Anda di halaman 1dari 15

rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

PERSYARATAN TEKNIS DAN BAHAN


REHABILITASI RUSAK BERAT

1. SITUASI
1.1. Bangunan yang akan direhabilitasi dilaksanakan pada:
Lokasi : SD Negeri 2 Bojonglopang
Kecamatan : Jampangtengah
Kabupaten : SUKABUMI
1.2. Lokasi yang akan dibangun akan diserahkan kepada pelaksana, sebagaimana keadaaannya
pada waktu rapat penjelasan, untuk itu para calon rekanan wajib meneliti lokasi / medan
terutama kondisi tanah, dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang berpengaruh terhadap
harga penawaran.
1.3. Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal-hal tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan
klaim dikemudian hari, bagi yang mendapatkan Pelulusan Pekerjaan.
1.4. Dalam rapat penjelasan akan ditunjukan lokasi bangunan dan ruang lingkup pekerjaan yang
akan dibangun.

2. URAIAN PEKERJAAN
2.1. Pekerjaan pembangunan yang akan dilaksanakan adalah:
"Rehab Berat SDN. Bojongjengkol Kecamatan Jampangtengah "
2.2. Rekanan harus melaksanakan pekerjaan secara teliti seperti yang tercantum pada uraian
Pekerjaan dalam Bill of Quantity (BQ) dan gambar. Untuk itu rekanan harus mempelajari
secara teliti uraian pekerjaan dlalam blanko RAB dan Gambar, yang terlampir dalam Rencana
Kerja dan Syarat - syarat (RKS) ini.
2.3. Untuk pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut rekanan harus menyediakan:
2.3.1 Tenaga Kerja, tenaga ahli yang cukup memadai dengan jenis Pekerjaan.
2.3.2 Alat - alat bantu, yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2.4. Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam uraian rencana
kerja dan syarat-syarat, blanko RAB dan Gambar bestek & Detail serta keputusan direksi.

3. LINGKUP PEKERJAAN
3.1. Perencanaan rehabilitasi ruang kelas rusak berat bagi sekolah penerima program, dilakukan
berdasarkan hasil pendataan dan pemetaan komponen bangunan yang mengalami
kerusakan pada masing-masing sekolah.
3.2. Lingkup pekerjaan rehabilitasi ruang kelas rusak berat antara lain meliputi:
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Galian dan Urugan
c. Pekerjaan Pondasi
d. Pekerjaan Beton
e. Pekerjaan Rangka Atap dan Penutup Atap
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

f. Pekerjaan Pasangan Dinding dan Plesteran


g. Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela
h. Pekerjaan Penggantung, Pengunci dan Kaca
i. Pekerjaan Langit-langit/Plafon
j. Pekerjaan Lantai
k. Pekerjaan Pengecatan/Politur
l. Pekerjaan Instalasi Listrik
m. Pekerjaan Finishing
3.3. Ketentuan letak bangunan diukur dibawah pengawasan direksi dengan patok-patok yang
dipancang dan papan bouwplank yang diketam pada sisinya, rekanan harus menyediakan
paling sedikit 3 orang pembantu yang paham dalam pengukuran, penyipat datar, penujukan /
prisma silang, tali busur dan lainnya yang diperlukan.
3.4. Acuan pedoman pekerjaan dan pemakaian bahan
Peraturan teknis bangunan yang digunakan dalam rehabilitasi ruang kelas rusak berat adalah
peraturan-peraturan tersebut di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya:
1) Tatacara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SNI-03-1727-1989;
2) Petunjuk Perencanaan Penanggulangan Longsoran SNI 03-1962-1990;
3) Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-2000;
4) Pedoman Plumbing Indonesia (PPI), SNI 03-6481-2000;
5) Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002;
6) Tatacara Perhitungan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002;
7) Peraturan Perencanaan Kayu Struktur SNI-T-02-2003;
8) Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2003;
9) Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk
SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA;
10) Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja; dan
11) Peraturan dan ketentuan lain yang berlaku di wilayah Indonesia.

4. PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan pada intinya adalah kegiatan mengkoordinasikan dan menyiapkan
segala sesuatu yang berkaitan dengan keseluruhan pekerjaan rehabilitasi berat ruang kelas
rusak berat.
Pekerjaan persiapan antara lain adalah:
a) Pembersihan lahan; meliputi penebangan pohon, pembuangan sampah dan hal-hal yang
tidak diperlukan untuk pekerjaan.
b) Pengukuran lahan; meliputi penentuan batas lokasi, kemiringan tanah.
c) Penyediaan air kerja: dilakukan untuk menyediakan air untuk pelaksanaan pekerjaan.
d) Mempersiapkan los/area kerja untuk fabrikasi komponen (mis:kusen, pintu, rangka
besi/baja, dll).
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

e) Membuat atau menentukan ruang untuk gudang sebagai tempat penyimpanan bahan
material dan peralatan kerja.
f) Melakukan pengukuran dan pemasangan bouwplank (ramburambu) jika ada pekerjaan
ini.
g) Mempersiapkan format-format untuk mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan
pelaksanaan pekerjaan.
h) Mempersiapkan gambar kerja, RAB, dan jadwal kerja.
i) Membuat dokumentasi pekerjaan mulai tahap awal sampai akhir, baik keseluruhan hasil
pelaksanaan pekerjaan maupun setiap jenis/masing-masing bagian pekerjaan.

