Anda di halaman 1dari 34

BAHASA INDONESIA

STRUKTUR BAHASA LENGKAP (WACANA,


PARAGRAF, KALIMAT, KATA, FONEM,
MORFEM)

DISUSUN OLEH :

NAMA : JULITA PANGESTI

KELAS : XI MIIA 1

GURU PEMBIMBING : IBU ALSINATUN S.Pd

NO. ABSEN : 17

SMA NEGERI 64 JAKARTA

Jl. Cipayung Raya, Rt. 011/02, Cipayung, Jakarta, 13840

Tahun Ajaran 2013/2014


STRUKTUR BAHASA
A. WACANA
a. PENGERTIAN WACANA
Dalam pengertian linguistik, wacana adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di
dalam suatu bangun bahasa. Oleh karena itu wacana sebagai kesatuan makna dilihat sebagai
bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.
Selain dibangun atas hubungan makna antarsatuan bahasa, wacana juga terikat dengan
konteks. Konteks inilah yang dapat membedakan wacana yang digunakan sebagai pemakaian
bahasa dalam komunikasi dengan bahasa yang bukan untuk tujuan komunikasi.
Menurut Hawthorn (1992) wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat
sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas
personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
Sedangkan Roger Fowler (1977) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi
lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang
termasuk di dalamnya. Foucault memandang wacana kadang kala sebagai bidang dari semua
pernyataan, kadang kala sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang
kala sebagai sebuah praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.
Pendapat lebih jelas lagi dikemukakan oleh J.S. Badudu (2000) yang memaparkan
wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan, yang menghubungkan proposisi
yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah
makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa wacana
merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa
dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan,yang mampu mempunyai
awal dan akhir yang nyata,disampaikan secara lisan dan tertulis.
Sementara itu Samsuri memberi penjelasan mengenai wacana, menurutnya wacana
ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas
seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain.
Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan.
Lull (1998) memberikan penjelasan lebih sederhana mengenai wacana, yaitu cara
objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan
pemahaman tertentu yang tersebar luas. Mills (1994) merujuk pada pendapat Foucault
memberikan pendapatnya yaitu wacana dapat dilihat dari level konseptual teoretis, konteks
penggunaan, dan metode penjelasan.
Berdasarkan level konseptual teoretis, wacana diartikan sebagai domain dari semua
pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek
dalam dunia nyata. Wacana menurut konteks penggunaannya merupakan sekumpulan
pernyataan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu. Sedangkan
menurut metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk
menjelaskan sejumlah pernyataan.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa wacana merupakan
kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti sebagai berikut :
a. Ucapan; perkataan; tuturan;
b. Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan;
c. Satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh,
seperti novel, buku, atau artikel.

Dari uraian di atas, jelaslah terlihat bahwa wacana merupakan suatu pernyataan atau
rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara lisan ataupun tulisan dan memiliki hubungan
makna antarsatuan bahasanya serta terikat konteks. Dengan demikian apapun bentuk
pernyataan yang dipublikasikan melalui beragam media yang memiliki makna dan terdapat
konteks di dalamnya dapat dikatakan sebagai sebuah wacana.

b. CIRI-CIRI WACANA

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperoleh ciri atau karakterisitik sebuah


wacana. Ciri ciri wacana adalah sebagai berikut.
1. Satuan gramatikal
2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3. Untaian kalimat-kalimat
4. Memiliki hubungan proposisi
5. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
6. Memiliki hubungan koherensi
7. Memiliki hubungan kohesi
8. Rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa komunikasi
9. Bisa transaksional juga interaksional
10. Medium bisa lisan maupun tulis
11. Sesuai dengan konteks

c. MACAM-MACAM WACANA

1. Berdasarkan jenis wacana dapat ditinjau dari media yang digunakan atau tertulis
tidaknya:
a. Wacana Lisan wacana yang disampaikan dengan media lisan, secara lisan.
b. Wacana tulis wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis.

2. Berdasarkan sifatnya
a. Wacana transaksional (jika yang dipentingkan isi komunikatif)
Contoh : Pidato, Ceramah, Makalah, Cerita, Tesis.
b. Wacana interaksional (jika merupakan komunikasi timbal balik )
Contoh : Percakapan, Debat, Diskusi, Surat-menyurat.

