteri bila berkumpul dia mengganggumu (diantaranya dengan ucapan dan
perbuatan yang menyakiti) dan bila kamu pergi (tidak di tempat) dia akan
mengkhianatimu. (HR. Ath-Thabrani)
7. Allah melaknat penyuap, penerima suap dan yang memberi peluang bagi mereka. (HR.
Ahmad).
8. Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar
mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar
mereka melakukan tipu daya dan pencurian.Hati mereka lebih busuk dari bangkai.
(HR. Ath-Thabrani).
9. Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya
kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat. (HR. Ath-
Thabrani).
Keterangan : Hal tersebut karena dia menyalah-gunakan jabatannya dengan berbuat
yang zhalim dan menipu (korupsi dll).
10. Aku mendengar Rasulullah Saw memprihatinkan umatnya dalam enam perkara:
a. Diangkatnya anak-anak sebagai pemimpin (penguasa).
b. Terlampau banyak petugas keamanan.
c. Main suap dalam urusan hukum.
d. Pemutusan silaturahmi dan meremehkan pembunuhan.
e. Generasi baru yang menjadikan Al Qur'an sebagai nyanyian.
f. Mereka mendahulukan atau mengutamakan seorang yang bukan paling mengerti
fiqih dan bukan pula yang paling besar berjasa tapi hanya orang yang berseni
sastra lah. (HR. Ahmad).
MAKALAH TANGGUNG JAWAB MANUSIA
SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMI
(Tugas Agama Islam)
3. Nina Juwita
4. Nisa Hanifah
Khalifah dan khulafa (jamak) secara bahasa artinya wakil atau pengganti atau
orang yang menggantikan orang yang sebelumnya.Al-Quran menyebut kata khalifah
dalam surat al-Baqarah :30 dan shad :26, khulafa' (3 kali : al-A'raf : 69,74 ; an-Naml
:62), khalaifa (4 kali : al-An-am :145 ; Yunus :14,73 ; fathir : 39) dan masih banyak
ayat yang lain yang menyatakan kata bentuknya. Semua dinyatakan dalam arti bahasa,
yakni pengganti yang menggantikan umat atau pemimpin terdahulu; menggantikan
malaikat untuk mengurus bumi atau mendapat amanah dari Allah untuk mengelola
bumi.
Menurut istilah yang lebih khusus lagi pada kekuasaan, berarti orang yang dipilih
oleh jama'ah menjadi pemimpin mereka. Khalifah menurut sejarah ialah kepala
pemerintahan islam pada zaman sahabat, yaitu dengan bai'at sebagai pernyataan setia
dari penduduknya dengan jalan pilihan. Sesudah masa sahabat, sebutan khalifah di
pergunakan untuk sebutan kepala pemerintahan tetapi tidak melalui pilihan (kerajaan).
Dulu pada saat Abu Bakar As-Shiddiq menjadi pemimpin umat islam, beliau disebut
khalifah (pengganti) dari Rasulillah.Lalu ketika Umar ra menggantikan, beliau disebut
khalifat-khalifat Rasulillah (pengganti dari pengganti Rasulillah).
Karena gelar ini terlalu panjang, akhirnya Umar ra berinisiatif mengganti gelar itu
menjadi Amirul Mukminin (Pemimpin orang-orang mukmin). Semua manusia yang
diciptakan Allah di muka bumi adalah khalifah Allah atau pengganti makhluk Tuhan
untuk melaksanakan amanah Tuhan sebagai pengelola bumi ini.Allah memberikan
amanah kepada semua manusia (khulafa) untuk membangun bumi ini ; bukan kepada
Malaikat, Jin, Hewan, Gunung, Langit dan lain sebagainya walaupun mereka juga
ciptaan Allah. "(QS.33:72). Manusialah yang sanggup memegang amanah itu karena
potensi yang dimiliki oleh manusia.
Artinya : dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: Sesungguhnya
kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan
menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. (QS Al Isra :[17] 4)
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan
fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap
Alam yang diciptakan oleh Allah SWT karena sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firmannya dalam surat Al Qashash ayat
77 yang berbunyi:
Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS AL Qashash :[28] 77)
1. Ibadah muhdah (murni), yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata
caranya, dan syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al Quran maupun
hadits yang tidak boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat,
puasa, zakat, haji dan sebagainya.
