Farmako
Farmako
Merupakan gas yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, lebih berat dari udara,
serta tidak mudah terbakar dan meledak (kecuali jika dikombinasikan dengan zat anestetik
yang mudah terbakar seperti eter). Gas ini dapat disimpan dalam bentuk cair dalam tekanan
tertentu, serta relatif lebih murah dibanding agen anestetik inhalasi lain.
1. Sistem Kardiovaskular
menstimulasi sistem simpatis. Meski secara in vitro gas ini menurunkan kontraktilitas otot
jantung, namun secara in vivo tekanan darah arteri, curah jantung, serta frekuensi nadi tidak
mengalami perubahan atau hanya terjadi sedikit peningkatan karena adanya stimulasi
katekolamin, sehingga peredaran darah tidak terganggu (kecuali pada pasien dengan penyakit
2. Sistem Respirasi
Efek terhadap respirasi dari gas ini adalah peningkatan laju napas (takipnea) dan
penurunan volume tidal akibat stimulasi Sistem Saraf Pusat (SSP). N2O dapat menyebabkan
berkurangnya respons pernapasan terhadap CO2 meski hanya diberikan dalam jumlah kecil,
sehingga dapat berdampak serius di ruang pemulihan (pasien jadi lebih lama dalam keadaan
tidak sadar).
Efek terhadap SSP adalah peningkatan aliran darah serebral yang berakibat pada sedikit
peningkatan tekanan intrakranial (TIK). N2O juga meningkatkan konsumsi oksigen serebral.
Efek terhadap neuromuskular tidak seperti agen anestetik inhalasi lain, di mana N2O tidak
menghasilkan efek relaksasi otot, malah dalam konsentrasi tinggi pada ruangan hiperbarik,
4. Ginjal
Efek terhadap ginjal adalah penurunan aliran darah renal (dengan meningkatkan
resistensi vaskular renal) yang berujung pada penurunan laju filtrasi glomerulus dan jumlah
urin.
Efek terhadap hepar adalah penurunan aliran darah hepatik (namun dalam jumlah yang
lebih ringan dibandingkan dengan agen inhalasi lain). Efek terhadap gastrointestinal adalah
adalanya mual muntah pascaoperasi, yang diduga akibat aktivasi dari chemoreceptor trigger
zone dan pusat muntah di medula. Efek ini dapat muncul pada anestesi yang lama.
N2O sukar larut dalam darah, dan merupakan anestetik yang kurang kuat sehingga kini
hanya dipakai sebagai adjuvan atau pembawa anestetik inhalasi lain karena
kesukarlarutannya ini berguna dalam meningkatkan tekanan parsial sehingga induksi dapat
lebih cepat (setelah induksi dicapai, tekanan parsial diturunkan untuk mempertahankan
anestesia). Dengan perbandingan N2O:O2 = 85:15, induksi cepat dicapai tapi tidak boleh
terlalu lama karena bisa mengakibatkan hipoksia (bisa dicegah dengan pemberian O2 100%
setelah N2O dihentikan). Efek relaksasi otot yang dihasilkan kurang baik sehingga
dibutuhkan obat pelumpuh otot. N2O dieksresikan dalam bentuk utuh melalui paru-paru dan
Dengan secara ireversibel mengoksidasi atom kobalt pada vitamin B12, N2O
menginhibisi enzim yang tergantung pada vitamin B12, seperti metionin sintetase yang
penting untuk pembentukan myelin, serta thimidilar sintetase yang penting untuk sintesis
DNA. Pemberian yang lama dari gas ini akan menghasilkan depresi sumsum tulang (anemia
Kombinasinya dengan agen anestetik inhalasi lain dapat menurunkan MAC agen
inhalasi tersebut sampai 50%, contohnya halotan dari 0,75% menjadi 0,29% atau enfluran
2.3.2 Halotan
mudah terbakar atau meledak (meski dicampur oksigen). Halotan berbentuk cairan tidak
berwarna dan berbau enak. Botol berwarna amber dan pengawet timol berguna untuk
menghambat dekomposisi oksidatif spontan. Halotan merupakan anestetik kuat dengan efek
analgesia lemah, di mana induksi dan tahapan anestesia dilalui dengan mulus, bahkan pasien
akan segera bangun setelah anestetik dihentikan. Gas ini merupakan agen anestestik inhalasi
paling murah, dan karena keamanannya hingga kini tetap digunakan di dunia.
