Anda di halaman 1dari 6

Cekungan sedimen merupakan suatu daerah rendahan, yang terbentukoleh proses tektonik,

dimana sedimen terendapkan. Pada proses terbentuknya cekungan akan terjadi perubahan-purubahan

morfologi dalam cekungan itu, morfologi-morfologi ini disebut sebagai lingkungan pengendapan.

Lingkungan pengendapan adalah suatu daerah di permukaan bumi dimana terdapat sesuatu

bahan yang terendapkan atau terdapat suatu deposit. Lingkungan pengendapan dapat dibedakan

dengan daerah sekitarnya berdasarkan karakteristik biologi, kimia, dan fisiknya. Secara gasris besar

lingkungan pengendapan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : darat, transisi, dan laut. Dengan

mengetahui lingkungan pengendapan dan perubahannya dari waktu ke waktu dari sebuah cekungan

maka kita akan dapat mengetahui petroleum system dari cekungan tersebut.

Cekungan Sumatera Selatan adalah salah satu cekungan penghasil minyak terbesar di

Indonesia dengan total temuan cadangan minyak sekitar 3000 MMBOE dan gas 7000 MMBOE

( Ginger dan Fielding 2005). Meskipun demikian hingga saat ini eksplorasi di cekungan Sumatera

Selatan masih tetap dilakukan untuk menambah cadangan dan memenuhi kebutuhan energi nasional.

Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan dalam ekslorasi dibutuhkan studi yang lebih

banyak salah satunya adalah rekonstruksi paleogeografi dan peta persebaran RW.

2.1.5 Petroleum System Cekungan Sumatera Selatan

Dalam ekplorasi hidrokarbon salah satu elemen penting yang harus dipelajari dan diketahui

adalah konsep petroleum system. Petroleum system merupakan seluruh elemen dan proses

yang terdapat pada suatu cekungan sedimen yang diperlukan untuk terakumulasinya

hidrokarbon (Bailei, A. D., 1992, vide Pusdep Pertamina). Selain konsep petroleum system,

dalam eksplorasi migas dikenal juga istilah hydrocarbon play yang sangat berkaitan erat

dengan konsep petroleum system itu sendiri. Hydrocarbon Play adalah suatu model yang

memperlihatkan kombinasi seluruh elemen petroleum system yang menghasilkan akumulasi


hidrokarbon pada level stratigrafi (perangkap) tertentu (Perrodon,1983, vide Pusdep

Pertamina). Bila dilihat secara geografi, pembentukanhidrokarbon pada cekungan sumatera

selatan yang menjadi daerah penelitian tidak tersebar secara merata karena akumulasi

hidrokarbon dikontrol oleh beberapa faktor, yaitu struktur geologi, fasies, ketebalan

pengendapan dan kedekatan source rock yang sudah cukup matang. Berdasarkan konsep

petroleum system, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh

minyak dan gas bumi diantaranya :

1. Batuan Induk (Source Rock)

Batuan induk adalah salah satu aspek dalam petroleum system yang harus

dipenuhi agar terbentuk suatu sistem akumulasi hidrokarbon. Secara sederhana batuan

induk dapat diartikan sebagai batuan yang berperansebagai sumber hidrokarbon.

Beberapa pengertian batuan induk menurut para ahli :

Batuan induk (source rocks) adalah batuan sedimen berbutir halus yang memiliki

kapabilitas sebagai sumber hidrokarbon (Waples, 1985).

Batuan induk adalah batuan sedimen yang sedang, akan, atau telah menghasilkan

hidrokarbon (Tissot and Welte, 1984 vide Peter and Cassa, 1994).