2. Ibadah ammah (umum), yaitu pengabdian yang dilakuakn oleh manusia yang
diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan
dalam konteks mencari keridhaan Allah SWT
Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT,
karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia,
mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedankan
diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam
kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Sebagaimana firman Allah SWT
yang artinya: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan
masuklah ke dalam surgaku. (QS Al Fajr : 27-30)
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada
Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam
telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah.
Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur samapai akan tidur harus
disesuaikan dengan ajaran Islam.
Jin dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT mempunayi tugas pokok
di muka bumi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Pengabdian yang
dikehendaki oleh Allah SWT adlah bertauhid kepadanya, yakni bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Allah. Jin dan manusia wajib mengesakan Allah dalam segala situasi dan
kondisi, baik dalam keadaan suka maupun duka.
Petunjuk Allah hanya akan diberikan kepada manusia yang taat dan patuh
kepada Allah dan rasulnya, serta berjihad dijalannya. Taat kepada Allah dibuktikan
dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Taat kepada rasul
berarti bersedia menjalankan sunah-sunahnya. Kesiapan itu lalu ditambah dengan
keseriusan berjihad, berjuang di jalan Allah dengan mengorbankan harta, tenaga,
waktu, bahkan jiwa.
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka
bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka
bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk
mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia
bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di
muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan
menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan
manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan
yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum
Tuhan baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Quran), maupun yang tersirat dalam
kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan
yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta
mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta
pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang
diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam [QS 35 (Faathir : 39)] yang artinya
adalah :
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa
yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba
allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan
tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang
menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang
menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti
fiman-Nya dalam [QS (at-tiin: 4)] yang artinya sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
3.2 Saran
Kami selaku penulis makalah ini, mengharapkan kritikan dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan makalah ini ke depannya, karena kami sadari
bahwa dalam penulisan makalah ini baik isi dan tata penulisannya masih banyak
kekurangan.
ETIKA MORAL DAN AKHLAK
(TUGAS MATA KULIAH AGAMA ISLAM)
OLEH kelompok 7:
QORY WULANDARI
YESINTA FILIANI
JURUSAN GIZI KESEHATAN
TANJUNG KARANG
2012/2013
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ahlak
Ahlak ialah hal ihwan yang melekat pada jiwa (Sanubari). Dari situ timbul perbuatan-
perbuatan secara mudah tanpa dipikir panjang dan diteliti terlebih dahulu (Spontanitas).
Apabila hal ihwal atau tingkah laku itu menimbulkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji
menurut pikiran dan syariah, maka tingkah laku itu disebut ahklak yang baik. Apabila
menimbulkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka tingkah laku disebut ahklak yang
buruk. Ahklak terpuji dan baik tidak akan terbentuk begitu saja, landasan dalam islam
adalah al-quran dan al-hadits, yakni kitab Allah dan sunnah rasullnya. Dari kedua landasan
inilah dijelaskan kreteria demi kreteria antara kebajikan dan kejahatan, keutamaan dan
keburukan, terpuji dan tercelah. Kedua Landasan itupula yang dapat dijadikan cermin dan
ukuran akhlak muslim. Ukuran itu ialah iman dan takwa semakin tinggi keimanan dan
ketakwaan semakin tinggi keimanan dan ketakwaan seseorang, akan semakin baik pula
ahlaknya, namun sebaliknya, semakin rendah nilai keimanan dan ketakwaan seseorang
maka akan semakin rendah pula kualitas ahlaknya.
B. Macam-macam Akhlak
Ialah ahlak mahmudan atau ahlak yang terpuji adalah ihwal atau tingka laku yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syariat
(hukum agama).
Ahlak terpuji itu cakupannya sangat luas, meliputi ruang lingkup kehidupan manusia. Ada
21 macam ahlak mahmudan (terpuji) yang dicontohkan oleh nabi Muhammad saw yaitu :
2. Al karam (Pemurah)
3. Al adi (Adil)
9. Al afwu (Pemaaf)
Akhlak ihwan atau tingkah laku yang menimbulkan perbuatan-perbuatan buruk dan tidak
terpuji (tercelah) menurut pandangan akal dan syariat (hukum agama).
