Anda di halaman 1dari 20

I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai : (1) latar belakang, (2) tujuan percobaan, (3)

prinsip percobaan dan (4) aplikasi bidang pangan

1.1. Latar Belakang

Hubungan antara rangsangan fisik dan kesan atau tanggapan psikologis tidak

selalu mudah mengukurnya. Hal ini disebabkan oleh karena besaran tanggapan

psikologis tidak selamanya mudah diukur. Tanggapan psikologis dihasilkan dari

kemampuan fisio-psikologis seorang panelis. Kemampuan-kemampuan inilah

yang menjadi andalan seseorang untuk menjadi seorang panelis (Soekarto, 1985).

Metode pengujian threshold merupakan salah satu metode untuk pengujian

panelis dalam penentuan sensitivitas. Metode ini digunakan untuk menentukan

tingkat konsentrasi terendah suatu substansi yang dapat dideteksi (absolute

threshold) atau perubahan konsentrasi terkecil suatu substansi yang dapat

dideteksi perubahannya (difference threshold). Biasanya substansi yang mau

dikaji dilarutkan dalam air murni, dan panelis diminta untuk menilai sampel mana

yang berbeda dengan air, dalam hal ini air murni juga disajikan sebagai

pembanding (Kartika dkk., 1988).

Metode ini juga dapat digunakan untuk mengenal macam-macam stimulusnya

(recognition threshold), misalnya asin, manis, dan lain-lain. Recognition threshold

umumnya lebih tinggi dari pada absolute threshold

(Kartika dkk., 1988).

Metode ini kadang-kadang juga digunakan untuk seleksi panelis, namun

beberapa peneliti menganggap cara ini kurang tepat dipakai, karena keberhasilan
dalam menguji larutan murni tidak dapat dipakai sebagai kriteria keberhasilan

dalam menguji sampel yang mengandung bermacam-macam zat dengan

konsentrasi yang berbeda, selain itu ada kelemahannya, yaitu pada penentuan

threshold biasanya yang disajikan adalah larutan satu macam substansi,

sedangkan dalam makanan, rasa makanan merupakan campuran berbagai rasa

(Kartika dkk., 1988)

Rangsangan berasal dari benda perangsang atau agen luar itu mengeluarkan

rangsangan yang diterima langsung dan secara spesifik oleh sel-sel peka yang

terdapat pada indera. Sel-sel peka yang menerima oleh sel-sel peka yang terdapat

pada indera. Sel-sel peka yang menerima rangsangan (stimulus) membentuk

susunan yang disebut reseptor. Rangsangan sinar diterima oleh reseptor di mata,

rangsangan suara oleh reseptor telingan, rangsangan panas oleh reseptor kulit.

Satu benda dapat mengeluarkan macam-macam rangsangan pada waktu yang

bersamaan. Jadi rangsangan yang sampai pada reseptor itu ermacam-macam tapi

hanya satu jenis yang diterima oleh suatu indera. Rangsangan itu dapat berupa

mekanis (tekanan, tusukan), fisis (panas, dingin, sinar, warna), kimiawi ( bau-

bauan, atsiri, manis, pedas, dan sebagainya). Pada waktu alat atau organ tubuh

mendapat rangsangan, sebelum terjadi kesadaran (sensation) terjadilah proses

fisiologik dalam organ itu. Proses fisiologik itu dimulai dari reseptor dan

diteruskan pada susunan saraf sensorik atau saraf penginderaan (Soekarto, 1985).
1.2. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan uji threshold adalah untuk melatih kepekaan indra

pencicip/penciuman terhadap berbagai ransangan. Menentukan suatu ambang

mutlak, ambang pengenalan, dan ambang pembedaan, serta ambang batas..

1.3. Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan uji threshold adalah berdasarkan dari sensitivitas

panelis dalam mendeteksi adanya rangsangan terendah yang mulai dapat

menghasilkan kesan

1.4. Aplikasi Bidang Pangan

Pengenalan uji thresold produk pangan ini digunakan dalam bidang pangan,

Aplikasi uji treshold dalam industri pangan adalah untuk menseleksi panelis atau

karyawan yang akan ditempatkan di bagian quality control ataupun research and

development. Aplikasi lainnya adalah apabila kita akan membuat formulasi baru

untuk suatu produk dengan tingkatan konsentrasi yang berbeda maka dapat

dilakukan uji treshold untuk dapat mengetahui sejauh mana konsumen

mengetahui perubahan pengenalan rangsangan yang berasal dari produk baru yang

akan kita buat. Mengetahui ambang batas penting misalnya dalam rangka

penghematan bahan pemanis atau pemakaian zat kimia yang dibatasi oleh

peraturan atau dalam undang-undang yang ada.


