Lap Praktek Mektan II (2007)
Lap Praktek Mektan II (2007)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan
Laporan praktikum ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa jurusan
teknik sipil fakultas teknik sipil Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, untuk
tentang sifat sifat tanah yang mendalam. Disamping itu kami tidak lupa
laporan ini.
3. Serta kepada rekan rekan semua atas kerjasamanya sehingga terbentuk laporan
Akhir kata, kami mengharapkan semoga dengan telah disusunnya buku ini
Laboratorium.
Semarang,
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR ABSENSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
RINGKASAN
PENUTUP
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
perancangan pondasi, terlebih dahulu harus kita ketahui dan sifat tanahnya, baik
tanah sebagai bahan yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari berat bumi.
Hal ini dimaksudakan agar bangunan diatas pondasi tersebut dapat berdiri dengan
Pada praktikum Mekanika Tanah yang dilakukan ada dua jenis tahap
penyelidikan yaitu :
laboratorium
pemadatan di lapangan.
dukung tanah
1. Soil Test
2. Grain Size
3. Hydrometer
4. Permeability
5. Atterberg Limit
6. Cone Penetrometer
1. Proctor Test
2. CBR
3. Triaxial
4. Unconfined Test
5. Konsolidasi
6. Direct Shear
dan laboratorium maka kita dapat mengetahui sifat, keadaan, dan struktur tanah
dengan jelas, sehingga akan dapat dipilih jenis pondasi yang paling tepat guna dan
* SONDIR
Untuk mengetahui nilai tahanan ujung (qc) dan gesekan selimutnya (fs),
mengetahui perlawanan penetrasi konus dan perlawanan geser tanah serta untuk
* UNCONFINED COMPRESSION
Untuk menentukan kekuatan tekan bebas ( tanpa ada tekanan horizontal), dan
* SAND CONE
Untuk mengetahui kepadatan ditempat dari lapisan tanah atau perkerasan yang
telah dipadatkan.
Untuk mendapatkan berat isi kering maksimum (b) maks, kadar air optimum (w),
serta berat isi kering maksimum (d) maks, pada uji pemadatan di laboratorium.
* GRAIN SIZE
Untuk mengetahui distribusi tanah yang tertahan pada masing-masing sieve ( yang
Untuk mengetahui batasbatas konsistensi tanah baik batas cair ( liquidity limit ),
* DIRECT SHEAR
Bertujuan untuk mengetahui sudut geser dalam () dan kohesi tanah (c).
* HYDROMETER
Untuk mengetahui distribusi butiran tanah yang lolos saringan no. 200.
* CONSOLIDATION TEST
tekanan pra konsolidasi (Pc) tanah dan besarnya nilai koefisien konsolidasi (Cv), serta
PERCOBAAN BOORING
I. LATAR BELAKANG
Dalam ilmu teknik sipil kita sering menghadapi atau mempelajari ilmu
Mekanika Tanah yang mencakup tentang kelakuan kondisi tanah yang berbeda
berkualitas baik.
kedalaman ?
undistrub ?
III. TUJUAN PENELITIAN
Bor tangan.
Bor tangan terdiri atas dua bagian yaitu bagian atas dan bawah,
hanya untuk bahan yang lunak. Macam bor tangan : iwan besar,
Terdiri dari :
Alat yang dapat memutar stang bor hingga dapat memberikan
gaya kebawah.
tadi.
pengambilan sampelnya.
Core barrels
ton (67,5 kh) yang dijatuhkan dari ketinggian 30 inchi (75 cm).
untuk percobaan lain karena diameter terlalu kecil dan tidak dapat
Sangat lepas 04
Lepas 4 10
Agak lepas 10 30
Padat 30 50
Lunak 24
Medium 48
Agak kenyal 8 15
Sangat kenyal 15 30
Keras > 30
Tujuannya untuk mengetahui apa saja jenis tanah yang ada dan berapa
lapiasan tersebut.
kadar air asli dari contoh tersebut maka contoh ini dapat diambil
Contoh asli adalah contoh yang masih menunjukkan sifat asli dari
kadar air / susunan kimianya. Contoh asli dapat diambil dari tabung
Diskripsi Visual
kerikil / lempung dan lanau adalah 0,06 yang hampir tepat dengan
dari pasir dan mengandung lempung. Cara untuk membedakan lanau dan
2. Gradasi.
5. Kekasaran butiran.
6. Warna.
1. Plastisitas.
2. Warna.
3. Asal Geologis.
mengklasifikasikan tanah.
3. Batu kerikil 2 mm 8 mm
8. Lempung 0,002 mm
dan percobaan dilatasi. Tanah yang halus dari 0,006 mm tidak perlu diukur
butirannya.
Sumur Percobaan
Adalah hasil dari rangkaian tangan 1 sampai 5 dari lubang ini
Tentang susunan tanah dan juga dapat mengambil contoh berupa potongan
V. METODOLOGI PENELITIAN
a. Alat alat :
1. Mata bor.
4. Tabung sampler.
5. Pipa sampler.
b. Cara kerja :
3. Apabila mata bor sudah penuh maka diangkat dan dibersihkan begitu
kondisi lunak.
SONDIR
I. LATAR BELAKANG
dan tipe proyek, tetapi tujuannya akan melibatkan proyek penggalian lubang-
lubang bor. Sebuah penyelidikan awal pada skala yang paling dekat dengan
memadai. Kedalaman ini tergantung pada tipe dan ukuran proyek tetapi harus
Penelitian itu perlu diperluas sampai dibawah semua lapisan geser yang
cukup berarti.
