TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
i
ABSTRAK
Kata Kunci : sheet pile, geogrid, counterweight, metode elemen hingga, faktor
keamanan lereng
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
atas berkat dan karunia Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
menempuh ujian Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Departemen Teknik
tetapi karena bantuan dari berbagai pihak, penulisan Tugas Akhir ini dapat
1. Bapak Ir. Rudi Iskandar, MT., sebagai Dosen Pembimbing dan Penguji
yang telah sabar memberi bimbingan, arahan, saran, serta motivasi kepada
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE., dan Ibu Ika Puji Hastuti, ST, MT.,
iii
5. Ibu Ika Puji Hastuti, ST, MT., sebagai Kepala Laboratorium Mekanika
Utara.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas
yang dengan penuh cinta kasih, kesabaran, dan ketabahan dalam merawat,
Penulis.
iv
12. Sahabat-sahabat Pengurus Permata Kemenangan Tani, Andos, Doanta,
Yahya, Basri, Fran, Ebed, Priskila, Lia, Cici, dan terkhusus untuk Dapit
kepada penulis.
Elisa D.J Purba, Manna Grace Sihotang, Atina Rezky dan Nita Fadila,
dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang telah memberi
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Bapak dan Ibu Staf Pengajar serta rekan rekan mahasiswa demi penyempurnaan
Akhir kata, Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
08 0404 085
v
DAFTAR ISI
Abstrak .................................................................................................................................. ii
Daftar Gambar....................................................................................................................... x
2.1 Tanah................................................................................................................ 6
vi
2.2.2. Sistem Stabilisasi Internal ...................................................................... 15
vii
2.8.2 Tipe Tipe Elemen Dalam Metode Elemen Hingga .............................. 51
viii
4.3 Pengaruh Panjang Sheet Pile terhadap Konstruksi Lereng ............................. 89
Daftar Pustaka
Lampiran
ix
DAFTAR GAMBAR
karena tulangan 25
2.16 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest) pada
x
dinding penahan 29
dan counterweight. 78
xi
4.5 Deformation Mesh 82
4.7 Kondisi strain pada lereng dengan perkuatan sheet pile dan geogrid 83
4.21 Kondisi strain pada lereng dengan penambahan panjang sheet pile 94
xii
4.27 Kondisi displacement dengan pengurangan panjang sheet pile 98
4.28 Kondisi strain pada lereng dengan pengurangan panjang sheet pile 98
4.35 Kondisi strain pada lereng dengan geogrid yang sebidang 105
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
A luas bidang
c kohesi
Cu koefisien keseragaman
geogrid
L panjang tulangan
Mg momen stabilitas
PE Polyethylene
PI Indeks Plastis
PM Polyamide
xv
PS Polyester
PP Polypropylene
q beban surcharge
SF Safety Factor
V volume total
Va volume udara
Vv volume pori
Vw volume air
Ww berat air
Z kedalaman
tegangan normal
xvi
sudut geser dalam tanah
v tegangan normal
tegangan geser
H jumlah dari jarak setengah tinggi tanah bagian atas dan setengah
elemen.
{} vektor tegangan
xvii
ABSTRAK
Kata Kunci : sheet pile, geogrid, counterweight, metode elemen hingga, faktor
keamanan lereng
ii
BAB I
PENDAHULUAN
berfungsi menerima dan menahan beban dari suatu struktur di atasnya. Tanah
terdiri dari tiga bagian yaitu butiran tanah, air dan udara. Tanah memiliki
karakteristik dan sifat-sifat yang berbeda dari satu lokasi dengan lokasi lainnya,
bangunan sipil.
faktor keamanan dari suatu struktur bangunan. Karena dengan kondisi tanah yang
1
ii. Tanah dianggap material yang isotropis, tekanan dapat dihitung
2. Deformasi, dapat dalam keadaan plastis atau elastis, sehubungan dengan hal
dalam konstruksi sipil. Kelongsoran sering terjadi pada lereng karena menurunnya
kekuatan geser tanah sehingga tidak dapat memikul beban kerja yang terjadi.
kelongsoran pada lereng akibat menurunnya kekuatan geser tanah, yaitu dengan
menggunakan dinding penahan tanah (sheet pile) dan dengan perkuatan material
Dinding penahan tanah adalah sebuah struktur yang didesain dan dibangun
untuk menahan tekanan lateral (horisontal) tanah ketika terdapat perubahan dalam
elevasi tanah yang melampaui sudut at-rest dalam tanah. Faktor penting dalam
dinding penahan tanah tidak bergerak ataupun tanahnya longsor akibat gaya
2
kepada sudut geser dalam tanah (phi) dan kohesi (c). Tekanan lateral meningkat
dari atas sampai ke bagian paling bawah pada dinding penahan tanah. Jika tidak
direncanakan dengan baik, tekanan tanah akan mendorong dinding penahan tanah
material geogrid atau geotextile. Material geogrid atau geotextil dapat memikul
gaya tarik sehingga dapat menjaga kestabilan tanah. Konstruksi ini sederhana dan
Pada kasus kondisi batas jalan Kota Pematang Siantar dengan Parapat
kelongsoran. Pada Tugas Akhir ini cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan menggunakan perkuatan sheet pile dan perkuatan geogrid
1.3.1 Tujuan
stabilitas lereng.
3
1.3.2 Manfaat
Tugas Akhir ini dan untuk memudahkan penulis dalam menganalisa maka dibuat
a) Memilih lokasi penyelidikan tanah yang dianalisis yaitu jalan Kota Pematang
b) Beban berjalan yang digunakan adalah sebesar 20 KN/m dan berjarak 2 meter
BAB I: PENDAHULUAN
4
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori dasar yang mendukung studi yang
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran mengenai studi kasus pada
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
Tanah adalah dasar dari suatu konstruksi yang berfungsi sebagai pendukung
pondasi pada suatu bangunan. Tanah terdiri dari 3 bagian yaitu bagian padat atau
butiran, pori-pori udara dan air pori. Bagian-bagian tanah dapat digambarkan
dalam bentuk diagram fase seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut.
Beban utama yang dipikul oleh dinding penahan tanah adalah berat tanah itu
sendiri. Besarnya kadar air dan udara berpengaruh besar pada stabilitas tanah.