Berdasarkan analisa Shell Team (1978), hidrokarbon di Cekungan Sumatera

Selatan berasal dari batuan induk yang potensial yaitu batulempung hitam Formasi

Lemat (De Coster, 1974), lignit (batubara), batulempung Formasi Talang Akar dan

batulempung Formasi Gumai. Formasi Lemat mengalami perubahan fasies yang cepat

ke arah lateral sehingga bertindak sebagai batuan induk yang baik dengan kandungan

material organiknya 1,2% - 3 %. Landaian suhu berkisar 4,80 C / 100 m -5,30 C / 100

m, sehingga kedalaman pembentukan minyak yang komersil terdapat pada kedalaman

2000 3000 m. Formasi yang paling banyak menghasilkan yang diketahui hingga

saat ini adalah Formasi Talang Akar, dengan kandungan material organik yang
berkisar antara 0,5% - 1,5 %. Diperkirakan di bagian tengah cekungan, Formasi

Talang akar telah mencapai tingkat lewat matang. Minyak di Cekungan Sumatera

Selatan berasal dari batuan induk yang banyakmengandung lignit (batubara) karena

banyak mengandung kerogen wax. Formasi Gumai mempunyai kandungan material

organik yang berkisar antara 1% - 1,38% di Subcekungan Jambi, sedangkan di

Subcekungan Sumatera Selatan tidak ada yang menunjukkan bahwa formasi ini dapat

bertindak sebagai batuan induk. Sistem pemanasan (kitchen) batuan induk di

Cekungan Sumatera Selatan adalah akibat panas yang dihasilkan oleh bidang-bidang

sesar yang terbuka pada graben/half graben, sehingga cukup untuk menghasilkan

hidrokarbon.

2. Migrasi

Migrasi adalah proses trasportasi minyak dan gas dari batuan sumber menuju

reservoir. Proses migrasi berawal dari migrasi primer (primary migration), yakni

transportasi dari source rock ke reservoir secara langsung. Lalu diikuti oleh migrasi

sekunder (secondary migration), yakni migrasi dalam batuan reservoir nya itu sendiri

(dari reservoir bagian dalam ke reservoir bagian dangkal). Migrasi hidrokarbon di

Cekungan Sumatera Selatan ditafsirkan sebagai migrasi lateral atau migarsi vertikal.

Migrasi lateral yang terjadi pada bagian dalam cekungan mengakibatkan terjadi

pengisian hidrokarbon pada perangkap-perangkap stratigrafi yang terbentuk pada

zona engsel (hinge zone). Migrasi secara vertikal terjadi melalui bidang patahan dan

bidang ketidakselarasan antara batuan dasar dengan lapisan sedimen di atasnya.

Migrasi sekunder memegang peranan penting dalam proses akumulasi dan

pemerangkapan hidrokarbon mengingat posisi perangkap merupakan daerah tinggian

purba (basement paleo).

3. Batuan Reservoar
Batuan reservoar secara sederhana dapat diartikan sebagai batuan yang dapat

menyimpan dan mengalirkan hidrokarbon. Dari pengertian tersebut dapat disimpulakn

batuan reservoar harus memiliki porositas dan permeabilitas yang baik. Beberapa

lapisan yang dapat menjadi batuan reservoar pada Cekungan Sumatera Selatan

diantaranya adalah lapisan batupasir yang terdapat dalam Formasi Lemat, Formasi

Talang Akar, Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim. Pada Subcekungan

Jambi, produksi terbesarterdapat pada batuan reservoar Formasi Air Benakat .

Batupasir alasnyamempunyai porositas 27%, batupasir delta porositasnya 20%, dan

batupasir laut dangkal mempunyai porositas 10%. Batupasir konglomeratan dari

Formasi Talang Akar merupakan reservoir kedua yang memproduksi minyak dengan

porositas 30%. Batugamping Formasi Baturaja berproduksi minyak hanya di bagian

tenggara Subcekungan Jambi dengan porositas 19%. Formasi Gumai memiliki

interval resrervoar dan lapisan penutup bagi reservoar Formasi Baturaja. Pada

Subcekungan Palembang produksi minyak terbesar terdapat pada batuan reservoar

Formasi Talang Akar dan Formasi Baturaja. Porositas lapisan batupasir berkisar antara

15%-28%. Reservoar dari Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim merupakan

penghasil minyak terbesar kedua setelah Formasi Talang Akar dan Formasi Baturaja.