1. Anaaniyah (egoistis)
2. Al baghyu (Lacur)
4. Al kidzbu (Dusta)
5. Al khiyaanah (Khianat)
7. Al jubnu (Pengecut)
9. At ghadhab (Pemarah)
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti Kebiasaan. Yang berarti kebiasaan
baik dan kebiasaan buruk, makna etika dalam kamus besar bahasa Indonesia aitu ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau
akhlak. Di dalam pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai,
kesusilaan baik dan buruk suatu tingkah laku manusia yang digunakan dengan akal pikiran
karena akal yang menentukan perbuatan manusia itu baik atau buruk.
Moral dari bahasa latin yaitu Mores yang artinya Jamak dari kata Mos yang berarti adat
kebiasaan. Moral dari istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menetukan batas-
batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik dan buruk.
Ada beberapa pengertian moral dalam paham the Advanced Learners Dictionary of
Current English.
1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
Dari ketiga tersebut dapat dipahami Bahwa Moral adalah Istilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai baik atau buruk, benar atau
salah. Jika moral dan etika ini dihubungkan maka dapat dikatakan bahwa moral dan etika
ini memiliki karakter yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia
yang baik atau yang buruk.
Perbedaan dari etika dan moral adalah kalau etika dapat dikatakan untuk menetukan nilai
perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur dengan menggunakan
norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam
masyarakat,sedangkan moral muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat,
dengan tolak ukur yang digunakan dalam moral adalah untuk mengukur tingkah laku
manusia dengan adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
A. Budi Pekerti
Budi Pekerti adalah kata Majemuk perkataan budi dan pekerti, gabungan kata yang
berasal dari bahasa sangsekerta dan bahasa indonesia. Dalam sansekerta budi artinya alat
kesadaran (batin), dalam bahasa Indonesia pekerti berarti keakuan. Jadi budi pekerti ialah
tingkah laku, perangai akhlak. Budi pekerti mengandung makna perilaku yang baik,
bijaksana dan manusiawi. Dalam perkataan itu tercermin sifat, watak seseorang dalam
perbuatan sehari-hari.
Pada dasarnya antara Akhlak, moral, etika dan budi pekerti itu tidak ada perbedaan
karena sama-sama membahas baik-buruk tingkah laku Manusia. Persamaannya adalah
bahwa akhlak itu berasal dari bahasa arab, bentuk jamak dari Khuluq yang memiliki arti
tabiat, budi pekerti, watak. Beberapa contoh perkataan akhlak seperti Kesusilaan, sopan
santun dalam bahasa indonesia juga mempunyai arti moral dan etika. Para pakar
berpendapat bahwa etika itu sama dengan akhlak, karena keduanya membahas masalah
baik buruknya tingkah laku manusia. Sedangkan moral itu berdekatan dengan ide-ide
tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar.
Perbedaan nya yaitu, etika menentukan baik buruknya perbuatan manusia dengan tolak
ukur atau pikiran. Ilmu akhlak menentukan nya dengan tolak ukur ajaran agama (Al-
Quran dan Hadist). Yang menentukan baik atau buruk suatu sikap (Akhlak) yang
melahirkan prilaku atau perbuatan manusia, didalam agama dan ajaran Islam adalah Al-
Quran yang dijelaskan dan dikembangkan oleh Rasulullah dengan Sunnah beliau yakni
dalam kitab-kitab Hadist, yang menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan
etika adalah adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat di
suatu masa. Akhlak bersifat mutlak, sedang moral dan etika bersifat relatif.
Antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf memiliki hubungan yang berdekatan. Pengertian
Ilmu Tasawuf adalah Ilmu yang dengannya dapat diketahui hal-hal yang terkait dengan
kebaikan dan keburukan jiwa.
Tujuan Ilmu Tasawuf itu sendiri adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang
terpuji.
Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf seseorang hares terlebih
dahulu berakhlak mulia.Pada dasarnya bertasawuf adalah melakukan serangkaian ibadah
seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Hubungan antara Ilmu Akhlak dengan
Ilmu Tasawuf lebihlanjutr dapat diuraikan sebagai berikut:
Ketika mempelajari tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur'an dan AI-Hadist mementingkan
akhlak. AI-Qur'an dan Al-Hadist menekankan mlai-nilai kejujuran, kesetiakawanan,
persaudaraan, rasa kesosialan, rasa keadilan, tolong-menolong, murah hati, suka memberi
maaf, sabar, baik sangka, berkata benar, pemurah, keramahan, bersih hati, berani,
kesucian, hemat, menepati janji, disiplin, mencintai iImu dan berfikir lurus. Nilai-nilai
serupa ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan dimasukkan ke dalam dirinya dari
semasa ia kecil. Jadi hubungan antara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf dalam Islam ialah
bahwa akhlak merupakan pangkal tolak tasawuf, sedangkan tasawuf adalah esensi dari
akhlak itu sendiri.
Sebagaimana Ilmu Tasawuf, Ilmu Filsafat juga mempunyai hubungan yang berdekatan
dengan Ilmu akhlak. Pengertian ilmu Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
menyelidiki segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran.
Filsafat memiliki bidang-bidang kajiannya mencakup berbagai disiplin ilmu antara lain:
Dengan demikian, jelaslah bahwa etika/akhlak termasuk salah satu komponen dalam
filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karma ilmu
tersebut kian meluas dan berkembang akhirnya membentuk disiplin ilmu terendiri dan
terlepas dari filsafat. Demikian jugs etika/akhlak, dalam proses perkembangannya,
sekalipun masih diakui sebagian bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan
ilmu yang mempunyai identitas sendiri. Selain itu filsafat juga membahas Tuhan, alam dan
makhluknya. Dari pembahasan ini akan dapat diketahui dan dirumuskan tentang cara-cara
berhubungan dengan Tuhan dan memperlakukan makhluk serta alam lainnya. Dengan
demikian akan diwujudkan akhlak yang baik terhadap Tuhan, terhadap manusia, dan
makhluk Tuhan lainnya. Jadi kesimpulannya hubungan antara ilmu Akhlak dengan ilmu
Filsafat adalah di dalam ilmu filsafat dibahas hal-hal yang berhubungan dengan etika/akhlak
dan dibahas pula tentang Tuhan dan bahkan menjadi cabang ilmu tersendiri yaitu Etika
dan Theodica.Setelah mempelajari ilmu-ilmu tersebut diharapkan dapat terwujud akhlak
yang baik.
Pengertian hukum Islam atau hukum syara' menurut ulama ushul ialah doktrin (kitab)
syari' yang bersangkutan dengan perbuatan orang-orang mukallaf yang bersangkutan
dengan perbuatan orang-orang mukallaf secara perintah atau diperintahkan memilih atau
berupa ketetapan (taqrir). Sedangkan menurut ulama fiqh hukum syara ialah efek yang
dikehendaki oleh kitab syari' dalam perbuatan seperti wajib, haram dan Mubah.
Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah yang wajib diturut
(ditaati) oleh seorang muslim. Dan di dalamnya termuat ilmu Akhlak. Pokok pembicaraan
mengenai hubungan akhlak dengan ilmu hukum adalah perbuatan manusia. Tujuannya
mengatur hubungan manusia untuk kebahagiannya. Hubungan antara ilmu Akhlak dengan
Hukum Islam adalah akhlak dapat mendorong manusia untuk tidak berfikir dalam
keburukan, tidak mengkhayal yang tidak berguna, sedangkan hukum dapat menjaga hak
milik manusia dan mencegah orang untuk melanggar apa yang tidak boleh dikerjakan.
Selain itu, di dalam hukum terdapat sanksi-sanksi yang dapat memberi hukuman bagi
seorang yang memiliki akhlak buruk. Misalnya saja suatu ketika ada seseorang yang
berakhlak kurang balk melakukan suatu tindakan buruk contohnya mencuri, dia akan
mendapatkan sanksi, karma secara hukum dia telah melakukan pelanggaran.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara Ilmu Akhlak hubungan dengan
hukum disini adalah dalam hukum terdapat perintah dan larangan, jika melaksanakan yang
diperintahkan berarti dapat dikatakan berakhlak balk, namun jika melanggar apa yang
diperintahkan maka dapat dikatakan akhlaknya buruk, dan hukum memberi balasan atas
baik buruknya akhlak.
