Anda di halaman 1dari 7

EARNINGS MANAGEMENT

Copeland (1968) dalam Utami (2005)


mendefinisikan earnings management
sebagai, some ability to increase or
decrease reported net income at will. Ini berarti earnings management mencakup usaha manajemen
untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan
manajemen. Shcipper (1989) dalam Christianti (2007) mendefinisikan earnings management sebagai
campur tangan dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan pribadi. Davidson, Stickney, dan Weil (1987) dalam Sulistyanto (2008) mendefinisikan
earnings management sebagai proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas-
batas akuntansi yang berterima umum sehingga manajer dapat melaporkan laba pada tingkat yang
diinginkan. Menurut Scott (2000) dalam Halim dkk. (2005) manajemen laba merupakan pemilihan
kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat
memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai
batasan dan definisi earnings management. Perbedaanperbedaan itulah yang menyebabkan setiap pihak
yang melakukan penelitian mengenai earnings management mencoba untuk mendefinisikannya sendiri,
baik dari pemahaman positif maupun negatif. Akibatnya, ada banyak batasan dan definisi earnings
management. Hal ini didukung dengan pernyataan Sulistyanto (2008) bahwa pada umumnya manajemen
laba didefinisikan sebagai upaya manajer untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi
dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui para stakeholder yang ingin mengetahui
kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi dan mengelabui inilah yang dipakai sebagai dasar oleh
sebagian pihak untuk menilai manajemen laba sebagai suatu kecurangan. Sementara pihak lain, tetap
menganggap aktivitas earnings management ini bukan sebagai kecurangan dengan alasan bahwa
intervensi yang dilakukan oleh manajer perusahaan masih dalam kerangka standar akuntansi, dimana
masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang diterima dan diakui secara umum.

Scott (2006) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai
perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak
kompensasi, kontrak utang dan political costs (Oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan
memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management),
dimana manajemen laba memberi manajer fleksibilitas untuk melindungi diri dan perusahaan dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan
untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat
mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan
dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut
sebagai angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Naim, 2000).

Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi manajemen laba (Watt
dan Zimmerman, 1986), yaitu:

a. Bonus Plan Hypothesis

Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya (bonus yang tinggi).
Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan laba lebih banyak menggunakan
metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.

b. Debt Covenant Hypothesis

Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut akan
cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan maupun laba. Hal ini
untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.

c. Political Cost Hypothesis

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode
akuntansi yang menurunkan laba atau menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke
periode yang akan datang. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera
mengambil tindakan, misalnya : mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan
perusahaan, dll.

Healy dan Wahlen (1998) berpendapat bahwa earnings management terjadi ketika manajemen
menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan transaksi untuk mengubah laporan
keuangan sebagai dasar kinerja perusahaan yang bertujuan menyesatkan pemilik atau pemegang saham
(shareholders), atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi
yang dilaporkan. Manajemen laba dapat terjadi karena manajer diberi kekuasaan untuk memilih metode
akuntansi yang akan digunakan dalam mencatat dan mengungkapkan informasi keuangan privat yang
dimilikinya. Selain itu, perilaku manipulasi ini juga terjadi karena adanya asimetri informasi yang tinggi
antara manajemen dan pihak lain yang tidak mempunyai sumber, dorongan, atau akses yang memadai
terhadap informasi untuk memonitor tindakan manajemen (Richardson, 1998 dalam Midiastuty dan
Machfoedz, 2003). Sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan yang
dilaporkan untuk kepentingannya sendiri. Setiawati dan Naim (2000) menyatakan bahwa manajemen
laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen
laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang
mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.

