Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu

adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis sehingga dapat

meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur

harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut

meningkat dan cenderung bertambah lebih cepat.

Panjang pendeknya usia seseorang merupakan fitroh dari Tuhan Yang

Maha Esa, namun berbagai faktor seperti:Pelayanan Kesehatan, Pendidikan,

Tingkat kesejahteraan serta keberhasilan pembangunan secara menyeluruh

ternyata mampu meningkatkan umur harapan hidup (Life Expectancy)

masyarakat di Indonesia saat ini.

Di indonesia menurut hasil sensus tahun 2000, total penduduk dengan

usia 55 tahun ke atas meningkat menjadi 99,9% dari seluruh penduduk

(22.277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70 tahun (Wahyudi

Nugroho, 1995)

Dengan melihat perkembangan jumlah penduduk lansia pada saat ini

cenderung berdampak timbulnya masalah-masalah sosial dan masalah

kesehatan lansia. Maka dari itu, kami sebagai mahasiswa keperawatan, perlu

1
menerapkan konsep teori lansia yang di dapatkan saat kuliah dengan tujuan

agar mahasiswa mampu mengaplikasikan teori dengan praktek lapangan.

Secara individu proses menjadi tua menimbulkan berbagai masalah

baik secara fisik, biologis, mental, sosialnya. Melihat keragaman masalah

kesehatan pada lansia, upaya pencegahan terus di upayakan.

Berdasarkan hal-hal trsebut di atas dirasakan perlu bagi para petugas

kesehatan terutama perawat kesehatan untuk mampu memberikan asuhan

keperawatan dan pemeliharaan kesehatan bagi mereka yang berada dalam

masa perelihan menuju tahapan lanjaut usia sendi dengan pendekatan Bio,

Psiko, Sosio, dan Spiritual.

Melalui program praktek keperawatan gerontik, diharapkan

mahasiswa dapat memberi konsribusi positif bagi lansia untuk tetap sehat,

aktif, produktif, berguna dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Lansia dapat berperan melalui berbagai pengalaman bersama dengan

generasi muda.Mereka dapat memberikan teladan bagi kaum muda bahwa

pada lansia masih tetap produtif, penuh harga diri, sehat fisik dan mental,

serta bergairah dalam hidup.

1.2. Dasar Pelaksanaan Praktek

- Pelaksanaan praktek gerontik merupakan bagian dari kompetensi yang

harus dimiliki oleh seorang ahli madya kepawaratan dalam upaya

pengemplemasikan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah .

2
- Upaya untuk pengembangan gerontologi dalam keperawatan dan

melakukan pengkajian sampai evaluasi dalam tahapan asuhan

keperawatan profesional.

1.3. Maksud

Peningkatan perawatan yang pofesional berorientasi pada

perkembangan ilmu dan pengetahuan serta terpenuhinya kebutuhan dasar

manusia pada kelompok usia lanjut.

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan pengalaman belajar klinik gerontik,

diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada lansia

yang mengalami ataupun tidak mengalami masalah kesehatan.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan

yang dihadapi oleh lansia.

b. Menuliskan diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah

kesehatan yang dihadapi oleh lansia.

c. Menyudsun rencana tindakan.

d. Melaksanakan asuhan keperawatan yang telah disusun.

e. Mengevaluasi pelajsanaan asuhan keperawatan.

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah diberikan

dengan benar.

3
1.5. Batasan Masalah

Kelompok kami membatasi masalah pada osteoporosis, dan nutrisi

pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan khususnya diwisma

melati dan kenanga.

1.6. Sitematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang pelaksanaan praktek, maksud,

tujuan, batasan masalah dan sistematika penulisan .

BAB II : Tinjauan Pustaka

Konsep Lansia

BAB III : Tinjauan Asuhan Keperawatan Gerontik

Berisi gambaran panti secara umum dan gambaran umum wisma

(Wisma Kenanga dan Melati ).

