I. PENDAHULUAN
Trauma okuli merupakan salah satu masalah kesehatan dunia.
Meskipun termasuk kasus yang masih dapat dicegah, trauma okuli tetap
unilateral di seluruh dunia terutama pada anak dan dewasa muda. Dewasa muda
raga, dan kecelakaan lalulintas merupakan keadaan keadaan yang paling sering
menyebabkan trauma mata. Tetapi, lebih banyak usaha dan rujukan dilakukan
secara klinis atau penanganan bedah suatu trauma okuli dibandingkan dengan
memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar.
Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola, namun mata dan kelopak,
saraf mata dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau
perforans terjadi ketika integritas bola mata rusak akibat trauma tumpul atau
1
dengan cara yang sama pada situasi akut. Trauma okuli perforans adalah
Secara garis besar trauma okular dibagi dalam beberapa kategori : trauma
tumpul, trauma tajam/ trauma tembus bola mata, trauma kimia dan trauma
radiasi.2
II. INSIDEN
hidupnya. Pada penelitian ini, lebih ditemukan lebih dari setengah kasus
lebih beresiko untuk terjadi trauma okuli dibandingkan di tempat kerja dan
(41,6%), benda asing pada mata bagian luar (25,4%), kontusio pada mata dan
adneksa (16.0%), luka terbuka pada mata dan adneksa (10,1%), fraktur dasar
2
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata
Gambar 1
Gambar anatomi bola mata.
Dikutip dari kepustakaan no.6
Gambar 2
Potongan sagital bola mata.
Dikutip dari kepustakaan no. 7
3
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
sclera.
dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah jika terjadi
uvea ini terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil
yang oleh tiga susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam
bola mata. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara
retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut
ablasi retina.
sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti
4
sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan airmata diseluruh
prekornea.1
dibawahnya.
sebanding dengan Kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke
5
0,65mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5mm. Dari anterior ke posterior
limbus, humor aquaeus, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan
6
Gambar 5
Zona Topografi kornea
Dikutip dari kepustakaan no.8
IV. KLASIFIKASI
1. Trauma Mekanikal
a. Trauma palpebra
c. Laserasi konjungtiva
d. Erosi kornea
2. Trauma Kimia
3. Trauma Radiasi
Trauma mata terbagi dua yaitu trauma mata tertutup bila tidak
7
trauma terbuka bila melewati seluruh struktur dinding bola mata (full
a. Kontusio
a. Ruptur
Ruptur bola mata merupakan luka pada seluruh dinding bola mata
karena sebuah objek dari luar yang tumpul (blunt) namun efek
trauma dari objek tersebut bukan hanya pada area lokal yang
bersentuhan tetapi juga di area lain pada bola mata. Energi yang
b. Laserasi:
Penetrasi
8
Intraocular foreign body (IOFB)
Perforasi
Gambar 6
Klasifikasi Trauma Okuli berdasarkan BETT. Yang berkotak tebal adalah
diagnosa klinis. (Dikutip dari kepustakaan 11)
9
Gambar 7.
Diagnosa klinis berdasarkan jenis objek penyebab trauma
(Dikutip dari kepustakaan 11)
V. PATOFISIOLOGI
Ruptur bola mata dapat terjadi ketika objek tumpul menekan orbita
robekan sklera. Ruptur akibat trauma tumpul sering kali terjadi pada daerah-
daerah tertipis pada sklera, pada insersi otot-otot ekstraokular, pada limbus dan
perforasi bola mata secara langsung. Benda asing yang kecil dapat melakukan
penetrasi pada bola mata dan menetap di dalam bola mata. Kemungkinan untuk
terjadi bola mata harus dipikirkan dan disingkirkan selama evaluasi dari
10
seluruh trauma orbita tumpul dan penetrasi, dan juga pada semua kasus yang
yaitu:4
1. coup,
2. countercoup,
3. equatorial, dan
4. global reposititioning.
