Tugas SP BLK
Tugas SP BLK
Disusun Oleh :
Muhamad Dani Ramdani ( 3402120050 )
Taufik Ramadan ( 3402120082 )
2. Pegadaian Konvensional
Pegadaian Konvensional (Umum) adalah suatu hak yang diperbolehkan
seseorang yang mempunyai pitutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak
tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai
utang atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang, seseorang
yang berutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang
untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang
apabila pihak yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya ada saat jatuh
tempo.
Perusahaan umum Pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia yang secara
resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa
pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke Masyarakat atas dasar hokum
gadai.
3. Landasan Hukum
Landasan konsep pegadaian Syariah juga mengacu pada syariah yang bersumber
dari Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Adapun dasar hokum yang
dipakai adalah QS Al Baqarah : 283
.
.
Artinya
Jika Kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (Oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu
menunaikan amanatnya (Hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah kamu (Para Saksi) menyembunyikan persaksian, dan
barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia ini adalah yang
berdosa hatinya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Hadits rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dari Aisyah Ra, yang
berbunyi:
dari aisyah berkata : Rasulullah SAW membeli makanan dari seorang yahudi
dan menggadaikannya dengan baju besi
Dan ada pula hadits Nabi yang maknanya
Dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi SAW dengan roti dari
gandum dan sungguh rasulullah SAW menaguhkan baju besi kepada seorang
yahudi di madinah ketika beliau mengutangkan gandum dari seorang yahudi.
Landasan hokum berikutnya adalah ijma ulama atas hokum bubah (Boleh) dalam
perjanjian Gadai, adapun mengenai prinsip Rahn (Gadai) telah memiliki fatwa
dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indoneseia yaitu fatwa dewan
Syariah Nasional Nomor 25/DSN-MUI//III/2002 tentang rahn dan fatwa Dewan
Syariah Nasional Nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas.
4. Rukun Dan Syarat Transaksi Gadai
Secara Umum syarat sah dan rukun dalam menjalankan transaksi gadai adalah
sebagai berikut :
Rukun Gadai
1. Ada Ijab dan Qabul (Shighat)
2. Terdapat Orang yang berakad yang menggadai (Rahin) dan yang memberi
Gadai (Murtahin)
3. Ada Jaminan (Marhun) berupa barang / Harta
4. Utang (Marhun Bih)
Syarat Sah Gadai
1. Shighat
2. Orang yang Berakal
3. Barang yang dijadikan Pinjaman
4. Utang (Marhun Bih)
o Mudharabah
Akad yang diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal
usahanya atau untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif.
Adapun ketentuannya adalah :
Barang gadai dapat berupa barang-barang bergerak maupun
barang tidak bergerak seperti emas, elektronik, kendaraan
bermotor, tanah, Rumah Dll.
Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya
pengelolaan marhun.
o BadI Muwayyadah
Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat
produktif, seperti pembelian alat kantor, modal kerja. Dalam hal ini
murtahin juga dapat menggunakan akad jual beli untuk barnag atau
modal kerja yang diinginkan oleh rahin. Barang gadai adalah
barang yang dimanfaatkan oleh rahin atau pun murtahin.
o Ijarah
Objek dari akad ini pertukaran manfaat tertentu, bentuknya adalah
murtahin menyewakan tempat penyimpangan barang.
B. PEGERTIAN ASURANSI
1. Asuransi konvensional
Kata asuransi berasal dari bahasa belanda assurantie, yang dalam hukum
belanda disebut Verzekering yang artinya pertanggungan. Dari peristilahan
assurantie kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geassureerde
bagi tertanggung.
Menurut Robert I. Mehr, asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi
risiko dengan menggabungkan sejumlah unit-unit yang berisiko agar kerugian
individu secara kolektif dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut
kemudian dibagi dan didistribusikan secara proporsional di antara semua unit-unit
dalam gabungan tersebut.
Definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian,Asuransi
atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapakan atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
2. Asuransi Syariah
Dalam bahasa Arab Asuransi disebut at-tamin, penanggung disebut
muammin, sedangkan tertanggung disebut muamman lahu atau mustamin. At-
tamin ( )diambil dari kata ( )memiliki arti memberi perlindungan,
ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut.
Al-Fanjari mengartikan tadhamun, takaful, at-tamin atau asuransi syariah
dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Menurut
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis ulama Indonesia (DSN-MUI) Fatwa DSN
No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah bagian
pertama menyebutkan pengertian Asuransi Syariah adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad atau perikatan yang
sesuai dengan syariah.
Adapun asuransi syariah harus dalam prinsip umum syariah yang sesuai
dengan Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001:
Asuransi Syariah (tamin, takaful atau tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru yang menberikan pola
pengembalian untuk mengahadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan syariah;
Akad yang sesuai syariah yang dimaksud pada point (1) adalah yang tidak
mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba,
zhulm(penganiayaan), risywah(suap), barang haram dan maksiat;
Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan
komersial;
Akad tabarru adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan
kebajikandan tolong menolong, bukan semata untuk tujuan komersial;
Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana
kepada perusahaan asuransi sesuai kesepakatan dalam akad;
Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan
asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
3. Dasar Hukum Asuransi Syariah
Al-Quran
QS. Al-maidah : 2
Artinya : dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
QS. Al-Hasyr :18
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan).
Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
Hadits
Hadis Riwayat At-Turmudzi
Diriwayatkan dari Anas bin malik ra., bertanya sesorang kepada Rasulullah SAW
tentang untanya : apa (unta) ini saya ikat saja atau langsung saya bertakwa
kepada Allah ? Bersabda Rasulullah SAW, pertama ikatlah unta itu, lalu
kemudian bertakwalah kepada Allah SWT.
selain itu, yang menjadi landasan hukum dari asuransi syariah diantaranya yaitu
fatwa-fatwa sahabat, ijma, qiyas dan istihsan.
4. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional
keterangan Asuransi syariah Asuransi konvensional
Pengawasan dewan Adanya dewan pengawas Tidak ada
syariah syariah. fungsinya
mengawasi produk yang
dipasarkan dan investasi
dana.
Akad Tolong menolong Jual beli
(takafulli)
Investasi dana Investasi dana Investasi dana
berdasarkan syariah berdasarkan bunga
dengan sistem bagi hasil
(mudharabah)
Kepemilikan dana Dana yang terkumpul Dana yang terkumpul dari
dari nasabah (premi) nasabah (premi) menjadi
merupakan milik peserta. milik perusahaan ;
p rusahaan hanya sebagai perusahaan bebas
pemegang amanah untuk menentukan investasinya.
mengelola.
Pembayaran klaim Dari rekening tabarru Dari rekening dana
(dana kebajikan) seluruh perusahaan.
peserta ; sejak awal sudah
diikhlaskan oleh peserta
untuk keperluan tolong
menolong bila terjadi
musibah.
Keuntungan (profit) Dibagi antara perusahaan Seluruhnya menjadi
dengan peserta sesuai milik perusahaan.
prinsip bagi hasil
(mudharabah)
4
Sewa Guna Usaha (Leasing) Menurut Perpres No. 9 Tahun 2009 Pembiayaan
dalam bentuk Penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak
opsi (finance lease) maupun tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan
oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran.
3. Ketentuan Leasing
5. Leasing Syariah
Leasing syariah umumnya menggunakan akad ijarah. Ijarah adalah
akad sewa menyewa antara muajjir (lessor) dengan mustajir (lessee) atas
majur (objek sewa) untuk mendapatkan imbalan atas barang yang
disewakan. Obyek transaksi Ijarah adalah jasa. Jasa maksudnya, jasa yang
diberikan oleh barang obyek sewa. Pada masa akhir kontrak sewa, lessor
dapat memberi opsi kpd lessee untuk membeli barang yang disewakan
(Ijarah muntahiya bit-tamlik atau financing lease).