BAB IV : Pembahasan

Berisi pembahasan yang timbul

BAB V : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP LANSIA

2.1.1 Pengertian Lansia

Menurut CONSTANTINIDES, 1994 menua adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Wahyudi Nugroho, 2000)

Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak

mencolok.Penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia, dan

tidak semu sistem akan mengalami kemundiran pada waktu yang sama,

meskipun proses terjadi tua merupakan gambaran yang universal,tidak

seorangpun mengetahui dengan pasti sebab penyebab penuaan atau

menjaga manusia menjadi tua pada usia yang berbedabeda. Teori

penuaan sampai saat ini juga belum ada yang menerangkan secara

keseluruan tentang fenomena ini (Sri Surini Pudji Astuti ,Budi Utomo .

2003)

2.1.2 Batasan-batasan Lansia.

2.1.2.1. Menurut WHO

a. Usia pertengahan (Midle age) kelompok usia 45 59 tahun.

b. Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun.

c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun.

5
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2.1.2.2. Menurut UU.no :13 Tahun 1998

Batasan lansia adalah umur 60 tahun keatas.

2.1.2.3. Menurut Dep.Kes RI ,Lebih lanjut menggolongkan lansia

menjadi tiga golongan yaitu :

a. Kelompok lansia dini (55-64 tahun).

b. Kelompok lansia pertengahan (65 tahun ke atas)

c. Kelompok lansia dengan resiko tinggi (umur 70 tahun

keatas).

2.1.2.4. Menurut Bernice Neu Garden (1975).

a. Lansia muda yaitu orang yang berumur di antara 55-75 tahun.

b. Lansia tua yaitu orang yang berumur lebih dari 75 tahun.

2.1.2.5. Menurut Levinson (1978).

a. Lansia peralihan awal, antara 50-55 tahun.

b. Lansia peralihan menengah antara 55-60 tahun.

c. Lansia peralihan akhir antara 60-65 tahun.

2.1.3 Teori tentang proses menua

2.1.3.1 Teori Biologi

a. Teori Genetik dan Mutasi

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang

diprogram oleh molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi.

6
b. Pemakaian dan Rusak

Seiring dengan aktivitas sehari-hari maka banyak fungsi organ

yang menurun akibat fungsi peremajaan sel yang berkurang.

c. Auto Imune

Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Zat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.

d. Teori Stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan

lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

dipakai.

e. Teori Radikal Bebas

Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi

bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini

menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

2.1.3.2 Teori Sosial

a. Teori Aktifitas

Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut

banyak dalam kegiatan sosial.

b. Teori Pembebasan

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur

dari melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini

mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara

7
kwalitas maupun kuantitas sehingga terjadi kehilangan ganda

yakni:

1. Kehilangan peran

2. Hambatan kontrol sosial

3. Berkurangnya komitmen

c. Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus

kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup

seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada

saat menjadi lansia.

Pokok-Pokok dari teori kesinambungan adalah :

a) Lansia tidak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif

dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada

pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus

dipertahankan atau dihilangkan.

b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.

c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.

2.1.3.3 Teori Psikologi

a. Teori Kebutuhan manusia menurut Hierarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,

kebutuhan yang memotivasi. Seluruh perilaku manusia (Maslow

1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda.

Ketika kebutuhan dasar manusia sudah terpenuhi, mereka berusaha

8
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling

tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.

b. Teori Individual Jung

Larl Juna (1960) menyusun sebuah teori perkembangan

kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa

muda. Usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri

dari ego, ketidaksadaran seseorang dan ketidaksadaran bersama.

Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau

kearah subyektif. Pengalaman-Pengalaman dari dalam diri

(introvet). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada

setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi

kesehatan mental.