4.2. Pekerjaan Galian / Urugan


Meliputi penggalian tanah untuk pondasi batu kali/batu belah dan atau pondasi beton dan
pekerjaan lain yang memerlukan penggalian tanah, dan pengurugan kembali galian di sisi
pondasi.
Penggalian untuk pondasi dilakukan sampai kedalaman mencapai lapisan tanah cadas/keras
(Gambar 1) atau sekurang-kurangnya sesuai dengan gambar rencana kerja yang dibuat.
Pengurugan kembali galian yang tebalnya lebih dari 20 cm harus dilaksanakan selapis demi
selapis (setiap 10 cm) dan setiap lapisan harus di padatkan menggunakan mesin pemadat
(Compactor) atau dikerjakan secara manual sehingga tidak terjadi penurunan tanah yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada pondasi, seperti pondasi patah/putus, pondasi
menggantung ataupun kerusakan pada lantai bangunan. Jika ada pengurugan lain selain
pengurugan pada pondasi, seperti pengurugan lantai, dilakukan seperti halnya pengurugan
untuk pondasi (ada proses pemadatan)

4.3. Pekerjaan Pondasi


Sebelum membuat pondasi, yang perlu mendapat perhatian yaitu apakah tanah tempat
pondasi tersebut akan dibuat merupakan tanah keras, tanah basah, atau tanah berawa.
Apabila tanah akan digunakan untuk pasangan batu kali, maka tanah yang kurang baik
setelah digali pada kedalaman tertentu perlu dilakukan perbaikan dengan cara mengurug
dengan sirtu (pasir batu) hingga cukup memenuhi kekerasan.
a) Pondasi Batu Kali
Pondasi batu kali dipasang untuk mendukung struktur bangunan maupun dinding. Pondasi
harus kedap air, artinya tidak dapat ditembus resapan air dan tidak meneruskan uap lembab
ke bagian bangunan yang terletak di atasnya serta tahan terhadap unsur tanah agresip
1) Lingkup Pekerjaan
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

Membongkar sebagian atau seluruh pondasi yang sudah ada yang akan diganti dengan
pondasi baru, pemasangan profil pondasi, galian tanah dan urugan tanah, pekerjaan anti
rayap (untuk daerah yang banyak rayap), dan pembuatan pondasi baru.
(2) Bahan yang digunakan adalah batu kali atau batu belah ukuran antara 10 cm s/d 20 cm,
pasir pasang/cor dan semen/PC.
(3) Penjelasan pekerjaan:
Menyiapkan lantai kerja dari pasir dengan tebal 5-10 cm, kemudian menyemprotkan
anti rayap (jika diperlukan).
Menghamparkan atau meletakkan batu kosong (aanstamping) dengan posisi berdiri
bagian meruncing berada di bawah, dan berdiameter antara 20-25 cm.
Membuat pasangan batu kali di atas aanstamping dengan menggunakan adukan spesi
1PC:4Ps.
Pada lokasi yang tidak ditemukan tanah keras, maka dapat dibantu/diperkuat dengan
cara memasang cerucuk kayu atau bambu yang dipasang/dimasukan sampai mencapai
tanah keras.
b) Pondasi Beton Bertulang (foot plat)
Pondasi beton yang dimaksud adalah pondasi dari bahan dasar beton yang dibuat untuk
memperbaiki/meningkatkan kekuatan pondasi, terutama jika akan ada ruang yang dibangun
di atas bangunan yang sudah ada sebelumnya tetapi pondasi sebelumnya tidak dipersiapkan
untuk bangunan bertingkat. Pondasi beton biasanya dibuat pada bagian-bagian tertentu
yang diperlukan untuk penguatan, seperti pada bagian struktur kolom.
Pondasi beton tidak harus dibuat jika keadaan pondasi dari bangunan yang ada sudah baik,
kuat, stabil dan atau bangunan tidak digunakan untuk ditingkatkan (untuk menumpu lantai
2).
Pondasi beton yang dibuat harus memenuhi ketentuan mutu beton K175 atau dengan
campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr dengan syarat dan ketentuan pelaksanaan seperti pada pekerjaan
beton.
(1) Lingkup Pekerjaan:
Pekerjaan galian dan urugan tanah, pekerjaan anti rayap (untuk daerah yang banyak rayap)
dan pembuatan pondasi.

(2) Bahan yang digunakan, PC/Semen, pasir beton (Ps), kerikil/split (Kr), besi beton dan kawat
bendrat.

