F. Komplikasi
a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal
c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
d. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang
berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu
tempat.
e. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
f. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor
resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40
tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
g. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu
yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan
lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi
paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
h. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam.
Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat
i. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis
iskemia.
j. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena
nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan rongent : merupakan lokasi / luasnya fraktur / trauma, da
jenis fraktur.
H. Penatalaksanaan
1. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen
tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
2. Imobilisasi fraktur. Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
a. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
b. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
c. Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan)
dipantau
d. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi
disuse dan meningkatkan peredaran darah. (Doengoes, 1993).
Tujuan:
Nyeri berkurang sampai dengan hilang dalam waktu 2-3 hari
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang, ekspresi wajah santai, dapat
menikmati waktu istirahat dengan tepat, dan mampu melakukan teknik relaksasi
dan aktivitas sesuai dengan kondisinya.
Intervensi:
a. Kaji tingkat nyeri klien
R/ Mengetahui rentang respon klien tentang nyeri.
b. Tinggikan dan sokong ekstremitas yang sakit.
R/ Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan mengurangi rasa
nyeri.
c. Pertahankan bidai pada posisi yang sudah ditetapkan.
R/ Mengurangi kerusakan yang lebih parah pada daerah fraktur.
d. Mempertahankan tirah baring sampai tindakan operasi.
R/ Mempertahankan kerusakan yang lebih parah pada daerah fraktur.
e. Dengarkan keluhan klien.
R/ Mengetahui tingkat nyeri klien.
f. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri (latihan nafas dalam).
R/ Meningkatkan kemampuan koping dalam menangani nyeri.
g. Kolaborasikan dengan dokter mengenai masalah nyeri.
R/ Intervensi tepat mengatasi nyeri.
2. Gangguan mobilisasi fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi)
Tujuan:
Klien dapat mobilisasi seperti biasanya dalam waktu 2-3 hari
Kriteria Hasil :
Klien dapat mobilisasi sendiri, dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan orang
lain.
Intervensi:
a. Observasi TTV tiap 4 jam.
R/ Sebagai data dasar untuk menentukan tindakan keperawatan.
b. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas, mobilisasi secara mandiri.
R/ Menentukan tingkat keperawatan sesuai kondisi pasien.
c. Bantu pasien dalam pemenuhan higiene, nutrisi, eliminasi yang tidak dapat
dilakukan sendiri.
R/ Kerjasama antara perawat dengan pasien yang baik mengefektifkan pencapaian
hasil dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
d. Dekatkan alat-alat dan bel yang dibutuhkan klien.
R/ Klien dapat segera memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan.
e. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pasien.
R/ Kerjasama antara perawat dan keluarga akan membantu dalam mencapai tujuan
yang diinginkan.
f. Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara bertahap sesuai kemampuan
pasien dan sesuai program medik.
R/ Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses penyembuhan.
3. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)
Tujuan : Meminimalkan terjadinya kerusakan integritas kulit.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan ketidaknyamanan hilang dan mencapai
penyembuhan luka sesuai waktu.
Intervensi :
a. Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi
di sekitar luka.
Rasional :Untuk menentukan intervensi selanjutnya, mengetahui indikasi,
keefektifan intervensi dan terapi yang diberikan.
b. Massase kulit dan penonjolan tulang.
Raional : Menurunkan tekanan pada area yang peka.
c. Ubah posisi pasien dengan sering.
Rasional : Meminimalkan risiko terjadinya kerusakan kulit (decubitus).
d. Kaji posisi cincin bebat pada otot traksi.
Rasional : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan cidera kulit.
e. Beri bantalan di bawah kulit yang terpasang traksi.
Rasional : Meminimalkan tekanan pada area yang terpasang gips atau traksi.
f. Lakukan perawatan pada area kulit yang terpasang gips atau traksi ataupun yang
dilakukan tindakan bedah.
Rasional : Mencegah terjadinya kerusakan kulit.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan topikal.
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan.
i. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit.
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan.