PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2. Gejala
1. Infeksi
2.3 Pengkajian
2.3.1 Subjektif
Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan
cairan yang banyak secara tiba tiba dari jalan lahir. Cairan berbau
khas, dan juga perlu diperhatikan warna, keluar cairan tersebut his
belum teratur atau belum ada dan belum ada pengeluaran lendir
darah.
2.3.2 Objektif
Inspeksi pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya
cairan dari vagina.
2.5 Diagnosa KPSW
a. Untuk menegakkan diagnosis dapat di ambil pemeriksaan :
1. Inspekulo untuk mengambil cairan pada forniks posterior :
a. Pemeriksaan Lakmus yang akan berubah menjadi biru
sifat basa
b. Fren tes cairan amnion
Jangan lakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak
membantu diagnosa dan dapat mengundang infeksi.
2. Pemeriksaan USG untuk mencari :
1. AFI (amniotic fluid index)
2. Aktivitas janin
3. Pengukuran BB janin
4. DJJ
b. Membuktikan kebenaran ketuban pecah dengan jalan :
1. Aspirasi air ketuban untuk dilakukan :
a. Kultur cairan amnion
b. Pemeriksaan interleukin
c. Alfa fetoprotein
2. Penyuntikan indigo karmin ke dalam amnion serta melihat
dikeluarkannya pervaginal
(Manuaba, Ida Bagus Gde, 2007)
2.6 Penatalaksanaan
1. Konservatif
b. Tindakan aktif
Tindakan aktif adalah partus pervaginam dengan atau tanpa
induksi.
Oksitosin, partus pervaginam dengan embriotomi dan seksio
caesarea. Tindakn aktif yang dilaksanakan antara lain :
1. Kehamilan < 32 minggu (taksiran berat janin < 2000 gram)
a. Janin mati dengan letak lintang maupun memanjang
dilakukan partus pervaginam dengan induksi oksitosin.
b. Janin hidup dengan letak memanjang dilakukan partus
pervaginam dengan induksi oksitosin.
c. Janin hidup dengan letak lintang memanjang dilakukan
persalinan dengan seksio sesarea.
2. Kehamilan < 32-36 minggu (taksiran berat janin, 2000-2500 gram)
a. Janin mati jika letak lintang : partus pervaginam dengan
embriotomi. Janin letak memanjang : partus pervaginam
dengan induksi oksitosin.