(3) Penjelasan pekerjaan:


Menyiapkan lantai kerja dari spesi 1 PC: 5 Ps setebal 5 cm.
Meletakkan rangkaian besi beton dengan ukuran baja tulangan minimal 12 mm
untuk tulangan utama dan 8 mm untuk begel.
Cor rangkaian besi beton untuk pondasi dengan campuran 1 PC: 2 Ps: 3 Kr.
Pada lokasi yang tidak ditemukan tanah keras, maka dapat dibantu/diperkuat dengan
cara memasang cerucuk kayu atau bambu yang dipasang/dimasukan/ditancapkan
sampai mencapai tanah keras.
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

4.4. Pekerjaan Beton


Pekerjaan beton meliputi sloof, kolom, balok, ringbalk dan plat lantai (jika ada pekerjaan plat),
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku dengan mempertimbangkan faktor
keamanan terhadap gempa. Untuk beton struktural maupun non struktural seperti kolom praktis
setidak-tidaknya dibuat dengan mutu beton minimal K175 atau dengan campuran 1 PC : 2 Ps : 3 Kr
dan baja tulangan U 24, dengan ukuran besi tulangan, jumlah dan jarak pasang sesuai ketentuan
yang diatur dalam SK SNI T-15.1991.03 dan PBI 1971.
Untuk beton rabat dapat menggunakan campuran 1 PC : 3 Ps : 5 Kr.
a) Lingkup Pekerjaan:
Pekerjaan bekisting, pembesian, pengecoran
b) Bahan yang digunakan, kayu bekisting, PC/semen, pasir beton, besi beton dan kawat bendrat.
Bekisting dibuat dari kayu kelas III dengan ketebalan papan minimal 2 cm atau multiplek 9 mm,
dengan balok-balok penahan dari kayu ukuran 4/6 cm atau 5/7 cm dan tiang penyangga dari
kayu.
c) Penjelasan Pekerjaan:
1) Pekerjaan papan bekisting
Bekisting dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran sloof, balok dan kolom sesuai
gambar perencanaan. Bekesting dibuat secara kokoh agar bentuk sloof, balok dan kolom
tidak berubah dan tetap pada kedudukannya pada saat di cor.
Sebelum pengecoran, permukaan bekisting harus bebas dari kotoran (misalnya: serbuk
gergaji, potongan kayu, tanah dsb). Permukaan dalam bekisting sebaiknya dilapisi
pelumas agar bekisting mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
Setelah pengecoran, proses pengerasan beton tidak boleh terganggu dari benturan
benda keras selama minimal 3x24 jam.
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

Pembongkaran bekisting hanya dapat dilakukan setelah beton mencapai kekerasan


tertentu. Pembongkaran bekisting kolom dapat dilakukan setelah beton mencapai waktu
3 sampai 7 hari. Sedangkan untuk pembongkaran bekisting balok dan plat lantai dapat
dilakukan setelah beton mencapai waktu 21 sampai 28 hari.
2) Pekerjaan Pembesian
Perakitan besi tulangan sesuai dengan gambar
diameter tulangan, jumlah dan jarak pasang sesuai ketentuan yang diatur dalam SK SNI
T-15.1991.03 dan PBI 1971.
Tulangan beton harus diikat dengan kawat beton (bendraat) untuk menjaga ketebalan
selimut beton maka antara ulangandan bekisting dipasang beton tahu (decking) tebal 2
cm.
Setiap sambungan konstruksi (stek) yang direncanakan untuk dilanjutkan, maka
pembesiannya harus dilebihkan minimal 40 x d (bentangan).
3) Pekerjaan Pengecoran
Pengecoran beton struktural minimal menggunakan mesin pengaduk (molen) atau beton
readymix, sedangkan beton non struktural dapat dilakukan secara manual. Dengan mutu
beton sesuai ketentuan.
Jika secara manual, harus dilakukan dalam wadah pengadukan, tidak boleh langsung di
atas tanah.
Sebelum pengecoran, bekisting harus dibersihkan dan disiram air bersih terlebih dahulu.
Kekentalan beton harus diawasi.
Pengecoran harus merata, dan cukup padat dengan cara menggunakan penggetar
(vibrator) atau memukul bagian luar begesting 5 s.d 10 kali agar beton dapat mengisi
setiap bagian dari rangka.
Jika terjadi pemberhentian pengecoran pada balok dan lantai maka harus berhenti pada
jarak 1/5 bentang dan dapat dilanjutkan jika sudah diberi pasta semen (air semen) pada
bagian permukaan yang akan dilanjutkan.
Gambar3 menunjukkan tulangan ikatan silang pada hubungan pertemuan sudut dan persilangan
ringbalk disebut pengaku sendi. Tulangan ini berfungsi untuk menahan gaya horisontal atau gempa,
sehingga bangunan tidak akan mudah roboh.
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

Gambar 4 menunjukan hubungan antara kolom dengan ring balk dan pasangan dinding.