3. Berdasarkan langsung atau tidak langsungnya (Kridalaksana 1984 : 208)


a. Wacana langsung : Kutipan wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau
pungtuasi.
b. Wacana tidak langsung : Pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip harfiah
kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan mempergunakan konstruksi gramatikal
atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, bahwa.
4. Wacana prosa, puisi, dan drama
a. Wacana Prosa : Wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana prosa ini dapat
tertulis atau lisan, langsung atau tidak langsung.
b. Wacana puisi : Wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi baik secra lisan maupun
tulis.
c. Wacana Drama : Wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog
tertulis maupun lisan.

5. Dari segi Penutur (Jumlah Penutur)


a.Wacana monolog
Wacana yang melibatkan seorang penutur. Dalam wacana monolog hanya terdapat peran
tunggal pada diri pelaksana wacana, yaitu peran penyapa (speaker) dan pesapa (addresse),
tanpa ada pergantian dari peran satu ke yang lain.
Contoh : Pidato kenegaraan presiden, Pengumuman resmi pemerintah, dan Ceramah-ceramah
tidak diikuti diskusi.

b. Wacana dialog
Wacana dialog melibatkan dua orang penutur, yang secara pergantian atau bergiliran bisa
berperan ganda, yaitu sebagai penyapa dan sebagai pesapa.

c. Wacana polilog
Wacana yang melibatkan pelaku wacana lebih dari dua orang. Dalam wacana polilog ini juga
terjadi pertukaran informasi karena setiap pelaku pada wacana ini memiliki peran ganda
secara bergantian.

6. Berdasarkan cara pemaparannya


a. Wacana naratif
Rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan melalui penonjolan tokoh pelaku
dengan maksud memperluaspengetahuan pesapa. Kekuatan wacan ini terletak pada urutan
cerita berdasarkan waktu dan cara-cara berceritayang diatur melalui plot.

b. Wacana prosedural
Rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara beruntun yang tidak boleh dibolak-balik
unsurnya, karena urgensi unsur yang lebih dahulu menjadi landasan unsur berikutnya.

c. Wacana hotatori
Tuturan yang isinya bersifat ajakan atau nasihat. Kadang-kadang tuturan itu bersifat
memperkuat keputusan agar lebih meyakinkan. Sedangkan tokoh penting didalamnya adalah
orang kedua (pesapa).

d. Wacana ekspositori
Rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran dengan cara
menyampaikan uraian bagian-bagian taua detailnya. Tujuan pokoknya adalah tercapainya
tingkat pemahaman akan sesuatu itu supaya lebih jelas, mendalam, dan luas. Kadang-kadang
wacana ini berbentuk ilustrasi, contoh, perbandingan, uraian secara kronologis.

e. Wacana deskripsi
Rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan
pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana
deskripsi adalah tercapainya penghayatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga
pesapa merasakan seolah-olah ia sendiri mengalami atau mengetahuinya secara langsung.

B. PARAGRAF
a. PENGERTIAN PARAGRAF
Paragraf (Alenia) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan
lebih luas dari pada kalimat. Alenia merupakan kumpulan kalimat, tetapi kalimat yang bukan
sekedar berkumpul, melainkan berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu
rangkaian yang membentuk suatu kalimat, dan juga bisa disebut dengan penuangan ide
penulis melalui kalimat atau kumpulan alimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan
hanya memiliki suatu topic atau tema. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat.

Dalam paragraph terkandung satu unit pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam
kalimat tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topic, dan kalimat
penjelas sampai kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam satu
rangkaian untuk membentuk suatu gagasan.