II BAHAN, ALAT DAN METODA PERCOBAAN

Bab ini membahas mengenai : (1) bahan-bahan percobaan, (2) alat-alat

percobaan dan (3) metoda percobaan.

2.1.Bahan-bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam uji threshold adalah laruatan garam

dangan konsentrasi 136 (0%), 253 (0.01%), 358 (0.02%), 392 (0.03%), 385

(0,04%), 417 (0.05%), 432 (0,06%), 501 (0,07%), 461 (0,08%), dan 725 (0,09%).

2.2. Alat-alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan cara mengenali sifat-sifat inderawi

makanan adalah sendok plastik, gelas kecil, nampan.

2.3. Metoda Percobaan

Pertama-tama disajikan contoh larutan garam dari konsentrasi 0 sampai 0.09

dengan menggunakan kode tertentu (136, 253, 358, 392, 385, 417, 432, 501,416,

dan 725). Kemudian mencicipi contoh-contoh tersebut, tidak boleh diulang, dan

memberikan tanda (1) untuk contoh yang berbeda dengan kontrol (pelarut murni)

dan tanda (0) untuk contoh yang sama dengan control. Hasil dari pengamatan

tersebut di catat dalam lembar hasil pengamatan.


2.4. Analisis Perhitungan

1. Metode Grafik.

Rumus :

% reaksi positif =

Reaksi positif
x100%
panelis

Berdasarkan grafik pengujian diperoleh :

- Nilai AT (Absolut Treshold) = 50% panelis dapat mendeteksi dengan benar

- Nilai RT (Recognition Treshold) = 75% panelis dapat mengenali rangsangan.

2. Metode Interpolasi

b a
Rumus : X = d x (e - d)
c a

Tabel 1. Contoh perhitungan Interpolasi

Konsentrasi % Reaksi Positif (y)

(x)

d a

(x) b

E c

Keterangan :

a = nilai batas atas % reaksi positif

b = nilai tengah % reaksi positif

c = nilai batas bawah % reaksi positif

d = nilai batas atas konsentrasi

e = nilai batas bawah konsentrasi


III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan (2) Pembahasan

3.1. Hasil Pengamatan

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 1. Grafik Percobaan Treshold


Tabel 9. Hasil Pengamatan Uji Treshold pada Larutan Garam
No Metode AT RT
1 Metode Grafik 0%-0,01 % 0%-0,01 %
2 Metode Interpolasi 0,04 % 0,079 %
(Sumber : Dini Fauziah, Meja 2, 2014)

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa konsenterasi larutan

garam terendah yang mulai dapat dirasakan atau dideteksi oleh 50% panelis

adalah pada konsenterasi 0,04 %, sedangkan konsenterasi larutan garam terendah

yang mulai dapat dikenal oleh 75% panelis adalah pada konsenterasi 0,079%.
3.2.Pembahasan

Aplikasi dalam bidang pangan pengenalan uji thresold produk pangan ini

digunakan dalam bidang pangan, Aplikasi uji treshold dalam industri pangan

adalah untuk menseleksi panelis atau karyawan yang akan ditempatkan di bagian

quality control ataupun research and development. Aplikasi lainnya adalah

apabila kita akan membuat formulasi baru untuk suatu produk dengan tingkatan

konsentrasi yang berbeda maka dapat dilakukan uji treshold untuk dapat

mengetahui sejauh mana konsumen mengetahui perubahan pengenalan

rangsangan yang berasal dari produk baru yang akan kita buat. Mengetahui

ambang batas penting misalnya dalam rangka penghematan bahan pemanis atau

pemakaian zat kimia yang dibatasi oleh peraturan atau dalam undang-undang

yang ada.

Ambang mutlak untuk garam, yaitu 1 bagian garam/400 bagian air atau

0,0025. Ambang mutlak untuk gula, yaitu 1 bagian gula/200 bagian air atau

0,005, sedangkan ambang mutlak untuk asam, yaitu 1 bagian asam/15000 bagian

asam atau 0,006667 (natyalaksmiputri, 2009).