Motivasi terjadinya Earnings Management

Pasti ada alasan tertentu yang menyebabkan manajer perusahaan termotivasi untuk mengelola dan
mengatur tingkat laba yang dilaporkan padahal aktivitas tersebut cenderung melanggar peraturan.
Motivasi-motivasi inilah yang nantinya akan mempengaruhi pola rekayasa manajer dalam mengelola
laba. Artinya, bagaimana pola rekayasa ini sangat tergantung pada apa yang ingin dicapai oleh manajer
perusahaan. Menurut Sulistyanto (2008), secara umum ada beberapa motivasi yang mendorong manajer
untuk berperilaku oportunis, yaitu motivasi bonus, kontrak, politik, pajak, perubahan CEO, IPO, atau SEO,
dan mengkomunikasikan informasi ke investor.

Healy dan Wahlen (1998) membagi motivasi earnings management menjadi tiga, yaitu:

a. Capital Market Motivations

Tersebar luasnya penggunaan informasi akuntansi di kalangan investor dan analis keuangan untuk
menilai saham dapat menciptakan dorongan bagi manajer melakukan manipulasi laba sebagai usaha
untuk mempengaruhi harga saham jangka pendek.
Misalnya saja, beberapa penelitian mengindikasikan bahwa perusahaan akan melakukan income-
decreasing ketika akan melakukan management buyout, namun perusahaan akan melakukan income-
increasing tepat sebelum penawaran saham perdana (IPO) dan penawaran saham tambahan (SEO). Ada
juga perusahaan yang mengelola laba untuk menyamakan laba perusahaan dengan ramalan laba analis
keuangan, investor, atau manajemen.

b. Contracting Motivations

Data akuntansi digunakan untuk mengawasi dan mengatur hubungan kontraktual antara perusahaan
dengan semua stakeholders perusahaannya, baik stock investor, debt investor, ataupun insider investor.
Healy dan Wahlen (1998) membagi contracting motivations menjadi dua, yaitu lending contracts dan
management compensation contracts. Lending contracts dibuat untuk meyakinkan bahwa manajer tidak
melakukan tindakan yang menguntungkan pemegang saham perusahaan tetapi merugikan kreditor,
sedangkan management compensation contracts digunakan untuk mensejajarkan atau menyelaraskan
kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham eksternal.

c. Regulatory Motivations

1. Industry Regulation

Motivations Industri-industri diatur dengan tingkat pengaturan yang berbeda-beda pada masingmasing
industri, misalnya saja industri perbankan dan asuransi yang menghadapi pengawasan yang lebih ketat
oleh pihak regulator. Peraturan perbankan mengharuskan bank mencapai CAR tertentu, sedangkan
peraturan asuransi mengharuskan perusahaan asuransi untuk memenuhi syarat-syarat kesehatan
keuangan minimum. Peraturan-peraturan seperti ini mendorong manajer untuk mengatur laporan
keuangan sesuai dengan kepentingan pihak regulator.

2. Anti-trust and Other

Regulations Manajer perusahaan seringkali menghadapi penyelidikan anti-trust, menghadapi


konsekuensi politik yang tidak menguntungkan, atau mungkin menajer perusahaan itu sedang berusaha
mencari subsidi atau perlindungan dari perintah. Semua hal tersebut mendorong manajer untuk
melakukan earnings management sehingga laba yang dilaporkan kurang menguntungkan.

3. Tax Planning Purposes

Healy dan Wahlen (1998) tidak menjelaskan bagian ini karena menurut mereka earnings management
untuk tujuan perencanaan pajak merupakan bidang tugas otoritas pajak yang memiliki standar sendiri
atau tertentu.

Bentuk Earnings Management

Scott (1997:365) dalam Suyatmin dan Suwarno (2002) menyatakan bahwa earnings management dapat
dilakukan dengan empat bentuk, yaitu:
a. Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat terjadi reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Pada
saat itu, perusahaan akan melaporkan kerugian dalam jumlah besar sehingga diharapkan pada periode
yang akan datang CEO tersebut dapat menunjukkan adanya peningkatan laba.

b. Income Minimization Pola ini terjadi pada saat perusahaan mengalami/memperoleh laba yang tinggi.
Manajemen akan menunda sebagian laba tersebut dan melaporkannya pada periode mendatang, jika
pada periode mendatang, laba diperkirakan akan turun drastis.

c. Income maximization Pola ini terjadi ketika laba perusahaan menurun/rendah. Manajemen akan
berusaha meningkatkan laba supaya mendapat bonus yang lebih besar. Pola ini juga dilakukan oleh
perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.

d. Income Smoothing Pola ini dilakukan oleh perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan
sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih
menyukai laba yang relatif stabil.

