Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem integumen, khususnya kulit, merupakan organ terluas permukaannya yang
membungkus seluruh bagian luar tubuh. Kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya
bahan kimia, bahaya fisik, maupun oleh bakteri, dan yang lain-lainnya. Cahaya matahari
mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga
keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang
untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada
kulit, misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit
meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit
karena penyakit tertentu.
Mengingat posisina yang paling luar dan yang paling luas, maka kulit sangat rentan
sekali menderita penyakit. Gangguan biologis, fisik, maupun psikis juga dapat
menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit, misalnya karena stres, ketakutan atau
dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit wajah. Salah satu penyakit pada
kulit adalah pioderma atau orang awam mengatakan bisul.
Pioderma (bisul) pada umunya terjadi pada anak-anak tapi bisa juga terjadi pada
orang dewasa,yang menjadi penyebabnya adalah kurang bersihnya kulit dan bisa juga
disebabkan karena menderita penyakit infeksi disaluran pernafasan. Gejala klinik
pioderma sangat bervariasi. Gejala ini biasanya disertai nyeri pada daerah pembengkakan
dan demam seluruh tubuh. Walupun dianggap sebagai penyakit yang ringan, namun bisul
dapat menyebabkan demam dan radang yang parah hingga infeksi. Untuk itu, kita perlu
mengetahui bagaimana teori dari pioderma sehingga nantinya dapat melakukan asuhan
keperawatan yang tepat pada pasien dengan pioderma.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penyakit pada pioderma ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pioderma ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsepdasar penyakit pada pioderma
2. Untuk mengetahui kosep asuhan keperawatan pada pioderma

1|Pioderma
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Pioderma adalah penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri),
terutama Streptococcus, beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus. Kadang juga
disebabkan oleh bakteri gram negative seperi pseudomonas namun itu jarang terjadi
dan efeknya biasanya Iebih parah. Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio
berarti nanah, dan derma berarti kulit, dengan kata lain artinya kulit bernanah.
Pioderma yang merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat bersifat superficial
(hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai dermis). Pioderma
adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di
kulit yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus. Jadi pioderma adalah terminologi
umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh kuman (bakteri),
terutama Streptococcus beta hemolyticus atau Staphylococcus aureus.

2. Epidemiologi
Dari data distribusi menurut jenis kelamin memperlihatkan perempuan lebih
banyak menderita pioderma dibandingkan laki-laki, namun hasilnya tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Perempuan dengan 56,6% sedangkan
lakilaki dengan 43,4%. Penelitian retrospektif yang dilakukan di RS Sanglah
Denpasar periode januari 2006 sampai Desember 2008 didapatkan penderita laki-laki
lebih lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan yang juga tidak
signifikan, yaitu laki-laki 56,6 % dan perempuan 43,4 %. Dapat dilihat bahwa infeksi
pioderma dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Di bagian Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, insidennya menduduki
tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi.

3. Etiologi
Penyebab yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Staphylococcus B
hemolitikus. Penyebab pioderma adalah infeksi bakteri pada folikel (akar) rambut di
kulit, yang disebabkan oleh bakteri misalnya Staphylococcus aureus yang merupakan
sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan

2|Pioderma
berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang
membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada
Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia. Staphylococcus
menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus.

4. Faktor Predisposisi
a. Higiene yang Buruk
Seseorang dengan higiene yang buruk. Kulit yang kotor banyak mengandung
bakteri yang didapat di luar, wajah yang jarang dicuci dapat menjadi tempat
kolonisasi bakteri. Bila jumlah koloni bakteri telah mencukupi, bakteri dapat saja
masuk dan menginfeksi kulit itu mengapa kita harus rajin membersihkan wajah.
tentu dengan sabun yang tepat
b. Daya Tahan Tubuh yang Lemah
Seseorang dengan daya tahan tubuh yang lemah. Semua infeksi akan dilawan
dengan sistem imun tubuh, namun bila imun tubuh kita lemah maka infeksi akan
merajalela, itu mengapa pada orang dengan imun yang lemah seperti pada orang
HIV AIDS, malnutrisi, terkena penyakit kronik, kanker, diabetes melitus, akan
lebih mudah terserang infeksi kulit.
c. Penyakit Lain di Kulit
Seseorang dengan penyakit lain di kulit. Penyakit kulit lain dapat mengganggu
fungsi proteksi dari kulit, sehingga seseorang yang sedang memiliki sakit kuliy
rentan untuk terserang penyakit kulit lainnya.
d. Luka pada Kulit
Seseorang dengan luka pada kulit. Sekecil apapun luka dapat menjadi celah jalan
masuk kuman.