Hasil yang didapatkan jauh berbeda dengan yang seharusnya, hal tersebut

disebabkan karena kepekaan atau sensitivitas tiap panelis berbeda-beda dalam

pencicipan maka hasil pada bentuk kurva pun akan bervariasi. Selain itu dapat

pula disebabkan oleh faktor psikologik, biasanya faktor yang berpengaruh adalah

tendensi sentral, dimana panelis ragu-ragu dalam memberikan penilaian dengan

nilai tinggi dan juga faktor contrast effect dimana panelis memberikan nilai lebih

tinggi atau lebih rendah dari kenyataannya.


Dalam uji threshold ini digunakan sampel berbentuk cairan hal ini

disebabkan karena umumnya cairan kepekaannya lebih tinggi dibandingkan

dengan padatan, tetapi apabila sudah ahli maka akan disesuaikan dengan produk

yang diuji, sampel bisa saja diganti dengan bentuk padatan akan tetapi penilaian

akan lebih sulit karena dalam sampel padatan tidak hanya satu sifat sensorik saja

yang dinilai.

Ambang mutlak garam lebih rendah dibandingkan dengan gula, karena

garam dengan konsentrasi kecil saja sudah dapat terasa, berbeda dengan gula yang

ambang mutlaknya lebih besar.

Pengukuran ambang mutlak didasarkan pada konvensi bahwa setengah atau

50% dari jumlah panelis dapat mengenal atau dapat menyebutkan dengan tepat

akan sifat sensoris yang dinilai. Pengukuran ambang pengenalan didasarkan

pada 75% panelis dapat mengenali rangsangan. Jadi ambang pengenalan

dapat diidentifikasikan sebagai konsentrasi atau jumlah perbandingan terendah

yang dapat dikenali dengan betul (natyalaksmiputri, 2009).

Rasa asin biasanya berasal dari zat-zat ionik yaitu anionik (Cl-, F-, dll) dan

kationik ( Na+, K+, Ca2+, dan NH4). Makan garam terlaulu banyak akan

menimbulkna rasa pahit. Hal ini disebabkan oleh magnesium yang terdapat dalam

garam dapur. Penggunaan garam untuk rasa asin pada makanan biasanya antara

1% sedangkan untuk pengawetan makanan antara 5-15% (Soekarto, 1985).

Hubungan yang terpenting dengan pengecap adalah kecenderungan indera

rasa pengecap untuk melayani sensasi utama tertentu yang terletak di daerah

khusus. Rasa manis dan asin terutama terletak pada ujung lidah, rasa asam pada
dua pertiga bagian samping lidah, dan rasa pahit pada bagian posterior lidah dan

palatum molle (Putri, 2009).

Rasa Pahit

Rasa pahit biasanya juga berasal dari zat-zat non ionik. Contohnya ialah

alkohol,caffein,strychnine,brucine,quinin, beberapa glucasida linamarin dan

beberapa ikatan polynitro seperti asam piktrat. Rasa pahit pada umumnya tidak

dikehendaki. Tetapi untuk beberapa makanan atau minuman diperlukan sedikit

rasa pahit, seperti bir,rokok,kopi dan teh.

Rasa Asam

Rasa asam sebenarnya hanya berasal dari ion hidrogen (H+).Zat-zat yang

dapat berionisasi dan melepaskan ion hidrogen yang hanya dapat menghasilkan

rasa asam.Ion H+ selalu diimbangi dengan adanya anion.Jika anion yang

mengimbanginya OH maka terjadilah netral, karena ion H+ itu segera membentuk

HO dan diturunkan konsentrasinya menjadi tinggal 10. Agar konsentrasi H+ tetap

tinggi, kation tersebut harus diimbangi dengan anioon lain. Dalam hal ini larutan

disebut asam.

Bedasarkan jenis anionnya asam dapat digolongkan menjadi asam organik

dan asam anorganik.Asam organik ialah jika anionnya zat organik (asetat, sitrat)

dan asam anorganik jika anionnya anorganik (Cl -, SO4-, NO3-).