2.1.4 Perubahan-Perubahan yang terjadi pada usia lanjut (Wahyudi

Nugoroho, 1995)

2.1.4.1 Perubahan Fisik

a. Sel : - Sel lebih sedikit jumlahnya

- Lebih besar ukurannya

- Berkurangnya jumlah cairan tubuh

b. Sistem persarafan : - Hubungan persarafan menurun

- Respon dan waktu bereaksi lambat

- Saraf panca indera mengecil

c.Sistem pendengaran: - Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)

9
- Hilangnya kemampuan/ menurunnya

pendengaran pada telinga dalam, terutama

terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi,

suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata.

- Membran tympani menjadi atropi

menyebabkan otosklerosis.

- Terjadi pengumpulan serumen, dapat

mengeras karena meningkatnya kreatin.

d. Sistem Penglihatan : - Sfingter pupil sclerosis respon terhadap

sinar hilang

- Kornea lebih sferis bentuknya

- Lensa lebih suram

- Ambang penamatan sinar meningkat,

daya adaptasi gelap menurun.

- Hilangnya daya akomodasi

- Lapang pandang menyempit

e. Sistem Kardio vaskuler : - Katup jantung menebal dan kaku

- Kemampuan memompa darah

menurun.

- Elastisitas pembuluh darah hilang

- Tekanan darah meningkat

f. Sistem Respirasi : - Kehilangan kekuatan otot-otot nafas dan

menjadi kaku

10
- Aktifitas silia menurun, kemampuan batuk

berkurang.

- Kehilangan elastisitas paru

- Alveoli melebar dan jumlah berkurang

- Oksigen pada arteri menurun

- Karbondioksida pada arteri tidak berganti

g. Sistem Gastrointestinal : -Kehilangan gigi

-Indera pengecap menurun

-Esophagus melebar

- Rasa lapar menurun, asam lambung

menurun, waktu pengosongan

lambung menurun.

- Peristaltik (gerakan usus) lemah

timbul konstipasi(feses keras)

- Fungsi absorbsi (penyerapan)

melemah

- Liver mengecil penyimpanan

menurun, aliran darah menurun.

h. Sistem Genito urinaria : - Ginjal mengecil nefron atrofi.

- Otot-Otot vesika urinaria melemah,

kapasitas menurun, frekuensi BAK

(buang air kecil) menurun.

- Pembesaran prostat pada laki-laki >

60 tahun

11
- Atrofi Vulva

- Selaput lendir vagina kering,

elastisitas menurun sekresi lebih

alkali.

- Daya seksual tetap (laki-laki)

frekuensi sex intercourse menurun.

i. Sistem Endokrin : - Produk semua hormon menurun

- Fungsi para tiroid dan sekresinya tidak

berubah.

- Pituitary pertumbuhan hormon lebih rendah

dan hanya di dalam pembuluh darah,

berkurang produksi LH (leutinizing

hormone)

j. Sistem Integumen (kulit) : - Kehilangan jaringan lemak kulit

keriput.

k. Sistem Muskulo skeletal : - Tulang kehilangan density

(kepadatan) dan makin rapuh.

- Kifosis (bungkuk)

- Pinggang lutut dan jari-jari

pergelangan terbatas.

- Discus intervertebralis (sela di antara

tulang belakang) menipis dan

menjadi pendek (tingginya

berkurang)

12
- Persendian membesar dan menjadi

kaku.

- Tendon mengkerut dan mengalami

sklerosis

- Atropi serabut otot (serabut otot

mengecil) sehingga bergerak menjadi

lamban. Otot-Otot kram dan menjadi

tremor.

2.1.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kesehatan

1. Hereditas atau keturunan

2. Nutrisi dan Makanan (gizi)

3. Status Kesehatan

4. Pengalaman hidup

5. Lingkungan

6. Stress

2.1.6. Penyakit yang sering dijumpai pada Lajut Usia

Menurut Streylisatz (1954)

Dikemukakan adanya 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan

proses menua yakni :

a. Ganguan sirkulasi darah, seperti hipertensi, kelainan pembuluh

darah, ganguan pembuluh darah diotak atau koroner, ginjal dll.

