DISUSUN OLEH :
KELAS : XI MIIA 1
NO. ABSEN : 17
Dari uraian di atas, jelaslah terlihat bahwa wacana merupakan suatu pernyataan atau
rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan dan memiliki hubungan
makna antarsatuan bahasanya serta terikat konteks. Dengan demikian apapun bentuk
pernyataan yang dipublikasikan melalui beragam media yang memiliki makna dan terdapat
konteks di dalamnya dapat dikatakan sebagai sebuah wacana.
b. CIRI-CIRI WACANA
c. MACAM-MACAM WACANA
1. Berdasarkan jenis wacana dapat ditinjau dari media yang digunakan atau tertulis
tidaknya:
a. Wacana Lisan wacana yang disampaikan dengan media lisan, secara lisan.
b. Wacana tulis wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis.
2. Berdasarkan sifatnya
a. Wacana transaksional (jika yang dipentingkan isi komunikatif)
Contoh : Pidato, Ceramah, Makalah, Cerita, Tesis.
b. Wacana interaksional (jika merupakan komunikasi timbal balik )
Contoh : Percakapan, Debat, Diskusi, Surat-menyurat.
b. Wacana dialog
Wacana dialog melibatkan dua orang penutur, yang secara pergantian atau bergiliran bisa
berperan ganda, yaitu sebagai penyapa dan sebagai pesapa.
c. Wacana polilog
Wacana yang melibatkan pelaku wacana lebih dari dua orang. Dalam wacana polilog ini juga
terjadi pertukaran informasi karena setiap pelaku pada wacana ini memiliki peran ganda
secara bergantian.
b. Wacana prosedural
Rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara beruntun yang tidak boleh dibolak-balik
unsurnya, karena urgensi unsur yang lebih dahulu menjadi landasan unsur berikutnya.
c. Wacana hotatori
Tuturan yang isinya bersifat ajakan atau nasihat. Kadang-kadang tuturan itu bersifat
memperkuat keputusan agar lebih meyakinkan. Sedangkan tokoh penting didalamnya adalah
orang kedua (pesapa).
d. Wacana ekspositori
Rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran dengan cara
menyampaikan uraian bagian-bagian taua detailnya. Tujuan pokoknya adalah tercapainya
tingkat pemahaman akan sesuatu itu supaya lebih jelas, mendalam, dan luas. Kadang-kadang
wacana ini berbentuk ilustrasi, contoh, perbandingan, uraian secara kronologis.
e. Wacana deskripsi
Rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan
pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana
deskripsi adalah tercapainya penghayatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga
pesapa merasakan seolah-olah ia sendiri mengalami atau mengetahuinya secara langsung.
B. PARAGRAF
a. PENGERTIAN PARAGRAF
Paragraf (Alenia) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan
lebih luas dari pada kalimat. Alenia merupakan kumpulan kalimat, tetapi kalimat yang bukan
sekedar berkumpul, melainkan berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu
rangkaian yang membentuk suatu kalimat, dan juga bisa disebut dengan penuangan ide
penulis melalui kalimat atau kumpulan alimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan
hanya memiliki suatu topic atau tema. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat.
Dalam paragraph terkandung satu unit pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam
kalimat tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topic, dan kalimat
penjelas sampai kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam satu
rangkaian untuk membentuk suatu gagasan.
Panjang pendeknya suatu paragraph akan ditentukan oleh banyak sedikitnya gagasan
pokok yang diungkapkan. Bila segi-seginya banyak, memang layak kalau alenianya sedikit
lebih panjang, tetapi seandainya sedikit tentu cukup dengan beberapa kalimat saja.
b. CIRI-CIRI PARAGRAF
Kalimat pertama bertakuk (block style) ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis
karangan biasa, misalnya surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah
formal, misalnya: makalah, skripsi, desertasi, dll. Karangan berbentuk lurus dan tidak
bertakuk ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada
antar baris lainnya
Struktur paragraph yang bersifat deduktif ini dimulai oleh kalimat inti, kemudian diikuti
uraian, penjelasan argumentasi, dan sebagainya. Dimulai dengan pernyataan (yang tentunya
brsifat umum), kemudian kalimat-kalimat berikutnya berusaha membuktikan pernyataan tadi
dengan menyebutkan hal-hal khusus, atau detail-detail seperlunya.