Panjang pendeknya suatu paragraph akan ditentukan oleh banyak sedikitnya gagasan
pokok yang diungkapkan. Bila segi-seginya banyak, memang layak kalau alenianya sedikit
lebih panjang, tetapi seandainya sedikit tentu cukup dengan beberapa kalimat saja.

b. CIRI-CIRI PARAGRAF

Berikut ini adalah ciri-ciri paragraf:

Kalimat pertama bertakuk (block style) ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis
karangan biasa, misalnya surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah
formal, misalnya: makalah, skripsi, desertasi, dll. Karangan berbentuk lurus dan tidak
bertakuk ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada
antar baris lainnya

Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam


kalimat topik

Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan


kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan, atau menerangkan
pikiran utama yang ada dalam kalimat topik

Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan dalam


kalimat penjelas. Kalimat ini berisi detail - detail kalimat topik. Paragraf bukan
kumpulan kalimat - kalimat topik. Paragraf hanya besiri satu kalimat topik dan
beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail yang sangat spesifik,
dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.
c. STRUKTUR/JENIS-JENIS PARAGRAF (ALINEA)
1. Deduktif

Struktur paragraph yang bersifat deduktif ini dimulai oleh kalimat inti, kemudian diikuti
uraian, penjelasan argumentasi, dan sebagainya. Dimulai dengan pernyataan (yang tentunya
brsifat umum), kemudian kalimat-kalimat berikutnya berusaha membuktikan pernyataan tadi
dengan menyebutkan hal-hal khusus, atau detail-detail seperlunya.

2. Induktif

Struktur paragraph yang bersifat induktif adalah kebalikan dari pola yang bersifat
deduktif. Pola ini tidak dimulai dengan kalimat inti, dimulai dengan menyebutkan hal-hal
khusus atau uraian yang merupakan anak tangga untuk mengantarkan pembaca kepada
gagasan pokok yang terdapat pada kalimat inti di akhir alenia. Jadi anak-anak tangga itu
disusuk untuk mencapai klimaks.

3. Deduktif dan Induktif

Pola paragraph yang ketiga ini adalah gabungan dari dua pola diatas (1, dan 2). Di sini,
pada kalimat pertama (sebagai kalimat inti) gagasan pokok telah dinyatakan; tetapi pada
kalimat terakhir, kembali diulang sekali gagasan pokok tersebut.

4. Deskriptif atau Naratif

Dalam pola ini, gagasan pokok tidak terbatas hanya dalam satu kalimat saja. Inti
persoalannya akan didapati pada hampir semua kalimat pada paragraf tersebut. Kita harus
membaca seluruh kalimat dalam paragraf itu, baru dapat memahami gagasan yang hendak
disampaikan oleh pengarangnya.

Jenis alinea dapat pula ditentukan berdasarkan cara kita mengembangkan ide dan alat
bantu yang digunakan untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide atau keruntunan ide.
Jenis alinea tersebut adalah :

a. Alinea/Paragraf Definisi

Contoh :

Loyalitas pelanggan adalah suatu sikap dan prilaku seseorang untuk tetap bertahan
dalam membeli sesuatu pada took yang diyakininya sebagai took yang dapat dipercaya,baik
tentang harga maupun tentang kualitas barag.Meskipun banyak took-toko baru yang
bermunculan,ia tetap menjadi pelanggan yang setia pada took itu betapapun gencarnya usaha
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan lain,keyakinannya tidak goyah terhadap took
yang dilangganiya. Ide pokok pada alinea atau paragraf ini merupakan suatu definisi yang
terdapat pada bagian awal.Jadi, alinea ini merupakan alinea definisi dan juga alinea deduktif.
b. Alinea contoh

Contoh :

Perubahan telah terjadi pada industri tradisional.Berbagai jenis peralatan produk baru
seperti mesin potong, mesin pres, mesin bor, mesin bubut mesin las kini telah meningkat
kapasitasnya dengan berlipat ganda. Kapasitas mesin potong pada industri modern telah
banyak meningkat sebanyak ribuan kalilipat selama 1900-an. Hal ini dimungkinkan karena
telah ditemukannya logam yang tetap keras meskipun dioprasikan dalam kecepatan sangat
tinggi. Disamping itu, telah tercipta pula mesin-mesin peralatan yang sangat kuat untuk
mendukung proses tersebut. Ide pokok pada paragraph diatas dikembangkan dngan
menggunakan contoh.ide pokok terdapat pada bagia awal jadi alinea ini juga merupakan
alinea deduktif.

c. Alinea perbandingan

Contoh :