13
b. Gangguan metabolisme hormonal, seperti DM, klimakterium,

ketidak seimbangan teroid.

c. Gangguan pada persendian, seperti Ostreoatritis, geutratitis, ataupun

penyakit kolagen lainnya.

d. Berbagai macam neoplasma.

Menurut The National Old Peoples Welfare Council.

Di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada

lanjut usia ada 12 macam.

a. Depresi Mental.

b. Gangguan Pendengaran.

c. Bronkitis Kronis.

d. Gangguan Pada Tungkai / Sikap Perjalan.

e. Gangguan Pada Kokra / Sikap Panggul.

f. Anemia.

g. Dimensia.

h. Gangguan Penglihatan.

i. Ansietus / Kecemasan.

j. Decompensasi Cordis.

k. Diabetes Mellitus, Osteomalasia, Dan Hipotioridisma.

l. Gangguan pada defekasi

Penyakit lanjut usia di Indonesia meliputi :

a. Penyakit-penyakit sistem pernafasan.

b. Penyakit-penyakit kordiofaskuler dan pembuluh darah.

c. Penyakit pencernaan makanan.

14
d. Penyakit penyakit urogenital.

e. Penyakit gangguan metabolik atau endokrin.

f. Penyakit persedian dan tulang.

g. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh karena proses keganasan.

Timbulnya penyakit-penyakit tersebut dapat dipercepat atau

diperberat oleh faktor-faktor luar misalnya makanan, kebiasaan

hidup yang salah, infeksi, trauma dsb.

2.2 Osteoporosis

2.2.1. Definisi

Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat

pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga tidak mampu

melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma

minimal. Pengurangan massa tulang tersebut tidak disertai dengan

adanya perubahan perbandingan antara substansi mineral dan

organik tulang secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh

berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya

jumlah maupun ukuran tratekula tulang. Dengan demikian

tampaknya dari luar ukuran anatomis tulang tersebut dalam batas

mormal. (IPD, 1996)

15
2.2.2. Faktor yang mempengaruhi pengurangan masa tulang.

Determinan masa tulang.

Masa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh

berbagai faktor yaitu : - Faktor genetik

- Faktor mekanis

- Faktor makanan dan hormon

Determinan penurunan masa tulang.

Faktor yang berpengaruh terhadap penurunan masa tulang pada

lanjut usia yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporotik.

Faktor lain.

- Kasium - Rokok dan Kopi

- Protein - Alkohol

- Estosen

2.2.3. Gejala Klinis

Keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoporosis

adalah nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata. Rasa

sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak pasien

osteoporosis. Rasa sakit oleh karena adanya kompresi fraktur pada

vertebra pada umumnya mempunyai ciri-ciri yang khas yaitu nyeri

timbul secara mendadak, sakitnya hebat dan terlokalisasi pada

daerah vertebra yang terserang, rasa sakit akan berkurang secara

pelan-pelan apabila pasien istirahat ditempat tidur dan akhirnya

nyeri akan minimal. Kadang-kadang nyeri dirasakan ringan pada

16
pagi hari dan akan bertambah oleh karena melakukan perkerjaan

sehari-hari atau karena pergerakan yang salaaah. Untuk selanjutnya,

rasa saat ini berperan pula dalam proses timbulnya osteoporosis,

yaitu dengan adanya rasa sakit pasien akan sangat mengurangi

mobilitas. Mobilitas yang sangat berkurang akan mengakibatkan

terjadinya reapsopsi tulang yang berlebihan dan hal ini akan

memperberat osteoporosis yang telah ada.

Fraktur pada pasien osteoporosis sering kali terjadi baik

secara spontan ataupun oleh karena adanya trauma minimal. Bagian

tubuh yang sering faktur adalah pergelangan tangan, paanssul dan

vertebra. Gejala klinis yang lain sering ditemukan adalah

menurunnya tinggi badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya

kompresi fraktur yang asimtomatis pada vertebra.

2.2.4. Pencegahan

Idealnya pencegahan osteoporosis dimulai sejak remaja.