yang berfungsi untuk mengetahui kepadatan relatif dan juga daya dukung
sekali untuk mencapai kedalaman 30 m atau lebih. Bila tanah yang diselidiki
benar-benar lunak, maka ada 2 macam kerangka yang dipakai untuk menekan
stang-stang ke awah, yaitu alat-alat yang tidak begitu berat (medium weight)
150 kg / cm, sedang alat yang lebih berat lagi dapat digunakan untuk
pengukuran nilai konus hingga 400 kg / cm. Hasil praktikum dengan alat
sondir ini memberikan gambaran yang baik mengenai kondisi tanah, walaupun
tidak memberi keterangan pada kita mengenai macam tanah itu. Sepintas lalu
kita dapat melihat apakah hanya satu lapisan tanah atau beberapa lapisan tanah
Alat sondir ini sangat cocok untuk keadaan di indonesia karena disini
sehingga tidak sulit ditembus dengan alat ini. Sebaiknya dapat dimengerti
dengan jelas bahwa nilai conus merupakan suatu angka empiris yang mungkin
dapat dihubungkan secara empiris dengan sifat lain dari pada tanah tersebut,
misalnya nilai sondir pada lapisan pasir dapat dipakai sebagai petunjuk
Q=P.A+f .O
Dimana :
P = nilai conus ( kg / cm )
A = luas tiang ( cm )
O = keliling tiang ( cm )
P. A f .O
Qa
3 5
150 - 300 1,00 2,00 Pasir padat, pasir kerikil padat, pasir kerikil
sangat padat
Deskripsi Visual.
batas ukuran pasir atau lanau 0,06 mm atau sama dengan lolos saringan no.
200. Cara membedakan pasir atau lanau dengan percobaan dilatasi meliputi :
A. Pasir dan kerikil
berukuran seragam.
e. Kekerasan butiran.
f. Warna.
b. Warna.
- Pasir kelanauan : bahan yang terdiri dari pasir dan sedikit lempung.
Rumus :
Q=P.A+f.O
Dimana :
P = nilai conus ( kg / cm )
O = keliling tiang ( cm )
q = C . Nc . A + K . O . L
Dimana :
A = luas tiang ( cm )
O = keliling tiang ( cm )
L = dalam tiang ( cm )
Deskripsi Sistematik
2. Kerakal 3 8 inchi ( 8 20 cm )
Sifat tanah yang berbutir kasar tergantung ukuran butirannya, tapi pada
bahan berbutir halus tidak ada hubungan antara sifat dan ukuran butirannya.
b) Fraksi lempung adalah bagian berat butir tanah yang lebih halus dari
0,002 mm
sejumlah lanau.
V. METODOLOGI PENELITIAN
1. Alat alat.
b. Conus.
f. Besi kanal.
2. Cara kerja.
f. Conus dipasang pada pipa dan dijaga agar jangan sampai lepas bila
didalam tanah.
1. Perlawanan geser.
2. Hambatan Pelekat.
2 x 20
a) Kedalaman 0,2 m Hambatan Pelekat = 40kg / cm
10
a) Kedalaman 0 m JHP o = 0 kg / cm
4. Hambatan Setempat
JHP
Hambatan Setempat =
luas Penampang Conus
0
a) Kedalaman 0 m Hambatan setempat = 0 kg / cm
10
40
b) Kedalaman 0,2 m Hambatan setempat = 4 kg / cm
10
COMPACTION TEST
I. LATAR BELAKANG
Pada pembuatan timbunan jalan raya dan banyak struktur lainnya, tanah
Mengetahui berat isi kering pemadatan di lapangan pada compaction test ada 2
macam yaitu :
4. Tingkat kepadatan ( P )
IV. INTRODUKSI TEORI
1. Menaikkan kekuatan.
dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis. Untuk setiap daya pemadatan
tertentu kepadatan yang tercapai tergantung pada banyaknya air dalam tanah
tersebut.
Bila kadar air suatu tanah itu rendah, maka tanah itu keras dan sukar
dipadatkan. Bila kadar air itu ditambah maka kadar air berguna sebagai pelumas,
sehingga tanah mudah dipadatkan dan ruang kosong antara butir tadi akan
menjadi lebih kecil. Pada air yang tinggi kepadatannya akan turun lagi karena
pori pori tanah akan terisi air yang tidak dapat dikeluarkan dengan cara
pemadatan. Dari setiap pemadatan kita akan mendapatkan kadar air yang
berbeda, kadar air itu adalah kadar air yang paling cocok untuk data pemadatan
* Sand Cone
V = volume tanah ( cm )
b
d) Dry Density tanah ( d ) = ( gr / cm )
1 w
bc
e) Kadar air tanah ( w ) = x100%
ca
dlapangan
P= x100%
ds tan dard
Sand Cone
a. Alat alat :
2. Pasir standar.
b. Persiapan :
c. Cara kerja :
2. Timbang cone kosong ( a ) Plat sand cone diisi dengan pasir standar
3. Isi cone dengan pasir standart sampai penuh, ratakan dan timbang
5. Isi gelas ukur dengan pasir dan timbang ( bg ). Dimana volume pair =
volume gelas ukur, dan hitung berat pasir dalam gelas ukur ( gb ag ).
9. Letakan plat sand cone pada tanah yang rata. Buat lubang dengan
kedalaman 10 15 cm.
10. Tanah galian dikumpulkan dan ditimbang ( W ). Tanah diuji kadar
airnya :
11. Lubang galian dilapisi dengan plastik agar pasir standart dalam
keadaan bersih.
12. Alat sand cone diletakkan terbalik diatas lubang dan plat.
13. Kran pengurai alat sand cone dibuka dan pasir akan mengisi lubang
14. Tutup kembali kran pengurai. Timbangan pasir sisa + cone + tabung
( Wc ).
331,30
=
200
= 1,657 gr / cm
Volume lubang ( V )
w1 w2 w3
V=
pasir
Berat _ tnh
Berat isi basah / Density tanah ( b ) =
Volumepasir
2000,8
= 1,888 gr / cm
1057,9
2. Kadar air ( w )
bc
W= x100%
ca
68,8 57,5
= x100%
57,5 20,5
= 30,540 %
b 1,888
d = 0,060 gr / cm
1 w 1 30,540
4. Tingkat kepadatan ( P )
d lapangan = 1,599 gr / cm
d standar / proctor :
d _ lapangan
P= x100%
d _ proctor
0,060
= x100% ..5,046..%
1,189
BAB IV
SOIL TEST
I. LATAR BELAKANG
sifat sifat tanah seperti berat isi tanah ( density ), berat jenis tanah, kadar air,
diharapkan bangunan yang berdiri bisa kuat dan stabil. Untuk mengetahui sifat
W VolumeHg
b= V =
V 13,6
V = Volume sample ( cm )
2) Kadar air
bc
w= x 100 %
ca
b
d= ( gr / cm )
1 w
Dimana w = kadar air ( % )
HAP = ( b a ) . t 1
Adalah perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi air.