2. Induktif
Struktur paragraph yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola yang bersifat
deduktif. Pola ini tidak dimulai dengan kalimat inti, dimulai dengan menyebutkan hal-hal
khusus atau uraian yang merupakan anak tangga untuk mengantarkan pembaca kepada
gagasan pokok yang terdapat pada kalimat inti di akhir alenia. Jadi anak-anak tangga itu
disusuk untuk mencapai klimaks.
Pola paragraph yang ketiga ini adalah gabungan dari dua pola diatas (1, dan 2). Di sini,
pada kalimat pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah dinyatakan; tetapi pada
kalimat terakhir, kembali diulang sekali gagasan pokok tersebut.
Dalam pola ini, gagasan pokok tidak terbatas hanya dalam satu kalimat saja. Inti
persoalannya akan didapati pada hampir semua kalimat pada paragraf tersebut. Kita harus
membaca seluruh kalimat dalam paragraf itu, baru dapat memahami gagasan yang hendak
disampaikan oleh pengarangnya.
Jenis alinea dapat pula ditentukan berdasarkan cara kita mengembangkan ide dan alat
bantu yang digunakan untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide atau keruntunan ide.
Jenis alinea tersebut adalah :
a. Alinea/Paragraf Definisi
Contoh :
Loyalitas pelanggan adalah suatu sikap dan prilaku seseorang untuk tetap bertahan
dalam membeli sesuatu pada took yang diyakininya sebagai took yang dapat dipercaya,baik
tentang harga maupun tentang kualitas barag.Meskipun banyak took-toko baru yang
bermunculan,ia tetap menjadi pelanggan yang setia pada took itu betapapun gencarnya usaha
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan lain,keyakinannya tidak goyah terhadap took
yang dilangganiya. Ide pokok pada alinea atau paragraf ini merupakan suatu definisi yang
terdapat pada bagian awal.Jadi, alinea ini merupakan alinea definisi dan juga alinea deduktif.
b. Alinea contoh
Contoh :
Perubahan telah terjadi pada industri tradisional.Berbagai jenis peralatan produk baru
seperti mesin potong, mesin pres, mesin bor, mesin bubut mesin las kini telah meningkat
kapasitasnya dengan berlipat ganda. Kapasitas mesin potong pada industri modern telah
banyak meningkat sebanyak ribuan kalilipat selama 1900-an. Hal ini dimungkinkan karena
telah ditemukannya logam yang tetap keras meskipun dioprasikan dalam kecepatan sangat
tinggi. Disamping itu, telah tercipta pula mesin-mesin peralatan yang sangat kuat untuk
mendukung proses tersebut. Ide pokok pada paragraph diatas dikembangkan dngan
menggunakan contoh.ide pokok terdapat pada bagia awal jadi alinea ini juga merupakan
alinea deduktif.
c. Alinea perbandingan
Contoh :
d. Alinea analogi
Contoh :
Ide pokok pada paragraf atau alinea diatas terdapat pada bagian awal. Jadi alinea ini
termasuk alinea deduktif. Pengungkapan ide dijelaskan dengan membandingkan ide pokok
(bahasa sebagai alat) secara analogi dengan menggunakan hal lain yang sama karakternya
dengan bahasa sebagai alat dalam penulisan karangan ilmiah,yaitu kendaraan (mobil) sebagai
alat untuk mencapai tempat tujuan dengan selamat.
Contoh :
Pendanaan bank diperoleh dari berbagai sumber,yaitu yang bersumber dari pemilik
bank,dari masyarakat penanam modal,dari masyarakat sebagai nasabah.Setiap pihak
menyandang dana mempunyai kepentingan dalam ropda kegiatan aliran arus dana.Tidak ada
di antara mereka yang mau dirugikandalam kebijakan pelasanaan kegiatan tersebut.Masing-
masing mengharapkan keuntungan sesuai dengan ketentuan dan cara-cara yang lazim.Oleh
sebab itu,majemen perbankan yang sehat memegang peranan penting dalam pengelolaan
dana yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penghimpunan, penyaluran, serta
pengendalian dana sehingga tidak ada pihak yang dikecewakan.
Ide pokok pada alinea di atas terdapat pada bagian akhir yang merupakan kesimpulan
dari pernyataan-pernyataan yang dikemukakan sebelumnya (klimaks). Pengungkapan ide
dijelaskan dengan hubungan sebab akibat.