Intensitas rasa masam suatu asam disebabkan olah kecepatan penetrasi asam

ke sel. Meskipun demikian tidak dapat mengkorelasikan penetrasi dengan

keasaman (acidity). Umumnya stimulasi rasa asam berhubungan dengan kenaikan

solubilitas lipoid, dengan bertambahnya panjag rantai , dan dengan gugus-gugus


fungional tertentu yang mengurangi solubilitas air. Masuknya gugus-gugus polar

ke asam-asan organik mengurangi daya penetrasinya dan rupanya juga

kemasamanya.Rasa asam jauh lebih rumit dalam cairan-cairan biologis yang

komplek daripada dalam larutan murni yang sederhana

Metode ini kadang-kadang juga digunakan untuk seleksi panelis, namun

beberapa peneliti juga menganggap cara ini kurang tepat dipakai, karena

keberhasilan dalam menguji larutan murni tidak dapat dipakai sebagai kriteria

keberhasilan dalam menguji sampel yang mengandung bermacam-macam zat

dengan konsentrasi yang berbeda, selain itu ada kelemahannya, yaitu pada

penentuan threshold biasanya yang disajikan adalah larutan satu macam substansi,

sedangkan dalam makanan, rasa makanan merupakan campuran berbagai rasa

(Kartika, 1987).

Uji threshold ini dapat mengetahui absolute threshold dan recognition

threshold. Absolute threshold adalah jumlah benda perangsang terkecil yang dapat

menghasilkan kesan atau tanggapan. Sedangkan recognition threshold adalah

konsentrasi atau jumlah perbandingan terendah yang dapat dikenal dengan tepat.

Nilai threshold yang ditentukan ada dua macam yaitu absolute threshold

(AT) yang ditunjukkan dengan melihat pada grafik jumlah panelis yang

memberikan reaksi positif harus sebanyak 50% dan recombination threshold (RT)

yang ditunjukkan denagn melihat pada grafik jumlah panelis yang memberikan

reaksi positif sebanyak 75% (Kartika, 1987).

Umumnya ambang mutlak (absolute threshold atau AT) pada larutan garam

lebih kecil dibanding dengan ambang mutlak larutan gula. Hal ini karena lidah
manusia lebih sensitif dan lebih peka terhadap kesan rasa asin dibanding dengan

kesan rasa manis. Ambang mutlak yang kecil akan lebih cepat memberikan kesan

dibanding dengan ambang mutlak yang besar.

(Kartika, 1987).

Jika terdapat 60% panelis telah menyatakan positif terhadap rangsangan

tidak masuk AT karena untuk masuk AT terlalu besar sebenarnya AT memiliki

kapasitas minimal 50% sedangkan untuk masuk terlalu kecil RT 75% sehingga

jika kurang dari 75% tidak masuk pada ketentuan AT dan RT.

Grafik threshold yang dihasilkan memiliki bentuk yang tidak beraturan

dimana pada setiap kenaikan konsentrasi tidak selalu terjadi kenaikan pada

persentase reaksi positifnya, ini berarti bahwa panelis yang dapat melakukan

penginderaan kurang memiliki sensitivitas yang cukup baik dan stabil. Tetapi

panelis mampu mendeteksi adanya kesan yang timbul pada konsentrasi terkecil

yang berbeda-beda hal ini disebabkan karena kepekaan atau sensitivitas seseorang

berbeda-beda dan adanya hal-hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan

pengujian tersebut, antara lain :

1. Motivasi. Untuk memperoleh hasil pengujian yang berguna sangat tergantung

pada terpeliharanya tingkat motivasi secara memuaskan. Motivasi yang jelek

ditandai dengan pengujian yang terburu-buru, melakukan pengujian semaunya,

partisipasinya dalam pengujian tidak sepenuh hati. Dengan tidak adanya

pengalaman serta pengujian yang waktunya tidak tentu, maka minat sebagai

penguji tampil secara spontan, sedangkan bila pengujian dilakukan terus menerus

sering terjadi minat akan menurun karena kebosanan. Satu faktor penting yang
dapat membantu tumbuhnya motivasi yang baik ialah dengan mengusahakan agar

panelis merasa bertanggung jawab dan juga berkepentingan pada pengujian yang

sedang dilakukan (Kartika, 1987).

Adanya fasilitas yang memadai, cara pengujian dan jadwal pengujian yang

pasti akan meningkatkan perhatian pada program yang sedang dijalankan. Selain

itu kondisi lingkungan yang menyenangkan ikut berperan pula (Kartika, 1987).

2. Sensitivitas Physiologis. Untuk menjaga sensitivitas panelis berada pada

suatu tingkatan yang diharapkan, perlu dilakukan pencegahan terhadap faktor-

faktor yang dapat mencampuri fungsi indera terutama perasa dan pembauan.