(c a )
Gs =
HAP (d c).t 2
'
6) Porositas (n)
e d
N=
1 e
x 100 % atau n = 1 Gs x 100 %
Dimana n = porositas
e = angka pori
7) Angka pori ( e )
d .Gs.1 w n
e= 1 atau e =
b 1 n
Dimana : w = kadar air ( % )
E = angka pori
Biasanya ditentukan dalam gr / cm. Nilai berat isi pada tanah asli jarang
lebih kecil dari pada 1.2 gr / cm atau lebih besar dari pada 2.5 gr / cm.
3. Kadar air ( w )
Pada tanah dalam keadaan aslinya kadar air biasanya adalah 15 % - 100 %.
Dinyatakan sebagai bilangan saja, nilai rata rata adalah sebesar 2.65
5. Angka pori ( e )
Dinyatakan sebagai bilangan saja, nilainya dapat berkisar 0.3 sampai >
dari 3.0.
6. Derajat kejenuhan ( Sr )
Dinyatakan dalam % sehingga nilai terkecil adalah 0 % dan terbesar
tinggi dari 90 %.
V. METODOLOGI PENELITIAN
a. Alat alat :
b. Cara kerja :
a. Alat alat :
2. Cawan ditimbang
4. Desikator
b. Cara kerja :
110 + 5C.
a. Alat alat :
3. Aquadest.
4. Desikator.
5. Lap pembersih.
6. Thermometer.
b. Cara kerja :
pembersih.
(t 1 ).
5.4 Berat Jenis Butir Tanah
a. Alat alat :
1. Botol piknometer.
3. Aquadest.
4. Oven.
5. Thermometer.
b. Cara kerja
0,425 mm.
ditimbang (d).
tabel. (t 2 ).
W
V
dimana : W : Berat sampel asli ( gr )
V : Volume sampel ( cm )
W Hg : Berat Hg ( gr )
W 2 = 14,5 gr W Hg 2 = 112,7 gr
107,7
V1 = = 7,919 cm
13,6
13,8
b1 = = 1,743 gr / cm
7,919
112,7
V2 = = 8,287 cm
13,6
14,5
b2 = = 1,643 gr / cm
8,827
b1 b2 1,743 1,643
b rata rata = 1,693 gr / cm.
2 2
2. Kadar air ( w )
bc
w= x 100 %
ca
b 1 : 41,7 gr b 2 = 47,4 gr
c 1 : 32,0 gr c 2 = 35,9 gr
41,7 32,0
w1 = x 100 %
32,0 5,6
= 36,742 %
47,4 35,9
w2 = x 100 %
35,9 6,0
= 38,461 %
w1 w2 36,742 38,461
W rata rata = = = 37,601 %
2 2
b
d =
1 w
Data : b = 1,693 gr / cm
w = 37,601 %
1,693
d= 0,044 gr / cm
1 37,601
HAP = ( b a ) x t 1
Dimana : HAP = Harga air piknometer
Data : a = 29,4 gr
b = 79,5 gr
t 1 = 28 = 1,00374
= 50,1 x 1,00374
= 50,28 gr.
(c a )
Gs =
HAP (d c).t 2
Dimana :
Data : d = 85,70 gr
c = 39,4 gr
a = 29,4 gr
HAP = 50,287 gr
t2 = 29 = 1,00458
(c a )
Gs =
HAP (d c).t 2
(39,4 29,4)
=
50,287 (85,70 39,4) x1,00458
= 2,630
6. Porositas ( n )
n = 1 d x 100 %.
Gs
Data : d = 0,044 gr / cm
Gs = 2,630
0,044
n = 1 x 100 % = 98,327 %
2,630
7. Angka Pori ( e )
n
e=
1 n
n = 98,33 %
0,9833
e=
1 0,9833
0,9833
=
0,0167
= 58,88
VII. KESIMPULAN
sebagai berikut :
PROCTOR TEST
I. LATAR BELAKANG
dan pengetahuan akan sifat sifat tanah terutama pada konstruksi bangunan
yang akan diseleksi. Dari pengetahuan tersebut perlu adanya survei mengenai
kepadatan tanah dan daya dukungnya dengan menyelidiki besar berat isi kering
tanah, prosentase kadar air optimum, kadar pori dan juga porositas tanah.
laboratorium.
3. ( d max ) ?
5. Mengetahui hubungan antara kadar air dengan berat isi kering dan berat isi
basah.
kerapatan butiran, kadar air tanah, kerapatan keringnya yang telah ditentukan
melalui suatu perhitungan, maka akan diperoleh suatu nilai kadar air optimum
Reduksi Volume udara. Jadi tidak terjadi perubahan volume air yang berarti
Bila kerapatan butiran tanah adalah b dan kadar air dinyatakan dengan
b
d= ( gr / cm )
1 w
besarnya energi yang diberikan oleh alat pemadatan ( dinyatakan sebagai usaha
pemadatan ). Karakteristik pemadatan dari suatu tanah dapat diketahui dari uji
standart di lab.
Tanah dipadatkan dalam cetakan silindris dengan volume cetakan
1000 cm dari tanah ( semua partikel yang lebih besar dari 20 mm disingkirkan)
dipadatkan dengan penumbuk ( hammer ) seberat 2,5 kg massa dan tinggi 300
mm. Tanah dipadatkan dalam tiga lapisan yang sama dimana tiap lapisan
laboratorium.