5. Klasifikasi
a. Impetigo
Impetigo merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh stafilokokus aurea atau
kadang-kadang oleh streptokokus dan hanya terjadi pada lapisan kulit dermis.
Biasanya tak disertai gejala konstitusi (gejala infeksi pada tubuh manusia seperti
demam, nyeri, lesu,dan lainnya). Pada kulit penderita terlihat lepuh dan gelembung
yang berisi cairan. Penyakit ini mudah menular pada anak lain atau dirinya sendiri.
Impetigo ada 2, yaitu :

3|Pioderma
1) Impetigo krustosa/kontagiosa (istilah awamnya, cacar madu) merupakan
kelainan yang terjadi di sekitar lubang hidung dan mulut. Ciri-cirinya, yaitu
kemerahan kulit dan lepuh yang cepat memecah sehingga meninggalkan
keropeng tebal warna kuning serupa madu. Bila keropeng dilepaskan, terlihat
luka lecet di bawahnya. Pengobatanna meliputi; obat topikal : salep antibiotik
eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50
mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
2) Impetigo bulosa/vesiko bulosa (cacar monyet atau cacar api) yang sering
terjadi di ketiak, dada, dan punggung. Ciri-cirinya yaitu kemerahan di kulit dan
gelembung-gelembung (seperti kulit yang tersundut rokok hingga dikenal
dengan cacar api), berisi nanah yang mudah pecah. Cacar api sangat mudah
menular dan berpindah dari satu bagian kulit ke bagian lain. Jika terjadi pada
bayi baru lahir, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
kelainan ini dapat disertai demam dan menimbulkan infeksi serius.
pengobatannya meliputi; obat topikal : bula diaspirasi, lalu diberi salep
antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik: Klosasilin
(50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan
b. Folikuitis
Folikuitis adalah infeksi yang mengenai satu folikel rambut. Ciri-cirinya berupa
bintil padat atau bintil bernanah yang kemerahan dengan rambut di tengahnya.
Biasanya sering ditemukan pada tungkai bawah. Pengobatannya meliputi: obat
topikal: salep antibiotik eritromisin 1% atau mupirosin 2% 3x sehari, obat
sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg
sebelum makan.
c. Furunkel
Furunkel adalah radang pada folikel yang meluas ke jaringan di sekitar folikel
rambut. Ciri-cirinya, yaitu di kulit akan terlihat benjolan kemerahan dengan mata
di bagian tengah yang dapat melunak menjadi abses. Kelainan terutama terjadi di
daerah yang sering mengalami gesekan dan banyak berkeringat seperti ketiak,
bokong, leher, dada, dan paha. Biasanya terdapat keluhan rasa nyeri, apalagi bila
kelainan terjadi di dasar yang keras misalnya di hidung atau liang telinga luar.
Pengobatan yang diberikan sama dengan pengobatan pada folikuitis.