Dinding penahan tanah adalah struktur yang didesain untuk menjaga dan
mempertahankan dua muka elevasi tanah yang berbeda (Coduto, 2001). Dinding
6
penahan tanah berfungsi untuk menyokong tanah serta mencegahnya dari bahaya
kelongsoran. Baik akibat beban air hujan, berat tanah itu sendiri maupun akibat
keadaan lapangan dan aplikasi yang akan digunakan. ORouke and Jones (1990)
stabilitas eksternal dan sistem stabilisasi internal serta sistem hybrid yang
menahan beban lateral dengan menggunakan beban dan kekakuan struktur. Sistem
7
ini merupakan satu-satunya sistem yang ada sebelum tahun 1960 dan sampai saat
Sistem ini terbagi menjadi dua kategori yaitu dinding gravitasi yang
memanfaatkan massa yang besar sebagai dinding penahan tanah (lihat Gambar
2.3) dan In Situ Wall yang mengandalkan kekuatan lentur sebagai dinding
8
Gambar 2.4 Sheet Pile Wall
dinding penahan dan beban yang akan bekerja di atas dinding penahan (jika ada),
akibat pergeseran sepanjang dasar dinding atau sepanjang semua plane di atas
9
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.5 Mekanisme kegagalan dinding penahan (a) Kegagalan Pergeseran; (b)
Kegagalan Penggulingan; (c) Kegagalan daya dukung tanah (d) Kegagalan stabilitas
lereng global
Metode yang biasa dipakai di mekanika tanah dan teknik pondasi dipakai untuk
Kuat geser material timbunan dan tanah pondasi harus cukup lebih besar
untuk menahan tegangan horisontal akibat beban hidup yang dikenakan pada
massa tanah bertulang. Faktor keamanan untuk dinding penahan agar dapat
menahan kegagalan geser biasanya diambil sebesar 1,5 bagi sebagian besar
10
perancang dinding penahan tanah. Jika ada beban surcharge sebesar q bekerja di
atasnya, tanah timbunan berupa tanah berbutir (c = 0), tekanan tanah aktif total
2
= + = + (2.1)
2
dimana:
penahan (kN/m2)
Reaksi vertikal terhadap beban berat dinding dan beban surcharge adalah:
= ( + )
dimana:
11
Untuk permukaan dinding vertikal, faktor aman terhadap pergeseran dinyatakan
oleh persamaan:
1,5 (2.3)
(1 +) tan
= = 2
(2.4)
+
2
stabilitas guna menahan geser dinding penahan vertikal dengan beban surcharge q
= tan 45 (2.6)
2
dimana:
= berat isi tanah di belakang tanah bertulang, biasanya nilainya sama dengan 1
Gambar 2.6 Gaya-gaya yang bekerja pada analisis stabilitas eksternal menggunakan
asumsi Meyerhoff
12
2.2.1.2 Faktor Keamanan Terhadap Kegagalan Guling
=
2 (2.7)
1 2
= = (2.8)
2 2
= + (2.9)
2 2
dimana:
penahan (kN/m2)
Karena sifat struktur dinding penahan bertulang yang fleksibel, kegagalan struktur
harus memenuhi syarat stabilitas lereng global. Tanah bertulang dianggap struktur
13
yang tanahnya telah diperkuat dengan tulangan geogrid (FS tulangan) diambil
sebesar 2.
tulangan (FS non-tulangan) biasanya diambil 1,3 sampai 1,5. Dimana faktor aman
momen gaya tarik tulangan geogrid dengan momen pengguling, seperti dituliskan
dimana:
= (2.11)
=
PE = 0,5 H2 Ka (2.14)
Pq = q H Ka (2.15)
dimana:
PEh = tekanan tanah aktif horisontal akibat berat sendiri tanah (kN/m2)
14
2.2.2 Sistem Stabilisasi Internal
tahun 1960 dan dibagi menjadi dua kategori yaitu Reinforced Soils dan In Situ
Massa tanah bertulang dibagi menjadi dua daerah, zona aktif dan zona
penahan. Zona aktif berada tepat di belakang muka dinding. Pada daerah ini,
berasal dari gerakan ini diarahkan keluar dari dinding, dan harus ditahan oleh
15
Tulangan menahan dua daerah yang berbeda ini bersama-sama sehingga
16
a) Bidang Longsor In-Situ b) Rankine
c) Bilinear
engineer Prancis H. Vidal pada tahun 1963, ditandai dengan: (1) Dinding penahan
tanah pertama yang dibangun di Pragneres, Prancis pada 1965. (2) Kelompok
Prancis selama tahun 1968-1969. Sepuluh dinding penahan tanah dengan luas
total permukaan dinding penahan sekitar 6600 square yard dibangun di lereng
yang tidak stabil. (3) Abutment jembatan untuk jalan raya pertama (ketinggian 46
Amerika Serikat pada tahun 1972 pada California State Highway 39 timur laut
Los Angeles.
17
Terbukti, ternyata metode tanah bertulang menawarkan penghematan biaya
yang signifikan jika dibandingkan dengan alternatif lain yang konvensional bagi
kondisi pondasi di tempat tinggi yang sangat sulit. Komponen penyusun suatu
dinding penahan tanah dengan perkuatan adalah: perkuatan atau tulangan, tanah
timbunan atau tanah asli, elemen untuk lapisan luar dinding penahan. Umumnya,
gesekan antara tanah dan perkuatan. Dengan gaya gesekan ini, tanah mentransfer
dari banyak uji gaya cabut (pullout) pada tulangan yang diletakkan pada keadaan
yang sebenarnya atau pada model. Tanah dan tulangan membentuk satu kesatuan
struktur yang saling menopang dan membagi beban agar dapat dipikul bersama-
sama. Transfer geser dapat dilihat pada Gambar 2.10. Beban yang dapat ditransfer
per luasan tulangan tergantung pada karakteristik interface tanah dan material
18
Tegangan normal yang bekerja pada bidang kontak tanah-tulangan masih
bergantung pada sifat sifat tegangan-tegangan tanah, dimana sifat ini juga
relatif antara tanah dan tulangan () tidak dapat langsung ditentukan dengan satu
analisis saja. Karena itu, hasil pengujian seperti uji pullout, uji geser langsung
(direct shear test), uji model yang dilengkapi dengan alat-alat uji, uji struktur
skala penuh sering digunakan sebagai dasar untuk memilih nilai-nilai koefisien
dT = T2 T1 = 2 b (dl) (2.15)
dimana:
19
Jika hanya dihasilkan oleh geser interface, maka:
= v (2.16)
dimana:
konstruksi yang berbeda dalam uji geser langsung adalah dalam rentang 0,5-0,8
kali tahanan geser langsung yang dapat disebarkan dalam tanah, yaitu:
dimana: = sudut geser antara tanah dan permukaan yang rata. = sudut geser
dalam tanah
Jika nilai v diketahui, maka akan lebih mudah untuk menghitung nilai
tulangan dan tanah. Lebih spesifik lagi, regangan geser dibebankan di atas tanah
sebagian) dengan kondisi batas, tegangan confining lokal dapat naik secara
itu, efek mengembang pada koefisien geser dihitung dari uji pullout. Lagipula,
dengan kemungkinan yang hanya dimiliki geotekstil, tidak ada tulangan yang
mempunyai permukaaan rata dan halus sepanjang permukaannya. Oleh sebab itu,
koefisien geser yang paling dapat dipercaya diukur dari pengukuran langsung
20
(tampak). Nilainya yang ditentukan disebut sebagai koefisien geser efektif atau
tampak, dan biasanya diambil dari tegangan geser tersebar rata-rata sepanjang
tersebut per satuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang
geser dalam tanah yang dimaksud. Mohr (1980) menyuguhkan sebuah teori
pada suatu material akibat kombinasi kritis antara tegangan normal dan geser.
cukup didekati dengan sebuah garis lurus yang menunjukkan hubungan linear
antara tegangan normal dan tegangan geser (Coulomb, 1776), seperti yang terlihat
Gambar 2.12 Hubungan linear antara tegangan normal dan tegangan geser
21
Persamaan parameter tanah dapat kita tuliskan sebagai berikut:
f = c + tan (2.18)
Dimana:
c = kohesi
menahan beban. Oleh karena itu, tulangan disebut sebagai material perkuatan.
terjadi bergantung pada interaksi antara tanah dan tulangan atau koefisien geser
tampak (*). Untuk mendapatkan koefisien geser tampak, maka dilakukanlah uji
pullout.