Untuk bangunan yang akan dijadikan bertingkat, maka pekerjaan konstruksi beton ruang
kelas di lantai 1 yang direhabilitasi/dibangun, yang meliputi pondasi, sloof, kolom, balok, plat
dak beton dan tangga harus memenuhi persyaratan dan ketentuan konstruksi untuk
bangunan bertingkat baik diameter tulangan, jumlah dan jarak pasangnya, serta tingkat
kekuatan beton, sesuai ketentuan pekerjaan beton bangunan bertingkat sebagaimana diatur
dalam SK SNI T-15.1991.03 dan PBI1971. Perencanaan struktur beton untuk bangunan
tersebut harus disertai bukti tertulis penghitungan struktur yang ditandatangani oleh ahli
struktur.
Demikian juga untuk rencana pembangunan ruang kelas baru pada lantai 2, kondisi ruang
kelas pada lantai 1 harus sudah memenuhi persyaratan dan ketentuan konstruksi untuk
bangunan bertingkat. Diameter tulangan, jumlah dan jarak pasangnya harus sesuai
ketentuan pekerjaan beton bangunan bertingkat sebagaimana yang diatur dalam SK SNI
T15.1991.03 dan PBI 1971, baik untuk pondasi, sloof, kolom, balok, plat dak.
Untuk mendukung kestabilan bangunan terhadap gempa, perlu dibuat pondasi setempat
dari beton (foot plat) dengan dimensi dan ketebalan sesuai dengan kebutuhan, selain itu
menggunakan pengkaku sendi yang diletakkan pada pertemuan sloof dan kolom, antara
kolom dan ring balok, dan pengikat antar sloof. Pengkaku sendi menggunakan besi panjang
40 cm dengan diameter besi 12 mm dan pengikat sloof panjang siku-siku minimal 1 meter.

4.5. Pekerjaan Rangka Atap dan Penutup Atap


Pekerjaan atap meliputi pembuatan dan pemasangan rangka atap (kuda-kuda, nok, gording, usuk
dan reng, balok tembok dan lisplank) dan penutup atap.
a) Pekerjaan rangka atap kuda-kuda kayu
(1) Lingkup Pekerjaan; pekerjaan rangka atap kuda-kuda kayu, dan pekerjaan lapisan anti
rayap/perusak hama.
(2) Bahan yang digunakan;
Kayu dengan kelas kuat II dan diberi lapisan anti rayap /perusak hama kayu, paku, dan begel.
Ukuran kayu yang digunakan untuk kuda-kuda umumnya 8/12 cm atau 8/15 cm yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk usuk umumnya digunakan kayu berukuran 5/7 cm
dan untuk reng dapat digunakan kayu ukuran 2/3 cm atau 3/4 cm (Gambar 7).
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

(3) Penjelasan pekerjaan;


Kayu yang digunakan untuk rangka atap sebelumnya harus diawetkan terlebih dahulu,
dengan cara diberi obat anti rayap.
Karena lebar ruangan 7 m sedangkan kayu yang ada di pasaran pada umumnya ukuran
panjang 4 m, maka diperlukan sambungan pada rangka kuda-kuda, balok bubungan/nok,
maupun gording (Gambar 6).
Untuk penyambungan rangka kuda-kuda kayu, yang harus diperhatikan adalah arah gaya
yang terjadi pada masing-masing batang rangka tersebut. Gaya yang terjadi berupa gaya
tekan dan gaya tarik. Pada batang yang menerima gaya tekan, dapat dibuat sambungan
lubang dan pen, sedangkan batang yang menerima gaya tarik, sambungan dapat
berbentuk sambungan bibir miring berkait. Untuk perkuatan pada sambungan kayu
dipasang plat besi (beugel) dan dibaut.
Pemasangan usuk dan reng hendaknya pada jarak yangsesuai dengan kebutuhan.
Masing-masing jenis penutup atap memiliki ukuran yang berbeda sehingga penggunaan
ukuran kayu, baik kuda-kuda, nok dan gording serta jarak usuk dan reng harus
menyesuaikan.

b) Pekerjaan rangka atap kuda-kuda baja


(1) Lingkup pekerjaan; perakitan kuda-kuda baja
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

(2) Bahan yang digunakan; baja dengan mutu baja BJ37 yang diberi lapisan pelindung anti karat,
atau baja ringan dengan mutu baja yang sesuai dengan ketentuan persyaratan konstruksi yang
berlaku dan dijamin oleh produsen
(3) Penjelasan pekerjaan;
Sambungan kuda-kuda baja dapat menggunakan las atau baut. Khusus untuk baja ringan
bahan sambungan seperti yang sudah disyaratkan oleh produsen.
Jika menggunakan kuda-kuda baja harus dilakukan pengecatan anti karat dulu pada
seluruh permukan baja yang digunakan untuk melindungi dari karat/korosi.
Jika menggunakan baja ringan (truss), maka baja yang digunakan harus berasal dan
dikerjakan oleh pabrikan yang telah memiliki lisensi dan garansi yang pasti dan jelas.

c) Pekerjaan Penutup Atap


(1) Lingkup Pekerjaan; pemasangan atap
(2) Bahan yang digunakan; bahan penutup menggunakan bahan yang tersedia dan mudah
diperoleh antara lain genteng tanah liat, seng, asbes gelombang, sirap, genteng metal dan
bahan lain yang setara.

(3) Penjelasan Pekerjaan;


Pemasangan penutup atap genteng tanah liat disusun dengan rapi dan bertumpu pada
reng
Bubungan dipasang dengan bahan yang sama dan tersusun rapi
Apabila menggunakan bahan penutup atap selain genting tanah liat maka pemasangan
dilakukan sesuai dengan spesifikasi pabrik atau bahan.
Bubungan dipasang dengan bahan yang sama dengan jenis penutup atap.
Untuk penutup atap dari genteng atau sirap kemiringan dibuat 35 o-45o sedang atap
seng atau asbes gelombang kemiringan 20o-30o
Pemasangan penutup atap harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak
berakibat bocor. Jika terjadi kebocoran setelah pemasangan maka bagian yang bocor
tersebut harus dibongkar dan dipasang/diganti baru.