4|Pioderma
d. Karbunkel
Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Ini biasanya disebabkan oleh
Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri.
e. Erisipelas
Erispelas adalah infeksi pada kulit yang umumnya didahului oleh luka atau trauma,
baik nyata maupun mikroskopis. Pada bayi umumnya terjadi di pusar. Ciri-cirinya,
yaitu di kulit terlihat kemerahan berbatas tegas, disertai gejala berupa demam dan
kelesuan. Pengobatan dapt dilakukan dengan; obat topikal: tungkai di
elevasi, kompres dengan antiseptik topikal, PK dengan konsentrasi 1: 10000
(larutkan dalam air sampai warnanya pink), obat sistemik: Klosasilin (50
mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
f. Selulitis
Selulitis merupakan kelanjutan erisipelas. Bedanya, pada selulitis radang meluas
sampai ke jaringan di bawah kulit. Pengobatan sama dengan obat erisipelas.
g. Flegmon
Flegmon merupakan selulitis yang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan
selulitis hanya ditambah insisi.
h. Ektima
Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi oleh
Streptococcus. Ciri-cirinya adalah krusta tebal bewarna kuning, di tungkai bawah.
Pengobatan dapat dilakukan dengan; obat topikal : kompres ulkus dengan kalikus
permanganas (PK) dengan konsentrasi 1:5000 (larutkan dalam air sampai
warnanya ungu), dapat ditambahkan antibiotik topikal eritromisin 1% atau
mupirosin 2% 3x sehari, obat sistemik : Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam
4 dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
i. Pionika
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan
streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.
Pengobatan dapat dilakukan dengan; obat topikal: kompres dengan antiseptik
topikal, PK dnegan konsentrasi 1: 10000 (larutkan dalam air sampai warnanya
pink), obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-
500 mg sebelum makan, bila terjadi abses subungual kuku.

5|Pioderma
j. Abses multiple kelenjar keringat
Merupakan infeksi di kelenjar keringat. Faktor predisposisinya yaitu daya tahan
tubuh yang menurun dan banyak berkeringat. Kelainan ditandai benjolan seperti
kubah di daerah yang banyak berkeringat seperti dada, punggung atas, kepala
bagian belakang, bokong, dan lainnya, banyak terjadi pada anak. Pengobatan dapat
diberikan dengan; obat sistemik: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4
dosis) 4 x 250-500 mg sebelum makan.
k. Staphylococcal scalded skin syndrome
Merupakan infeksi kulit oleh staphylococcus aureus galur tertentu dengan ciri yang
khas berupa epidermolisis. Pada umumnya terdapat demam tinggi disertai infeksi
di saluran napas bagian atas. Kelainan kulit awalnya berupa eritema yang timbul
mendadak pada muka, leher, ketiak, telapak tangan dan kaki serta lipat paha,
kemudian menyeluruh dalam waktu 24-48 jam. Pengobatan dapat dilakukan
dengan obat: Klosasilin (50 mg/KgBB/hari dibagi dalam 4 dosis) 4 x 250-500 mg
sebelum makan

6. Patofisiologi
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara lain
faktor host, agent, dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan diatas dimana adanya
ketidakseimbangan antara ketiga faktor tersebut. Staphylococcus mengandung
polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang merupakan substansi penting di
dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang
mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada
dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini
merupakan penting dalam potogenitas infeksi : zat ini menyebabkan monosit membuat
interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, dan zat ini juga menjadi zat
kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas
mirip endotoksin, mengaktifkan komplement.
Patologi prototipe lesi staphylococcus adalah furunkel atau abses setempat lainnya.
Kelompok-kelompok S. aureus yang tinggal dalam folikel rambut menimbulkan
nekrosis jaringan. Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin disekitar lesi dan
didalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang membatasi
proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaringan fibrosis. Di
tengah-tengah lesi, terjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh hipersensitivitas

6|Pioderma
tipe lambat) dan abses mengarah pada daerah yang daya tahannya paling kecil, setelah
jaringan nekrotik mengalir keluar, rongga secara perlahan-lahan diisi dengan jaringan
granulasi dan akhirnya sembuh.
Bakteri masuk ke dalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis dan
perifolikulitis, tampak sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri. Pada keadaan yang
berat dapat disertai gejala demam, malaise, dll. Setelah 2-4 hari terjadi proses supurasi
dan terbentuk abses ini dapat diketahui dengan adanya fluktuasi. Pada bagian tengah
lesi terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nekrotik, dan disebut mata
bisul (core). Bila abses pecah inti jaringan nekrotik tersebut akan keluar. Perawatan
khusus ialah pada furunkel maligna yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga
yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas
ke dalam intra kranial. Masalah lain yaitu bisa terjadi penyebaran bakteri yang lebih
dalam atau lebih luas sehingga bisa juga terjadi selulitis atau bakterimia. Dan apabila
higinis penderita jelek atau menderita diebetes militus, furunkel menjadi sering
kambuh. Predileksi penyakit ini biasanya pada daerah yang berambut misalnya pada
wajah, punggung, kepala, ketiak, bokong dan ekstrimitas, dan terutama pada daerah
yang banyak bergesekan.