Tata cara kehidupan masyarakat primitif berbeda dengan modern. Masyarakat


primitive dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari bahan-bahan yang tersedia
dilingkungannya tanpa membelinya. Jika barang yang diperlukannya tidak ada
dilingkungannya,maka mereka dapat memperolehnya dari masyarakat tetangganya dengan
sistem barter (saling menukar barang). Alat-alat yang diperluka untuk memenuhi
kebutuhannya juga diperoleh dari lingkungannya, yaitu berupa batu, tanah liat, atau pun
dahan pohon yang diolah secara manual. Sedangkan masyarakat modern memperoleh
kebutuhannya dengan cara membeli barang atau membayar jasa. Alat-alat yang diperlukan
merupakan olahan dari pabrik yang juga harus dibeli untuk memeperolehnya. Ide pokok pada
alinea ini terdapat pada bagian awal. Ide diungkapkan secara perbandingan. Pada contoh
diatas, ide yang dibandingkan dengan cara memperoleh barang-barang, alat, dan jasa yang
diperlukan dalam kehidupan antara masyarakat primitif dan masyarakat modern.

d. Alinea analogi

Contoh :

Bahasa bukan merupakan tujuan dalam penulisan karangan ilmiah.Bahsa hanya


sebagai alat (komunikasi) agar gagasan ilmiah yang diungkapakan dalam karangan tersebut
dapat dipahami oleh pembaca dengan baik. Oleh sebab itu,sebelum karangan itu sampai
ketangan pembaca,penulis karang tersebut harus memeriksa bahasa yang digunakannya, baik
dari segi ketetapan pemilihan kata dan istilah maupun dari segi gramatikal satuan-satuan
struktur bahasa, misalnyastuktur satuan kata, frasa klausa, kalimat, dan alinea atau
paragrafnda juga pemakaiaan ejaan dan tanda baca secara tepat. Jika terjadi gangguan atau
kerusakan pada unsure-unsur bahasa tersebut,besar kemungkinan pembaca tidak
dapatmemahami gagasabn ilmiah yang disampaikannya itu dengan baik. Hal ini dapat
diibaratkan dengan kendaraan yang digunakan untuk mencapai tujuan perjalanan yang jauh.
Sebelum berangakat,orang yang akan bepergian dengan kendaraan tersebut harus memeriksa
kondisi kendaraannya, baik yang berkaitan dengan rem, versneling, roda, ban, bensin dan
sebagainya.kalau perlu orang itu harus membawa kendaraannya ke bengkel untuk diperiksa
agar yang bersangkutan selamat sampai ketempat tujuan.

Ide pokok pada paragraf atau alinea diatas terdapat pada bagian awal. Jadi alinea ini
termasuk alinea deduktif. Pengungkapan ide dijelaskan dengan membandingkan ide pokok
(bahasa sebagai alat) secara analogi dengan menggunakan hal lain yang sama karakternya
dengan bahasa sebagai alat dalam penulisan karangan ilmiah,yaitu kendaraan (mobil) sebagai
alat untuk mencapai tempat tujuan dengan selamat.

a. Alinea Klimaks atau Induktif

Contoh :

Pendanaan bank diperoleh dari berbagai sumber,yaitu yang bersumber dari pemilik
bank,dari masyarakat penanam modal,dari masyarakat sebagai nasabah.Setiap pihak
menyandang dana mempunyai kepentingan dalam ropda kegiatan aliran arus dana.Tidak ada
di antara mereka yang mau dirugikandalam kebijakan pelasanaan kegiatan tersebut.Masing-
masing mengharapkan keuntungan sesuai dengan ketentuan dan cara-cara yang lazim.Oleh
sebab itu,majemen perbankan yang sehat memegang peranan penting dalam pengelolaan
dana yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penghimpunan, penyaluran, serta
pengendalian dana sehingga tidak ada pihak yang dikecewakan.

Ide pokok pada alinea di atas terdapat pada bagian akhir yang merupakan kesimpulan
dari pernyataan-pernyataan yang dikemukakan sebelumnya (klimaks). Pengungkapan ide
dijelaskan dengan hubungan sebab akibat.

b. Alinea Anti Klimaks atau Deduktif

Contoh :

Masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat adalah masalah keuangan.Produksi


barang dan jasa melimpah-limpah ditawarkan kepada masyarakat,sedangkan kemampuan
masyarakat untuk membeli dan memperolehnya sangat terbatas.Penghasilan mereka rata-rata
jauh lebih rendah daripada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok.Oleh sebab
itu,mereka tidak bisa memperoleh semua barang dan jasa yang diperlukan.