Pada uji pullout, tulangan ditarik dari massa tanah dan kurva antara
22
Uji pullout hanya menghasilkan koefisien geser tampak (*) yang
dimana:
Angka 2 di atas, menunjukkan bahwa gaya geser bekerja pada dua sisi tulangan,
Pada tanah berbutir yang padat, nilai * biasanya lebih besar dari nilai
yang diperoleh dari uji geser langsung, hal ini disebabkan oleh tanah berbutir
semakin luas. Baik peningkatan pada volume daerah geser atau peningkatan
oleh Schlosser dan Elias (1978), McKittrick (1978), dan Mitchell dan Schlosser
merupakan fungsi dari sifat alamiah tanah (butiran dan sudut butiran),
23
geometrik dan kekasaran permukaan tulangan, kekakuan tulangan, dan jumlah
pasir halus pada timbunan di belakang dinding penahan-faktor ini termasuk yang
paling penting.
dimana:
Sudut geser yang bekerja pada tanah bertulang ada 2 (dua) jenis, yaitu:
Uji pullout pada tulangan yang dilakukan pada struktur yang sebenarnya,
vertikal overburden meningkat. Hal ini lebih jelas tampak pada kasus pemakaian
tegangan overburden yang tinggi, nilai * mendekati nilai tan , untuk tulangan
yang berusuk yang juga menyebarkan geser antara butiran tanah ke butiran tanah
24
lainnya. Nilai * juga mendekati nilai tan , untuk tulangan yang permukaannya
halus.
1. Menurut Schlosser dan Vidal (1969), kuat pullout tulangan dan transfer
cohesion).
4. Konsep kelakuan tanah dibuktikan oleh Schlosser dan Long (1972) dari
hasil uji Triaksial pada contoh tanah yang diberikan tulangan dengan
25
Gambar 2.14 Konsep naiknya confinement tanah bertulang.
dalam diagram Mohr pada Gambar 2.14. cR adalah kohesi tampak yang
keruntuhan. Sudut geser dari pasir bertulang diambil sama dengan pasir tanpa
tulangan, yang berdasarkan asumsi yang sesuai, dijelaskan pada Gambar 2.15.
26
Untuk tulangan yang mempunyai tahanan retak tarik (RT) dan spasi vertikal
antara lapis tulangan horizontal Sv, geometri yang ditunjukkan pada Gambar 2.15
menghasilkan:
= (2.23)
2
dimana:
Kp = tan2 (45 + ) (2.24)
2
Seperti yang dinyatakan Yang (1972), kenaikan 3R yang tampak pada tekanan
1 = 3 + (2.26)
penahan tanah. Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan oleh akibat
sangat dipengaruhi oleh perubahan letak (displacement) dari dinding penahan dan
sifat-sifat tanahnya.
Suatu elemen tanah yang terletak pada kedalaman tertentu akan terkena
tekanan arah vertikal v dan tekanan arah horisontal h seperti yang terlihat
27
dalam Gambar 2.16. v dan h masing-masing merupakan tekanan aktif dan
tekanan total, sementara itu tegangan geser pada bidang tegak dan bidang datar
diabaikan. Bila dinding penahan tanah dalam keadaan diam, yaitu bila dinding
tidak bergerak ke salah satu arah baik ke kanan atau ke kiri dari posisi awal, maka
Rasio tekanan arah horisontal dan tekanan arah vertikal dinamakan koefisien
tekanan tanah dalam keadaan diam (coefficient of earth pressure at rest), Ko,
atau
h
k0 = (2.27)
v
v = z (2.28)
h = k 0 (z) (2.29)
Untuk tanah berbutir, koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam diperkenalkan
k0 = 1 sin (2.30)
Brooker dan Jreland (1965) memperkenalkan harga Ko untuk tanah lempung yang
28
Dimana: PI = Indeks Plastis Untuk tanah lempung yang terkonsolidasi lebih
(overconsolidated):
Maka gaya total per satuan lebar dinding (Po) adalah sama dengan luas dari
1
Jadi: 0 = 0 2 (2.35)
2
Gambar 2.16 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest) pada
dinding penahan.
keadaan yang menyebabkan tiap-tiap titik di dalam massa tanah menuju proses ke
29
suatu keadaan runtuh. Rankine (1857) menyelidiki keadaan tegangan di dalam
Gambar 2.17 Grafik hubungan pergerakan dinding penahan dan tekanan tanah.
Kondisi Aktif
tegangan dalam elemen tanah tadi dapat diwakili oleh lingkaran berwarna kuning.
Akan tetapi, bila dinding penahan tanah diijinkan bergerak menjauhi massa tanah
plastis, akan dicapai bila kondisi tegangan di dalam elemen tanah dapat diwakili
oleh lingkaran berwarna merah dan kelonggaran di dalam tanah terjadi. Keadaan
30
Active State); tekanan (h) yang terlingkar berwarna biru merupakan tekanan
1sin
K = = tan2 45
1+sin 2
[ ] =
[ ] = tan2 45 (2.36)
2
Langkah yang sama dipakai untuk tanah yang berkohesi (cohesive soil),
perbedaannya adalah c 0, maka tegangan utama arah horizo ntal untuk kondisi
aktif adalah:
Kondisi Pasif
Keadaan tegangan awal pada suatu elemen tanah diwakili oleh Lingkaran
Mohr berwarna kuning. Apabila dinding penahan tanah didorong secara perlahan-
lahan ke arah masuk ke dalam massa tanah, maka tegangan utama h akan
yang menyebabkan kondisi tegangan elemen tanah dapat diwakili oleh lingkaran
Mohr berwarna merah. Pada keadaan ini, keruntuhan tanah akan terjadi, disebut
kondisi pasif menurut Rankine (Rankines passive state). Tegangan utama besar
(major principal stress, h), dinamakan tekanan tanah pasif menurut Rankine
31
Untuk tanah yang tidak berkohesi (cohessionless soil), c = 0, maka koefisien
1 + sin
Kp = = tan2 45 +
1 sin 2
[h ]pasif = K p v
[h ]pasif = v tan2 45 + (2.38)
2
Langkah yang sama dipakai untuk tanah yang berkohesi (cohesive soil),
perbedaannya adalah c 0, maka tegangan utama arah horizo ntal untuk kondisi
pasif adalah:
2. 5 Bidang Longsor
bahwa penyebaran gaya tarik pada tulangan relatif kecil pada muka dinding
gaya tarik, namun bergantung pada tipe struktur dan sistem penulangannya.