Dalam periode waktu satu hari sensitivitas physiologis seseorang akan

berfluktuasi sehinggga setiap pengujian perlu dipikirkan saat yang paling tepat

serta hal-hal yang dapat mencampuri fungsi normal indera perasa dan pembauan

(Kartika, 1987).

Pengujian bau, umumnya rangsangan bau terindera dalam waktu 20-30 detik.

Tetapi hal inipun tidak pasti, ada kemungkinan setiap orang membutuhkan waktu

adaptasi yang berbeda, begitu pula sesuatu zat membuituhkan waktu yang lebih

lama (Kartika, 1987).

Pengujian rasa, berkumur dengan air tawar merupakan cara yang terbaik

dibandingkan mempergunakan sejenis biskuit, buah apel ataupun roti tawar. Air

kumur harus pada suhu kamar sedang air hangat dapat dipergunakan pada

pengujian bahan yang mengandung lemak. Berkumur diantara sampel tidak mesti

harus dilakukan, terserah pada masing-masing panelis (Kartika, 1987).


3. Kesalahan Psikologis. Pada pengujian yang terutama dilakukan oleh panelis

yang kurang paham dalam tipe pengujian dan bahan yang diuji sering terjadi

kesalahan dalam cara penilaian. Ada beberapa macam kesalahan :

a. Tendensi Sentral. Karakteristik kesalahan ini adalah panelis selalu memberi

nilai tengah pada skala nilai yang ada dan ragu-ragu memberi nilai tertinggi. Efek

dari kesalahan ini adalah menganggap semua sampel yang diuji hampir sama. Hal

ini terjadi akibat panelis tidak mengenal metode pengujian dan produk yang

dinilainya. Seorang panelis yang sudah berpengalaman sangat kecil kemungkinan

untuk membuat kesalahan seperti diatas (Kartika, 1987).

b. Contrast Effect. Hal ini sering terjadi akibat posisi sampel yang dinilai, dimana

suatu sampel dinilai lebih tinggi ataupun lebih randah dari kenyataannya dan

umumnya lebih randah. Untuk mencegah maka pengujian sampel dilakukan

secara acak (Kartika, 1987).

c. Adanya informasi yang diterima panelis sebelum pengujian akan berpengaruh

pada hasilnya. Hal ini disebabkan panelis mengetahui apa yang diharapkan oleh

pemberi instruksi. Kesalahan jenis ini disebut expectation error. Disarankan agar

orang yang banyak berhubungan dengan pengujian tidak dipergunakan sebagai

penguji. Untuk pencegahan maka setiap sampel yang disajikan diberikan kode

berupa angka tiga digit (Kartika, 1987).

d. Pada sampel-sampel yang tidak seragam sering terjadi panelis dipengaruhi oleh

sifat-sifat yang tidak relevan. Misal ; harus membedakan dua sampel dalam hal

tingkat kemanisannya, panelis terpengaruh pada sifat yang lain seperti bentuk,
ukuran, warna. Kesalahan ini dikenal dengan istilah stimulus error (Kartika,

1987).

e. Pada pengujian yang perintahnya kurang jelas, sering terjadi penilaian terhadap

satu sifat dihubungkan dengan sifat lain yang secara logis selalu berkaitan dengan

sifat yang dinilai. Misal suatu jenis makanan yang berwarna hitam akan selalu

dinilai pahit. Hal ini terkenal dengan istilah logical error (Kartika, 1987).

f. Halo effect. Bila ada lebih dari satu sifat yang dinilai misalnya bau, tekstur,

warna, rasa pada suatu saat hasilnya mungkin berbeda bila dibandingkan masing-

masing sifat tersebut dinilai sendiri-sendiri pada saat yang tidak bersamaan

(Kartika, 1987).

g. Sugesty. Hasil penilaian oleh seorang panelis dapat terpengaruh oleh panelis

yang lain. Karena adanya pengaruh ini maka panelis selama pengujiang harus

duduk terpisah satu dengan yang lain. Percakapan dan diskusi tidak

diperkenankan selama pada waktu berlangsungnya pengujian, sehingga sugesti

dari seorang panelis tidak mempengaruhi panelis yang lain (Kartika, 1987).

Pada pengujian ini sulit untuk menggunakan sampel padatan dan sampel

cair yang berwarna. Larutan yang berwarna akan berubah jika konsentrasinya

ditambahkan sehingga ditakutkan terjadinya stimulus error ataupun logical error.