Manusia berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya, sedang manusia tidak
berakhlak ( a moral ) adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya. Namun sering kali
manusia tidak sadar kalau hatinya sakit. Kalaupun dia sadar tentang kesakitan hatinya, ia
tidak berusaha untuk mengobatinya. Padahal penyakit hati jauh lebih berbahaya
ketimbang penyakit fisik. Seseorang yang sakit secara fisik jika penyakitnya tidak dapat
diobati dan disembuhkan ujungnya hanya kematian. Kematian bukanlah akhir dari segala
persoalan melainkan pintu yang semua orang akan memasukinya. Tetapi penyakit hati
jika tidak disembuhkan maka akan berakhir dengan kecelakaan di alam keabadian.
Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluq), kata Al-Ghazali, adalah tertanamnya iman
dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak (suu al-khuluq) adalah manusia
yang ada nifaq di dalam hatinya. Nifaq artinya sikap mendua dalam Tuhan. Tidak ada
kesesuaian antara hati dan perbuatan. Iman bagaikan akar dari sebuah tumbuhan. Sebuah
pohon tidak akan tumbuh pada akar yang rusak dan kropos. Sebaliknya sebuah pohon
akan baik tumbuhnya bahkan berbuah jika akarnya baik.
Amal akan bermakna jika berpangkal pada iman, tetapi amal tidak membawa makna apa-
apa apabila tidak berpangkal pada iman.
Demikian juga amal tidak bermakna apabila amal tersebut berpangkal pada kemunafikan.
Hati orang beriman itu bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar dan hati orang kafir
itu hitam dan malah terbalik.
Taat akan perintah Allah, juga tidak mengikuti keinginan syahwat dapat mengkilaukan
hati, sebaliknya melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati. Barang siapa
melakukan dosa, hitamlah hatinya dan barang siapa melakukan dosa tetapi menghapusnya
dengan kebaikan, tidak akan gelaplah hatinya hanya cahaya itu berkurang. Dengan
mengutip beberapa ayat Al Quran dan Hadits, selanjutnya Al-Ghazali mengemukakan
tanda-tanda manusia beriman, diantaranya :
a. Manusia beriman adalah manusia yang khusu dalam shalatnya
b. Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faedahnya)
c. Selalu kembali kepada Allah
d. Mengabdi hanya kepada Allah
e. Selalu memuji dan mengagungkan Allah
f. Bergetar hatinya jika nama Allah disebut
g. Berjalan di muka bumi dengan tawadhu dan tidak sombong
h. Bersikap arif menghadapi orang-orang awam
i. Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri
j. Menghormati tamu
k. Menghargai dan menghormati tetangga
l. Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna
m. Tidak banyak berbicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala persoalan
n. Tidak menyakiti orang lain baik dengan sikap maupun perbuatan
Sufi yang lain mengungkapkan tanda-tanda manusia berakhlak, antara lain : Memiliki
budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang lain, banyak
kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi banyak bekerja,
penyabar, hatinya selalu bersama Allah, tenang, suka berterima kasih, ridha terhadap
ketentuan Allah , bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi teman dan lawan, tidak
pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad,
cinta karena Allah dan benci karena Allah
.
Ketika Rasulullah ditanya tentang perbedaan mukmin dan munafik, Rasulullah
menjawab, orang mukmin keseriusannya dalam shalat, puasa dan ibadah sedangkan orang
munafik kesungguhannya dalam makan minum layaknya hewan. Hatim al-Asam seorang
ulama tabiin menambahkan, bahwa indikator mukmin adalah manusia yang sibuk
dengan berfikir dan hikmah, sementara munafik sibuk dengan obsesi dan panjang angan-
angan, orang mukmin putus harapan terhadap manusia kecuali pada Allah. Sebaliknya
orang munafik banyak berharap kepada sesama manusia dan bukan kepada Allah.
Mukmin merasa aman dari segala sesuatu kecuali dari Allah, munafik merasa takut oleh
segala sesuatu kecuali oleh Allah. Mukmin berani mengorbankan hartanya demi
agamanya sedangkan munafik berani mengorbankan agamanya demi hartanya. Mukmin
menangis dan berbuat baik, munafik berbuat jahat dan tertawa terbahak-bahak. Mukmin
senang berkhalawat (bersemedi) sedang munafik senang keramaian.
Mukmin menanam dan menjaga agar tidak terjadi kerusakan, munafik menuai dan
mengharap keuntungan. Mukmin memerintah dan melarang (amar maruf nahi munkar)
untuk kekuasaan, maka kerusakannlah yang terjadi.
Kalau akhlak dipahami sebagai pandangan hidup, maka manusia berakhlak adalah
manusia yang menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hubungannya
dengan Tuhan, sesama makhluk dan alam dalam arti luas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak itu adalah hal ihkwal yang melekat pada
jiwa Sanubari, macam-macam akhlak ada 2 :
Etika berasal dari bahasa yunani ethos yang artinya kebiasaan, baik kebiasaan baik maupun
kebiasaan buruk, jadi etika dapat diartikan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk
dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak. Moral dari bahasa latin yaitu mores
yang artinya Jamak, dari Istilah moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik dan buruk.
Sehingga etika dan moral ini mempunyai karakter yaitu sama-sama membahas tentang
perbuatan manusia yang baik atau yang buruk adapun hubungan akhlak denganilmu lain
tauhid adalah hubungan yang bersifat berdekatan. Hubungan akhlak dengan ilmu tasawuf
sangat berdekatan yaitu ilmu yang menimbulkan nilai-nilai kejujuran. Kesetiakawanan,
persaudaraan, rasa kesosialan, rasa keadilan dan lain-lain. Jadi hubungan ilmu tasawuf
dengan akhlak dalam islam adalah akhlak itu merupakan pangkal tolak tasawuf. Sedangkan
tasawuf esensi dari akhlak itu sendiri. Hubungan akhlak dengan ilmu filsafat adalah dalam
ilmu filsafat dibahas hal-hal yang berhubungan dengan akhlak dan dibahas pula tentang
tuhan bahkan menjadi cabang Ilmu tersendiri yaitu etika dan moral.
Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu Islam adalah dalam hukum terdapat perintah dan
larangan, jika melaksanakan yang diperintahkan berarti dapat dikatakan berakhlak baik
begitupun sebaliknya.
B. Saran
OLEH KELOMPOK 8
1. Allah sangat melarang manusia untuk mabuk-mabukkan dan berjudi karena keduanya
merupakan perbuatan setan yang berarti buruk, seperti pada firman-Nya pada Q.S
AlMaidah ayat 90 yang artinya:
2. Allah SWT juga melarang manusia untuk makan makanan yang haram dan
menganjurkan agar memakan makanan yang halalan thayyiban karena itu adalah baik
seperti dalam firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah 168 yang artinya:
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh nyata bagimu
Di dalam Al Quran begitu banyak apa saja yang dikatakan baik dan apa saja yang dikatakan
buruk. Perbedaan baik dan buruk, halal dan haram, hak dan batal dijelaskan kriterianya
masing-masing oleh Al Quran. Itulah sebabnya salah satu dari nama Al Quran adalahal
furqon
Yang berarti Pembeda benar dan salah.Salah satu criteria sesuatu dikatakan tidak baik karena
akan berakibat dosa dan tempat kembalinya ke neraka, sedangkan yang baik akan
mendapatkan pahala dan tempat kembalinya adalah surga dan ampunan Allah.
Contohnya adalah seorang muslim kawin degan wanita musyrikatau seorang muslimah kawin
dengan laki-laki musyrik, baik laki-laki maupun wanita musyrikkeduanya mengajak ke
neraka. Jika seorang muslim hanya kawin dengan wanita muslimah,perkawinan itu diajak
oleh Allah kepada ampunan-Nya dan surga. Sebaimana firman Allah dalamQ.S. Al Baqarah
221, yang artinya:
dan jangan kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu,
dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita mukmin) sebelum
merekaberiman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun
dia menarik hatimu, mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surge dan
ampunan dengan izin-Nya, dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)
kepada manusia supayamereka mengambil pelajaran.