7. Pathways (Terlampir)

8. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada fase ringan/biasa:
a. Ada benjolan merah di kulit, membesar dan menjadi bernanah setelah beberapa
hari dan akan pecah dengan sendirinya.
b. Nyeri yang berdenyut-denyut
Pada keadaan yang berat dapat disertai gejala seperti :
a. Demam
b. Malaise
c. Nyeri

9. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang
kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan

7|Pioderma
penyebabnya bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi
hanya bersifat menyokong.

10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pada pengobatan umum kasus pioderma , faktor hygiene perorangan dan
lingkungan harus diperhatikan. untuk pengobatan secara sistemik, ada berbagai
obat yang dapat digunakan, meliputi:
1) Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-
kota besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini
tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi,
dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-
100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah
makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga
konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 4 dosis.
2) Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena
itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk
anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan
klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi

8|Pioderma
berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping
golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di
kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum pernah ditemukan.
Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan klindamisin karena
potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya lebih sedikit, pada
pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh adanya makanan dalam
lambung.
3) Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan
dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering
member rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-
5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
4) Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat
untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya
sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari
atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
5) Selain obat sistemik, obat-obatan topikal (salep) juga sering diberikan.
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma.
Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar
kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin,
neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-
gram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan
sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu
efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut
digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka,
contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium
povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya
pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol
mempunyai kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kompres hangat selama 15 menit satu/dua kali sehari

9|Pioderma
2) Setelah pecah, jaga bagian tersebut selalu bersih sampai kulit sembuh
3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk mencegah penularan infeksi
4) Periksa dokter bila gejala tidak berkurang

11. Prognosis
Prognosis penyakit ini biasanya baik, asalkan mendapatkan penanganan yang
adekuat dan faktor penyebab dapat dihilangkan, dan prognosis menjadi kurang baik
bila terjadi komplikasi.

12. Komplikasi
a. Furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi
oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam
intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena
tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang
nantinya bisa menjadi meningitis.
b. Selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
c. Bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup
jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal.
d. Furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh hygiene yang buruk.

10 | P i o d e r m a
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa
a. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
c. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan
kulit dan cara menangani kelainan kulit

3. Intervensi

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 I Setelah dilakukan 1. Pantau suhu pasien 1. Suhu diatas 37,50C


asuhan keperawatan (derajat dan pola) menunjukkan proses
selama ...x 24 jam infeksius.
diharapkan panas px 2. Berikan kompres hangat 2. Membantu mengurangi
turun, dengan KH : demam
suhu tubuh px normal 3. Anjurkan pasien untuk 3. Membantu mengurangi
(36,50-37,50C), pasien banyak minum demam
tidak menggigil, akral 4. Kolaborasi dalam 4. Digunakan untuk
teraba hangat. pemberian antipiretik mengurangi demam
dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus

2 II Setelah dilakukan 1. Kaji/catat ukuran atau 1. Memberikan informasi


asuhan keperawatan warna, kedalaman luka dasar tentang kebutuhan
selama ...x 24 jam dan kondisi sekitar dan petunjuk tentang
diharapkan pasien bisul/luka. sirkulasi.
dapat mempertahankan 2. Anjurkan pasien untuk 2. Menjaga kebersihan kulit
integritas kulit, dengan menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi.
KH : lesi pada kulit dengan cara mandi
pasien hilang sehari 2 kali.