Ide pokok pada alinea diatas terdapat pada bagian awal.Jadi alinea ini termasuk alinea
deduktif. Ide dikembangkan dengan hubungan sebab-akibat.Kalimat ketiga menyatakan
adanya penyebab masalah ekonomi. Kalimat terakhir mengandung ide yang menyatakan
akibat dari pernyataan pada kalimat ketiga.Hal ini dipertegas pula oleh adanya ungkapan
penghubung oleh sebab itu sebagai penanda adanya hubungan kolerasi secara eksplisit.

c. Alinea Campuran

Contoh :
Koperasi merupakan badan usaha yang mengutamakan kesejahteraan ekonomi
anggotanya.Mencari keuntungan besar tidak menjadi tujuan utamanya.Modalnya
dikumpulkan dari anggotanya.Kegiatan usahanya juga dilakukan oleh
anggotanya.Keuntungan yang diperoleh badab usaha ini juga diperuntukan bagi
anggotanya.Oleh sebab itu,bila usaha ini dilakuka dengan baik dan jujur,koperasi ini betul-
betul dapat mensejahterakan keadaan ekonoi anggotanya.

Ide pokok alinea terdapat pada kalimat awal dan akhir. Jadi,alinea ini merupakan
alinea campuran alinea deduktif dan induktif yang disingkat dengan sebutan alinea camouran.
Ide pada kalimat akhir alinea ini merupakan penegasan bterhadap ide yang diungkapkan pada
kalimat awal.Jadi,ide pokok pada alinea ini tetap satu. Kaitan ide antarkalimat yang
membentuk alinea ii dinyatakan secara eksplisit, yaitu dengan menggunakan akhiran (-nya)
yang mengacu pada koperasi sebagai suatu badanusaha.

d. Alinea Sebab Akibat

Lihat contoh (f) di atas.

e. Alinea Proses

Contoh :

Sebagai suatu fungsi penyediaan jasa,akuntansi merupakan sumber informasi


keuangan yang bersifat kuantitatif kepada berbagai pihak yang berkepentingan.Sebagai suatu
system informasi,petugas akuntansi (akuntan) melaksanakan pengumpulan dan pengolahan
data keuangan perusahaan.Perusahaan harus selalu mengikuti perkembangan data akuntansi
sehari-hari.Hari ini perlu dilakukan sbagi pedoman untuk membuat keputusan ekonomis.

f. Alinea Deskriptif

Suatu lembah dikelilingi tebing terjal yang ditumbuhi oleh berbagai jenis
pepohonan.beberapa ekor kera bermain sambil berlompatan di antara batang pohon.Di tengah
lembah terdapat sebuah sungai yang airnya jernih dan sejuk.Sungai itu tidak terlalu
dalam.beberapa orang remaja berjingkrak menyrbrangi sungai sambil bergurau.Di pinggir
sungai juga banyak remaja berjalan-jalan dan ada juga yang sedang mengabadikan
pemandangan alam yang indah itu dengan kameranya.Sebagian ada yang duduk di bawah
naungan pohon yang rindang sambil bercengkrama.Udara di lembah itui sangat
sejuk.Sungguh suatu pemandangan yang indah dengan suasana yang menyenangkan.

Ide pada alinea di atas dikembangkan secara deskriptif.Tidak ada salah satu kalimat
yang mengandung ide pokok.Walaupun secara eksplisit tidak dinyatakan ide pokoknya pada
alinea ini,pembaca alinea ini dapat mengetahui ide pokoknya adalah suatu lokasi pariwisata
yang sangat indah yang sering dikunjungi oleh para remaja pada waktu hari libur.Jadi,ide
pokok pada alinea deskriptif tetap ada,hanya tidak dinyatakan secara eksplisit.Ide pokok
dapat diketahui pembaca dengan cara menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang
diungkapkan pada alinea ini.
C. KALIMAT
a. PENGERTIAN KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri memiliki pola intonasi
final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa yang digunakan sebagai sarana
untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan
kepada orang lain, atau bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek dan predikat,
mempunyai intonasi dan bermakna

b. CIRI-CIRI KALIMAT

Ciri-ciri sebuah kalimat yang baik dan benar, harus sesuai dengan unsur-unsur
pembentukan kalimat. Kalimat yang baik harus sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia,
salah satunya ada subjek, predikat, objek, dan keterangan.