4.6. Pekerjaan Pasangan Dinding dan Plesteran


Dinding pada umumnya terbuat dari pasangan batu bata, namun pada daerah tertentu
dimungkinkan dapat dibuat dari bahan lain yang terdapat di sekitar lokasi pelaksanaan, misalnya dari
papan kayu atau bahan yang lainnya (misalnya batako, hollow block, dll).
Pada dasarnya apapun bahan/material yang digunakan untuk pembuatan dinding semaksimal
mungkin dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna ruang tersebut. Disamping itu
karena bangunan tersebut digunakan untuk kegiatan belajar, maka hendaknya diupayakan dinding
dapat meredam suara sehingga tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu aktifitas
pada masing-masing ruang kelas.
a) Lingkup Pekerjaan; pasangan dinding, plesteran dinding dan acian
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

b) Bahan yang digunakan; batu bata atau bahan dinding lainnya yang banyak terdapat di sekitar
lokasi (misalnya: papan, batako dll), pasir pasang, dan PC/semen.

c) Penjelasan pekerjaan;
Pekerjaan pasangan batu bata untuk dinding disesuaikan dengan kebutuhan. Dimulai dari
sloof sampai dengan setinggi 30 cm dari permukaan lantai, pasangan dinding ruang kelas dan
dinding lain yang berhubungan langsung dengan air harus menggunakan spesi kedap air
(trasraam) campuran 1 pc : 3 ps.
Pasangan dindingan biasa menggunakan spesi 1 PC: 6 Psr atau campuran 1 Pc: 3 Kp: 10 Psr.
Batu bata sebelum dipasang harus dibasahi sampai jenuh sehingga dapat melekat dengan
sempurna.
Batu bata pecah terpasang tidak lebih dari 20 % dari jumlah batu utuh terpasang.
Pasangan dinding bata dilaksanakan dengan hubungan verband siar/nat masing-masing
lapisan tidak saling bertemu, tegak lurus, siku dan rata.
Ketinggian perhari dalam pemasangan dinding bata adalah 1,5 m, untuk menjaga kekuatan.
Bidang dinding yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus ditambahkan kolom praktis.
Bagian dinding yang berhubungan dengan pekerjaan beton kolom diberi penguat stek besi
beton 10 mm jarak 50 cm, yang ditanam lebih dahulu pada bagian pekerjaan beton.
Pekerjaan plesteran trasram (kedap air) dengan campuran 1 pc : 3 ps harus dilakukan pada
dinding ruangan setinggi 30 cm dari permukaan lantai, pada kaki bangunan atau dinding
lainnya yang berhubungan langsung dengan air, benangan sudut tembok dan sudut beton.
Komposisi campuran spesi untuk pasangan dan plesteran biasa digunakan spesi dengan
campuran 1 PC : 6 Ps atau campuran 1PC : 3 Kp : 10 Ps.
Seluruh permukaan yang akan diplester harus dibasahi dengan air bersih, baru kemudian di
plester dengan rata, halus dan merupakan satu bidang tegak lurus dan siku.
Pada bagian luar diberi lapisan acian dengan rata dan halus sehingga bebas dari keretakkan
ataupun cacat-cacat lainnya.
Apabila dinding bangunan dibuat dari papan kayu, maka papanpapan kayu tersebut harus disusun
dengan rapi, rapat dan kuat sehingga dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pemakai ruang
tersebut serta dapat mengurangi kebisingan atau gangguan suara sehingga aktivitas pada masing-
masing ruang kelas tidak saling mengganggu.
Jika menggunakan bahan dari kayu, dipilih kayu minimal kelas kuat II dan diupayakan kayu tersebut
dilindungi dari kemungkinan gangguan hama perusak kayu. Dalam hal ini banyak cara yang dapat
dilakukan, misalnya dengan cara pencelupan, pengolesan bahan anti rayap dan sebagainya.

4.7. Pekerjaan Kusen, Daun Pintu dan Jendela


Pekerjaan kusen, daun pintu dan jendela meliputi membuat dan memasang dengan bentuk dan
ukuran sesuai gambar rencana.
Jumlah dan tata letak pintu, jendela dan ventilasi disesuaikan dengan kebutuhan cahaya dan aliran
udara yang baik, yaitu dengan memasang ventilasi silang.
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