Umumnya ada dua penyelidikan di lab yang dilakukan untuk menentukan kadar
Dalam penyelidikan ini, tanah dipadatkan dalam suatu cetakan dengan cara
lebih berat 10 pounds dan tinggi 18 inchi juga diisi tanah dipadatkan dalam 5
Contoh grafis yang khas dari kedua macam percobaan dihitung dengan
Gs.w
rumus: d= ( gr / cm )
1 w.Gs
Dimana : d = Zero Air Void ( ZAV )
w = kadar air
Garis pemadatan tidak boleh memotong garis zero air void. Pada harga
air yang tinggi seharusnya menjadi sejajar dengan garis tersebut. Dari setiap kali
pemadatan ini dilakukan didapat suatu nilai kadar air. Satu nilai kepadatan
( angka pori ). Angka angka ini yang dipakai untuk membuat grafik angka pori
terhadap kadar air. Jelaslah bahwa pada suatu nilai kadar air tertentu, maka
angka pori menjadi paling rendah yaitu tanah menjadi padat. Kadar air ini
menjadi kadar air yang cocok untuk daya pemadatan dan biasa disebut daya air
optimum. Kadar ini ialah air yang selalu tergantung pada Daya Pemadatan.
Bilamana daya pemadatan berlainan maka kadar air optimum juga berlainan.
V. METODOLOGI PENELITIAN
1. Alat alat :
b. Pisau
c. Vaselin
d. Oven
e. Neraca
f. Cawan
g. Alat pemukul
h. Gelas ukur
j. Baskom plastik
2. Persiapan
Persiapan 1 :
b. Tanah hasil saringan kita uji kadar air mula mula ( Wo ), HAP dan Gs
nya.
d. Kantong dituang dalam ember satu persatu untuk dicampur dengan air
Kantong 1 : 200 cc
Kantong 2 : 300 cc
Kantong 3 : 400 cc
Kantong 4 : 500 cc
Kantong 5 : 600 cc
e. Masukkan kembali tanah ke dalam plastik dan tutup dengan rapat lalu
Persiapan 2 :
pelumas.
c. Setelah selesai penumbukan, collar dilepas dan sisa tanah diatas mold
e. Tanah bagian atas dan bagian bawah didalam mold diambil sedikit untuk
selanjutnya.
VI. PERHITUNGAN
bc
w= x 100 %
ca
a = 19,2 gr
b = 103,4 gr
c = 83,2 gr
bc 103,4 83,2
W= x 100 % = x 100 % = 31,5 %
ca 83,2 19,2
2. Percobaan 1 ( penambahan air 400 cc )
a = 6,1 gr
b = 52,2 gr
c = 39,6 gr
bc 52,2 39,6
W= x 100 % = x 100 % = 37,61 %
ca 39,6 6,1
b = 76,1 gr
c = 54,9 gr
bc 76,1 54,9
W= x 100 % = x 100 % = 43,62 %.
ca 54,9 6,3
4. Percobaan 3 ( penambahan air 200 cc )
a = 8,3 gr
b = 44,4 gr
c = 31,0 gr
bc 44,4 31,0
W= x 100 % = x 100 % = 59,03 %.
ca 31,0 8,3
5. Percobaan 4 ( penambahan air 300 cc )
a = 8,3 gr
b = 52,7 gr
c = 39,0 gr
bc 52,7 39,0
W= x 100 % = x 100 % = 44,63 %
ca 39,0 8,3
b = 68,9 gr
c = 50,5 gr
bc 68,9 50,5
W= x 100 % = x 100 % = 41,63 %
ca 50,5 6,3
Wb
b=
V
V = Volume tanah
= x 3,14 x ( 15 ) x 11,5
= 939,7 cm
a. Percobaan 1
Wb = 1610 gr
Wb 1610
b= = = 1,713 gr / cm
V 939,7
b. Percobaan 2
Wb = 1670 gr
Wb 1670
b= = = 1,777 gr / cm
V 939,7
c. Percobaan 3
Wb = 1620 gr
Wb 1620
b= = = 1,724 gr / cm
V 939,7
d. Percobaan 4
Wb = 1580 gr
Wb 1580
b= = = 1,681 gr / cm.
V 939,7
e. Percobaan 5
Wb = 1620 gr.
Wb 1620
b= = = 1,724 gr / cm.
V 939,7
b
d=
1 w
a. Percobaan 1
b = 1,713 gr / cm ; w = 37,6 %
b 1,713
d= = = 1,245 gr / cm
1 w 1 0,376
b. Percobaan 2
b = 1,777 gr / cm ; w = 37,6 %
b 1,777
d= = = 1,291 gr / cm
1 w 1 0,376
c. Percobaan 3
b = 1,724 gr / cm ; w = 37,6 %
b 1,724
d= = = 1,253 gr / cm
1 w 1 0,376
d. Percobaan 4
b = 1,681 gr / cm ; w = 37,6 %
b 1,681
d= = = 1,222 gr / cm
1 w 1 0,376
e. Percobaan 5
b = 1,724 gr / cm ; w = 37,6 %
b 1,724
d= = = 1,253 gr / cm.
1 w 1 0,376
VII. KESIMPULAN
I. LATAR BELAKANG
Untuk membuat bangunan teknik sipil perlu kita pelajari kondisi tanah
dibagi dalam tiga golongan yaitu fisik, sifat mekanis, dan sifat hidrolis.
a. Konsolidasi
Pada konsolidasi dihitung dari perubahan isi pori tanah akibat beban. Sifat
b. Kekuatan geser
teknik sipil hal ini terutama untuk mengetahui daya dukung tanah, tegangan
tanah terhadap dinding penahan dan kestabilan lereng. Untuk mengenai dan
Compression Test. Dan mengenai ketiga faktor tersebut, maka segi keamanan
geser ?
alam, lereng yang dibuat dalam tanah asli atau lereng dari tanah yang
Keruntuhan geser dalam tanah adalah akibat gerak relatif antar butiran.
Oleh karena itu kekuatan tanah tergantung pada kekuatan geser yang bekerja
pada tanah tersebut. Maka kekuatan geser tanah terdiri dari dua bagian :
1. Bagian yang bersifat kohesi, yang tergantung pada macam tanah serta
kepadatan butiran.
2. Bagian yang mempunyai gerakan yang sebanding dengan tegangan
S = c + ( - u ) tg
Dimana : c = kohesi
2. Tingkat II, yaitu pemberian tegangan geser sampai terjadi keruntuhan akan
pengukuran laboratorium
dari tanah lempung atau lanau, bilamana lempung mempunyai derajat jenuh
unconfined.
qu
Cu = kg / cm 2
2
baik pada air tingkat pertama maupun tingkat kedua. Tegangan air pori
konsolidasi selesai, yaitu sampai tidak terjadi percobaan pada isi sampel
tanah. Kemudian jalan air dari contoh tanah ditutup dan contoh diberi
normal masih bekerja biasa, tegangan air pori diukur selama tegangan
7. Kemudian tegangan geser diberikan dengan jalan air tetap terbuka, yaitu
supaya tegangan pori tetap nol. Maka percobaan harus perlahan lahan.
c dan karena sudah diketahui nilai tegangan pori dan tegangan efektif
a. Lempung
tersebut agak rendah sehingga lebih mudah dirembesi air, maka percobaan
drained juga dapat dipakai untuk mendapat c dan . Harga c dan untuk
lempung mempunyai variasi yang agak besar. Secara garis besar harga c
yang kecil sekali ( hampir sama dengan nol ). Makin besar derajat over
consolidation maka makin besar harga c harga diameter secara garis besar
b. Pasir
pasir tidak mempunyai kohesi maka nilai C selalu nol. Nilai tergantung
terutama pada kepadatan pasir tetapi dipengaruhi juga oleh gradasi. Pasir
yang pada mempunyai nilai kira kira antara 40 sampai 45, sedangkan
grafik penambahan beban. Bila tanah agak keras atau padat maka tanah
tersebut akan membentuk seperti garis Q1. Dalam hal ini ternyata
keseimbangan tidak punya harga tertentu atau tidak punya batas yang
q = ( c x Nc ) + ( x d N q ) + ( x x BN )
Dimana :
B = lebar pondasi
d = dalam pondasi
c = kohesi
N = sudut perlawanan
Rumus kekuatan geser yang dipakai pada teori daya dukung diatas
dimaksud S = c + tg
Sebenarnya tepat bila tidak ada tegangan air pori, kalau ada tegangan air
pori, yang mana tidak akan segera menyusut. Biasanya waktu yang
diperlukan untuk penyusutan tegangan air pori jauh lebih lama dari pada
yaitu kekuatan geser undrained dengan cara ini sudut geser dianggap nol
q = c . Nc + . d
Dimana : c = kohesi
d = dalam pondasi
q = . . B . N
Dimana :
tanah.
tegangan, posisi muka air tanah relatif terhadap elevasi pondasi dan
Menurut cara Rankine jika dinding dianggap licin ( smooth ), tidak ada gaya
tegangan horizontal kita pakai kekuatan geser tanah, karena tanah adalah
dalam keadaan keruntuhan. Bentuk rumus kekuatan geser tanah kita rubah
tegangan geser seperti biasanya. Menurut teori Rankine, tanah di dalam daerah
0(C 0)
1 sin
N0
1 sin
h 2c
Jadi : a =
N0 N0
Dimana :
a = tegangan aktif
h = kedalaman
= sudut geser
c = kohesi
h ).
Jadi : p = h . N + 2c . N
Dimana :
= tegangan horizontal
= sudut geser
c = kohesi
h 2c
H
Pa =
O N
N
. h
H 2 2cH
=
2 N N
P p = H 2 , N + 2 cH N
sebagai berikut :
h H 2
a = dan Pa =
N 2 N
juga P = h . N dan P p = h
Dimana :
P = tegangan pasif
a = tegangan aktif
H = kedalaman
1
Gaya P a dan P p yang bekerja pada fungsi dinding.
3
kekuatan geser.
Yaitu : h = Ko . v
= Ko . h
Dimana h = tegangan tanah horizontal
h = kedalaman
K o = koefisien tanah
Pasir 0,35
tanah aktif. Dan juga beberapa keadaan dimana dinding ditekan sehingga
.h. Sedang tegangan tanah pasif adalah tegangan tanah yang mencapai
keadaan runtuh.
Sedang keadaan aktif dinding ditekan oleh tanah. Bila dinding dipegang
teguh sampai tak bergerak kedepan, tegangan akan menurun sebesar
a. Lereng alam :
bukit.
untuk bendungan.
Pada setiap lereng kemungkinan terjadi kelongsoran selalu ada. Sering kita
melihat tanah longsoran dan secara umum telah mengetahui bentuk tanah
longsor. Jelas bahwa tanah yang longsor itu bergerak pada bidang tertentu.
Bidang ini disebut bidang gelincir ( shift surface ) atau ( shear surface ).
c. Surface slide : tanah longsor yang terjadi pada bidang yang dangkal.
Bilamana terjadi tanah longsor, maka dalam hal ini kekuatan geser akan
untuk menahan gaya gaya yang bekerja pada bidang tersebut. Secara
S = c + ( U ) tg
= tegangan normal
c = kohesi
= sudut geser
kemiringan.
kaki lereng.
A. Pondasi Dalam
Pondasi sumuran
oleh lapisan keras yang terlampau dalam, pondasi ini dipakai bila
Qa = qa . A
sumuran.
A = luas sumuran.
Pondasi tiang
A. Tiang Tunggal
B. Tiang group
Qt = c . Nc . A + 2 ( b + y ) . Lc
L = kedalaman tiang
b = lebar kelompok
y = panjang kelompok
A = luas kelompok
B. Pondasi dangkal.
Pondasi plat.
1. Alat alat :
b. Stop watch
2. Persiapan
3. Cara Kerja :
b. Dial pada proving ring distel dan harus menunjukkan angka nol.
watch.
d. Kedua dial harus dilihat atau diperhatikan dan dicatat pada waktu
supaya sudut pecahnya tetap sesudah itu diukur dengan busur derajat.