Contoh :
Ide pokok pada alinea diatas terdapat pada bagian awal.Jadi alinea ini termasuk alinea
deduktif. Ide dikembangkan dengan hubungan sebab-akibat.Kalimat ketiga menyatakan
adanya penyebab masalah ekonomi. Kalimat terakhir mengandung ide yang menyatakan
akibat dari pernyataan pada kalimat ketiga.Hal ini dipertegas pula oleh adanya ungkapan
penghubung oleh sebab itu sebagai penanda adanya hubungan kolerasi secara eksplisit.
c. Alinea Campuran
Contoh :
Koperasi merupakan badan usaha yang mengutamakan kesejahteraan ekonomi
anggotanya.Mencari keuntungan besar tidak menjadi tujuan utamanya.Modalnya
dikumpulkan dari anggotanya.Kegiatan usahanya juga dilakukan oleh
anggotanya.Keuntungan yang diperoleh badab usaha ini juga diperuntukan bagi
anggotanya.Oleh sebab itu,bila usaha ini dilakuka dengan baik dan jujur,koperasi ini betul-
betul dapat mensejahterakan keadaan ekonoi anggotanya.
Ide pokok alinea terdapat pada kalimat awal dan akhir. Jadi,alinea ini merupakan
alinea campuran alinea deduktif dan induktif yang disingkat dengan sebutan alinea camouran.
Ide pada kalimat akhir alinea ini merupakan penegasan bterhadap ide yang diungkapkan pada
kalimat awal.Jadi,ide pokok pada alinea ini tetap satu. Kaitan ide antarkalimat yang
membentuk alinea ii dinyatakan secara eksplisit, yaitu dengan menggunakan akhiran (-nya)
yang mengacu pada koperasi sebagai suatu badanusaha.
e. Alinea Proses
Contoh :
f. Alinea Deskriptif
Suatu lembah dikelilingi tebing terjal yang ditumbuhi oleh berbagai jenis
pepohonan.beberapa ekor kera bermain sambil berlompatan di antara batang pohon.Di tengah
lembah terdapat sebuah sungai yang airnya jernih dan sejuk.Sungai itu tidak terlalu
dalam.beberapa orang remaja berjingkrak menyrbrangi sungai sambil bergurau.Di pinggir
sungai juga banyak remaja berjalan-jalan dan ada juga yang sedang mengabadikan
pemandangan alam yang indah itu dengan kameranya.Sebagian ada yang duduk di bawah
naungan pohon yang rindang sambil bercengkrama.Udara di lembah itui sangat
sejuk.Sungguh suatu pemandangan yang indah dengan suasana yang menyenangkan.
Ide pada alinea di atas dikembangkan secara deskriptif.Tidak ada salah satu kalimat
yang mengandung ide pokok.Walaupun secara eksplisit tidak dinyatakan ide pokoknya pada
alinea ini,pembaca alinea ini dapat mengetahui ide pokoknya adalah suatu lokasi pariwisata
yang sangat indah yang sering dikunjungi oleh para remaja pada waktu hari libur.Jadi,ide
pokok pada alinea deskriptif tetap ada,hanya tidak dinyatakan secara eksplisit.Ide pokok
dapat diketahui pembaca dengan cara menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang
diungkapkan pada alinea ini.
C. KALIMAT
a. PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri memiliki pola intonasi
final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa yang digunakan sebagai sarana
untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan
kepada orang lain, atau bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek dan predikat,
mempunyai intonasi dan bermakna
b. CIRI-CIRI KALIMAT
Ciri-ciri sebuah kalimat yang baik dan benar, harus sesuai dengan unsur-unsur
pembentukan kalimat. Kalimat yang baik harus sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia,
salah satunya ada subjek, predikat, objek, dan keterangan.
2. Predikat
Predikat adalah unsur kalimat yang memerikan atau memberitahukan apa, mengapa,
bagaimana atau berapa tentang subjek kalimat. Predikat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Merupakan jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa, atau berapa
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaansebagai
apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina
penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat
yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kata atau kelompok kata sifat, kata atau
kelompok kata benda, kata atau kelompok kata bilangan.
3. Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat perbuatan
subjek. Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat dan tidak dikenai perbuatan
subjek. Pelengkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek dalam kalimat itu.
Berupa kata/kelompok kata sifat atau klausa.
Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.
5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang
suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu,
cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam,
pada, kepada, terhadap,tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat
ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan
sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya
memiliki satu subjek dan predikat.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak
kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat
konjungsi didalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis
kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya.
Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
Jenis Konjungsi
Penggabungan Dan
penguatan/Penegasan Bahkan
Pemilihan Atau
Contoh:
Jenis Konjungsi
penjelasan Bahwa
kenyataan Padahal
Contoh:
Contoh:
7. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu
buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
a. Cepot (S) membeli (P) pulpen(O)
b. Si Kancil (S) melompat (P)
9. Kalimat Aktif
Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau
aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua
macam :
a. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita
o Ibu membeli sayur.
o Dodo menyukai teman sekelasnya.
b. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
o Adik menangis
o Bondan berkelahi
Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif dan Kalimat Pasif manjadi Kalimat
Aktif
Untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan juga sebaliknya dapat dilakukan
langkah-langkah mudah berikut ini :
1) Mengubawalan pada Predikat
Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya.
2) Menukar Subyek dengan Obyek dan sebaliknya
Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu sebaliknya.
D. KATA
a. PENGERTIAN KATA
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.
Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian
terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang
memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.
b. CIRI-CIRI KATA :
1. Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung
makna paling.
Contoh: - Anak yang tinggi itu lebih sopan dibandingkan anak yang disebelahnya.
- Orang yang jarang olah raga agak lemah dibandingkan yang sering berolah
raga.
- Rani adalah gadis paling ramah di kampung ini.
- Juned salah satu orang yang sangat menyenangkan yang pernah saya kenal.
- Pak Andi merupakan pribadi yang cukup baik.
3. Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- +
redupliasi (pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya,
dll.
Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk
membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi,
mendatangkan & kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak
diturunkan dari kata tugas sebab & sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang
membentuknya sama tapi kategorinya berbeda.
c. JENIS-JENIS KATA
Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada pada bentuk suatu benda,
bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret.dalam bahasa Indonesia kata
benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata
benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :
1. Kata Benda (Nomina) Dasar: Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata
yang yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah
tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya.
2. Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis
kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks.
Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
1. Verba + (-an).
contoh: Makanan yang dimasak itu untuk korban badai.
2. (Pe-) + Verba.
contoh: Kakek itu seorang pelukis terkenal hingga saat ini.
3. (Pe-) + Adjektiva.
contoh: Sebaiknya kita jauhkan diri dari sifat pemarah.
4. (Per-) + Nomina + (-an).
contoh: Di jaman yang maju ini masih saja ada perbudakan di Tangerang.
Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh
unsur subjek.
2. Kata Kerja Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan
pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat
tersebut kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan
untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.
Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang
tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks
atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :
1. Verba Dasar Bebas: ialah verba yang berupa morfem dasar bebas, misalnya: duduk,
makan, mandi, minum, dll.
Contoh kalimat: - Andi duduk di teras rumah sambil menikmati secangkir kopi.
- Saya makan siang di warteg depan gang itu.
- Sebaiknya kita mandi minimal 2 kali sehari.
- Sebaiknya kita tidak minum sambil berdiri.
2. Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan
proses atau berupa paduan leksem.
Contoh kalimat: - Dia tidak mampu berbuat apa-apa karena posisinya yang
terjepit.
- Ayah saya selalu memikirkan sesuatu yang tak terpikirkan
oleh orang lain.
2. Verba bereduplikasi : makan-makan, ingat-ingat, dll.
Contoh kalimat: - Kemarin sore kami berdua jalan-jalan ke desa untuk cuci
mata.
- Orang itu cuci tangan setelah melakukan kejahatan.
Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda
atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan
kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.
1. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.
2. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.
3. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll:
4. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.
5. Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras
kepala,baik hati, dll.
Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:
1. Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1. Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya.
2. Kata ganti orang pertama jamak, misal: kami, kita.
3. Kata ganti orang kedua tunggal, misal: kamu.
4. Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian, Anda, kau/engkau.
5. Kata ganti orang ketiga tunggal, misal: dia, ia.
6. Kata ganti orang ketiga jamak, misal: mereka, beliau.
Contoh kalimat: - Aku seorang pelaut.
- Kami semua bersaudara.
- Kamu sangat cantik sekali.
- Kalian sangat luar biasa sekali.
- Dia salah satu mahluk cantik di dunia ini.
- Mereka semua bersahabat dari kanak-kanak.
2. Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan
kepemilikan, misal: buku kamu/bukumu, buku aku/bukuku, buku
dia/bukunya,dsb.
3. Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau
benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: di sini, di sana, ini, itu, dsb.
4. Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak
kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: yang, tempat,waktu.
Contoh: Kami sedang menyaksikan pertandingan sepak bola yang disiarkan langsung
dari Myanmar.
5. Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai
sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah apa, siapa, mana.
Contoh: Siapa yang menjadi pemain terbaik di Liga Indonesia tahun lalu?
6. Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau
menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal:
masing-masing, sesuatu, para, dsb.
Contoh: Para siswa diminta untuk membawa buku catatan saat seminar nanti.
Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata
sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata
keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu
lokasi, misal: di sini, di situ, dll.
4. Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya
suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll.
Contoh: Kamu sekarang pasti masih mencintaiku seandainya orang itu tidak hadir ke
kehidupan kita.
5. Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa
sesuatu itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.
Contoh: Kecelakaan itu terjadi karena tidak tertibnya para pengguna jalan.
Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan
sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
Contoh: Berpuluh-puluh kilometer jarak yang aku tempuh hanya untuk menemuimu.
Contoh: Anisa menjadi orang yang pertama merasakan wahana di tempat wisata itu.
G. Kata Tugas
Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal.
Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat
transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan
bentuk. Kata-kata seperti : dengan, telah, dan, tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami
perubahan. Tapi, ada sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya
sangat terbatas, misalnya: tidak, sudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi
menidakkan & menyudahkan.
1. Preposisi
Preposisi (kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda),
misalnya : dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang
menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Jakarta, di rumah, ke
pasar, dari kantor.
2. Konjungsi
Konjungsi (kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa
yang sederajat, misalnya : dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu menghubungkan
kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi (kata sambung)
dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang
sama pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau & serta.
2. Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa
yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian
yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh : baik ....
maupun, tidak .... tetapi.
Contoh kalimat: - Saya tidak suka ucapannya. Biarpun begitu, saya harus tetap santun
kepadanya.
- Sosial media salah satu wadah kita berhubungan dengan teman
lama. Akan tetapi, banyak dari kita yang menyalahgunakannya.
4. Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih
dan klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12
kelompok, yaitu:
1. Konjungsi subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu.
Contoh kalimat: Ayahku seorang petinju, sejak diriku masih kecil.
2. Konjungsi subordinatif syarat : jika, jikalau, bila, kalau.
Contoh kalimat: Kita akan mendapat pahala, jika kita berbuat kebaikan.
3. Konjungsi subordinatif pengandaian : seandainya, seumpama.
Contoh kalimat: Aku akan sangat bahagia, seandainya dirimu menjadi
milikku.
4. Konjungsi subordinatif konsesif : biarpun, sekalipun.
Contoh kalimat: Saya akan terus menyayangimu, sekalipun jarak memisahkan
kita.
5. Konjungsi subordinatif pembandingan : seakan-akan, seperti.
Contoh kalimat: Iwan sangat gelisah semenjak kehilangan tas, seperti orang
kebakaran jenggot.
6. Konjungsi subordinatif sebab : sebab, karena, oleh sebab.
Contoh kalimat: Hubungan Iwan dan Indah harus berpisah sebab tidak
diijinkan oleh orang tuanya.
7. Konjungsi subordinatif hasil : sehingga, sampai.
Contoh kalimat: Adik saya sangat rajin belajar sehingga mendapatkan hasil
yang memuaskan.
8. Konjungsi subordinatif alat : dengan, tanpa.
Contoh kalimat: Bapak itu memukul anaknya dengan tangannya sendiri.
9. Konjungsi subordinatif cara : dengan, tanpa.
Contoh kalimat: Sebelum menikmati makanan itu kita harus memasaknya
terlebih dahulu dengan direbus hingga matang.
10. Konjungsi subordinatif komplementasi : bahwa.
Contoh kalimat: Aku harus jujur bahwa sesungguhnya aku sangat
mencintaimu.
11. Konjungsi subordinatif atribut : yang
Contoh kalimat: Siapa yang bersalah maka dia yang akan dihukum.
12. Konjungsi subordinatif perbandingan : sama ... dengan, lebih ... dari.
Contoh kalimat: Lebih baik yang merah dari pada yang hitam.
3. Artikula
Artikula (kata sandang): ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang
membatasi makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti tapi
memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda,
mensubstansikan suatu kata yang besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata sandang
umum yang terdapat dalam Bahasa Indonesia ialah yang, itu, -nya, si, sang, hang, dang.
Kata-kata sandang seperti sang, hang, dang banyak ditemui dalam kesusastraan lama,
sekarang sudah tidak terpakai lagi terkecuali kata sandang sang. Kata sandang sang
terkadang masih dipergunakan untuk mengagungkan atau untuk menyatakan ejekan maupun
ironi. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa kelompok artikula, yaitu:
1. Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang
dianggap bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar : sang,
hang, dang, sri.