Batugamping dari Formasi Baturaja menghasilkan kondensat dan gas di tepi sebelah

barat dan timur dari Subcekungan Palembang. Selain itu di Cekungan Sumatera

Selatan juga ditemukan reservoar hidrokarbon pada batuan dasar Pra-Tersier yang

merupakan fenomena menarik. Hingga saat ini beberapa sumur eksplorasi yang

terbukti menghasilkan hidrokarbon pada reservoar batuan beku (granidiorit) dan

batuan metamorf (slate) yang berumur Mesozoikum (Par-tersier). Hidrokarbon

terperangkap pada zona-zona rekahan yang terbentuk akibat aktivitas tektonik yang
sangat intensif pada zaman Miosen Tengah dan mencapai puncaknya pada Plio-

Pleistosen.

4. Batuan Penutup (Seal Rock)

Batuan penutup (Seal Rock) atau yang sering disebut juga batuan tudung

adalah batuan yang memiliki porositas dan permebilitas yang kecil. Batuan Ini

memiliki peran sebagai penyekat yang bersifat tidak permeable seperti batulempung /

mudstone. Batuan penutup pada Cekungan Sumatera Selatan umumnya merupakan

lapisan batulempung yang tebal dari Formasi Gumai, Formasi Air Benakat dan

Formasi Muara Enim. Selain itu, terjadinya perubahan fasies ke arah lateral atau

adanya sesar-sesar dapat juga bertindak sebagai penutup atau tudung. Batulempung

pada Formasi Gumai menjadi penutup pada reservoar Formasi Baturaja.

5. Jebakan/Perangkap (Trap)

Perangkap (trap) secara sederhana dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat

menahan minyak dan gas bumi agar tidak berpindah ke tempat lain. Suatu trap harus

terdiri dari batuan Reservoir sebagai wadah penyimpanan hidrokarbon dan suatu set

batuan penutup (seal) agar sebagai penutup agar tidak terjadi migrasi lagi. Proses

migrasi dan pembentukan trap tidak saling berhubungan dan terjadi di waktu yang

berbeda. Waktu pembentukan trap sangat penting, karena jika trap terbentuk sebelum

hidrokarbon bermigrasi maka kemungkinan besar akan ditemukan akumulasi

hidrokarbon di dalam trap. Namun jika sebaliknya, maka kemungkinan hidrokarbon

telah melewati trap tersebut. Jebakan (trap) terdiri dari beberapa tipe. Adapun tipe

jebakan tersebut, yaitu:

o Jebakan Struktural

Jebakan struktural, dipengaruhi oleh kejadian deformasi perlapisan dengan

terbentuknya struktur lipatan maupun patahan yang merupakan respon dari


kejadian tektonik dan merupakan perangkap yang paling asli dan perangkap

yang paling penting.

o Jebakan Stratigrafi

Jebakan stratigrafi, dipengaruhi oleh variasi perlapisan secara vertikal dan

lateral, perubahan fasies batuan dan ketidakselarasan dan variasi lateral dalam

litologi pada suatu lapisan reservoar dalam perpindahan minyak bumi.

o Jebakan Kombinasi

Jebakan kombinasi adalah jebakan yang dipengaruhi oleh kombinasi antara

jebakan struktural dan jebakan stratigrafi. Dimana pada perangkap jenis ini

merupakan struktur dan stratigrafi menjadi faktor gabungan yang menjadi

pembatas gerak atau penjebak minyak bumi agar tidak berpindah dari

reservoar. Pada umumnya perangkap hidrokarbon di Cekungan Sumatera

Selatan merupakan struktur antiklinal dari suatu antiklinorium yang terbentuk

pada Plio-Pleistosen seperti pada Formasi Muara Enim. Struktur Sesar, baik

normal maupun mendatar, dapat bertindak sebagai perangkap minyak.

Perangkap stratigrafi terjadi pada batu gamping terumbuFormasi Baturaja,

betuk kipas Formasi Lemat, dan bentuk membaji Formasi Air Benakat dan

Formasi Talang Akar.

Anda mungkin juga menyukai