Umumnya, pasokan kalsium pada usia tersebut merupakan halangan

berat bagi pembentukan kepadatan tulang yang baik. Apabila wanita

mencapai umur 20 tahun, kemampuannya untuk membentuk tulang

berkurang dan ketika mereka umur 30 tahun mereka mulai

kehilangan tulang. Latihan pada umur tersebut akan memperhatikan

kerangka yang baik.

17
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama latihan :

a. Mereka yang berusia ti puluh lima tahun keatas yang

sebelumnya tidak melakukan aktivitas latihan secara teratur,

tidak yakin akan kondisi kesehatannya atau memiliki problem

medis seperti (fli, cidera, kelainan jantung, asma, kencing manis,

darah tinggi) disarankan untuk memeriksakan ke dokter sebelum

memulai program latihan.

b. Pilih program ketika latihan yang cukup bermanfaat, aman dan

sesuai dengan kebutuhan atau tingkat kebugaran. Mulai dengan

perlahan, ringan kemudian semakin ditingkatkan.

c. Jangan berlatih jika merasa tidak sehat.

d. Latihan fisik jangan dilakukan satu sampai dua jam setelah

makan, jangan pada cuaca panas dan kelembaban tinggi, hindari

kram dengan banyak minum ditambah garam dapur.

e. Hentikan kebiasaan merokok dan minuman keras.

f. Jangan duduk segara setelah latihan.

g. Jangan mandi air dingin setelah latihan.

Hal-hal yang harus dihindari lansia selama latihan :

a. Latihan yang memberikan pembebanan aksial berat pada tulang

belakang, misalnya lompat, joging, lari, aerobic high impact.

b. Latihan yang melibatkan fleksi secara tiba-tiba pada tulang

belakang.

c. Latihan yang dilakukan ditempat yang berbahaya, misalnya

licin, becek dan tidak rata.

18
d. Latihan yang melibatkan anduksi dan adduksi tungkai bawah

dengan beban dikhawatirkan mengalami fraktur pada femur

(kolum dan trokanter).

e. Latihan dengan tahanan pada otot lengan.

f. Latihan statis.

2.2.5. Pengobatan

Prinsip pengobatan pada osteoporosis adalah :

- Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yang dapat

meningkatkan pembentukan tulang adalah : Na. Fluorid dan

Steroid.

- Menghambat resorbsi tulang, obat-obatan yang dapat

menghambat resorbsi tulang adalah : Kalsium, Wstrogen,

Kalsitonin dan difosfonat.

2.3 Nutrisi Lansia

Makan dan Cara Memberikan Obat

Kebutuhan Gizi

Kebuthan bagi klien lenjut usia perlu dipenuhi secara adeguat karena

merupakan pokok kelangsungan proses pergantian sel-sel dalam tubuh dan

guna mengatasi proses menua serta memperlambat terjadinya usia biologis.

Kebutuhan kalori pada klien lusia berkurang karena berkurangnya kalori

daasar dari kegiatan fisik.

19
Kalori dasar adalah kalori uang dibutuhkan untuk melakukan

kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat misalnya untuk jantung, usus,

pernafasan dan ginjal.

Kebutuhan kalori bagi klien lanjut usia dianjurkan tidak melebihi

1700 kalori, sebaiknya disesuaikan dengan macam kegiatannya. Kebutuhan

untuk protein normal pada usia lanjut usia adalah 1 gr / kg BB per hari.