2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok / makna korelatif ialah kata para.
Karena artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya
tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok
guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai ialah para guru bukan para guru-
guru.
Contoh: Si Kabayan merupakan salah satu judul cerita rakyat Jawa Barat.
4. Interjeksi
Interjeksi (kata seru): ialah kata yang mengungungkapkan perasaan. Macam-macam kata
seru yang masih dipakai hingga sekarang ialah :
1. Kata seru asli, yaitu : ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll.
2. Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-
kata benda atau kata-kata lain yang digunakan, contoh : celaka, masa', kasihan, dll.
Contoh: - Insya Allah, jika tidak ada halangan saya akan hadir.
- Demi Allah, saya tidak melakukan hal buruk itu.
- Ya ampun, kamu tidak percaya dengan saya?
5. Partikel Penegas
Partikel Penegas: ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan
bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel
penegas, yaitu: -lah, -kah, -tah & pun.
E. FONEM
a. PENGERTIAN FONEM
Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan
makna kata. Untuk menetapkan apakah suatu bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan harus
dicari pasangan minimalnya. Fonem merupakan bunyi bahasa yang berbeda atau mirip
kedengarannya.
Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada
tempatnya dalam kata atau suku kata. Fonem /p/ dalam bahasa Indonesia, misalnya, dapat
mempunyai dua macam lafal. Bila berada pada awal suku kata, fonem itu dilafalkan secara
lepas. Pada kata /pola/, misalnya, fonem /p/ itu diucapkan secara lepas untuk kemudian
diikuti oleh fonem /o/. Bila berada pada akhir kata, fonem /p/ tidak diucapkan secara lepas;
bibir kita masih tetap rapat tertutup waktu mengucapkan bunyi ini. Dengan demikian, fonem
/p/ dalam bahasa Indonia mempunyai dua variasi.
Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti atau makna
(Gleason,1961: 9). Berdasarkan definisi diatas maka setiap bunyi bahasa, baik segmental
maupun suprasegmental apabila terbukti dapat membedakan arti dapat disebut fonem.
Setiap bunyi bahasa memiliki peluang yang sama untuk menjadi fonem. Namun, tidak
semua bunyi bahasa pasti akan menjadi fonem. Bunyi itu harus diuji dengan beberapa
pengujian penemuan fonem. Nama fonem, ciri-ciri fonem, dan watak fonem berasal dari
bunyi bahasa. Adakalanya jumlah fonem sama dengan jumlah bunyi bahasa, tetapi sangat
jarang terjadi. Pada umumnya fonem suatu bahasa lebih sedikit daripada jumlah bunyi suatu
bahasa.
Menurut Masnur Muslich, fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang
berfungsi membedakan makna. Fonem mengandung fungsi pembeda.
Fonem adalah bunyi bahasa, hal ini sesuai, tetapi bunyi-bunyi bahasa tersebut lebih
diperinci lagi. Bunyi-bunyi bahasa yang dipelajari bukanlah bunyi bahasa yang diperoleh
dari sembarang bahasa, tetapi bunyi bahasa yang dipelajari adalah bunyi bahasa yang
berasal dari alat ucap manusia. Fonem diperoleh dari perbedaan pengucapan bunyi bahasa
oleh seseorang. Fonem mempunyai perbedaan, baik bentuk penulisan maupun bentuk
pelafalannya.
2. Cara mencari fonem yang umum digunakan adalah menggunakan metode pasangan
minimal.
3. Pasangan minimal adalah seperangkat kata yang memiliki jumlah fonem yang sama,
juga jenis fonem yang sama, kecuali satu fonem yang berbeda pada urutan yang sama,
sedangkan arti kata-kata tersebut berbeda.
Ada lima dalil atau lima prinsip yang dapat diterapkan dalam penentuan fonem-fonem suatu
bahasa. Kelima prinsip itu berbunyi sebagai berikut :
1. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berada dalam pasangan minimal
merupakan fonem-fonem.
2. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berdistribusi komplementer
merupakan sebuah fonem.
3. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila bervariasi bebas, merupakan
sebuah fonem.
4. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, yang berada dalam pasangan mirip
merupakan sebuah fonem sendiri-sendiri. Setiap bunyi bahasa yang berdistribusi
lengkap merupakan sebuah fonem.
b. CIRI-CIRI FONEM
Dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis di antara dua garis miring: /.../ /p/ dan /b/ adalah dua
fonem karena kedua bunyi itu membedakan arti. Contoh:
Pola - /pola/ : bola - /bola/
Parang - /para/ : barang - /bara/
Peras - /pras/ : beras - /bras/
c. MACAM-MACAM FONEM
Berdasarkan kenyataan, ternyata di dalam bahasa Indonesia hanya ditemukan fonem
segmental saja, dan bunyi suprasegmental tidak terbukti dapat membedakan arti. Oleh karena
itu, dalam bahasa Indonesia tidak ditemukannya fonem suprasegmental. Itulah sebabnya
dalam kajian berikut ini hanya dibicarakan fonem segmental bahasa Indonesia yang meliputi
fonem vocal, fonem diftong, dan fonem konsonan.
1. Fonem Vokal
Bunyi vocal dihasilkan oleh udara yang keluar dari paru-paru dengan tidak
mendapatkan hambatan. Jenis vocal ditentukan oleh posisi bibir, tinggi- rendahnya lisah, dan
maju mundurnya lidah.
Posisi bibir bundar menghasilkan vocal bundar (o, u, a). posisi bibir berbentuk rata-
rata menghasilkan vocal tak bundar (i, e). ujung dan belakang lidah dalam posisi naik
menghasilkan vocal depan (I, e). jka hanya lidah belakang yang diangkat, maka
menghasilkan vocal belakang (u, o, a). jika posisi lidah rata, maka menghasilkan vocal tengah
atau pusat (e-pepet). Apabila lidah dekat dengan alveolum menghasilkan vocal atas (I, u). jika
lidah dalam posisi mundur, maka menghasilkan vocal tengah (e-pepet). Posisi lidah mundur
jauh di belakang menghasilkan vocal bawah (a).
2. Fonem Diftong
Bunyi diftong adalah dua vocal yang berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan
waktu. Perhatikan kata-kata: ramai, pantai, dan pulau. Ucapan dua vocal berurutan ini
berbeda dengan vocal berurutan pada kata: dinamai, laut, dan egois, sebab ketiga vocal
berurutan ini tidak diucapkan dalam satu kesatuan waktu. Perbedaan ini menyebabkan
pengucapan vocal berurutan ini menjadi salah. Inilah sebabnya kemudian muncul
monoftongisasi, misalnya pelafalan:
Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mengeluarkan udara dari paru-paru
mendapatkan hambatan.
1) Berdasarkan articulator dan titik artikulasi, konsonan di bedakan menjadi delapan:
Konsonan bilabial adalah konsonan yang dilafalkan dengan mempertemukan kedua
belah bibir serta keduanya menjadi satu titik sentuh, menghasilkan konsonan: p, b, m,
dan w.
Konsonan labiodentals adalah konsonan yang dilafalkan dengan mempertemukan gigi
atas sebagai titik artikulasi dengan bibir bawah sebagai articulator, menghasilkan
konsonan: f dan v.
Konsonan apikodental adalah konsonan yang dilafalkan dengan lidah dengan
articulator dan gigi sebagai titik artikulasi, menghasilkan konsonan: t dan n.
Konsonan apikoalveolar adalah konsonan yang dilafalkan dengan ujung lidah sebagai
articulator, sedang lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasi, menghasilkan
konsonan: t, d, dan n.
Konsonan palatal adalah konsonan yang dilafalkan dengan bagian tengah lidah
sebagai articulator, sedangkan langit keras sebagai titik artikulasi, menghasilkan
konsonan: c, j, dan ny.
Konsonan velar adalah konsonan yang dilafalkan dengan bagian belakang lidah
sebagai articulator dan langit-langit lembut sebagai titik artilukasi, menghasilkan
konsonan: k, g, ng, dan kh.
Konsonan hamzah adalah konsonan yang dilafalkan dengan posisi pita suara tertutup,
menghasilkan konsonan glottal stop (? atau )
Konsonan laringal adalah konsonan yang dilafalkan dengan pita suara terbuka lebar,
menghasilkan konsonan: h.
2) Berdasarkan halangan atau hambatan terhadap udara waktu keluar dari paru-paru,
konsonan dibedakan menjadi enam:
Konsonan hambat (stop) adalah konsonan yang dilafalkan dengan mengeluarkan
udara dari paru-paru, tetapi mendapatkan hambatan penuh, misalnya: p, b, k, t, dan d.
dalam praktik sehari-hari, konsonan diucapkan dengan menggunakan suara letupan.
Ole karena itu, konsonan ini juga disebut konsonan eksplosif.
Kata-kata seperti: parit, pukul, buka, tidak, dan sebagainya selalu diucapkan ada
letupan bunyi.