11 | P i o d e r m a
3. Lindungi kulit yang 3. Maserasi pada kulit yang
sehat terhadap sehat dapat menyebabkan
kemungkinan maserasi. pecahnya kulit dan
perluasan kelainan primer.
4. Beri nasehat kepada 4. Pengolesan cream atau
pasien untuk menjaga lotion untuk mencegah
agar kulit tetap lembab agar kulit tidak menjadi
dan fleksibel dengan kasar, retak dan bersisik.
pengolesan cream atau
lotion.
5. Kolaborasi dalam 5. Mencegah atau mengontrol
pemberian obat infeksi.
topical/sistemik.

3 III Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri pasien. 1. Perubahan karakter, lokasi,


asuhan keperawatan intensitas nyeri dapt
selama ...x 24 jam mengindikasikan
diharapkan nyeri px komplikasi.
hilang/terkendali, 2. Dorong ekspresi, 2. Pernyataan memungkinkan
dengan KH : pasien perasaan tentang nyeri. pengungkapan emosi dan
tidak tampak meringis, apat meningkatkan
skala nyeri 0-1, pasien mekanisme koping.
tampak lebih rileks, 3. Ajarkan teknik 3. Memfokuskan kembali
ukuran pioderma relaksasi. pehatian, meningkatkan
mengecil. relaksasi dan
meningkatkan rasa control
yang dapat menurunkan
ketergantungan
farmakologis.
4. Berikan aktivitas 4. Membantu mengurangi
terapeutik tepat sesuai konsentrasi nyeri yang
dengan kondisi dan usia dialami dan memfokuskan
pasien. kembali perhatian.

12 | P i o d e r m a
5. Kolaborasi pemberian 5. Perubahan metode untuk
analgesik sesuai penghilangan nyeri .
indikasi.
4 IV Setelah dilakukan 1. Kaji adanya gangguan 1. Gangguan citra diri akan
asuhan keperawatan pada citra diri pasien. menyertai setiap penyakit
selama ...x 24 jam atau keadaan yang tampak
diharapkan gangguan nyata bagi pasien. Kesan
citra diri teratasi, seseorang terhadap dirinya
dengan KH : Px sendiri akan berpengaruh
mampu pada konsep diri.
mengembangkan 2. Berikan kesempatan 2. Berikan kesempatan untuk
peningkatan kemauan untuk pengungkapan, pengungkapan, dengarkan
untuk menerima dengarkan dengan cara dengan cara terbuka dan
keadaan diri, terbuka dan tidak tidak menghakimi untuk
mengikuti dan turut menghakimi untuk mengekspresikan
berpartisipasi dalam mengekspresikan perasaan.
tindakan perawatan perasaan.
mandiri, melaporkan 3. Bantu pasien yang 3. Menetralkan kecemasan
perasaan dalam cemas dalam yang tidak perlu terjadi dan
pengendalian situasi, mengembangkan memulihkan realitas situasi
menguatkan kembali kemampuan untuk .
dukungan positif dari menilai diri dan
diri sendiri, mengenali diri serta
mengutarakan mengatasi masalah.
perhatian terhadap diri 4. Dorong pasien untuk 4. Membantu dalam
sendiri yang lebih bersosialisasi dengan meningkatkan sosialisasi
sehat, nampak tidak orang lain dan Bantu dan penerimaan diri.
begitu memprihatinkan pasien kea rah
kondisi, menggunakan penerimaan diri.
tekhnik
menyembunyikan
kekurangan dan
menekankan tekhnik

13 | P i o d e r m a
untuk meningkatkan
penampilan.