4. Bentuk-bentuk yang lain seperti bentuk dua garis linear (bilinear) atau
32
5. Permukaan bidang longsor untuk dinding vertikal dengan tanah bertulang,
horizontal.
perbedaan bidang longsor saat tanah tanpa tulangan dan dengan tulangan :
33
2.5.1 Distribusi Tegangan Vertikal
V = (2.39)
z = kedalaman (m)
Schlosser, 1978)
= (2.40)
1 3 2
z = kedalaman (m)
1978 ; Murray, 1980). Tanah dianggap sebagai struktur yang kaku. Tekanan
2
V = 1 (2.41)
34
2.5.2 Distribusi Tegangan Horisontal
= (2.42)
Schlosser, 1978)
= (2.43)
1 2
3
z = kedalaman (m)
3. Tegangan horisontal sama dengan koefisien tekanan tanah lateral (Ka) dikali
2
V = 1 (2.44)
35
2.5.2.1 Gaya Horisontal yang Ditahan Tulangan
itu tegangan geser pada bidang ini dianggap sama dengan nol. Gaya tarik
pada tiap-tiap pias, yaitu dengan menganggap setiap tulangan harus menahan gaya
horizontal sebesar setengah tinggi tanah ke bawah dan setengah tinggi ke atas.
Dengan anggapan tersebut, maka setiap tulangan harus menahan gaya horizontal
sebesar:
= H = K H (2.45)
dimana:
H = jumlah dari jarak setengah tinggi tanah bagian atas dan setengah tinggi
Jika spasi vertikal tulangan seragam, maka H = Sv. Untuk kondisi ini, gaya
= = K (2.46)
Untuk tulangan yang berbentul lajur, dengan jarak pusat ke pusat arah vertikal Sv,
= Sh = K (2.47)
36
Dalam hitungan gaya horizontal yang harus didukung oleh tulangan, tekanan
Karena itu distribusi gaya tarik tulangan (T) juga akan bervariasi secara linear
berfungsi sebagai penahan tanah, bisa berupa konstruksi berskala besar sampai
kecil. Oleh karena fungsinya sebagai penahan tanah, maka konstruksi ini
digolongkan juga sebagai jenis lain dari dinding penahan tanah (retaining walls).
Perbedaan mendasar antara sheet pile dan dinding penahan tanah terletak
pengeringan air (dewatering). Beberapa jenis sheet pile yang umum digunakan
a) Cantilever
37
b) Anchored
Sheet pile yang di angker, disamping ujung sheet pile tertanam, di sekitar
ujung lainnya dipasang angker yang akan memberikan gaya tarik melawan
tanah.
38
2) Dregde Structure (Struktur Galian)
lempung (clay) dengan tanah pasir di atas garis batas. Muka air tanah terletak
39
Maka, tekanan tanah aktif dari kanan ke kiri yaitu:
Maka,
Di bagian bawah dari sheet pile, tekanan tanah pasif dari kanan ke kiri adalah:
a = sat D- 2c (2.52)
4c (L1 + L2)P1
L4 = (2.55)
4
D2 1 L
P1 (D + z1) [4c - (L1 + L2)] + L4 (8c) ( 4 ) = 0 (2.56)
2 2 3
40
Dengan menggabungkan persamaan diperoleh:
P1 (P1+12cz1)
D2[4c - (L1 + L2)] 2DP1 - =0 (2.57)
(L1 + L2)+ 2c
2. Tentukan 1 dan 2
3. Hitung P1 dan z1
41
2.7 Geogrid
serta subbases atau subsoils bawah jalan atau bangunan. Istilah Geosynthetic
berasal dari kata geo, yang berarti bumi atau dalam dunia teknik sipil diartikan
sebagai tanah pada umumnya, dan kata synthetic yang berarti bahan buatan, dalam
hal ini adalah bahan polimer. Bahan dasar geosintetik merupakan hasil
ultra violet dan mikro organisme. Polimer utama yang digunakan untuk
(PP) dan Polyethylene (PE). Jadi istilah geosintetik secara umum didefinisikan
Geotekstil
Geogrid
Geonet
Geokomposit
Geopipe
Teknologi Geosinteik telah berkembang menjadi salah satu pionir dalam hal
42
daya dukung tanah dasar, penurunan yang terlalu besar dalam jangka waktu lama,
kelongsoran dan gelincir serta sampai permasalahan akibat air tanah pada
yang ditanggungnya.
1. Filtrasi
Dengan adanya fungsi ini, air atau cairan dapat dengan mudah melewati
material geosintetik pada arah yang tegak lurus dengan bidang geosintetik
2. Drainase
Geosintetik digunakan sebagai media untuk pengaliran air searah bidang
3. Pemisah
Geosintetik juga berfungsi untuk memisahkan dua jenis material/agregat yang
dengan tanah dasar yang lunak. Melalui fungsi separasi ini, diharapkan
43
4. Perkuatan
Material geosintetik menambah kuat tarik pada matriks tanah sehingga
kemampuan yang baik terhadap tekan dan lemah terhadap gaya tarik,
pemakaian geosintetik akan berperan memikul gaya tarik yang harus dipikul
tanah.
5. Penghalang
Geosintetik berguna untuk menghalangi aliran cairan atau gas dari satu lokasi
6. Proteksi
Umumnya fungsi geosintetik jenis ini diperlukan untuk melindungi suatu
material lain atau lapisan dari kerusakan akibat tusukan benda-benda tajam.
yang cukup besar di antara rusuk-rusuknya. Mempunyai tegangan kecil dan hanya
konstruksinya dapat diberikan lebih dari satu lapis sesuai kebutuhan dan hasil dari
Dengan beban di atas tanah, tanah menahan tekan yang diberikan beban, Geogrid
menahan tarik, seperti pada tulangan yang diberikan pada bangunan. Beton
44
Geogrid merupakan pengembangan dari teknologi Geosintetik yang
dikenal dengan nama Geotextile. Geogrid sendiri adalah inovasi yang dibuat
dan mekanisme perkuatan. Suatu hal yang tidak dimiliki Geotextile, namun
geotextile.
1. Geogrid Uni-Axial
di Indonesia untuk perkuatan tanah pada dinding penahan tanah dan untuk
190 kN/m. Geogrid jenis ini biasanya dipakai untuk perkuatan dinding
45
2. Geogrid Bi-Axial
Bi-axial Geogrid dari bahan dasar polypropylene (PP) dan banyak digunakan
di Indonesia sebagai bahan untuk meningkatkan tanah dasar lunak (CBR <<
mana dengan struktur lubang bujur sangkar ini partikel tanah timbunan akan
saling terkunci dan kuat geser tanah akan naik dengan mekanisme
46
3. Geogrid Triax
4. Pemasangan yang mudah dan dapat membangun lebih tinggi dan tegak,
8. Tidak mempunyai resiko yang besar jika terjadi deformasi struktur, dan
9. Tipe elemen penutup lapisan luar dinding penahan dapat dibuat dalam bentuk
vertikal.