Karena Al Quran dan Assunnah sebagai sumber akhlak, agar setiap muslim bisa ber-
akhalakul karimah, pertama mereka harus mengetahui setiap yang dikatakan baik atau buruk
olehAl Quran maupun Assunnah. Ketidaktahuan apa yang dikatakan baik atau buruk oleh Al
Quran maupun Assunnah menyebabkan ketidaktahuan pula perbuatan (perasaan, pikiran,
keyakinan,maupun perbuatan fisik) yang dilakukan itu baik atau buruk, masuk kategori
akhlaqul karimah atau
akhlaqul mazmumah.
Persoalannya adalah, seberapa banyak yang sudah diketahui yangtermasuk baik dan yang
termasuk buruk menurut Al Quran dan Assunnah, dan seberapa banyakpula yang diketahui
baik telah menjadi tabiat seorang muslim. Dari sinilah setiap muslim telahdapat diukur atau
mengukur dirinya sendiri telah termasuk ber-akhlaqula karimah atau belum masih jauh dari
kriteria itu atau telah mendekatinya. Secara umum termasuk orang yang ber- akhlaqul
karimah atau orang yang termasuk ber-akhlaqul mazmumah.Langkah selanjutnya adalah
menyatakan komitmen atas dasar keyakinan keharusanuntuk menjadi orang baik, orang
bermanfaat, serta orang yang ber-
akhlaqul karimah. Agar komitmen itu memliki energi sehingga mampu melahirkan perbuatan
konkrit.
Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk, ukuran nya adalah akal.
Moral adalah segala tingkah laku manusia yang mencakup sifat baik dan buruk, ukuran nya
adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.
Akhlak adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk, ukuran nya adalah wahyu Allah
yang universal.
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong nya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan terlebih dahulu.
Menurut Al-Ghozali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang timbul akibat
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.
Kriteria Akhlak :
Suatu perbuatan baru dapat disebut sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat :
Akhlak dalam praktiknya ada yang mulia disebut akhlak mahmudah dan ada akhlak yang
tercela yang disebut akhlak madzmumah. Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuanan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya sedangkan akhlak tercela ialah
yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan rasul-Nya. Kemudian dari pada itu,
kedua kategori akhlak tersebut ada yang bersifat batin dan ada yang bersifat lahir. Akhlak
batin melahirkan akhlak lahir.
1. Mujahadah adalah selalu berusaha keras untuk merubah diri menjadi baik dan tetap
dalam kebaikan serta menahan diri dari sikap putus asa.
2. Riyadloh adalah melatih diri secara spiritual untuk senantiasa zikir ( ingat ) kepada
Allah.
Ada jalan khusus untuk menjadi orang yang memiliki akhlaqul karimah atau insan kamil.Arti
dari akhlaqul karimah adalah orang yang dalam hidupnya senantiasa berusaha berbuat
baik,berlomba dalam kebaikan, sekuat tenaga menghindari dari kejahatan ( fahsya wal
munkar ) Sebagaimana yang di tempuh oleh kaum sufi (kaum yang senantiasa mengupayakan
kesucian jiwa untuk secara rohani mendekat kepada Allah SWT). Jalan itu disebut maqamat
Atau tingkatan dalam tangga.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penjelasan di atas dapat isimpulkan , yaitu.
1. Salah satu bagian dari kehidupan adalah moral. Dengan demikian perbuatan manusia
ituk etika dinilai baik atau buruk, sumber penilaian itu haruslah dari Al Quran dan
Assunah.
2. Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk, ukuran nya adalah akal.
Moral adalah segala tingkah laku manusia yang mencakup sifat baik dan buruk, ukuran nya
adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.
Akhlak adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk, ukuran nya adalah wahyu Allah
yang universal.
3. Akhlak dalam praktiknya ada yang mulia disebut akhlak mahmudah dan ada akhlak
yang tercela yang disebut akhlak madzmumah.
4. Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang
diajarkan Allah dan Rasul-Nya.
3.2 Saran
Saran dari makalah ini adalah.