Konsonan frikatif adalah konsonan yang dilafalkan dengan adanya udara yang keluar
dari paru-paru digesekkan sehingga menghasilkan bunyi geser, misalnya: f, v, dank h.
Konsonan spiral adalah konsonan yang dilafalkan dengan suara berdesis, misalnya: s,
z, sy.
Konsonan likwida atau lateral adalah konsonan yang dilafalkan dengan mengangkat
lidah ke langit-langit, misalnya: l.
Konsonan getar atau tril adalah konsonan yang dilafalkan dengan mendekatkan lidah
ke alveolum atau pangkal gigi kemudian lidah menjauhi alveolum lagi, misalnya: r.
3) Berdasarkan turut tidaknya pita suara bergetar, konsonan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu :
Konsonan bersuara adalah konsonan yang dilafalkan dengan pita suara bergetar,
misalnya: b, d, n, g, dan w.
Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang dilafalkan dengan tidak
menggetarkan pita suara, misalnya: p, t, c, dan k.
d. FUNGSI FONEM
1. Fonem berfungsi sebagai satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan arti
2. Untuk mempelajari bunyi bahasa
3. Berfungsi membedakan arti kata harus dan arus
4. Bunyi fonem bahasa bisa di hasilkan melalui bunyi ujaran yang di hasilkan dari paru
paru dan mengalami rintangan saat keluarnya
F. MORFEM
a. PENGERTIAN MORFEM
Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang
mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa
(Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka
unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam satuan gramatik yang paling
kecil.
Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan
dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan.
Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan
kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah
satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna
gramatikal.
Jika besar dipotong lagi, maka be- dan sar masing-masing tidak mempunyai makna.
Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri,
seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain,
seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu
kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta satu
morfem bebas, besar.
b. CIRI-CIRI MORFEM
Ciri-ciri morfem :
Memiliki kesamaan arti
Memiliki kesamaan bentuk
c. MACAM-MACAM MORFEM
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam
pertuturan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus
adalah termasuk morfem bebas. Maka morfem-morfem itu dapat digunakan tanpa harus
terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem lain. morfem terikat adalah morfem yang
tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua afiks
dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris
juga termasuk morfem terikat. Berkenaan dengan morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia
ada beberapa hal yang perlu dikemukakan,yaitu:
Bentuk-bentuk seperti juang, henti, gaul, dan baur juga termasuk morfem terikat,
karena bentuk-bentuk tersebut, meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam
pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi, seperti afiksasi,
reduplikasi, dan komposisi. Bentuk-bentuk seperti ini lazim disebut bentuk
prakategorial (lihat Verhaar 1978).
Sehubungan istilah prakategorial di atas, menurut konsep Verhaar (1978) bentuk-
bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk bentuk prakategorial, karena
bentuk-bentuk tersebut baru merupakan pangkal kata, sehingga baru bisa muncul
dalam pertuturan sesudah mengalami proses morfologi.
Bentuk-bentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang (yang
hanya muncul dalam kering kerontang), dan bugar (yang hanya muncul dalam segar
bugar) juga termasuk morfem terikat. Lalu, karena hanya bisa muncul dalam
pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk tersebut disebut juga morfem unik.
Bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi, seperti ke, dari, pada, dan,
kalau, dan atau secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis
merupakan bentuk terikat.
Klitikan merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya, apakah terikat
atau bebas. Klitikan adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel,
secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu
melekat pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Menurut posisinya, klitika biasanya
dibedakan atas proklitika dan enklitika. Yang dimaksud dengan proklitika adalah
klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti, seperti ku dan kau pada konstruksi
kubawa dan kuambil. Sedangkan enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang
kata yang dilekati, seperti lah, -nya, dan -ku pada konstruksi dialah, duduknya, dan
nasibku.
Perbedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki
morfem tersebut, apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian
yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain. Sedangkan morfem terbagi adalah
sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya pada kata
Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu {satu} dan satu morfem terbagi, yakni
{ke-/-an}. Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa Indonesia.
Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol
(lambangnya berupa ), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi
segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa kekosongan.
d. FUNGSI MORFEM
1. Fungsi Morfem Imbuhan
Halnya tidak demikian dalam kata majemuk sepak terjang, misalnya sepak dan terjang
adalah kata kerja, tetapi sepak terjang berkelas kata benda. Contoh lainnya suka duka yang
berkelas kata benda; padahal bentuk suka dan duka adalah masuk pada kelas kata sifat.