1. Subjek (pokok atau inti pikiran)


Ciri-ciri dari subjek antara lain:
Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban pertanyaan apa atau siapa
yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya
digunakan kat atanya siapa.

Tidak didahului preposisi


Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada. Orang sering memulai
kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat
yang dihasilkan tidak bersubjek.

Menjadi inti dari sebuag pokok pikiran


Berupa kata benda atau frase kata benda
Subjek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda. Disamping kata benda,
subjek dapat berupa kata kerja atau kata sifat, biasanya disertai kata penunjuk itu.

2. Predikat
Predikat adalah unsur kalimat yang memerikan atau memberitahukan apa, mengapa,
bagaimana atau berapa tentang subjek kalimat. Predikat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Merupakan jawaban atas pertanyaan apa, bagaimana, mengapa, atau berapa
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas
pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaansebagai
apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina
penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat
yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.

Dapat didahului kata ialah, adalah, merupakan


Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan
jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap
tidak jelas.
Dapat disertai kata pengingkaran tidak, atau bukan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh
kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau
adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda
predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.

Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas


Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek
seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau
adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas,
kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

Dapat berupa kata atau kelompok kata kerja, kata atau kelompok kata sifat, kata atau
kelompok kata benda, kata atau kelompok kata bilangan.

3. Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat perbuatan
subjek. Objek memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Langsung mengikuti predikat


Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului
predikat. Dapat menjadi subjek kalimat pasif Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif
dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan
perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai
dengan perubahan bentuk verba predikatnya.

Tidak didahului kata depan atau preposisi


Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi.
Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.

Dapat didahului kata bahwa


Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat
menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

4. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat dan tidak dikenai perbuatan
subjek. Pelengkap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Melengkapi makna kata kerja (predikat)


Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat,
sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada
kalimat berikut.
- Diah mengirimi saya buku baru.
- Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.

Tidak didahului preposisi


Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului
preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.

Langsung mengikuti predikat atau objek jika terdapat objek dalam kalimat itu.
Berupa kata/kelompok kata sifat atau klausa.
Tidak dapat menjadi subjek dalam konstruksi pasifnya.

5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang
suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu,
cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.

Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam,
pada, kepada, terhadap,tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat
ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan
sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.

Ciri-ciri keterangan yaitu:


Memberikan informasi tentang waktu, tempat, tujuan, cara, alat, kemiripan, sebab,
atau kesalingan.
Memiliki keleluasaan letak atau posisi (dapat di awal, akhir, atau menyisip antara
subjek dan predikat).
Didahului kata depan seperti di, ke, dari, pada, dalam, dengan, atau kata
penghubung/konjungsi jika berupa anak kalimat.

c. MACAM MACAM KALIMAT

1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya
memiliki satu subjek dan predikat.

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak
kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat
konjungsi didalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis
kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya.
Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:

a. Kalimat Majemuk Setara


b. Kalimat Majemuk Rapatan
c. Kalimat Majemuk Bertingkat
d. Kalimat Majemuk Campuran

3. Kalimat Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal
yang kedudukannya sejajar atau sederajat.

Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari


lima macam, yakni:

Jenis Konjungsi

Penggabungan Dan

penguatan/Penegasan Bahkan

Pemilihan Atau

Berlawanan di lanjutkan pada sebuah kalimat majemuk yang kedua (sedangkan)

urutan waktu kemudian, lalu, lantas

4. Kalimat Majemuk Rapatan


Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena
subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.

Contoh:

a. Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)


b. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
c. Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
d. Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)
5. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur
induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat
pada induk kalimat.

Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri


dari sepuluh macam, yakni:

Jenis Konjungsi

syarat jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan)

tujuan agar, supaya, biar

perlawanan (konsesif) walaupun, kendati(pun), biarpun

penyebaban sebab, karena, oleh karena

pengakibatan maka, sehingga

cara dengan, tanpa

alat dengan, tanpa

perbandingan seperti, bagaikan, alih-alih

penjelasan Bahwa

kenyataan Padahal

Contoh:

a. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)


b. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan
waktu)
c. Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk
bertingkat cara 1)
d. Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk
bertingkat cara 2)
6. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.

Contoh:

a. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)


b. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
c. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
d. Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke
rumahnya. (kalimat majemuk campuran)

7. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu
buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
a. Cepot (S) membeli (P) pulpen(O)
b. Si Kancil (S) melompat (P)

8. Kalimat Tidak Lengkap


Kalimat tidak lengkap adalah kslimst yang tidak sempurna karena hanya memiliki
sabyek saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap dapat
berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan
kekaguman.
Contoh :
a. Silahkan dinikmati!
b. Selamat tidur.
c. Jangan nakal!

9. Kalimat Aktif
Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau
aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua
macam :
a. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita
o Ibu membeli sayur.
o Dodo menyukai teman sekelasnya.
b. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
o Adik menangis
o Bondan berkelahi

10. Kalimat Pasif


Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas.
Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di- .
Contoh :
a. Kue bolu dipotong oleh ibu
b. Menteri kehutanan dimintai pertanggung jawaban oleh presiden

Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif dan Kalimat Pasif manjadi Kalimat
Aktif
Untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan juga sebaliknya dapat dilakukan
langkah-langkah mudah berikut ini :
1) Mengubawalan pada Predikat
Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya.
2) Menukar Subyek dengan Obyek dan sebaliknya
Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu sebaliknya.

D. KATA
a. PENGERTIAN KATA

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.
Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian
terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang
memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.

b. CIRI-CIRI KATA :

Ciri-ciri Kata Sifat

1. Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung
makna paling.

Contoh: - Andi merupakan orang terpandai di kelas.


- Bang Pudin orang terkuat yang ada di kampung ini.
- Bunga itu adalah bunga terindah yang pernah saya lihat.
2. Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat &
cukup.

Contoh: - Anak yang tinggi itu lebih sopan dibandingkan anak yang disebelahnya.
- Orang yang jarang olah raga agak lemah dibandingkan yang sering berolah
raga.
- Rani adalah gadis paling ramah di kampung ini.
- Juned salah satu orang yang sangat menyenangkan yang pernah saya kenal.
- Pak Andi merupakan pribadi yang cukup baik.

3. Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se- +
redupliasi (pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya,
dll.

Contoh: - Sehebat-hebatnya petinju, pasti akan kalah juga.


- Setinggi-tingginya ilmu yang didapat jika tidak diamalkan maka akan sia-
sia.

Ciri-ciri Kata Tugas :

Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk
membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi,
mendatangkan & kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak
diturunkan dari kata tugas sebab & sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang
membentuknya sama tapi kategorinya berbeda.

c. JENIS-JENIS KATA

A. Kata Benda (Nomina)

Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada pada bentuk suatu benda,
bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret.dalam bahasa Indonesia kata
benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata
benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :

1. Kata Benda (Nomina) Dasar: Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata
yang yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah
tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya.

Contoh : - Buku yang tertinggal di kelas itu milik Slamet.


- Para pengerajin itu sedang mengukir meja.
- Kursi yang rusak itu merupakan barang inventaris kampus.
- Pria tua itu seorang teknisi radio yang handal.
- Menggambar bayangan gedung itu sebaiknya menggunakan pensil 2B.

2. Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis
kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks.
Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
1. Verba + (-an).
contoh: Makanan yang dimasak itu untuk korban badai.
2. (Pe-) + Verba.
contoh: Kakek itu seorang pelukis terkenal hingga saat ini.
3. (Pe-) + Adjektiva.
contoh: Sebaiknya kita jauhkan diri dari sifat pemarah.
4. (Per-) + Nomina + (-an).
contoh: Di jaman yang maju ini masih saja ada perbudakan di Tangerang.

B. Kata Kerja (Verba)

Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh
unsur subjek.

contoh : - Orang itu membeli makan di warteg seberang jalan.


- Supri membunuh nyamuk itu dengan sadis.
- Juru masak memotong bawang dengan sangat cepat.