Sebaiknya dikurangi makan-makanan yang mengandung lemak

hewani, misalnya daging sapi, daging kerbau, telur dan otak. Bagi klien

lanjut usia disarankan peelu makan makanan tambahan yang banyak

mengandung kalsium / Ca sama dengan zat kapur. Kebutuhan kalsium pada

klien lanjut usia 14,1 mg / kg BB per hari, zat besi perlu diberikan untuk

memperlanxar pembentukan darah, sedangkan mengenai pemberian garam

natrium supaya dikurangi sehubungan dengan kemungkinan adanya tekanan

darah tinggi. Pada klien lanjut usia perlu pula diberikan buah-buahan untuk

mendapatkan vitamin guna memperlancar pekerjaan dalam tubuh. Untuk

menghindarikonstipasi atau sembelit klien lanjut usia perlu diberikan cukup

makanan yang mengandung serat, misalnya beras tumbuh, akar-akar hijau,

kacang-kacangan, buah-buahan serta banyak minum 1500 2000 cc yang

sekaligus berguna membantu kerja ginjal.

2.3.1 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lanjut usia

a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan / aaakibat

kerusakan gigi / ompong.

b. Berkurangnya cita rasa (rasa dan buah).

20
c. Berkurangnya koordinasi otot-otot syaraf.

d. Keadaan fifik yang kurang baik.

e. Faktor ekonomi dan sosial.

f. Faktor penyerapan makanan dan daya absorbi.

2.3.2 Masalah gizi yang sering timbul pada lanjut usia

a. Gizi berlebihan

Gizi berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat dinegara Barat

dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada eaktu muda

menyebabkan berat badan yang berlebihan, apalagi pada lanjut

usia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas

fisik. Kebiasaan makan tersebut sukar untuk diubah walaupun

disadari untuk mengurangi makan.

Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit,

misalnya : penyakit jantung, diabetes melitus, penyempitan

pembuluh darah, tekanan darah tinggi dan sebagainya.

b. Gizi berkurang

Gizi berkurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial

ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori

terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan

berkurang protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang

tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan

terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah kena

infeksi pada organ-organ tubuh yang vital.

21
c. Kekurangan vitamin

Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang,

apabila ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan,

maka akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan mundur, kulit

kering, lesu dan tidak semangat.

2.3.3 Merencanakan makanan untuk klien lanjut usia

a. Perlu diperhatikan bentuk makanan, jangan terlalu kenyang, posri

makan hendaknya diatur merata dalam satu hari, sehingga dapat

makan lebih sering dan porsi yang kecil.

b. Banyak minum dan kurangi daram, dengan banyak minum dapat

memperlancar pengeluaran sisa makanan dan menghindari

makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta

mencegah kemungkinan terjadinya tekanan darah tinggi.

c. Membatasi penggunaan kalori hingga berat badan dalam batas

normal, terutama makanan yang manis-manis / gula, minyak dan

makanan yang berlemak. Disarankan untuk usia siatas 50 tahun

1.900 kalori, usia diatas 60 tahun 1.700 kalori dan usia diatas 70

tahun 1.500 kalori.

d. Bagi para klien lanjut usia dimana proses penuaannya sudah lebih

lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

e. Batasi minum kopi dan teh, doleh diberikan tetapi harus

diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan dan

menambah nafsu makan.

22
2.3.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan

a. Apakah makanan yang disajikan cukup memenuhi kebutuhan gizi.

b. Sajikan makanan tersebut pada waktunya secara teratur serta

dalam porsi yang kecil-kecil saja.

c. Jangan menunjukkan rasa bosan dalam melayani klien lanjut usia,

akan tetapi tunjukkanlah wajah yang cerah dan gembira.

d. Berikan makanan bertahap dan bervariasi terutama bila nafsu

makannya berkurang.

e. Perhatikan makanan apa y7anhg disukai atau tidak, agar dapat

menentukan jenis makanan yang sesuai dengan seleranya.

f. Kija mendapat diet tertentu perhatikanlah diet tersebut sesuai

dengan petunjuk dokter, misalnya : untuk diabetes, tekanan darah

tinggi dan lain-lain.

g. Berikan makan yang lunak untuk menhindari kondtipasi serta

memudahkan menguyah terutama bagi klien lanjut usia yang

sudah ompong, misalnya dalam bentuk nasi tim atau bubur.