47
2.7.3 Kekurangan Pemakaian Geogrid
penahan gaya tarik. Karena bahan Geogrid sangat peka terhadap naik turunnya
temperatur udara, dimana pemuaian akan sangat mudah terjadi terhadap bahan
Gambar 2.27 Tipe dari perkuatan geogrid (a) geogrid wraparound wall; (b) wall
with gabion facing; (c) concrete panel-faced wall (After The Tensar Corporation,
1986)
48
Desain dari sheet pile yang diberi perkuatan geotextile maupun geogrid mengikuti
Koerner (1990).
Internal Stability
a = Ka 0 = Ka1z (2.57)
dimana:
(2.58)
(2.59)
dimana :
(2.60)
dan
(2.61)
49
maka,
(2.62)
(2.63)
Eksternal Stability
Metode Elemen Hingga (Finite Element Method) adalah salah satu metode
2008).
50
2.8.1 Matriks Kekakuan Elemen
yang menghubungkan antara beban berupa gaya dan momen yang diberikan pada
nodal elemen dengan perpindahan berupa translasi dan rotasi pada nodal tersebut.
{u} = matriks kolom berisi perpindahan translasi dan rotasi nodal elemen.
Terdapat berbagai tipe bentuk elemen dalam metode elemen hingga yang
Elemen satu dimensi terdiri dari garis (line). Tipe elemen ini memiliki dua
titik nodal, masing-masing pada ujungnya, disebut elemen garis linier. Dua
elemen lainnya dengan orde yang lebih tinggi, yang umum digunakan adalah
elemen garis kuadratik dengan tiga titik nodal dan elemen garis kubik dengan
51
b. Elemen dua dimensi
Elemen dua dimensi terdiri dari elemen segitiga (triangle) dan elemen
memiliki sisi berupa garis lurus, sedangkan untuk elemen dengan orde yang
lebih tinggi dapat memiliki sisi berupa garis lurus, sisi yang berbentuk kurva
Gambar 2.29 Elemen 2 dimensi segitiga dan segiempat Susatio, Yerri. (2004)
Elemen tiga dimensi terdiri dari elemen tetrahedron, dan elemen balok.
Gambar 2.30 Elemen 3 dimensi tetrahedra dan balok Susatio, Yerri. (2004)
52
2.6.3. Konsep Tegangan Regangan
Konsep mengenai tegangan dan regangan yang terjadi pada elemen tiga
1. Konsep Tegangan
= F/A (2.65)
Dimana:
Pada suatu bidang yang dikenal suatu gaya akan terdapat dua jenis
Timoshenko.(2000)
53
Keterangan:
Adapun persamaan tegangan normal untuk untuk bidang tiga dimensi adalah
sebagai berikut:
(2.66)
untuk dapat menghasilkan nilai tegangan von mises atau tegangan ekivalen, yakni
54
tegangan von Mises terlebih dahulu dihitung tegangan utama yang bekerja pada
(2.67)
Komponen lain dari intensitas gaya yang bekerja sejajar dengan bidang dari luas
elemen adalah seperti terlihat pada Gambar 2.32 di atas adalah tegangan geser
= V/A (2.68)
Dimana :
Adapun persamaan tegangan geser untuk persoalan tiga dimensi adalah sebagai
berikut:
(2.69)
55
2. Konsep Regangan
(2.70)
Dimana:
= regangan
Hubungan regangan peralihan untuk benda elastis menurut Paul E Allaire (1985)
Dimana:
(2.72)
56
Dimana u, v, w berturut turut merupakan fungsi peralihan (displacement)
(2.73)
yang besarnya:
(2.74)
Sedangkan xy,yz,xz berturut turut merupakan regangan geser arah bidang xy,
(2.75)
(2.76)
57
3. Hubungan Tegangan dan Regangan
{ }= [E] {} (2.77)
Dimana:
{} = vektor tegangan
{} = vektor regangan
(2.78)
xy,yz,xz berturut turut merupakan tegangan geser arah bidang xy, yz, xz
(2.79)
58
Material ini memiliki dua konstanta bebas, yaitu E (modulus elastisitas bahan) dan
v (poisson ratio), parameter e1, e2 dan e3 yang digunakan dalam persamaan ini
(2.80)
bentuk tarik bernilai positif dan perubahan bentuk tekan bernilai negatif.
Nilai Poisson ratio berbeda-beda untuk setiap bahan sesuai karakteristik bahan
tersebut.
1. Elastisitas
pengaruh gaya luar yang ada. Suatu spesimen yang dikenai gaya luar akan
apabila spesimen dapat kembali kebentuk semula ketika gaya luar tersebut
dilepas.
material untuk menahan gaya atau tegangan. Pada saat menahan beban,
59
penarikan tekanan, pemotongan,penempaan, pengecoran dan
2. Deformasi
bahan menyerap energi sebagai akibat adanya gaya yang bekerja. Sekecil
apapun gaya yang bekerja, maka benda akan mengalami perubahan bentuk
dan ukuran. Perubahan ukuran secara fisik ini disebut sebagai deformasi.
Deformasi ada dua macam, yaitu deformasi elastis dan deformasi plastis.
Deformasi elastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya beban yang
jika beban ditiadakan, maka material akan kembali seperti ukuran dan
dengan memberi gaya tarik pada bahan hingga bahan tersebut putus.
Mesin uji akan mencetak kurva dari besarnya tegangan terhadap regangan
bahan tersebut tidak akan kembali ke bentuk semula. Bila diberi beban
sampai melebihi titik patah,maka bahan akan menjadi putus. Dari titik y
60
Sedangkan u sampai patah terjadi deformasi plastis tak sempurna
a) Batas proporsional
titik batas proporsional seperti yang terlihat pada Gambar 2.32. Hal ini
Dalil ini berlaku sampai batas proporsional saja, di luar titik tersebut
tegangan akan tidak sebanding dengan regangan. Hal ini bisa sebagai
b) Batas Elastisitas
tanda e.
dan umumnya batas daerah elastis dan daerah plastis sulit untuk
deformasi plastis. Pada Gambar 2.32 menunjukan titik y atas adalah titik
luluh atas dan titik y bawah adalah titik luluh bawah yang ditandai
61
3. Kekuatan Tarik
beban atau tegangan tarik sampai putus. Kekuatan tarik suatu bahan dapat
4. Keuletan
Menyatakan energi yang diserap oleh suatu bahan sampai titik patah.