1. Sistem Kardiovaskular
Halotan menyebabkan 50% depresi tekanan darah dan curah jantung. Halotan dapat
secara langsung menghambat otot jantung dan otot polos pembuluh darah serta menurunkan
aktivitas saraf simpatis. Penurunan tekanan darah terjadi akibat depresi langsung pada
simpatoadrenal tidak dihambat oleh halotan (sehingga peningkatan PCO2 atau rangsangan
pembedahan tetap memicu respons simpatis). Makin dalam anestesia, makin jelas turunnya
kontraksi miokard, curah jantung, tekanan darah, dan resistensi perifer. Efek bradikardi
disebabkan aktivitas vagal yang meningkat. Automatisitas miokard akibat halotan diperkuat
oleh pemberian agonis adrenergik (epinefrin) yang menyebabkan aritmia jantung. Efek
vasodilatasi yang dihasilkan pada pembuluh darah otot rangka dan otak dapat meningkatkan
aliran darah.
2. Sistem Respirasi
Efek terhadap respirasi adalah pernapasan cepat dan dangkal. Peningkatan laju napas
ini tidak cukup untuk mengimbangi penurunan volume tidal, sehingga ventilasi alveolar turun
dan PaCO2. Depresi napas ini diduga akibat depresi medula (sentral) dan disfungsi otot
interkostal (perifer). Halotan diduga juga sebagai bronkodilator poten, di mana dapat
mencegah bronkospasme pada asma, menghambat salivasi dan fungsi mukosiliar, dengan
relaksasi otot maseter yang cukup baik (sehingga intubasi mudah dilakukan), namun dapat
mengakibatkan hipoksia pascaoperasi dan atelektasis. Efek bronkodilatasi ini bahkan tidak
serebral dan meningkatkan aliran darah otak, sehingga ICP meningkat, namun aktivitas
serebrum berkurang (gambaran EEG melambat dan kebutuhan O2 yang berkurang). Efek
terhadap neuromuskular adalah relaksasi otot skeletal dan meningkatkan kemampuan agen
Efek terhadap ginjal adalah menurunkan aliran darah renal, laju filtrasi glomerulus, dan
jumlah urin, semua ini diakibatkan oleh penurunan tekanan darah arteri dan curah jantung.
Efek terhadap hati adalah penurunan aliran darah hepatik, bahkan dapat menyebabkan
vasospasme arteri hepatik. Selain itu, metabolisme dan klirens dari beberapa obat (fentanil,
Eksresi halotan utamanya melalui paru, hanya 20% yang dimetabolisme dalam tubuh
untuk dibuang melalui urin dalam bentuk asam trifluoroasetat, trifluoroetanol, dan bromida.
Halotan dioksidasi di hati oleh isozim sitokrom P-450 menjadi metabolit utamanya, asam
Disfungsi hepatik pascaoperasi dapat disebabkan oleh: hepatitis viral, perfusi hepatik yang
terganggu, penyakit hati yang mendasari, hipoksia hepatosit, dan sebagainya. Penggunaan
berulang dari halotan dapat menyebabkan nekrosis hati sentrolobular dengan gejala
Halotan dikontraindikasikan pada pasien dengan disfungsi hati, atau pernah mendapat
halotan sebelumnya. Halotan sebaiknya digunakan secara hati-hati pada pasien dengan massa
intrakranial (kemungkinan adanya peningkatan TIK). Efek depresi miokard oleh halotan
dapat dieksaserbasi oleh agen penghambat adrenergik (seperti propanolol) dan agen
tekanan darah dan aritmia. Kombinasi halotan dan aminofilin berakibat aritmia ventrikel.
2.3.3 Isofluran
Merupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar. Memiliki struktur kimia yang
mirip dengan enfluran, isofluran berbeda secara farmakologis dengan enfluran. Isofluran
berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara inspirasi menyebabkan pasien menahan
napas dan batuk. Setelah premedikasi, induksi dicapai dalam kurang dari 10 menit, di mana
mengamati kedalaman anestesia adalah penurunan tekanan darah, volume dan frekuensi
1. Sistem Kardiovaskular
Secara in vivo, isofluran menyebabkan depresi kardiak minimal, curah jantung dijaga
dengan peningkatan frekuensi nadi. Stimulasi adrenergik meningkatkan aliran darah otot,
menurunkan resistensi vaskular sistemik, dan menurunkan tekanan darah arteri (karena
vasodilatasi). Dilatasi juga terjadi pada pembuluh darah koroner sehingga dipandang lebih
aman untuk pasien dengan penyakit jantung (dibanding halotan atau enfluran), namun
ternyata dapat menyebabkan iskemia miokard akibat coronary steal (pemindahan aliran darah
2. Sistem Respirasi
Efek terhadap respirasi serupa dengan semua agen anestetik inhalasi lain, yakni depresi
napas dan menekan respons ventilasi terhadap hipoksia, selain itu juga berperan sebagai
bronkodilator. Isofluran juga memicu refleks saluran napas yang menyebabkan hipersekresi,
batuk, dan spasme laring yang lebih kuat dibanding enfluran. Isofluran juga mengganggu
fungsi mukosilia sehingga dengan anestesi lama dapat menyebabkan penumpukan mukus di
saluran napas.
