Anda di halaman 1dari 12

1

PENDAHULUAN MENGENAI

STUDI KELAYAKAN BISNIS

Kelas : A

Disusun oleh

Nadya Adistya Susanto 1513010036

Eleonora Delonix Regia 1513010037

Nabillah Farras Luthfi 1513010038

M Amrizal Umam 1513010039

Rochmad Prasetyo 1513010040

Erik Prambudhi S 1513010047


2

Laurensius Bima Sakti 1513010044

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini hampir setiap sektor usaha yang didirikan ataupun dikembangkan selalu
didahului dengan kegiatan studi kelayakan bisnis. Kesalahan dalam melakukan studi
kelayakan bisnis akan mengakibatkan resiko dan kerugian yang sangat besar. Studi kelayakan
bisnis terdiri dari berbagai aspek antara lain, aspek hukum,aspek lingkungan, aspek pasar dan
pemasaran, aspek tekhnis dan tekhnologi, aspek manajemen SDM, dan yang terakhir aspek
keuangan.

Dalam memulai studi kelayakan bisnis pada umumnya dimulai dari aspek hukum,
walaupun banyak juga yang memulai dari aspek lainnya. Hal ini sangat tergantung dari
kesiapan masing-masing penilai studi kelayakan tersebut. Penilaian atas aspek hukum sangat
penting meningat sebelum usaha tersebut dijalankan, segala prosedur yang berkaitan dengan
izin atau berbagai persyaratan lain harus terlebih dahulu dipenuhi.

Bagi penilai studi kelayakan bisnis, dokumen yang perlu diteliti keabsahan,
kesempurnaan dan keasliannya meliputi badan hukum, perizinan yang dimiliki, sertifikat
tanah maupun dokumen pendukung lainnya. Masalah yang timbul kadang kala sangat vital,
sehingga usaha yang semula dinyatakan layak dari semua aspek, ternyata menjadi sebaliknya.
Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya ketelitian dalam penilaian di bidang hukum
sebelum usaha tersebut dijalankan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari analisis aspek hukum dalam studi kelayakan bisnis yaitu untuk meneliti
keabsahan, kesempurnaan dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki.
3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Studi Kelayakan Bisnis

Saat ini Studi kelayakan mempunyai arti penting bagi perkembangan dunia usaha.
Beberapa proyek yang gagal di tengah jalan, bisnis yang berhenti beroperasi, dan kredit yang
macet di dunia perbankan, serta kegagalan investasi lainnya merupakan bagian dari tidak
diterapkannya studi kelayakan secara konsisten. Secara teoritis, jika investasi dimulai dengan
studi kelayakan yang benar, resiko kegagalan dan kerugian dapat dikendalikan dan
diminalkan sekecil mungkin.

Studi kelayakan merupakan salah satu mata kuliah terapan yang bersifat aplikatif.
Studi kelayakan merupakan ilmu yang dibangun atas disiplin ilmu lainnya, produksi/operasi,
pemasaran, sumber daya manusia, aspek hukum dalam bisnis, dan keuangan. Sebelumnya,
penilaian kelayakan terhadap sebuah investasi dilakukan sacara parsial dan lebih menekankan
aspek finansial. Namun pada kenyataannya, bisnis tidak hanya ditunjang oleh aspek finansial,
tetapi juga aspekaspek lain yang bahkan saling bergantungan (interdependen) antara aspek-
aspek bisnis tersebut akan membentuk sistem bisnis. (Subagyo, 2007, p3-4)

2.1.1 Definisi Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Wikipedia Indonesia, Studi Kelayakan Proyek atau Bisnis adalah penelitian
yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya,
aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan
keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan
hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat
dikerjakan atau ditunda dan bahkan ditidak dijalankan.

Menurut Umar, Husein (2007, p8), Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis
dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan
yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk
baru.
4

Menurut Kamaluddin (2004, p1-2), Studi Kelayakan Bisnis (dalam arti sempit) adalah
suatu penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan pertimbangan akan
mendapatkan manfaat ekonomis suatu bisnis. Pengertian tersebut mempunyai tendensi bagi
pelaku bisnis yaitu profit artinya jika hasil penelitian dari bisnis yang dilakukan memberikan
tambahan kekayaan bagi pelaku bisnis, maka bisnis dianggap menguntungkan dengan
demikian ia akan mengambil (menjalankan) bisnis tersebut. Sebaliknya, jika hasil penelitian
cenderung menunjukkan pengurangan kekayaan bagi pelaku bisnis, maka ia akan
meninggalkan bisnis tersebut, karena bisnis tersebut tidak menguntungkan.