5. Kekerasan
62
BAB III
METODE PENELITIAN
Data umum dari proyek Perbaikan Jalan Batas Kota Pematang Siantar
3. Pekerjaan
Kedalaman
Berat jenis Berat jenis Phi
Kohesi Void Modulus
Lapisan (H) Saturated Kering dry
(c) ratio Elastisitas
(KN/m3) (KN/m3) ()
wet
(meter)
63
Timbunan 4,60 5,00 0,30 25000 16,00 11,00 25,00
Tensile Carbon
Specification Tensile Strength Tensile Strength Elongation
Strength Content %
(KN/M) @ 2% Elongation @ 5% Elongation % Width
(KN/M) (KN/M) (M)
TGDG50 50 12 23
TGDG60 60 16 30
TGDG80 80 21 40 12 2
TGDG110 110 29.5 58
TGDG130 72 130 36.5
TGDG170 170 50 99
64
Tabel 3.4 Data Sheet Pile
Dimensions
Section Type Width Height Thickness
B H T
550/500 150 8
550/500 150 10
Cold-formed CSP1
550/500 150 12
550/500 150 14
400/350 100 8
400/350 100 10
Cold-formed CSP1-B
400/350 100 10.5
400/350 100 12
515/250 150 8
515/250 150 10
Cold-formed CSP1-D
515/250 150 12
515/250 150 14
630/575 210 8
630/575 210 10
Cold-formed CSP2
630/575 210 12
630/575 210 14
575/520 210 8
575/520 210 10
Cold-formed CSP2-A
575/520 210 12
575/520 210 14
Cold-formed CSZ1 670/630 380 8
65
670/630 380 10
670/630 380 12
450/400 15 13
longsoran di Km. 171 + 000, Jalan Batas Kota Pematang Siantar-Parapat, penulis
memperoleh data dari PT. CITRA DIECONA CE berupa data hasil sondir, hasil
penulis memperhitungkan deformasi yang terjadi pada geogrid, sheet pile dan
langkah berikut:
a) Mulailah program masukan dan pilih proyek baru dalam kotak dialog
buka/buka proyek
yang sesuai, pastikan agar model dipilih pada regangan bidang dan elemen
66
c) Dalam lembar-tab dimensi, diterima satuan pra-pilih (panjang = m; gaya =
kN; waktu = hari) dan masukkan dimensi horizontal (kiri, kanan) dan
d) Klik tombol <OK> yang akan diikuti dengan munculnya lembar kerja
e) Pilih garis geometri dari toolbar dan gambarkan geometri dari lereng.
Untuk membentuk kondisi batas, klik tombol jepit standar pada toolbar.
Program kemudian akan membentuk jepit penuh pada bagian dasar dan jepit
3. Sifat-sifat material
dan objek geometri lainnya harus dimasukkan dalam kumpulan data. Klik
tombol kumpulan data material pada toolbar. Pilih tanah dan antarmuka untuk
jenis kumpulan data. Klik tombol <Baru> untuk membuat kumpulan data
baru.
a) Untuk lapisan tanah 1, ketik lapisan 1 untuk identifikasi dan pilih Mohr-
Coulomb untuk model material. Karena hanya efek jangka panjang saja
yang ingin dianalisis saat ini, maka perilaku tak terdrainase (undrained
terdrainase.
67
b) Masukkan sifat lapisan tanah 1 pada kotak isisan yang sesuai dalam
c) Untuk lapisan tanah 2, ketik lapisan 2 untuk identifikasi dan pilih Mohr-
(undrained).
d) Masukkan sifat lapisan tanah 2 pada kotak isian yang sesuai dalam
f) Masukkan sifat timbunan pada kotak isian yang sesuai dalam lembar-tab
h) Atur jenis kumpulan data dari jendela Kumpulan Data Material pada pelat
dan klik tombol <Baru>. Ketik sheet pile untuk identifikasi dari
kumpulan data dan masukkan sifat dari sheet pile. Klik tombol <OK>
i) Seret kumpulan data sheet pile ke dinding dalam model geometri dan
j) Atur parameter jenis kumpulan data dalam jendela kumpulan data material
68
dari kumpulan data dan masukkan sifat geogrid. Klik tombol <OK> untuk
Klik tombol susun jaring elemen pada toolbar. Beberapa detik kemudian
sebuah jaring elemen yang kasar akan ditampilkan dalam jendela keluaran.
jaring elemen, pilih kekasaran global. Distribusi elemen dalam combo box
sedang dan klik tombol <Susun>. Alternatif lain adalah dengan menggunakan
pilihan perhalus global dari menu jaring elemen. Jaring elemen yang lebih
untuk kembali.
penonaktifan dari struktur dan beban serta perhitungan tegangan tanah awal.
Tekanan air (tekanan air pori dan tekanan air pada kondisi batas eksternal)
dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan perhitungan secara langsung
69
berdasarkan masukan dari garis freatik dan tinggi tekan dari permukaan air
dalam tanah, atau berdasarkan hasil dari perhitungan secara langsung saja.
6. Klik <OK> untuk menerima nilai prapilih dari berat isi air sebesar 10 kN/m3.
Modus kondisi air sekarang akan menjadi aktif, dimana tombol garis freatik
telah terpilih. Secara pra-pilih, garis freatik global akan terbentuk di dasar
geometri.
7. Klik tombol hitung tekanan air (tanda positif bewarna biru) pada toolbar.
8. Pada jendela perhitungan tekanan air, pilih garis freatik dari kotak dihitung
keluaran. Klik tombol <Perbaharui> untuk kembali pada modus kondisi air.
11. Aktifkan struktur geogrid dan sheet pile pada struktur lereng.
12. Klik tombol hitung tegangan awal pada toolbar. Kotak dialog Prosedur-K0
akan muncul
13. Jaga agar faktor pengali total untuk berat tanah adalah 1.0. Terima nilai pra-
14. Setelah tegangan efektif awal terbentuk, hasilnya akan ditampilkan dalam
konfigurasi awal.
70
15. Klik tombol <hitung>. Pilih <Ya> untuk menjawab pertanyaan apakah data
Masukkan pembebanan.
Pada tahap ini dilakukan analisis konsolidasi hingga mencapai tekanan air pori
tekanan air pori minimum dari kotak masukan pembebanan dan terima nilai
71
19. Tahap 3 : Perhitungan Safety Factor.
Perhitungan pada tahap ini adalah untuk mendapatkan nilai factor keamanan
(safety factor). Pilih Phi/c Reduction pada calculation type. Kemudian pilih
Pemilihan titik noda ini adalah untuk penggambaran kurva beban perpindahan
Selain perpindahan dan tegangan yang terjadi dalam tanah, program keluaran
dapat digunakan untuk melihat gaya-gaya yang bekerja pada objek struktural.
Untuk menampilkan hasil yang diperoleh dari proyek ini, ikuti langkah-
langkah berikut:
23. Klik tombol <keluaran> pada toolbar. Program keluaran akan dimulai dan
terjadi.