5 V Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Memberikan data dasar


asuhan keperawatan pengetahuan pasien. untuk mengetahi tingkat
selama ...x 24 jam pemahaman pasien.
diharapkan kebutuhan 2. Jaga agar pasien 2. Pasien memiliki perasaan
pendidikan pasien mendapat informasi ada sesuatu yang mereka
tentang penyakitnya yang benar, perbuat dan merasakan
terpenuhi, dengan KH : memperbaiki kesalahan manfaatnya.
pasien memiliki informasi.
pemahaman terhadap 3. Beri nasehat kepada 3. Pioderma memerlukan air
perawatan kulit, pasien pasien untuk menjaga agar fleksibelitas kulit tetap
mengikuti terapi agar kulit tetap lembab terjaga. Pengolesan cream
seperti yang dan fleksibel dengan atau lotion untuk mencegah
diprogramkan, pasien pengolesan cream atau agar kulit tidak menjadi
menunjukkan lotion. kasar, retak dan bersisik.
peningkatan perilaku 4. Peragakan penerapan 4. Memungkinkan pasien
hygiene, pasien terapi yang untukmemperoleh
mampu menggunakan diprogramkan : obat kesempatan untuk
obat topikal dengan topikal. menunjukkan cara yang
tepat, pasien tepat untuk melakukan
memahami pentingnya terapi.
nutrisi untuk kesehatan
kulit.

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat
sebelumnya.

5. Evaluasi

14 | P i o d e r m a
Hari / Tanggal No. DX Evaluasi Paraf
1 Panas pasien turun, suhu tubuh pasien
normal (36,50-37,50C), pasien tidak
menggigil, akral pasien teraba hangat.
2 Pasien dapat mempertahankan integritas
kulit, lesi, bula pada kulit pasien hilang
3 Nyeri pasien hilang atau terkendali, pasien
tidak tampak meringis, skala nyeri 0-1,
pasien tampak lebih rileks dan ukuran
pioderma mengecil
4 Gangguan citra diri teratasi, pasien mampu
mengembangkan peningkatan kemauan
untuk menerima keadaan diri, pasien
mengikuti dan turut berpartisipasi dalam
tindakan perawatan mandiri, pasien
melaporkan perasaan dalam pengendalian
situasi, menguatkan kembali dukungan
positif dari diri sendiri pasien dapat
mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri
yang lebih sehat, pasien dapat menggunakan
tekhnik menyembunyikan kekurangan dan
menekankan tekhnik untuk meningkatkan
penampilan.
5 Kebutuhan pendidikan pasien tentang
penyakitnya terpenuhi, pasien memiliki
pemahaman terhadap perawatan kulit,
pasien mengikuti terapi seperti yang
diprogramkan, pasien menunjukkan
peningkatan perilaku hygiene dan pasien
mampu menggunakan obat topikal dengan
tepat.

15 | P i o d e r m a
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang
disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau
Staphylococcus aureus. Pioderma yang merupakan infeksi bakteri pada kulit ini dapat
bersifat superfisial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda (lebih dalam mencapai
dermis). pioderma memang kebanyakan menyerang anak-anak namun orang dewasa juga
dapat mengalaminya. Ada beberapa jenis pioderma, dimana tiap jenisna memiliki ciri-ciri
dan juga pengobatan yang berbeda.
seseorang dapat terkena pioderma jika ia memiliki hygiene yang buruk, kondisi
kesehatan yang menurun, dan juga tinggal di lingkungan yang kotor. Tanda dan gejala
pioderma meliputi gatal, nyeri, kulit kemerahan, dan juga terdapat benjolan yang
didalamnya berisi nanah. pada tahap yang sudah parah, penderitanya dapat mengalami
demam, nyeri, dan malaise. Prognosis penyakit ini umumnya baik, namun dapat
memburuk jika perawatan hygiene kurang baik. Asuhan keperawatan yang dapat diberikan
kepada pasien dengan pioderma meliputi pengkajian, diagnosa, rencana tindakan,
implementasi, dan terakhir dievaluasi.

B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa perawat agar lebih memahami konsep dasar penyakit
Pioderma dan konsep dasar asuhan keperawatan sehingga dapat meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan mahasiswa serta mempersiapkan mahasiswa dalam
menghadapi pasien dengan pioderma.

16 | P i o d e r m a
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A. 2008.Pioderma Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Jakarta: FKUI

Doenges, Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

Guyton, Arthur C.2002.Fisiologi Manusia dan mekanisme Penyakit Edisi 3.Jakarta:EGC

Price, SA, Wilson,LM.2006. Patofisiologi Edisi 6 Vol. 2. Jakarta. EGC

17 | P i o d e r m a

Anda mungkin juga menyukai