2.3.5 Caranya

a. Beri porsi setengah duduk.

b. Periksalah apakah mulutnya dalam keadaan bersih.

c. Letakkan lap makan atau serbet diatas dadanya, guna mencegah

agar bajunya tidak menjadi kotor.

d. Sendokkan makan dengan isi yang tidak terlalu penuh, lalu

masukkan kedalam mulutnya.

23
e. Penolong atau perawat dapat duduk atau berdiri disisi tempat tidur,

senaiknya disebelah kanan.

f. Sediakan waktu yang cukup untuk membantu makan.

g. Jangan tergesa-gesa agar tidak terganggu jalannya makanan dan

juga tidak mengganggu atau mengurangi nafsu makan.

24
ASUHAN KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT

I. Pengkajian

a. Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, bangsa,

alamat.

b. Gangguan yang terdapat pada usia lanjut

Menelan, gigi komunikasi, nyeri dan lain-lain.

c. Perasaan hati, kesadaran

Bermusuhan, gangguan tidur, dan lain-lain.

d. Riwayat tentang problem utama berarti

Pernah stroke, batuk, demensia, patah tulang.

e. Kebiasaan yang meragukan kesehatan

Merokok, alkohol dan lain-lain.

f. Penilaian sistem

Penilaian sistem dilaksanakan secara urut mulai dari sistem persyaratan

sampai dengan sistem muskuloskeletal.

g. Riwayat pengobatan

Baik sebelum sakit, obat yang diminum, baik dari resep dokter

atau di beli bebas (termasuk jamu-jamuan).

h. Pemeriksaan fungsi

- Aktifitas tidur sehari-hari (AHS sadar) yang tanya memerlukan

kemampuan tubuh untuk berfungsi sederhana, misalnya : tidur,

berpakaian, mandi / WC.

25
- Aktifitas hidup sehari-hari (AHS instrumental). Selain melakukan

kemampuan dasaar agar memerlukan berbagai koordinasinya

memerotot, susunan syaraf yang lebih, juga berbagai kemampuan

organ, kognitif lain.

- Kemampuan mental dan kognitif terutama menyangkut fungsi intelek,

memorylamadan memori tentang hal-hal yang baru saja terjadi.

II. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko terjadinya cidera : jatuh berhubungan peningkatan aktifitas.

2. Gangguan rasa nyaman (sakit kepala atau pusing) berhubungan dengan

keletihan.

3. Potensial jatuh berhubungan dengan keturunan ketajaman penglihatan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplay

O2 : kelemahan.

5. Resti infeksi berhubungan dengan keadaan nutrisi : keadaan imunitas

tubuh.

6. Gangguan pendengaran berhubungan dengan peningkatan serumen

mengeras.

III. Intervensi Keperawatan

1. Resiko terjadinya cidera : jatuh berhubungan peningkatan aktifitas.

Tujuan :

Sakit kepala / pusing berkurang 30 menit

26
Kriteria Hasil :

- Sakit kepala / pusing berkurang

- Kx tidak gelisah

- Kx tidak pucat

- Kx bisa tidur

- Kx tidak mondar mandir

- Tensi : 140 / 70

Suhu : 36 5 o C

Nadi : 80 x / menit

Intervensi :

1. Jelaskan pada Kx tentang sakit kepala / pusing

Rasional : Kx dapat mengerti tentang sakit kepala.

2. Berikan penjelasan kepada Kx tentang efek samping dari minum

obat yang terlalu sering

Rasional : Kx mengerti tentang efek samping dari obat.

3. Berikan tindakan non formakologi untuk menghilangkan sakit

kepala, misalnya kompres dingin, pijat punggung dan leher, suasana

tenang, redupkan lampu tekhnik relaksasi

Rasional : Mengurangi sakit kepala.

4. Berikan analgenik sesuai indikasi

Rasional : Membantu mengurangi sakit kepala / pusing.

27
2. Gangguan rasa nyaman (sakit kepala atau pusing) berhubungan dengan

keletihan.

Tujuan :

Kx tidak jatuh.