Terkait dengan penerangan dan penghawaan alami bangunan yang harus digunakan secara optimal
maka desain dan peletakan kusen pintu dan jendela serta ventilasi harus sedemikian sehingga cahaya
dapat masuk secara optimal dan merata ke seluruh ruang kelas dan proses penggantian udara dalam
ruangan terjadi secara silang (sistem penghawaan silang/cross ventilation). Desain jendela dan
ventilasi hendaknya dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dibersihkan, menggunakan
material bening (tembus pandang).
Untuk memperoleh penerangan alami bangunan yang cukup baik disyaratkan luas jendela minimal
20% dari luas lantai, sedangkan luas ventilasi disyaratkan 6% sampai dengan 10% dari luas lantai agar
dapat diperoleh sirkulasi udara yang cukup baik.
Desain jendela, ketinggian ambang bawah jendela pada sisi selasar bangunan harus dibuat/dipasang
pada ketinggian tertentu dari muka lantai ruang kelas agar siswa tidak kehilangan konsentrasi (siswa
tidak dapat melihat keluar ruang ketika duduk dibangku), Sedangkan ketinggian ambang bawah
jendela pada sisi dinding yang tidak berbatasan dengan selasar dibuat/dipasang untuk
memungkinkan ruang kelas mendapatkan intensitas cahaya lebih banyak.
Tata letak pintu harus mempertimbangkan arah intensitas cahaya yang paling tinggi yang masuk ke
dalam ruang kelas.
Daun pintu dibuat panil dengan tebal slimaran 4 cm (bahan dasar kayu 4/12 atau 4/15 sebelum
diketam/dihaluskan) dan isian panil tebal 3 cm (bahan dasar kayu 3/10, 3/15, 3/25 atau 3/30
sebelum diketam/dihaluskan) dengan lebar minimal 90 cm untuk pintu berdaun tunggal (satu) dan
minimal 75 cm untuk pintu berdaun ganda (dua) (Gambar 5), tinggi minimal 200 cm.
a) Lingkup pekerjaan; pembuatan dan pemasangan kusen, daun pintu, daun jendela.
b) Bahan yang digunakan; kayu dengan kelas kuat dan kelas awet II dan tidak cacat serta kering dan
cukup tua, kaca.

c) Lingkup pekerjaan;
1) Kusen:
Kayu harus utuh dan tidak cacat, dilindung/dihindari dari hujan dan pekerjaan lain yang
akan menyebabkan cacat.
Sambungan-sambungan kayu, baik untuk kusen maupun untuk daun pintu dan jendela
dibuat sambungan lubang dan pen dan dikunci dengan nagel (pantek/pen)
Bekas pemakuan harus ditutup dengan bahan penutup (dempul kayu) agar rapi dan
hindari terlalu banyak pemakuan pada permukaan kayu.
Ambang batas bawah jendela pada dinding dibagian sisi selasar harus dipasang pada
ketinggian yang tidak memungkinkan konsentrasi belajar dalam ruangan terganggu
karena dapat melihat keluar.
Pada sisi lain ambang batas bawah jendela dipasang pada ketinggian yang
memungkinkan pencahayaan yang lebih besar.
Untuk memperoleh ikatan yang kuat terhadap dinding, kusen pintu harus diberi angkur
dari besi 10 mm sebanyak yang diperlukan (minimal 6 angkur, 3 dipasang pada tiang
kusen di sekitar engsel pintu dan 3 lagi di tiang kusen seberangnya).
2) Pekerjaan daun pintu dan jendela
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

Sebelum pemasangan, daun pintu dan jendela harus disimpan pada ruang dengan
sirkulasi udara baik, tidak terkena cahaya langsung dan terlindung dari kerusakan dan
kelembaban.
Semua kayu harus diserut halus, rata, lurus dan siku sudutnya.
Harus memperhatikan sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan penguat lainnya
sehingga kekuatannya terjamin.
Seluruh daun pintu dari papan kayu panil/solid, kecuali untuk ruangan kamar mandi.
Daun jendela dapat dibuka keluar dengan pemasangan engsel dibagian ambang atas..
Sambungan-sambungan kayu, baik untuk kusen maupun untuk daun pintu dan jendela
dibuat sambungan lubang dan pen dan dikunci dengan nagel (pantek/pen) sehingga
diperoleh sambungan yang kuat.
Semua pekerjaan kayu yang dicat, harus dimeni dan diplamir terlebih dahulu. Pengecatan
dilakukan dengan pelapisan lebih dari satu kali sehingga diperoleh hasil yang baik, rapi, halus
dan rata.

4.8. Pekerjaan Penggantung, Pengunci, dan Kaca


Pekerjaan ini meliputi pemasangan engsel, grendel, pengunci untuk pintu dan jendela, serta hak
angin untuk jendela, pemasangan kaca pada daun jendela serta penyetelan daun pintu dan
jendela.
a) Lingkup pekerjaan; pemasangan engsel, handle, grendel, hak angin, pengunci,
pengggantung, pemasangan kaca.
b) Bahan yang digunakan; engsel, handle, hak angin, pengunci, kaca.
Semua bahan yang digunakan minimal harus memenuhi syarat kekuatan dan awet sehingga
dapat menahan beban dan berfungsi dalam waktu cukup lama.

c) Penjelasan pekerjaan:
Setiap daun pintu dipasang 3 (tiga) buah engsel, dipasang 30 cm dari tepi atas dan
bawah, dan 1 buah dipasang di tengah.
Daun jendela dipasang 2 (dua) buah engsel di ambang atas, membuka keluar.
Pada daun pintu dipasang pengunci lengkap dengan handelnya (kunci tanam) dipasang
setinggi 90 100 cm dari lantai atau sesuai gambar.
Pada daun jendela dipasang grendel dan hak angin.
Kaca yang digunakan/dipasang harus memiliki permukaan yang halus dan rata dengan
tebal 5 mm. Dipasang dengan rapi.
Pemasangan engsel, handle, kunci, hak angin dan kaca setelah pengecatan dilakukan.
Sekrup-sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang, tidak boleh memukul sekrup,
cara memasang harus dengan diputar.Sekrup yang rusak harus diganti.