1) Diameter contoh = 5 cm
2) Tinggi contoh = 10 cm
3) Luas = . D = . 3.14 . ( 5 )
= 19,625 cm
= 19,625 x 10
= 196,25 cm
343
6) Berat isi ( b ) = = 1,748 gr / cm
196,25
bc 348,8 293,0
12) Kadar air ( w ) = x 100% = x 100%
ca 293,0 5,8
= 19,43 %
1. Sampel Asli
a. Mencari beban ( kg )
Beban = pembacaan dial x kalibrasi ( 1,824 )
0,00 0 : 19,625 0
0,50 1,82 : 19,723 0,092
1,00 2,37 : 19,821 0,120
2,00 3,65 : 20,018 0,182
3,00 4,20 : 20,233 0,208
4,00 4,38 : 20,449 0,214
5,00 4,56 : 20,665 0,221
6,00 5,47 : 20,881 0,262
7,00 6,02 : 21,097 0,285
8,00 7,11 : 21,332 0,333
9,00 7,30 : 21,568 0,338
10,00 7,48 : 21,803 0,343
11,00 8,94 : 22,039 0,406
12,00 8,94 : 22,314 0,401
13,00 8,76 : 22,549 0,388
d. Mencari Cu
Cu = x q u asli
= x 0,406
= 0,203 kg / cm2.
VII. KESIMPULAN
hasil :
( < 2 ).
BAB VII
I. LATAR BELAKANG
suatu jenis tanah. Sifat dan karakteristik tanah selalu beraneka ragam baik fisik
karakteristik tanah maka harus ditunjang oleh data lapangan dan analisa
Sifat suatu tanah banyak tergantung dari ukuran butirannya karena itu
analisa ukuran besarnya butiran tanah merupakan suatu percobaan yang amat
sering dilakukan. Jadi klasifikasi tanah dalam praktikum mekanika tanah sangat
penting artinya untuk memberikan sifat sifat teknis dari tanah tersebut.
sebagai berikut :
pembagian butirnya.
distribution curve).
beberapa golongan, yaitu kerikil sering mengandung pasir dan lempung dan
Batu ( 64 mm keatas )
Kerikil ( 20 mm 64 mm )
Sifat sifatnya :
b) Mudah didapatkan
d) Mudah didrainer
Pasir
Sifat sifatnya :
d) Kapasitas rendah.
h) Pemadatan baik.
Sifat sifatnya :
b) Sukar dipadatkan.
Sifat sifatnya :
f) Kapasitas tinggi.
g) Kohesi besar.
h) Pemadatan menerus.
Tanah sampah
taknik sipil.
Dalam Teknik Sipil adanya suatu jenis lapisan atau konsentrasi humus
sangat perlu diperhatikan dan mengenai gradasi tanah itu sendiri mempunyai
Untuk mengetahui bahwa butiran tanah lebih halus, lebih baik untuk
butiran kasar tidak dapat sebagai bahan konstruksi karena cepat runtuh.
yang bekerja pada tanah itu tergantung pada type atau struktur dan berat
tergantung pada isi ruangan pori didalam tanah, tetapi tergantung pada
Sifat ini sangat penting untuk pekerjaan yang mencakup drainase. Semua
besarnya angka pori. Jadi tidak ada hubungan yang bersifat umum antara
daya rembesan dengan angka pori. Tetapi untuk suatu macam tanah
dihubungkan dengan angka pori, hal ini benar terutama untuk pasir.
Daya dukung tanah tergantung pada kekuatan geser sedang penurunan dan
perencanaan pondasi gedung / bangunan lain ada 2 hal utama yaitu daya
akan seperti garis lengkung. Dalam hal ini daya dukung tanah tidak
mempunyai harga tertentu atau batas yang jelas. Untuk lapisan lempung
mana tidak akan segera menyusut. Biasanya waktu yang diperlukan untuk
yang berhubungan dengan air, maka timbul surface tension. Tegangan ini
Dari dua kemungkinan tersebut, maka dapat dibedakan antara tanah yang
tidak mempunyai ikatan dan yang mempunyai ikatan ( non kohesif dan
kohesif ).
daya rembesan airnya serta pengaruh air. Tanah yang dipakai untuk
secara mekanis. Bila kadar air rendah maka tanah sukar dipadatkan. Pada
air yang tinggi sekali, kepadatannya akan turun lagi karena pori-pori tanah
e. Pengaruh Pondasi.
Sesuai dengan tanah lokasi suatu misal pondasi plat yang dibangun diatas
pasir umumnya akan mengalami penurunan yang kurang lebih sama rata.
Hal ini disebabkan pada lapisan pasir hampir dianggap tegangan air pori
Daya dukung lapisan pasir dapat ditentukan dengan mengambil contoh asli
V. METODE PENELITIAN
Ada 2 cara dalam melaksanakan metode penelitian, yaitu metode saringan dan
metode hydrometer.
A. SARINGAN
1. Alat alat.
a. Satu set alat standart saringan ASTM / British no. 9, 10, 30, 40, 60, 70,
b. Sieve shaker.
c. Sifat halus.
e. Oven.
2. Persiapan.
110C, 24 jam ).
3. Cara Kerja
b. Sisa sample tanah yang tertahan pada sieve 200 dioven sampai kering
(110C, 24 jam).
B. HYDROMETER
1. Alat alat.
e. Mixer.
f. Air suling.
h. Oven.
i. Thermometer.
2. Persiapan.
3. Cara Kerja
c. Kemudian kita rendam dengan air dan sodium silicate 125 cc selama
24 jam.
e. Setelah diaduk kita masukkan pada gelas ukur dan tambahkan aquadest
f. Gelas ukur dengan cairan ini kita kocok dengan tangan menutup pada
A. SARINGAN
Kn = Tn + ( Kn 1 )
3. Prosentase lolos
Lolos ( % ) = 100 % - Kn
4. Prosentase lumpur
B. HYDROMETER
1. N = ( ) x A
A = faktor koreksi.
18
2. D = x
butir.
VII. PERHITUNGAN GRAIN SIZE METODE SARINGAN
1. Berat tertahan ( gr )
10 2,000 2
20 0,850 8
40 0,425 3
60 0,250 15
80 0,180 14
120 0,125 6
200 0,075 2
3. Komulatif tertahan
Kn = Tn + ( Kn 1 )
K 1 = 1,15 %
K 6 = 7 + 18,75 = 25,75 %
5. Prosentase Lumpur ( PL )
(200 53,5) 2
= x100%
200
= 74,25 %.