Intervensi :

1. Jelaskan pada Kx tentang penyebab linu-linu / pegal

Rasional : Kx mengerti tentang penyebab linu-linu / pegal.

2. Berikan tindakan non formakologi untuk menghilangkan pegal-

pegal pada daerah kaki

Rasional : dapat merangsang pada daerah kaki.

3. Hidari aktivitas yang berat-berat

Rasional : Dapat mengurangi linu-linu pada daerah kaki

4. Hindari makanan yang mengandung kacang-kacangan

Rasional : Dapat mencegah terjadinya rematik.

5. Ajarkan jalan kaki dengan tidak mengguankan alas kaki pada pagi

hari

Raional : Dapat mengurangi lini pada kaki karena aliran dara bisa

lancar.

3. Potensial jatuh berhubungan dengan keturunan ketajaman penglihatan.

Tujuan :

Kx tidak jatuh.

Intervensi :

a. Ciptakan lingkungan yang aman dan yaman.

28
- Tempat tidur dalam posisi rendah.

- Adanya tempat tidur berpegangan yang kuat.

- Adanya bel.

- Sediakan peralatan yang diperlukan terjangkau.

- Sediakan alat bantu jalan yang sesuai.

b. Bantu Kx buat pindah tempat.

c. Ajarkan Kx pada pindah tempat secara aman tanpa bantuan.

d. Kaji keadaan rumah untuk faktor yang mengalami pendukung pada

perubahan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplay

O2 : kelemahan.

Tujuan :

- Kx mau melakukan aktivitas

- Kx tidak pusing

- TTV normal

Intervensi :

a. Kaji aktivitas sehari-hari.

b. Ajarkan latihan untuk kaki setiap jam / ROM.

c. Ajarkan duduk 3 5 menit sebelum berdiri dan berjalan.

d. Peningkatan frekuensi dan jarak aktivitas secara bertahap.

29
5. Resti infeksi berhubungan dengan keadaan nutrisi : keadaan imunitas

tubuh.

Tujuan :

- Tidak terjadi infeksi

- Temperatur tubuh normal (36 37)

- Tidak terdapat kemerahan

- Iritasi disekitar luka

- Leukosit nirmal (4500 10.000 Ia)

Intervensi :

a. Ajarkan untuk meminimalkan kontak dan patogen.

b. Jelaskan perlunya untuk mempertahankan higiebe (misalkan : mandi

setiap hari, perawatan mulut).

c. Kaji mulut dan keringkongan dengan adanya tanda-tanda infeksi.

d. Ajarkan minum 2 cc per hari.

e. Upayakan perbaikaan gizi, diit dengan cukup.

f. Pemberian vitamin dan mineral yang cukup.

6. Gangguan pendengaran berhubungan dengan peningkatan serumen

mengeras.

Tujuan :

Kx dapat mendengar pemicaraan orang lain

Kriteria Hasil :

- Kx dapat merespon komunikasi orang lain.

- Kx dapat menjawab pertanyaan orang lain dengan benar.

30
Intervensi :

a. Jelaskan pada Kx tentang penyebab penurunan pendengaran.

b. Berikan tindakan bantuan bahasa isyarat saat berkomunikasi.

c. Hindari kosa kata yang sulit di mengerti oleh Kx.

d. Mengeraskan dulu saat berkomunikasi dengan Kx.

IV. Implementasi

Implementasi yang dimaksud adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan meliputi tindakan keperawatan yang direncanakan olej

perawatan. Melaksanakan advis dokter dan ketentuan RS (Dep Kes. RI,

1999 ; 23).

V. Evaluasi

Evaluasi meliputi tahap akhir dari suatu proses keperawatan dan

merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan Lx

dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan Kx

dan sesama tenaga kesehatan.

(Nasrul Effendi, 1995).

31
Cara perhitungan prosentase pada tabel adalah :

Jumlah Kasus x100%


Jumlah Seluruh Lansia DariDuaWisma

32

Anda mungkin juga menyukai