4.9 Pekerjaan Langit-langit (Plafon)


Pekerjaan langit-langit meliputi pemasangan rangka dan penutup plafon. Tinggi langit-
langit/penutup plafon ruang kelas minimal 3,5 m dari permukaan lantai, agar dicapai
kenyamanan ruangan.
a) Lingkup pekerjaan; pemasangan rangka plafon dan penutup plafon.
b) Bahan yang digunakan; kayu minimal kelas kuat III dengan ukuran 6/10, 5/7,
eternit/asbes/GRC datar, kayu lapis/tripleks/multipleks minimal 3 mm atau bahan lain yang
tersedia dilokasi dengan kualitas baik sehingga keawetannya cukup lama.
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

c) Penjelasan pekerjaan:
Saat memasang rangka kayu harus memperhatikan rencana tata letak lampu dan bentuk
rumah lampu.
Rangka kayu menggunakan kayu kelas kuat III, yang diberi pelindung hama perusak kayu
dan diketam halus pada bagian bawah.
Jika menggunakan rangka aluminium, dipasang dengan bahan-bahan penunjang yang
sesuai dengan rangka aluminium.
Rangka plafon kayu menggunakan ukuran 5/7 dan setiap mencapai luasan 9 m2 dipasang
balok penggantung plafon ukuran 6/10 untuk menahan beban pekerja instalasi dan
perawatan atap maupun plafon, serta mencegah penurunan plafon akibat berat sendiri
plafon.
Penutup plafon dapat menggunakan eternit/asbes datar, kayu lapis dengan ketebalan,
atau bahan lain yang tersedia di sekitar lokasi rehabilitasi berat pembangunan ruang
kelas dilaksanakan.

4.10. Pekerjaan Lantai


Lantai bangunan pada umumnya berada pada permukaan tanah yang dilapisi penutup lantai,
dengan bahan penutup berupa beton rabat (beton tanpa tulangan), plester semen PC, tegel,
keramik atau bahan lainnya seperti papan kayu.
Jika menggunakan keramik, bagian dalam dapat berupa keramik putih polos yang tidak
terlalu memantulkan cahaya, tidak licin dan tidak berkesan licin, sedangkan untuk bagian
luarnya dapat menggunakan keramik dof dengan warna lebih gelap, tidak licin dan tidak
berkesan licin. Pemilihan warna keramik sebaiknya diserasikan dengan warna dinding atau
warna cat/politur sehingga secara keseluruhan dapat menampilkan sebuah bangunan yang
serasi, indah, dan menarik.
Sekeliling ruangan/bangunan dipasang minimal rabat beton, atau sesuai gambar, pada
bagian tanah yang bersebelahan dengan dinding ruangan dan teras untuk memberikan
penguatan permukaan tanah dari kikisan air dan untuk memberikan kebersihan serta
keindahan lingkungan sekitar bangunan.
a) Lingkup pekerjaan; pemadatan tanah, pembuatan lantai kerja, pemasangan lantai, dan
plint.
b) Bahan yang digunakan; keramik lantai, PC/semen, Pasir pasang, pasir beton, semen
warna/grouting, atau lantai papan kayu kelas kuat II dengan tebal minimal 2 cm.

c) Penjelasan pekerjaan:
(1) Lantai bukan Kayu:
Jika penutup lantai akan dipasang langsung di atas tanah maka tanah harus
dipadatkan sehingga permukaan menjadi rata dan memiliki daya dukung tanah
yang merata. Pemadatan tanah dengan menggunakan alat penumbuk.
Memberi/menaburkan pasir urugan yang bersih, bebas dari bahan organik
dengan tebal minimal 10 cm atau sesuai gambar kemudian disiram air dan
dipadatkan.
Di atas pasir diberi adukan rabat beton setebal 5 cm dgn campuran 1 PC/semen:
3 Ps: 5 Kr.
Jika akan dipasang di atas penutup lantai yang lama atau permukaan beton
(lantai 2) maka cukup diberi urugan pasir setebal 10 cm kemudian pasangan
penutup lantai.
Pemasangan keramik menggunakan adukan PC yang cukup padat agar tidak
terjadi rongga udara, dengan terlebih dahulu merendam keramik dalam air.
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

Bidang lantai keramik harus benar-benar rata, dan harus dihindari dari injakan
selama 3 x 24 jam setelah pemasangan.
Lebar nat keramik maksimal 5 mm membentuk garis lurus. Nat diisi oleh bahan
pengisi/grouting semen warna. Pengisian nat minimal setelah 3x24 jam setelah
pemasangan keramik
Pada pertemuan dinding dan lantai keramik dibuat plint.
Jika penutup lantai berupa plester semen PC, maka pada bagian bawah lantai
diberi pasangan bata patahan setelah pemadatan tanah dan setelah diberi
lapisan pasir setebal 10 cm. Apabila menggunakan penutup lantai pada lantai
dasar, pekerjaan plester semen PC penutup lantai dilakukan dengan baik
sehingga diperoleh permukaan yang halus dan rata.