BAB VIII
ATTERBERG LIMIT
I. LATAR BELAKANG
Dalam mempelajari tanah, salah satu hal terpenting adalah tentang kadar
air yaitu pengaruh kadar air tanah terhadap mekanisme tanah. Misal suatu tanah
berbutir halus yang telah dicampur dengan air sehingga mencapai keadaan cair.
Jika campuran ini dikeringkan sedikit demi sedikit, maka tanah ini akan
mengalami beberapa keadaan tertentu dari keadaan cair menjadi keadaan baku.
Dari batasan-batasan tersebut yang terpenting adalah batas cair dan batas plastis
yang disebut juga batas atterberg. Pengukuran ini harus diadakan secara rutin
untuk sebagian besar pengaruh penyelidikan tanah berbutir halus, karena batas-
batas ini tidak merupakan sifat fisik yang jelas, maka dipakai cara empiris untuk
Adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis
bc
w= x 100 %
ca
dimana :
Adalah kadar air antara liat dan padat ( kadar air pada batas bawah daerah
plastis ), dimana kadar air tanah pada waktu tersebut menyebabkan tanah
tidak dapat di gelintir atau digiling lebih kecil dari pada diameter ( ) = 3
bc
w= x 100 %
ca
dimana :
Adalah selisih antara batas cair dan batas plastis, ialah daerah dimana
Rumusnya adalah :
PI = LL PL
Dimana :
PI = Plastic Indeks
LL = Liquit Limit
PL = Plastic Limit
Kadar air ( water content ) tanah dalam keadaan aslinya, biasanya terletak
antara batas cair dan batas plastis. Suatu angka kadang kadang dipakai
sebagai petunjuk akan keadaan tanah ditempat aslinya dan ini disebut
w PL w PL
LI =
LL PL PI
Dimana :
kemungkinan adalah tanah yang agak keras dan apabila Liquidity Indeks
(LI) besar ( mendekati satu ) maka tanah itu kemungkinan besar adalah
tanah lembek.
Definisi Batas Kerut adalah Kadar air pada waktu tanah mencapai batas
dimana ukuran luar tanah tidak akan berkurang lagi apabila tanah tersebut
dikeringkan.
Pada batas ini ditentukan kadar air dan warna tanah mulai menjadi muda
Rumusnya adalah :
1 1
e =
Sm S
Dimana :
S1 = batas kerut
w = kadar air.
1 1
e = Ws S1 atau dalam %
Sm S
1 1
Berat kering : S1 = ( ) x 100 %
Sm S
4.6. Batas Lekat ( Sticky Limit )
Definisi Batas Lekat adalah batas dimana tanah tidak dapat melekat lagi
Ada tanah yang mempunyai sifat pada kadar air tertentu jadi begitu liat
Titik pada waktu tanah tersebut tidak lagi melekat pada batang logam
V. METODOLOGI PENELITIAN
a. Alat alat
1. Alat cassagranda.
2. Grooving tool.
3. Cawan penguat.
4. Oven.
b. Persiapan alat :
3. Cassagranda dibersihkan.
c. Persiapan sample :
rata.
perdetik.
pukulan.
airnya.
7. Dari hasil tersebut diambil grafik, dengan sumbu data adalah jumlah
a. Alat alat :
1. Saringan no. 40
2. Cawan timbang
3. Solet
4. Lempeng kaca
5. Neraca analitis
6. Oven
7. Desicator
8. Mangkok
b. Persiapan alat :
c. Cara kerja
mangkuk dan diberi aquades serta diaduk aduk supaya rata betul.
2. Ambil sedikit demi sedikit dan letakkan pada lempeng kaca lalu
digiling.
kadar airnya.
Adalah batas dimana tanah tidak dapat lagi melekat pada batang logam.
a. Alat - alat
1. Saringan no. 40
2. Cawan
3. Solet
4. Oven
5. Desicator
6. Neraca analitis
7. Mangkok
5.4. Batas Susut
a. Alat alat :
1. Prong plate
2. Monel dish
3. Cristalizing dish
4. Cawan petry
5. Mercury
6. Porselen dish
b. Cara kerja
tanah mudah diaduk kira kira sedikit lebih tinggi dari pada kadar
4. Isi 1/3 bagian monel dish dengan pasta tanah yang telah disiapkan,
C.
8. Setelah kering, masukkan desicator, setelah dingin ditimbang ( B )
gr.
dibagi 13,6 gr / cm
petry besar.
Angkat cristalizing dish dari cawan petry besar lalu air raksa
bc
W= x100%
ca
Kedalaman 1,00 m
Dari data percobaan soil test didapatkan kadar air rata rata ( w ratarata )
= 37,60 %.
Batas cair merupakan kadar air pada batas antara keadaan cair dan keadaan
plastis.
bc
W= x100%
ca
Kedalaman 1,00 m
Sampel I
Data :
b : 49,9 gr
c : 31,5 gr
Kadar air ( w ) :
49,9 31,5
W= x100%
31,5 7,1
= 75,410 %.
Sampel II
Data :
a : 6,1 gr
b : 39,7 gr
c : 26,9 gr
Kadar air ( w ) :
39,7 26,9
W= x100%
26,9 6,1
= 61,538 %.
Sampel III
Data :
a : 6,3 gr
b : 34,0 gr
c : 24,8 gr
Kadar air ( w ) :
34,0 24,8
W= x100% = 49,730 %.
24,8 6,3
Sampel IV
Data :
a : 5,9 gr
b : 34,1gr
c : 26,1 gr
Kadar air ( w ) :
34,1 26,1
W= x100%
26,1 5,9
= 39,604 %.
Batas Plastis adalah kadar air antara liat dan padat ( kadar air pada batas
bawah daerah plastis ), dimana kadar air tanah pada waktu tersebut
menyebabkan tanah tidak dapat di gelintir atau digiling lebih kecil dari
bc
W= x100%
ca
Kedalaman 1,00 m
Data :
a = 6,5 gr
b = 13,9 gr
c = 12,0 gr
Kadar air ( w ) :
13,9 12,0
PL = x100%
12,0 6,5
= 34,545 %.