Menurut Subagyo, Ahmad (2007, p6), Studi Kelayakan bisnis adalah studi kelayakan
yang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam pengembangan sebuah usaha.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2007, p6), Studi Kelayakan Bisnis adalah suatu kegiatan
yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan,
dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Layak disini diartikan
juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi
juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas.

2.1.2 Aspek-Aspek Penilaian Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Subagyo, Ahmad (2007, p55), aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah
bidang kajian dalam studi kelayakan tentang keadaan objek tertentu dari fungsi-fungsi bisnis
(marketing, operasi, manajemen/SDM, hukum, lingkungan dan keuangan). Pelaksanaan studi
dan penelitian atas fungsi-fungsi bisnis tersebut terkadang disesuaikan dengan kebutuhan dari
analis maupun stakeholder.

Berdasarkan disiplin ilmu dasarnya, pembagian dan pengkajian aspek-aspek dalam


studi kelayakan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1) Aspek primer, yang merupakan aspek utama dalam penyusunan studi kelayakan. Aspek
primer ini ada dalam semua sektor usaha, baik pabrikasi (manufacturing), perdagangan
(trading), maupun jasa (service). Aspek primer ini terdiri atas:

a. Aspek pasar dan pemasaran (marketing)

b. Aspek teknis dan teknologis (produksi/operasi)

c. Aspek manajemen dan organisasi (SDM)

d. Aspek hokum
5

e. Aspek ekonomi dan keuangan (keuangan)

2) Aspek sekunder, adalah aspek pelengkap yang disusun berdasarkan permintaaan


instansi/lembaga yang terkait dengan objek studi, misalnya aspek analisis mengenai
dampak lingkungan. Pada umumnya aspek ini dipersyaratkan dalam studi kelayakan yang
objeknya menyangkut sumber daya alam, seperti proyek pembangunan perumahan (real
estate), pembangunan pabrik pengolahan (pabrik tapioka, plywoods, kertas, dan
sebagainya). Aspek sosial biasanya dipersyaratkan untuk pembangunan sarana dan
prasarana publik yang didanai pemerintah ataupun donator internasional.
6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Badan Hukum Usaha

Di Indonesia terdapat berbagai jenis badan hukum tetapi dalam praktenya jenis badan
hukum yang ada di Indonesia meliputi:

3.1.1 Perusahaan Perseorangan

Perusahaan perseorangan merupakan perusahaan yang hanya dimiliki


perseorangan atau hanya seorang saja. Pemiliknya memiliki tanggung jawab yang
tidak terbatas atas utang-utang perusahaan dan berkuasa penuh atas pengelolaan dan
pengendalian perusahaan. Tanggung jawab tidak terbatas artinya bahwa orang
tersebut (pemilik) bertanggung awab atas kewajiban atau utang-utangnya dengan
mengorbankan modal yang dimasukkannya ke dalam perusahaan tersebut dengan dan
dengan seluruh milik pribadinya. Perusahaan perseorangan ini paling banyak terdapat
di Indonesia karena bentuknya sederhana dan mudah mendirikannya. Karena bentuk
dari perusahaan perseorangan yang sederhana sehingga pendiriannya tidak
memerlukan syarat khusus, sebagaimana badan usaha lainnya.

3.1.2 Firma

Perseroan firma merupakan salah satu organisasi bisnis, di mana dilakukan


perjanjian antara dua orang atau lebih untuk melakukan kerjasama dengan tujuan
memperoleh keuntungan bersama. Pendirian firma harus resmi, artinya harus dibuat di
depan Notaris dan terdaftar di pengadilan. Oleh karena itu pendirian firma lebih sulit
dibanding dengan perusahaan perorangan. Setiap anggota firma harus menyerahkan
seluruh atau sebagian kekayaannya kepada perusahaan dan harus tercantum dalam
akte pendirian organisasi, dibuat di hadapan notaris, didaftarkan di Pengadilan dan
diumumkan di Berita Negara.

Apabila organisasi firma memperoleh keuntungan, maka akan dibagi


berdasarkan berbandingan yang telah disetujui bersama oleh anggota firma,
sedangkan apabila terjadi kerugian, maka seluruh anggota firma harus menanggung
7

secara bersama-sama, dan bilamana perlu dengan seluruh kekayaan pribadinya.


Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan Firma
adalah persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan
memakai nama bersama. Persekutuan Firma merupakan bagian dari persekutuan
perdata, maka dasar hukum persekutuan firma terdapat pada Pasal 16 sampai dengan
Pasal 35 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan pasal-pasal lainnya
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang terkait. Dalam
Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa persekutuan firma harus didirikan dengan akta
otentik tanpa adanya kemungkinan untuk disangkalkan kepada pihak ketiga bila akta
itu tidak ada. Pasal 23 KUHD dan Pasal 28 KUHD menyebutkan setelah akta
pendirian dibuat, maka harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana
firma tersebut berkedudukan dan kemudian akta pendirian tersebut harus diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

3.1.3 Perseroan Kamanditer (CV)

Bentuk perusahaan komaditer disebut juga CV (Commanditer Vennotschap).


Persekutuan komanditer adalah bentuk badan usaha yang merupakan perluasan firma
dimana pemilik firma ingin menambah modal dengan mencari kerja sama dengan
orang lain yang berminat terhadap perusahaannya tanpa ikut memimpin perusahaan.
Anggota yang memimpin atau menjalankan perusahan dan bertanggung jawab penuh
atas utang-utang perusahaan disebut sekutu aktif, sedangkan anggota yang hanya
menyertakan modalnya kepada yang memimpin atau menjalankan perusahaan tanpa
ikut memimpin perusahaan atau menjalankan perusahaan tanpa ikut memimpin
perusahaan disebut sekutu diam atau komanditer. Tanggung jawab anggota
komanditer terbatas pada modal yang diikutsertakan pada perusahaan.

3.1.4 Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan prjanjian


untuk melakukan kegiatan usaha dengan modal tertentu, yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-uundang
serta peraturan pelaksanaannya.

Perseroan terbatas dapat dibagi menjadi:


8

PT terbuka: perseroan terbatas yang menjual sahamnya kepada masyarakat


melalui pasar modal (go public). Jadi sahamnya ditawarkan kepada umum,
diperjualbelikan melalui bursa saham dan setiap orang berhak untuk membeli
saham perusahaan tersebut.

PT tertutup: perseroan terbatas yang modalnya berasal dari kalangan tertentu


misalnya pemegang sahamnya hanya dari kerabat dan keluarga saja atau kalangan
terbatas dan tidak dijual kepada umum.

3.1.5 Perusahaan Negara

Perusahaan Negara adalah perusahaan yang memiliki modal sebagian atau


seluruhnyamerupakan harta atau kekayaan Negara yang ipisahkan dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBN) dan didirikan berdasar undang-undang.
Perusahaan Negara dipimpin oleh seorang kepala atau direksi yang diangkat oleh
pemerintah.

3.1.6 Yayasan

Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan yang
bersifat sosial serta tidak mencari keuntungan. Pendirian yayasan dilakukan dengan
akta notaries dan dan mempunyai status badan hukum setelah akta pendirian
mempereloleh pengesahan dari menteri kehakiman atau pejabat yang ditunjuk.
Yayasan yang telah memperoleh pengesahan diumumkan dalam berita Negara.
Pendirian yayasan didasarkan atas PP No. 63 Tahun 2008 tentang yayasan. Yayasan
memiliki pengurus dan harta milik pengurus dipisahkan dari harta yayasan.

3.1.7 Koprasi

Koprasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki orang seorang demi


kepentingan bersama. Koprasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsif gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Pendirian koprasi didasarkan
pada UU No. 25 Tahun 1995 tentang koprasi yang melalui akta pendirian setelah
memperoleh pengesahan pemerintah dan diumumkan dalam berita Negara.
9

3.2 Jenis Izin Usaha

Dalam memulai suatu usaha atau mendirikan bisnis memerlukan berbagai macam
persiapan, salah satunya adalah kelengkapan unsur legalitas dari usaha tersebut. Dalam suatu
usaha faktor legalitas ini berwujud pada kepemilikan izin usaha yang dimiliki. Dengan
memiliki izin usaha maka kegiatan usaha yang dijalankan tidak disibukkan dengan isu-isu
penertiban atau pembongkaran. Manfaat yang diperoleh dari kepemilikan izin usaha tersebut
adalah sebagai sarana perlindungan hukum. Dokumen dan izin usaha diperlukan dengan
tujuan untuk melindungi kepentingan perusahaan itu sendri dari berbagai hal.