Efek terhadap SSP adalah saat konsentrasi lebih besar dari 1 MAC, isofluran dapat
adalah merelaksasi otot skeletal serta meningkatkan efek pelumpuh otot depolarisasi maupun
Efek terhadap ginjal adalah menurunkan aliran darah renal, laju filtrasi glomerulus, dan
jumlah urin. Efek terhadap hati adalah menurunkan aliran darah hepatik total (arteri hepatik
Isofluran dimetabolisme menjadi asam trifluoroasetat, dan meski kadar fluorida serum
meningkat, kadarnya masih di bawah batas yang merusak sel. Belum pernah dilaporkan
adanya gangguan fungsi ginjal dan hati sesudah penggunaan isofluran. Penggunaannya tidak
dianjurkan untuk wanita hamil karena dapat merelaksasi otot polos uterus (perdarahan
persalinan). Penurunan kewaspadaan mental terjadi 2-3 jam sesudah anestesia, tapi tidak
2.3.4 Desfluran
Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak mudah meledak, bersifat absorben
dan tidak korosif untuk logam. Karena sukar menguap, dibutuhkan vaporiser khusus untuk
desfluran. Dengan struktur yang mirip isofluran, hanya saja atom klorin pada isofluran
diganti oleh fluorin pada desfluran, sehingga kelarutan desfluran lebih rendah (mendekati
N2O) dengan potensi yang juga lebih rendah sehingga memberikan induksi dan pemulihan
yang lebih cepat dibandingkan isofluran (5-10 menit setelah obat dihentikan, pasien sudah
respons terhadap rangsang verbal). Desfluran lebih digunakan untuk prosedur bedah singkat
atau bedah rawat jalan. Desfluran bersifat iritatif sehingga menimbulkan batuk, spasme
laring, sesak napas, sehingga tidak digunakan untuk induksi. Desfluran bersifat kali lebih
poten dibanding agen anestetik inhalasi lain, tapi 17 kali lebih poten dibanding N2O.
Efek terhadap kardiovaskular desfluran mirip dengan isofluran, hanya saja tidak seperti
isofluran, desfluran tidak meningkatkan aliran darah arteri koroner. Efek terhadap respirasi
adalah penurunan volume tidal dan peningkatan laju napas. Secara keseluruhan terdapat
penurunan ventilasi alveolar sehingga terjadi peningkatan PaCO2. Efek terhadap SSP adalah
vasodilatasi pembuluh darah serebral, sehingga terjadi peningkatan TIK, serta penurunan
konsumsi oksigen oleh otak. Tidak ada laporan nefrotoksik akibat desfluran, begitu juga
dan hipertensi intrakranial. Desfluran juga dapat meningkatkan kerja obat pelumpuh otot
kadar alveolar yang cepat membuatnya menjadi pilihan yang tepat untuk induksi inhalasi
yang cepat dan mulus untuk pasien anak maupun dewasa. Induksi inhalasi 4-8% sevofluran
dalam 50% kombinasi N2O dan oksigen dapat dicapai dalam 1-3 menit.
vaskular sistemik dan tekanan darah arterial secara ringan juga mengalami penurunan, namun
lebih sedikit dibandingkan isofluran atau desfluran. Belum ada laporan mengenai coronary
steal oleh karena sevofluran. Agen inhalasi ini dapat mengakibatkan depresi napas, serta
bersifat bronkodilator. Efek terhadap SSP adalah peningkatan TIK, meski beberapa riset
menunjukkan adanya penurunan aliran darah serebral. Kebutuhan otak akan oksigen juga
mengalami penurunan. Efeknya terhadap neuromuskular adalah relaksasi otot yang adekuat
sehingga membantu dilakukannya intubasi pada anak setelah induksi inhalasi. Terhadap
ginjal, sevofluran menurunkan aliran darah renal dalam jumlah sedikit, sedangkan terhadap
hati, sevofluran menurunkan aliran vena porta tapi meningkatkan aliran arteri hepatik,
menjadi produk akhir yang nefrotoksik. Meski kebanyakan riset tidak menghubungkan
sevofluran dengan gangguan fungsi ginjal pascaoperasi, beberapa ahli tidak menyarankan
pemberian sevofluran pada pasien dengan disfungsi ginjal. Sevofluran juga dapat didegradasi
menjadi hidrogen fluorida oleh logam pada peralatan pabrik, proses pemaketannya dalam
botol kaca, dan faktor lingkungan, di mana hidrogen fluorida ini dapat menyebabkan luka
bakar akibat asam jika terkontak dengan mukosa respiratori. Untuk meminimalisasi hal ini,
ditambahkan air dalam proses pengolahan sevofluran dan pemaketannya menggunakan
hipertensi intrakranial. Sevofluran juga sama seperti agen anestetik inhalasi lainnya, dapat