Selisih antara cair dan batas plastis ialah daerah dimana tanah tersebut
PI = LL PL
Kedalaman 1,00 m
Data :
LL = 56,000 %
PL = 34,545 %
PI = 56,000 34,545
= 21,455 %
Kadar air ( water content ) tanah dalam keadaan aslinya, biasanya terletak
antara batas cair dan batas plastis. Suatu angka kadang kadang dipakai
sebagai petunjuk akan keadaan tanah ditempat aslinya dan ini disebut
W PL
LI =
PI
Kedalaman 1,00 m
W = 56,000 %
PL = 34,545 %
PI = 21,455 %
W PL 56,000 34,545
LI = = 1,000 %
PI 21,455
VII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan perhitungan Atterberg Limit, dapat kami simpulkan
sebagai berikut :
I. LATAR BELAKANG
kelongsoran tanah. Untuk itu pengetahuan mengetahui berat geser tanah sangat
3. Kestabilan lereng.
Kestabilan lereng Keruntuhan geser dapat terjadi bila suatu titik pada
sembarang bidang dan suatu masa tanah memiliki tegangan besar yang sama
dihindarkan dengan merekayasa 3 hal diatas, maka untuk mengetahui kuat geser
Untuk kekuatan tanah tergantung pada yang bekerja antara butirannya. Untuk itu
Bagian yang bersifat kohesif tergantung pada macam tanah dan kepadatan
butirannya.
Rumus :
S = C + ( - U ) tg
c = kohesi ( kg / cm )
= sudut geser ( )
a. Lereng alam :
Yaitu lereng yang terbentuk karena prosesproses alam misalnya lereng bukit.
b. Lereng yang dibuat dalam tanah asli
c. Lereng yang dibuat dari tanah yang dipadatkan, misalnya tanggul untuk
bendungan.
melihat tanah longsoran dan secara umum telah mengetahui bentuk tanah longsor.
Jelas bahwa tanah yang longsor itu bergerak pada suatu bidang tertentu.Bidang ini
berfungsi sebagai tempat benda uji. Kotak geser tempat benda uji dapat berbentuk
dengan tinggi 2,54 cm (1"). Kotak terpisah menjadi dua bagian yang sama.
Tegangan normal pada benda uji diberikan dari atas geser.Gaya geser diterapkan
pada setengah bagian atas dari kotak geser untuk memberikan geseran pada
Pada benda uji yang kering, kedua batu tembus air (porous) tidak
bagian atas kotak geser dan perubahan tebal ( h ) benda uji dicatat.
Alat uji geser langsung dapat dibentuk bujur sangkar . Kotak pengujian
dapat bervariasi dari yang luasnya 100 x 100 mm sampai 300 x 300 mm. Kotak
geser dengan ukuran yang besar digunakan untuk pengujian tanah dengan butiran
1. Tanah benda uji dipaksa untuk melawan keruntuhan ( fail ) pada bidang yang
4. Deformasi yang diterapkan pada benda uji hanya sebatas pada gerakan
5. Pola tegangan pada kenyataan adalah sangat kompleks dan arah dari bidang-
penggeserannya).
7. Luas bidang kotak antara tanah dikedua setengah bidang kotak geser
diberikan oleh Petley (1966). Tetapi pengaruhnya sangat kecil pada hasil
i. Alat-alat
Alat-alat :
c. Stop watch.
ii. Persiapan
a. Alat direct shear test sudah disiapkan dan stop watch serta dial harus
b. Pada waktu sudah menggeser jarum dial berhenti dan dicatat (dua
gerakan dial).
untuk penggambaran.
VI. PEMBAHASAN MASALAH
6.1. Beban normal (p) dibagi luas penampang sampel untuk mendapatkan
6.2. Penunjuk dial (angka yang dicatat) pada provigring dikalikan faktor
absis adalah tegangan normal dan sebagai ordinat adalah tegangan geser.
memotong sumbu koordinat. Dan titik pemotong garis lurus tersebut dicari
pada garis yang mendatar ataun horisontal dengan busur derajat. Maka
Rumus :
Pembacaan dial = 26
bebanV1 4,760
n = 0,153 kg / cm.
luas ( A) 31,157
26 x0,375
= 0,313 kg / cm.
31,157
Pembacaan dial = 31
bebanV1 8,760
n = 0,281 kg / cm.
luas ( A) 31,157
31x0,375
= 0,373 kg / cm.
31,157
c. Berat beban 1 ( V 1 ) = 4 kg.
Pembacaan dial = 37
bebanV1 16,76
n = 0,538 kg / cm.
luas ( A) 31,157
37 x0,375
= 0,445 kg / cm.
31,157
Pembacaan dial = 30
bebanV1 4,760
n = 0,153 kg / cm.
luas ( A) 31,157
30 x0,375
= 0,361 kg / cm.
31,157
b. Berat beban 1 ( V 1 ) = 4 kg.
Pembacaan dial = 35
bebanV1 8,760
n = 0,281 kg / cm.
luas ( A) 31,157
35 x0,375
= 0,421 kg / cm.
31,157
Pembacaan dial = 39
bebanV1 16,76
n = 0,538 kg / cm.
luas ( A) 31,157
39 x0,375
= 0,469 kg / cm.
31,157
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan Direct Shear Test didapatkan harga atau nilai kohesi
- Sudut geser ( ) = 12
- Sudut geser ( ) = 12
geser yang berbeda karena dipengaruhi oleh nilai kohesi dan sudut geser yang
A. KESIMPULAN
Mekanika Tanah II, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
tanah-tanah tertentu dapat diberikan nama yang tepat dan istilah tentang
Kadar air dan jenis tanah disuatu tempat berbeda-beda menyesuaikan dengan
keadaan setempat.
Dari percobaan diatas diketahui bahwa jenis tanah yang kita uji banyak yang
mengandung lempung.
B. SARAN-SARAN
sarana yang dapat merangsang motivasi kerja praktikum tersebut maka perlu
dengan peralatan yang lebih baik untuk membantu kelancaran dan ketelitian
dalam praktikum.