24. Pilih peningkatan total dari menu deformasi. Tampilan akan menunjukkan
peningkatan dari seluruh titik nodal dalam bentuk anak panah. Panjang dari
25. Pilih tegangan efektif dari menu tegangan. Tampilan akan menunjukkan besar
26. Untuk menampilkan gaya geser dan momen lentur yang bekerja pada sheet
72
a. Klik ganda pada sheet pile atau geogrid. Sebuah jendela baru akan terbuka
dan menampilkan momen lentur pada sheet pile atau geogrid, dengan
berubah.
b. Pilih gaya geser dari menu gaya. Tampilan sekarang akan menunjukkan
27. Klik tombol jalankan program kurva pada toolbar. Program untuk
73
MULAI
PERSIAPAN
PENGUMPULAN DATA
ANALISA DATA
KESIMPULAN
SELESAI
74
BAB IV
Kondisi pada lereng yang ditinjau memiliki lapisan tanah yang lunak dan
tidak ada perkuatan pada tanah dengan kedalaman 18 meter lebih. Kondisi tanah
yang seperti ini kurang mendukung untuk menahan beban yang berjalan di
atasnya. Maka jika terjadi gangguan atau beban maksimum dibagian permukaan
Berikut ini akan dibahas kondisi lereng yang sudah diberi perkuatan sheet pile
75
Dimana deskripsi tanah dari lereng dapat dilihat pada tabel berikut.
dengan 3 phase , yaitu phase perhitungan lereng yang telah siap dikerjakan
parameter sheet pile dan geogrid yang digunakan. Dalam Tugas Akhir ini
76
Berikut adalah hasil penggambaran dari lereng yang telah diberi beban sebesar 20
kN/m dan telah diberi perkuatan sheet pile, geogrid dan counterweight.
Gambar 4.2 Lereng yang telah diberi beban, sheet pile, geogrid dan
counterweight.
Klaster yang berwarna cokelat merupakan tanah lapisan 1 dan klaster yang
berwarna biru merupakan tanah lapisan 2 sedangkan klaster yang berwarna merah
77
sedangkan geogrid ditunjukkan dengan lapisan-lapisan garis yang berwarna
kuning. Beban ditunjukkan dengan tanda panah ke bawah yang berwarna biru.
Hasil running dari metode elemen hingga dengan program plaxis 2D, dapat dilihat
Dalam perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa ada tiga phase yang terjadi
yaitu phase pertama adalah perhitungan lereng yang telah siap dikerjakan dengan
dengan minimum pore pressure, dan phase ketiga adalah perhitungan angka
78
keamanan (safety factor). Ketiga phase inilah yang digunakan dalam perhitungan
lereng.
Dari hasil perhitungan diperoleh faktor keamanan yaitu sebesar 2,2973. Hal
ini menunjukkan bahwa konstruksi lereng dalam keadaan yang aman, baik
lereng lebih besar dari 2. Berikut adalah hasil keluaran untuk menghitung faktor
keamanan lereng.
79
Pada konstruksi lereng ini, dengan faktor keamanan sebesar 2,2973 terjadi
deformasi sebesar 21,71*10-3 meter. Dalam hal ini, lereng dalam keadaaan aman
karena besarnya deformasi yang terjadi tidak terlalu besar. Pada konstruksi ini
pile. Berikut adalah hasil keluaran untuk menghitung deformasi yang terjadi pada
lereng.
80
Gambar 4.6 Kondisi displacement dengan perkuatan sheet pile dan geogrid
terjadi, displacement yang kecil ditunjukkan oleh bagian tanah yang berwarna
biru dan displacement terbesar ditunjukkan oleh tanah yang berwarna merah.
Gambar 4.7 Kondisi strain pada lereng dengan perkuatan sheet pile dan geogrid
Untuk Gambar 4.7, tanah-tanah yang merengang berada pada daerah yang
langsung dengan beban (di atas permukaan) dan di daerah dasar dari perkuatan.
81
4.1.3 Deformasi pada sheet pile
Dalam proses konstruksi sheet pile mengalami displacement atau deformasi yaitu
deformasi pada sheet pile, dimana arah dari deformasi sheet pile ditunjukkan
geogrid. Deformasi ini disebabkan karena adanya beban berjalan dan beban tanah.
82
Gambar 4.9 Displacement pada Geogrid
Model dari perkuatan ini dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut :
83
Dari hasil perhitungan diperoleh faktor keamanan yaitu sebesar 1,1646. Hal
ini menunjukkan bahwa konstruksi lereng dalam keadaan yang tidak aman, baik
lereng lebih kecil dari 2. Berikut adalah hasil keluaran untuk menghitung faktor
keamanan lereng.
Pada konstruksi lereng ini, dengan faktor keamanan sebesar 1,1646 terjadi
deformasi sebesar 62,72*10-3 meter. Dalam hal ini, lereng dalam keadaaan kurang
counterweight pada lereng, kondisi ini tidak cukup baik karena faktor
84
keamanannya berkurang dan mengalami deformasi yang lebih besar. Berikut
adalah hasil keluaran untuk menghitung deformasi yang terjadi pada lereng.
85
Gambar 4.13 Kondisi displacement tanpa counterweight
terjadi, displacement yang kecil ditunjukkan oleh bagian tanah yang berwarna
biru dan displacement terbesar ditunjukkan oleh tanah yang berwarna merah.
Untuk gambar 4.14 tanah-tanah yang merengang berada pada daerah yang
langsung dengan beban (di atas permukaan) dan di daerah dasar dari perkuatan
86
Pada konstruksi lereng digunakan sheet pile dengan panjang 12 meter.
Dalam proses konstruksi sheet pile mengalami displacement atau deformasi yaitu
sebesar 24,14*10-3 meter. Deformasi yang terjadi lebih besar dari pada saat lereng
diberi beban counterweight. Dimana arah dari deformasi sheet pile ditunjukkan
dengan panah yang berwarna merah. Berikut adalah hasil keluaran deformasi dari
sheet pile.
geogrid. Deformasi ini disebabkan karena adanya beban berjalan dan beban tanah
itu sendiri. Berikut adalah hasil keluaran untuk menghitung deformasi pada
geogrid, dimana arah dari deformasi geogrid ditunjukkan dengan panah yang
berwarna merah.
87
Gambar 4.16 Displacement pada Geogrid
88
Terjadi deformasi sebesar Terjadi deformasi sebesar
-3
Deformasi Geogrid 18,21*10 meter. 48,16*10-3 meter.
Berdasarkan dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lereng tanpa counterweight
memiliki faktor keamanan yang lebih kecil daripada lereng dengan counterweight.
Sehingga deformasi yang terjadi pada semua bagian struktur lereng tanpa
counterweight lebih besar. Dari hasil di atas lereng tanpa counterweight memiliki
Pada kondisi ini dicoba lereng dengan penambahan panjang sheet pile yaitu
sebesar 1 meter. Model dari perkuatan ini dapat dilihat pada Gambar 4.17
berikut:
89
Gambar 4.17 Kondisi lereng dengan penambahan panjang sheet pile
Dari hasil perhitungan diperoleh faktor keamanan sebesar 2,4105. Hal ini
menunjukkan bahwa konstruksi lereng dalam keadaan yang aman, baik terhadap
kegagalan geser ataupun kegagalan guling karena faktor keamanan lereng lebih
besar dari 2. Berikut adalah hasil keluaran untuk menghitung faktor keamanan
lereng. Hasil running dari metode elemen hingga dengan program plaxis dengan
kondisi lereng dengan penambahan panjang sheet pile sebesar 1 meter, dapat
90
Gambar 4.18 Tahap perhitungan faktor keamanan
Pada konstruksi lereng ini, dengan faktor keamanan sebesar 2,4105 terjadi
penambahan panjang sheet pile kondisi ini sangat aman karena deformasi yang
terjadi lebih kecil, hanya perlu diperhitungkan segi ekonomis dan efisiensi dari
91
Gambar 4.19 Deformation Mesh
terjadi, displacement yang kecil ditunjukkan oleh bagian tanah yang berwarna
biru dan displacement terbesar ditunjukkan oleh tanah yang berwarna merah.