Sedangkan untuk sampel padatan sulit untuk mengubah konsentrasinya karena

dalam keadaan padat.

Terdapat perbedaan hasil yang terjadi dengan hasil yang seharusnya. Hal

tersebut dapat dikarenakan kurangnya sensitivitas indera dari panelis.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengamatan uji threshold kelompok, dapat

disimpulkan bahwa konsentrasi larutan garam terendah yang mulai dirasakan atau

dideteksi oleh 50% panelis adalah pada konsentrasi 0,04% sedangkan konsentrasi

larutan garam terendah yang mulai dapat dikenal oleh 75% panelis adalah pada

konsentrasi 0,079%.

Saran

Pada saat melakukan pengujian sebaiknya panelis meminum air terlebih

dahulu sebelum pergantian sampel, selain itu diharapkan panelis tidak sedang

dalam gangguan penyakit yang menyerang indera sehingga pengujian lebih

efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2012), Jenis-Jenis Campuran dan Bentuk Campuran, http://


kamusq. blogspot.com, Diakses: 14 Maret 2014.
Kartika, B ; Hastuti, P dan Supartono, W, (1987), Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Yogyakarta.
Natyalaksmiputri, (2009), Uji Ambang Batas (THRESHOLD TEST),
http://natyalaksmiputri.wordpress.com, Akses : 14 Maret 2014.
Soekarto, S.T., (1985), Penilaian Organoleptik, Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
Winarno, F.G., (2002), Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Natyalaksmiputri, (2009), Uji Ambang Batas (THRESHOLD TEST),
http://natyalaksmiputri.wordpress.com, Akses : 14 Maret 2014.
LAMPIRAN

Tabel 10. Hasil Pengamatan Uji Treshold Mandiri


Kode Sampel Intensitas
253 1
392 1
417 1
358 1
385 1
136 0
461 1
725 1
432 1
501 1
(Sumber: Dini Fauziah, Meja 2, 2014)

Tabel 11. Hasil Pengamatan % Reaksi Positif


Konsentrasi (%) (x) Jumlah Reaksi Positif % Reaksi Positif (y)
0 4 23.5
0,1 15 88,23
0,2 17 100
0,3 17 100
0,4 17 100
0,5 17 100
0,6 17 100
0,7 17 100
0,8 17 100
0,9 17 100
(Sumber: Dini Fauziah, Meja 2, 2014)

reaksi positif
Rumus: % Reaksi Positif 100%
panelis

Perhitungan:
4
% Reaksi Positif 0 100% 23.5
17
15
% Reaksi Positif 0,1 100% 88,23
17
17
% Reaksi Positif 0,2 100% 100
17
17
% Reaksi Positif 0,3 100% 100
17
17
% Reaksi Positif 0,4 100% 100
17
17
% Reaksi Positif 0,5 100% 100
17
17
% Reaksi Positif 0,6 100% 100
17
17
% Reaksi Positif 0,7 100% 100
17
17
% Reaksi Positif 0,8 100% 100
17
17
% Reaksi Positif 0,9 100% 100
17
1. Metode Grafik

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 1. Grafik Percobaan Treshold


Berdasarkan Grafik di atas maka dapat diketahui:

a. Hasil Absolute Threshold (AT) = 0-0,01

b. Hasil Recognition Threshold (RT) = 0-0,01

2. Metode Interpolasi
Tabel 12. Reaksi Positif untuk Absolute Threshold
Konsentrasi (X) % Reaksi Positif (Y)
0 (d) 23,5 (a)
AT (x) 50 (b)
0,01 (e) 88,23 (c)

b a
xd e d
c a
50 23,5
AT 0 0,01 0
88,23 23,5
AT 0,04

Tabel 13. Reaksi Positif untuk Absolute Threshold


Konsentrasi (X) % Reaksi Positif (Y)
0 (d) 23,5 (a)
RT (x) 75 (b)
0,01 (e) 88,23 (c)

b a
xd e d
c a
75 23,5
RT 0 0,01 0
88,23 23,5
RT 0,079

Untuk Recognition Threshold tidak perlu melakukan interpolasi karena

sudah ada pada hasil pengamatan dan hasilnya tidak rancu yaitu pada konsentrasi

7. Berdasarkan hasil perhitungan interpolasi didapatkan :

a. Hasil Absolute Threshold (AT) = 0,04

b. Hasil Recognition Threshold (RT) = 0,079

Anda mungkin juga menyukai