EM memiliki dua sisi

Baik: pengiriman informasi pihak dlm perusahaan

Buruk: opportunistik

Sisi Baik Earning Management

1. Kontrak berbasis argumen

Untuk memberikan perusahaan dalam menghadapi beberapa fleksibilitas yang kaku, kontrak tidak
lengkap

Bonus kontrak berdasarkan laba bersih

Standar akuntansi baru dapat menurunkan laba bersih dan / atau volatilitas meningkat dan dapat
mempengaruhi usaha manajer

Utang perjanjian kontrak

Standar akuntansi baru dapat meningkatkan kemungkinan pelanggaran perjanjian hutang

Kontrak pelanggaran mahal, manajemen laba mungkin memiliki cara lebih murah untuk bekerja di
sekitar

2. Investor berbasis argumen

Untuk dipercaya berkomunikasi dalam informasi kepada investor

pemblokirsan komunikasi dapat menghambat pengungkapan langsung dari ekspektasi laba


Accrual discretionary manajemen sebagai cara yang dapat dipercaya mengungkapkan informasi dalam
manajemen tentang harapan pendapatan

Manajer melaporkan pendapatan yang lebih daripada yang dapat dipertahankan

Mengelola laba yang dilaporkan ke manajemen dengan jumlah yang berharap akan bertahan

The Bad Side Earning Management

1. Dari Persetujuan Perspektif, ini dapat mengakibatkan perilaku oportunistik manager menggunakan EM
untuk memaksimalkan bonus mereka, sebagaimana didokumentasikan oleh : Healy (1985)

Dechow, Sloan, dan Sweeney (1996)

2. Pelaporan Keuangan Perspektif Hanna (1999)

Investor dan analis melihat ke pendapatan inti, mengabaikan item luar biasa dan non-recurring
Hanna menemukan bukti bahwa pasar menggunakan frekuensi biaya tersebut sebagai proxy untuk
penyalahgunaan mereka

- ERC frekuensi yang lebih rendah ketika lebih besar

Contoh: Nortel (Teori dalam Praktek 11.1)

Apakah Manajer Merima Efisiensi Pasar Sekuritas?

Mungkin Iya

Pengungkapan yang buruk memungkinkan manajemen laba bahkan jika pasar efisien

Mungkin Tidak

Teori dan bukti bahwa pasar surat berharga mungkin tidak sepenuhnya efisien mendukung jawaban
"tidak"

Bukti bahwa efisiensi tidak diterima:

a. Pro-forma laba

b. Doyle, Lundholm, & Soliman (2003)

c. Mengelola pendapatan kuartal yang sama-tahun sebelumnya Schrand dan Walther (2000)

Dapatkah akuntan mengontrol EM?

Pengungkapan penuh sehingga mengurangi kerentanan terhadap bias perilaku dan mengurangi
kemampuan manajer untuk mengeksploitasi inefisiensi pasar. Misalnya, pelaporan yang jelas kebijakan
pengakuan pendapatan dan deskripsi detaild dari akrual diskresioner utama seperti writedowns dan
ketentuan untuk reorganisasi, akan membawa EM buruk menjadi terbuka, mengurangi kemampuan
manajer untuk memanipulasi dan bias laporan keuangan untuk keuntungan mereka sendiri

Kesimpulan

EM bagus atau jelek, tergantung pd bagaimana digunakan

EM baik bila digunakan dengan bertanggung jawab

Akuntan dpt mengurangi besarnya EM jelek dg mengungkapnya

Pengungkapan ditingkatkan atas pos persistensi rendah & melaporkan efek dari penghapusan
pencatatan (writeoffs).

Anda mungkin juga menyukai