92
Gambar 4.21 Kondisi strain pada lereng dengan penambahan panjang sheet pile
Untuk Gambar 4.21 tanah-tanah yang merengang berada pada daerah yang
langsung dengan beban (di atas permukaan) dan di daerah dasar dari perkuatan.
Dalam proses konstruksi sheet pile mengalami displacement atau deformasi yaitu
sebesar 8,45*10-3 meter. Deformasi yang terjadi lebih kecil dari pada lereng yang
menggunakan sheet pile sepanjang 12 meter. Dimana arah dari deformasi sheet
pile ditunjukkan dengan panah yang berwarna merah. Berikut adalah hasil
93
Gambar 4.22 Displacement pada sheet pile
geogrid. Berikut adalah hasil keluaran untuk menghitung deformasi pada geogrid,
dimana arah dari deformasi geogrid ditunjukkan dengan panah yang berwarna
merah.
94
4.3.2. Lereng dengan pengurangan panjang sheet pile
Pada kondisi ini dicoba lereng dengan pengurangan panjang sheet pile
sebesar 1 meter. Model dari perkuatan ini dapat dilihat pada Gambar 4.24
berikut:
Dari hasil perhitungan diperoleh faktor keamanan sebesar 2,2343. Hal ini
menunjukkan bahwa konstruksi lereng dalam keadaan yang aman, baik terhadap
kegagalan geser ataupun kegagalan guling karena faktor keamanan lereng lebih
besar dari 2. Berikut adalah hasil keluaran untuk menghitung faktor keamanan
lereng. Hasil running dari metode elemen hingga dengan program plaxis dengan
95
kondisi lereng dengan pengurangan panjang sheet pile sebesar 1 meter, dapat
Pada konstruksi lereng ini, dengan faktor keamanan sebesar 2,2343 terjadi
96
Gambar 4.27 Kondisi displacement dengan pengurangan panjang sheet pile
terjadi, displacement yang kecil ditunjukkan oleh bagian tanah yang berwarna
biru dan displacement terbesar ditunjukkan oleh tanah yang berwarna merah.
Gambar 4.28 Kondisi strain pada lereng dengan pengurangan panjang sheet pile
97
Untuk Gambar 4.28 tanah-tanah yang merengang berada pada daerah yang
langsung dengan beban (di atas permukaan) dan di daerah dasar dari perkuatan
Dalam proses konstruksi sheet pile mengalami displacement atau deformasi yaitu
sebesar 8,93*10-3 meter. Deformasi yang terjadi lebih besar dari pada lereng yang
menggunakan sheet pile sepanjang 12 meter dan 13 meter. Dimana arah dari
deformasi sheet pile ditunjukkan dengan panah yang berwarna merah. Berikut
98
4.3.2.4 Deformasi pada geogrid
lereng disebabkan oleh beban berjalan yang diterima oleh geogrid dan besarnya
dimana arah dari deformasi geogrid ditunjukkan dengan panah yang berwarna
merah.
99
Berdasarkan kondisi di atas diperoleh perbandingan seperti pada tabel berikut:
Lereng tanpa
Lereng dengan Lereng dengan
Parameter yang penambahan atau
penambahan pengurangan
ditinjau pengurangan panjang
panjang sheet pile panjang sheet pile
sheet pile
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lereng dengan penambahan panjang sheet
pile memiliki faktor keamanan yang lebih besar. Tetapi deformasi yang terjadi
100
antara tiga kondisi konstruksi tersebut tidak jauh berbeda dan masih dalam
Pada kondisi ini dicoba lereng dengan memodelkan geogrid yang dipasang
sebidang. Model dari perkuatan ini dapat dilihat pada Gambar 4.31 berikut:
Dari hasil perhitungan diperoleh faktor keamanan sebesar 2,108. Hal ini
menunjukkan bahwa konstruksi lereng dalam keadaan yang aman, baik terhadap
kegagalan geser ataupun kegagalan guling karena faktor keamanan lereng lebih
besar dari 2. Berikut adalah hasil keluaran untuk menghitung faktor keamanan
101
lereng metode elemen hingga dengan program plaxis dengan pemasangan geogrid
Pada konstruksi lereng ini, dengan faktor keamanan sebesar 2,108 terjadi
pemasangan geogrid yang tidak sebidang. Berikut adalah hasil keluaran untuk
102
Gambar 4.33 Deformation Mesh
terjadi, displacement yang kecil ditunjukkan oleh bagian tanah yang berwarna
103
biru dan displacement terbesar ditunjukkan oleh tanah yang berwarna merah.
Dapat dilihat gambar pada kondisi ini, displacement yang terbesar terjadi di
Gambar 4.35 Kondisi strain pada lereng dengan geogrid yang sebidang
Untuk Gambar 4.35 tanah-tanah yang merengang berada pada daerah yang
langsung dengan beban (di atas permukaan) dan di daerah dasar dari perkuatan.
Dalam proses konstruksi sheet pile mengalami displacement atau deformasi yaitu
sebesar 9,23*10-3 meter. Deformasi yang terjadi lebih besar dari pada lereng
dengan geogrid yang tidak sebidang. Dimana arah dari deformasi sheet pile
104
ditunjukkan dengan panah yang berwarna merah. Berikut adalah hasil keluaran
geogrid. Berikut adalah hasil keluaran untuk menghitung deformasi pada geogrid,
dimana arah dari deformasi ditunjukkan dengan panah yang berwarna merah
105
Maka dari itu dapat dibuat perbandingan seperti pada tabel berikut:
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat geogrid yang tidak sebidang memiliki
faktor keamanan yang lebih besar daripada geogrid yang sebidang. Pada geogrid
yang sebidang, tanah yang tidak mendapat perkuatan memiliki zona displacement
106
BAB V
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh penulis selama mengerjakan Tugas Akhir ini adalah :
aman.
geser tanah akibat adanya tekanan tanah pasif yang bekerja yaitu dengan
yang paling besar yaitu 2,41. Tetapi deformasi yang terjadi antara tiga
kondisi konstruksi tersebut tidak jauh berbeda dan masih dalam kategori
107
Hal ini menunjukkan bahwa geogrid yang dipasang tidak sebidang
5.2 Saran
proyek.
2. Pada geogrid yang dipasang sebidang, bagian tanah yang tidak mendapat
108
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga, Jakarta
Das, B. M., 1994, Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayas Geoteknis) Jilid II,
Erlangga, Jakarta
Christopher M. Shortt
Jakarta