diteruskan melalui okuler dan struktur orbita. Akibat dari trauma ini, bagian
equator dari bola mata cenderung mengambang dan merubah arsitektur dari
okuli normal. Pada akhirnya, bola mata akan kembali ke bentuk normalnya,
Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan permukaan
luar bola mata (konjungtiva) yang disebabkan oleh benda asing. Meskipun
demikian kebanyakan trauma ini adalah kecil, seperti penetrasi pada kornea
dan pembetukan infeksi yang berasal dari terputusnya atau perlengketan pada
kornea yang mana hal ini dapat menjadi serius. Benda asing dan aberasi di
kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan
11
serupa. Fluoresens akan mewarnai membran basal epitel yang terpajan dan
dapat memperjelas kebocoran cairan akibat luka tembus (uji Seidel positif).1
a. Konkusio, yaitu trauma tumpul pada mata yang masih reversibel, dapat
a. Tanpa perforasi
c. Agen kimia
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam
bola mata, maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti :2,6
refrakta secara langsung atau tidak langsung akibat ruma tembus tersebut.
12
c. Tekanan bola mata rendah akibat keluarnya cairan bola mata.
h. Terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris lensa, badan kaca
atau retina.
VII.DIAGNOSIS 3,12
a. Sifat Cedera
5. Penangganan sebelumnya
1. Diagnosa
13
2. Penggunaan obat tertentu
3. Alergi obat
5. Tetanus profilaksis
sebelum dan segera setelah trauma terjadi. Harus dicatat apakah gangguan
B. Pemeriksaan Fisis
intraokuler.8
14
C. Pemeriksaan Penunjang9,13
1. USG B-scan
objek asing yang masih tersisa pada bola mata. Selain itu, pemeriksaan
ini juga dapat menilai kondisi posterior bola mata apa ada terjadi ablasi
2. CT-Scan
dengan teliti apa ada kedangkalan pada bilik mata depan, dislokasi
VIII. PENATALAKSANAAN 8
Pre-Operatif
3. Berikan obat yang sesuai untuk sedatif, dan juga control kesakitan
4. Intravena antibiotik
Non-Operatif
15
1. Tirah baring sempurna (bed rest total)
diangkat(beri alas bantal). Hal ini akan mengurangi tekanan darah pada
perdarahannya
2. Bebat mata
Hal ini mengurangi pergerakan bola mata yang sakit, serta menghindari
bola mata dari paparan benda asing yang dapat memperparah serta
3. Pemakaian obat-obatan
perdarahan
Penanganan Operatif
16
Keduanya adalah untuk mengembalikan penglihatan pasien semaksimal
a. Anestesi umum
b. Insisi
b. Katarak traumatik
Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun
tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul
17
akan terlihat katarak subkabsular anterior ataupun posterior. Kontusio
lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk
dapat menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup
c. Glaukoma sekunder
d. Ablasi retina
pada penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk
terjadinya ablasi retina ini seperti retina tipis akibat retinitis semata,
myopia, dan proses degenerasi retina lainnya. Lepasnya retina atau sel
kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan
gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung
X. PROGNOSIS
18
Prognosis trauma okuli perforans bergantung pada banyak faktor, seperti:2
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Augsburger J, Asbury T. Ocular & Orbital Trauma. In: Vaughan &
Asbury's General Ophthalmology, 16th ed.; San Fransisco: McGraw-Hill;
2004. P.: 371-9.
2. Ilyas S. Trauma Mata. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi 3; 2004. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal ; 259-76
4. Rapon JM. Ocular Trauma Management For The Primary Care Provider.
Avilable from http://.opt.pacificu.edu//cc/catalog/10310-SD/triage.htm.
Accessed; 19 Februari 2014
6. Zorab RA, Straus H, Dondrea, et.al. The Eye. In: Fundamental and Principles
of Ophtalmology. Section 2. International ophtalmology american academy of
ophtalmology.;2008-2009. p.43
7. Sutphin EJ, Dana MR, et.al. External Disease and Kornea. Section 8.
International ophtalmology american academy of ophtalmology. The Eye
M.D;2008-2009. p.9, p.38-9, p.407-18
8. Khaw PT, Elkington AR. ABC of EYES. Fourth edition. BMJ Publishing
Group. 2004. p.29-32
10. Lang GK. Ophtalmology : A Short Text Book. Thieme Stuttgart. New York.
2000. P.497-513
20
14. Stein R and Stein H. Traumatic Red Eye. In: Management of ocular
emergencies. Montreal: Mediconcept Inc. P. 45-58.
21