3.2.1 Tanda Daftar Perusahaan (TDP)


Tanda daftar perusahaan adalah bukti bahwa perusahaan/badan usaha telah
melakukan wajib daftar perusahaan berdasar UU No. 3 Tahun 1982 tentang wajib
daftar perusahaan. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) wajib dimilki oleh
perusahaan/badan usaha Penanaman Modal Asing (PTPMA), PT Non PMA, CV,
Koperasi, Firma atau perusahaan perorangan yang dikeluarkan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota/Kabupaten cq. Kantor Pendaftaran Perusahaan.
Prosedur permohonan
Bagi permohonan TDP badan usaha/perusahaan PT-PMA, PT Non PMA, dan
yayasan maka badan usaha/perusahaan harus terlebih dahulu mendapatkan
pengesahan akta pendirian/perubahan dari Menteri Kehakiman & HAM RI,
atau persetujuan dan atau setelah tanggal penerimaan laporan.
Bagi permohonan TDP badan usaha koperasi maka badan usaha/perusahaan
harus terlebih dahulu mendapatkan pengesahan akta pendirian/perubahan dari
instansi terkait.
Bagi permohonan badan usaha/perusahaan CV atau perusahan perorangan
maka badan usaha/perusahaan harus terlebih dahulu didaftarkan kepengadilan
negeri setempat sesuai dengan domisili perusahaan.
Perusahaan mengambil formulir, mengisi, menandangani permohonan dan
mengajukan permohonan TDP pada kantor dinas perindustrian dan
perdagangan kota/kabupaten. Kantor pendaftaran perusahaan, sesuai domisili
perusahaan.
Petugas dari kantor pendaftaran perusahaan akan memeriksa dan meneliti, jika
memenuhi syarat wajib daftar perusahaan, maka sertifikat tanda daftar
perusahaan akan dikeluarkan.
10

Persyaratan
Copy ijin persetujuan investasi dari BKPM untuk PMA/PMDN (asli
diperlihatkan)
Copy akta pendiran (asli diperlihatkan)
Copy perubahan-perubahannya termasuk perubahan modal, kepemilikan
saham dan perubahan pengurus (asli diperlihatkan)
Asli SK. Menteri Hukum & HAM RI dan laporan perubahan akta
Copy surat keterangan domisili perusahaan (asli diperlihatkan)
Copy SIUP/SIUJPT/SIUPAL atau izin operasional Lainnya (asli diperlihatkan)
Copy KTP pengurus (direksi & komisaris) atau pasport jika pengurus adalah
WNA
Copy KTP pemegang saham atau pasport jika WNA atau NPWP dan SK
Menteri Kehakiman apabila pemegang saham adalah PT, koperasi atau
yayasan
Copy pasport jika pengurus dan pemegang saham warga negara asing
Asli TDP untuk perubahan atau perpanjangan

3.2.2 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


Nomor pokok wajib pajak adalah nomor yang diberikakan kepada wajib
pajaksebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakan. Syarat untuk mendapatkan NPWP bagi badan usaha adalah:
Fotokopi akte pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan
penunjukkan dari kantor pusat bagi BUT.
Fotokopi KTP bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau
Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif.
Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang
minimal Lurah atau Kepala Desa.
11

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Untuk memulai studi kelayakan bisnis , umumnya dimulai dari aspek hukum,
walaupun banyak yang melakukan dari aspek lainnya tergantung dari kesiapan masing-
masing perusahaan. Secara umum, dokumen-dokumen yang akan diteliti sehubungan dengan
aspek hukum adalah:

Bentuk badan usaha.

Bukti diri.

Tanda daftar perusahaan.

Nomor pokok wajib pajak.

Izin-izin perusahaan.

Keabsahan dokumen lainnya.

Penelitian kelapangan diperlukan untuk mengecek kebenaran data atau informasi


yang dibutuhkan. Untuk menguji kebenaran dan keabsahan dokumen dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:

Mendatangi sumber informasi yang berhak mengeluarkan surat atau dokumen yang
diperlukan.

Mencari informasi dari laporan, koran, majalah atau perpustakaan yang memuaat
informasi yang relevan dengan analisis yang dilakukan.
12

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir dan Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008.

Tanjung, Baharuddin Nur. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi, dan Tesis).
Medan: Kencana Prenada Media Group, 2005.

Ahman, Rinota. Wawancara. Stabat. 16 Desember 2009.

http://abdullahmubarroq.blogspot.com/2012/07/makalah-studi-kelayakan-bisnis.html

Anda mungkin juga menyukai