4.11 Pekerjaan Pengecatan/politur


Pemilihan warna cat harus mempertimbangkan keserasian dengan lingkungan sekolah yang
ada dan faktor kelelahan mata akibat pantulan cahaya yang terang dari permukaan yang
dicat, terutama untuk penggunaan cat di dalam ruangan kelas.
a) Lingkup pekerjaan; pengecatan dinding, plafon, lisplang.
Pengecatan/politur kusen, daun pintu dan jendela, ventilasi.
b) Bahan yang digunakan; Plamur tembok, plamur kayu, cat tembok, cat kayu/besi, atau
politur kayu dengan kualitas baik dan memiliki tingkat keawetan yang cukup.

c) Penjelasan pekerjaan:
(1) Pengecatan dinding/plafon
Sebelum dilakukan pengecatan, permukaan dinding diplamur secara rata dan
halus. Diplamur sampai pori-pori permukaan tertutup rapat.
Pengecatan dinding dilakukan setelah penutup plafon terpasang.
Pengecatan dinding harus merata, berwarna sama dan tidak mengelupas ketika
sudah kering.
Pengecatan pada plafon dimulai dengan membersihkan permukaan plafon dan
memberi plamur secara merata. Setelah diplamur plafon dicat secara merata
dengan warna sama dan tidak boleh mengelupas setelah kering.
(2) Pengecatan Kayu dan besi
Sebelum dicat, kayu harus di meni terlebih dahulu dengan pengecatan minimal 2
(dua) kali dan dengan warna sama.
Urutan pengecatan kusen baru adalah pertama 2 (dua) kali pengecatan meni
kayu/cat dasar, kedua 1 (satu) kali mengisi pori-pori kayu dengan plamur kayu, ketiga
menghaluskan dengan kertas gosok/amplas secara merata, terakhir mengecat kayu
secara merata minimal 2 (dua) kali.
Jika pekerjaan menggunakan politur maka urutan pelaksanaan adalah pertama
menutupi lubang-lubang pada permukaan kayu dengan dempul, kedua
menghaluskan dengan amplas, ketiga pengelapan dengan kain kompon (compound),
terakhir pemolesan dengan politur secara merata, halus dan tidak kusam atau luntur.

4.12 Pekerjaan Instalasi Listrik


Pekerjaan instalasi listrik dalam ruangan terkait dengan aspek penerangan atau tata cahaya
khususnya penerangan buatan. Secara umum pencahayaan harus memiliki intensitas yang
merata sehingga penempatan titik lampu harus mempertimbangkan penyebaran cahaya
lampu pada bidang kerja, kemudahan pemeliharaan dan penggantian elemen yang rusak.
rencana kerja dan syarat-syarat (rks)

Untuk pekerjaan instalasi listrik harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian tentang
instalasi listrik. Pada prinsipnya pemasangan instalasi listrik harus memenuhi persyaratan
teknis dan semua bahan yang digunakan hendaknya berkualitas baik sehingga dapat
berfungsi dengan baik dalam waktu yang cukup lama.
a) Lingkup Pekerjaan; adalah seluruh sistem kelistrikan secara lengkap sehingga instalasi
dapat bekerja dengan sempurna dan aman.
a) Bahan yang digunakan; kabel daya tegangan rendah, stop kontak, saklar, lampu, bahan
isolasi, armatur dan junction box (jika pemasangan baru). Kabel yang digunakan
memilikli standar industri Indonesia (SII) atau standar PLN.

b) Penjelasan pekerjaan
Semua kabel distribusi ditanam dalam tembok dan berada dalam pipa conduit PVC
yang disesuaikan dengan ukuran.
Tidak diperkenankan ada pencabangan atau sambungan kecuali pencabangan
connectornya menggunakan konduktor dan pada outlet/kontak penghubung.
Stop kontak yang dipakai adalah stop kontak satu phasa rating 250 volt, yang
dipasang rata dinding dan pada ketinggian kurang lebih 150 cm dari permukaan
lantai atau pada posisi yang tidak mudah dijangkau siswa. Sangat disarankan
menggunakan stop kontak yang berpengaman.
Saklar bertipe pemasangan rata dinding dengan rating 250 volt, dapat berupa saklar
double atau tunggal. Saklar ditempatkan dekat pintu dipasang pada ketinggian
kurang lebih 150 cm di atas permukaan lantai.

4. 13 Pekerjaan Finishing
Pekerjaan finishing meliputi pekerjaan antara lain: pengecatan dinding, pengecatan plafon,
pengecatan pintu dan jendela, pengecatan lisplang. Sedangkan pekerjaan perapihan pada
dasarnya merupakan penyempurnaan atau perapihan pekerjaan yang telah selesai namun
masih diperlukan penyempurnaan. Sebagai contoh, misalnya terdapat pintu yang tidak dapat
dibuka/tutup dengan sempurna; jika terdapat cat yang masih kurang rata, plesteran retak-
retak, dan sebagainya.
Pedoman Teknis bahan dan pekerjaan sesuai dengan peraturan (SNI) yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai