Jurnal Gyneklogi Emilia
Jurnal Gyneklogi Emilia
Disusun Oleh:
Emilia Fitri Annisa
30101206615
Pembimbing:
Kolonel CKM dr. Rahmat Saptoto, Sp. OG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
1
2
3
4
Manajemen Medis pada Keguguran Trimester Pertama (Blighted Ovum
dan Missed Abortion); Apakah efektif?
L. B. COUGHLIN, D. ROBERTS, N. G. HADDAD and A. LONG
Countess of Chester NHS Trust, Liverpool Road, Chester, UK
Ringkasan
Studi prospektif ini dilakukan pada 104 wanita terkait dengan dosis yang berhubungan
dengan efikasi dari mifepristone dikombinasikan dengan misoprostol oral dalam pengelolaan
keguguran pada trimester pertama (missed aborsi dan blighted ovum). Sebanyak 44 wanita
(kelompok A) menerima mifepristone 600 mg per oral dan 60 wanita (kelompok B)
menerima mifepristone 200 mg, diikuti dengan misoprostol oral setelah 48 jam. Keberhasilan
pengobatan dapat mengosongkan uterus pada hasil USG dan tidak ada perdarahan setelah 10
hari. Ini dicapai pada 70,5% dari kelompok A dan 66,7% dari kelompok B. Diteliti juga
jumlah dan waktu untuk penghentian perdarahan, skor rasa sakit, obat analgetik, efek
samping dan infeksi. Pada kelompok A sebanyak 54,5% memiliki perdarahan yang berat dan
rata-rata perdarahan berhenti dalam kurun waktu 8 hari. Nilai tengah dari skor rasa sakit 5,5
pada skala linear dan 18% dari wanita menerima opiate intramuskular. Efek samping dapat
berupa mual pada 25% wanita dan diare pada 16% wanita. Pada kelompok B sebanyak 38,3%
memiliki perdarahan berat dan rata-rata perdarahan dapat berhenti dalam 7 hari. Nilai tengah
dari skor rasa sakit 4,5 pada 25% wanita yang menerima opiat intramuskular. Mual terjadi
pada 7% dari wanita dan diare pada 7% wanita. Kami menyimpulkan bahwa 200 mg
mifepristone dan misoprostol oral lebih efektif dan lebih bisa ditoleransi daripada 600 mg
mifepristone dengan misoprostol oral. Pengelolaan medis keguguran adalah pilihan yang
valid untuk para wanita yang mencari sebuah alternatif manajemen operasi tradisional.
Pendahuluan
Operasi dilatasi dan evakuasi uterus telah digunakan secara efektif sejak tahun 1930-
an untuk pengelolaan keguguran pada trimester pertama (Hertig dan Livingstone, 1944).
Baru-baru ini anti-progesterone mifepristone dikombinasikan dengan misoprostol, suatu
analog prostaglandin E1, yang telah digunakan dalam terminasi kehamilan (Templeton, 1990;
McKinley etal., 1993; Spitz, et al., 1998), dan menurut Howie et al.(1997), para wanita
membuka diri terhadap ide yang diberikan mengenai pilihan untuk metode terminasi.
Penggunaan obat ini untuk pengelolaan medis pada keguguran telah mengalami
perkembangan dalam hal penyelidikan (Henshaw et al., 1993; Nielsen et al., 1997;Chung et
al., 1999 Ayres de Campos et al., 2000).
5
College of Obstetrician and Gynaecologists (RCOG) green top pedoman pada tahun 1997
tercatat bahwa 200 mg mifepristone sama efektifnya dengan 600 mg, tetapi aplikasi ini hanya
untuk induksi aborsi dan keguguran yang tidak spontan.
Di rumah sakit ini secara tradisional, wanita dengan keguguran hanya ditawari
evakuasi untuk hasil konsepsi yang masih tertahan dan kami berharap untuk menawarkan
alternatif mengenai penatalaksanaan dengan operasi. Studi ini menilai penerimaan dan efikasi
pengelolaan medis menggunakan rejimen obat keguguran dengan obat oral, dengan demikian
tidak memerlukan pemeriksaan vagina ulang.
Metode
Sebanyak 271 wanita dengan keguguran pada trimester pertama (missed aborsi atau
blighted ovum) menurut pedoman RCOG 1995 diikuti dengan penilaian kehamilan dini
antara Juli 1997 sampai Juni 2000. Menurut diskusi dan setelah membaca informasi leaflet,
persetujuan itu diperoleh dari wanita yang bersedia untuk berpartisipasi. Komite Etika Lokal
menyetujui studi ini.
Antara Juli 1997 dan Desember 1998 wanita yang berpartisipasi dalam studi ini
menerima 600 mg mifepristone diikuti 36-48 jam kemudian oleh tiga dosis misoprostol oral
(kelompok A). Dari Januari 1999 hingga Juni 2000, dosis diubah menjadi 200 mg
mifepristone diikuti 36-48 jam kemudian dengan tiga dosis misoprostol oral (kelompok B).
Misoprostol diberikan dengan interval 2 jam dengan dosis awal 400 g diikuti oleh dua dosis
200 g.
6
perdarahan, obat analgetik untuk mengurangi rasa nyeri, infeksi dan efek samping berupa
mual, diare, muntah dan hipotensi.
Hasil
Sebanyak 167 wanita menolak untuk ikut serta dalam studi dan operasi evakuasi ini.
Ada 44 wanita di kelompok A dan 60 di kelompok B. Satu wanita kelompok B mangalami
perdarahan hebat setelah pemberian mifepristone dan mengalami evakuasi terhadap produk
konsepsi yang dipertahankan. Oleh karena itu, 59 wanita dalam kelompok B yang
menyelesaikan studi ini. Secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok dilihat dari usia wanita dan usia kehamilan. Hasilnya dirangkum dalam Tabel I.
Perawatan berhasil di 31 wanita dari kelompok A dan 40 wanita dari
kelompok B.
7
Perempuan yang telah memilih untuk melanjutkan pengobatan misoprostol lebih
lanjut atau manajemen konservatif ditinjau kembali setelah 10 hari dan semuanya telah
berhasil menyelesaikan keguguran tanpa efek yang tidak diinginkan. Singkatnya, 84%
(37/44) perempuan pada kelompok A dan 82% (49/60) pada kelompok B tidak memerlukan
evakuasi terhadap hasil konsepsi mereka. Pada kelompok ini secara statistik tidak memiliki
perbedaan yang bermakna.
Nyeri (sebelum diberi analgetik) pada kelompok B ditunjukkan dengan angka 4,5
(dibandingkan dengan 5,5 pada kelompok A). Tidak ada statistik yang signifikan dalam jenis
analgetik yang diterima. Hanya satu
wanita pada kelompok A yang memilih entonox sebagai pilihannya dalam metode analgetik.
Dua wanita dalam kelompok B mengeluhkan keluar discharge vagina pada follow up hari ke-
10 tetapi tidak ada konfirmasi infeksi yang dialami pada setiap kelompok (Tabel III).
Efek samping yang terjadi adalah 36% pada kelompok A dan 18,6% pada kelompok
B. Efek samping yang paling umum adalah mual terjadi dalam 25% pada kelompok A dan
7% pada kelompok B, dan ini memiliki perbedaan statistik yang signifikan.
Diskusi
Penelitian ini dirancang awalnya untuk menilai dari efikasi pengelolaan medis pada
keguguran trimester pertama. Perubahan dosis pada pertengahan waktu melalui studi
memungkinkan kami kemudian untuk menilai hubungan dosis yang dihubungkan dengan
efikasi mifepristone dalam kombinasi dengan misoprostol oral.
8
Hasilnya menunjukkan keluaran yang lebih baik daripada penelitian lain dengan
kesuksesan awal 66-70% dengan regimen obat yang baik, tetapi lebih lanjut 13-14% wanita
yang keberhasilan awalnya tidak tercapai sesuai dengan kriteria penelitian maka tidak
diperlukan intervensi operasi. Nielsen et al. (1997) menggunakan 400 mg mifepristone dan
400 g misoprostol secara oral pada wanita dengan missed aborsi menunjukkan hasil 52%
wanita uterusnya telah kosong pada follow up hari ke-6. Tingkat tindakan operative
emergensi untuk mengatasi sakit yang berat atau perdarahan pada kasus mereka adalah
13,6%. Hanya satu wanita pada penelitian kami yang memerlukan intervensi operasi sebagai
tindakan yang emergensi. Ayres de Campos et al. (2000) melaporkan 56,8% tingkat evakuasi
medis lengkap dari missed aborsi yang menggunakan misoprostol vaginal secara tunggal
tetapi mengalami operasi evakuasi jika uterus tidak sepenuhnya kosong setelah 10 -12 jam.
Belum ada konsensus yang menetapkan regimen obat terbaik untuk perawatan medis
pada missed aborsi atau bligted ovum. Studi kami mendukung adanya bukti penggunaan
dari 200 mg mifepristone (Mc Kinley et al., 1993; Dunia Organisasi Kesehatan Task Force,
1993; RCOG, 1995; Webster et al., 1996). Dosis optimal dan rute pemberian misoprostol
bagaimanapun belum jelas. Rejimen obat kami telah ditoleransi secara efektif dan dapat
diberikan secara oral untuk menghindari pemeriksaan vagina.