2. Kata Kerja Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan
pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat
tersebut kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan
untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.

Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang
tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks
atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :

1. Verba Dasar Bebas: ialah verba yang berupa morfem dasar bebas, misalnya: duduk,
makan, mandi, minum, dll.

Contoh kalimat: - Andi duduk di teras rumah sambil menikmati secangkir kopi.
- Saya makan siang di warteg depan gang itu.
- Sebaiknya kita mandi minimal 2 kali sehari.
- Sebaiknya kita tidak minum sambil berdiri.

2. Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan
proses atau berupa paduan leksem.

Beberapa bentuk verba turunan :

1. Verba berafiks : berbuat, terpikirkan, dll.

Contoh kalimat: - Dia tidak mampu berbuat apa-apa karena posisinya yang
terjepit.
- Ayah saya selalu memikirkan sesuatu yang tak terpikirkan
oleh orang lain.
2. Verba bereduplikasi : makan-makan, ingat-ingat, dll.

Contoh kalimat: - Kemarin saya dan teman sekelas makan-makan di restoran


yang terkenal di kota kami.
- Untuk melupakan masa lalu dengan orang itu jangan ingat-
ingat kembali kenangan bersamanya.

3. Verba berproses gabungan : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll.

Contoh kalimat: - Malam itu kami bernyanyi-nyanyi dengan riang di depan


sebuah vila.
- Kami tersenyum-senyum setelah saling bertatap muka.

4. Verba majemuk : cuci mata, cuci tangan, dll.

Contoh kalimat: - Kemarin sore kami berdua jalan-jalan ke desa untuk cuci
mata.
- Orang itu cuci tangan setelah melakukan kejahatan.

C. Kata Sifat (Adjektifa)

Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda
atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan
kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.

Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat :

1. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.
2. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.
3. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll:
4. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.
5. Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras
kepala,baik hati, dll.

D. Kata Ganti (Pronomina)

Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:

1. Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1. Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya.
2. Kata ganti orang pertama jamak, misal: kami, kita.
3. Kata ganti orang kedua tunggal, misal: kamu.
4. Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian, Anda, kau/engkau.
5. Kata ganti orang ketiga tunggal, misal: dia, ia.
6. Kata ganti orang ketiga jamak, misal: mereka, beliau.
Contoh kalimat: - Aku seorang pelaut.
- Kami semua bersaudara.
- Kamu sangat cantik sekali.
- Kalian sangat luar biasa sekali.
- Dia salah satu mahluk cantik di dunia ini.
- Mereka semua bersahabat dari kanak-kanak.

2. Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan
kepemilikan, misal: buku kamu/bukumu, buku aku/bukuku, buku
dia/bukunya,dsb.

Contoh: Buku yang tertinggal di kelas kemarin adalah bukunya.

3. Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau
benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: di sini, di sana, ini, itu, dsb.

Contoh: Letakkan meja itu di sana.

4. Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak
kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: yang, tempat,waktu.

Contoh: Kami sedang menyaksikan pertandingan sepak bola yang disiarkan langsung
dari Myanmar.

5. Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai
sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah apa, siapa, mana.

Contoh: Siapa yang menjadi pemain terbaik di Liga Indonesia tahun lalu?

6. Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau
menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal:
masing-masing, sesuatu, para, dsb.

Contoh: Para siswa diminta untuk membawa buku catatan saat seminar nanti.

E. Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata
sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata
keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu
lokasi, misal: di sini, di situ, dll.

Contoh: Silakan letakkan payungnya di sana.

2. Kata Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yng menginformasikan


berlangsungnya sesuatu dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanti, lusa, dll

Contoh: Saya masih sangat mencintaimu sampai sekarang.


3. Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu
dilakukan ataupun berlangsung, misal: dengan tongkat, dengan motor, dll.

Contoh: Ayah mengambil mangga itu dengan bambu.

4. Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya
suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll.

Contoh: Kamu sekarang pasti masih mencintaiku seandainya orang itu tidak hadir ke
kehidupan kita.

5. Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa
sesuatu itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.

Contoh: Kecelakaan itu terjadi karena tidak tertibnya para pengguna jalan.

F. Kata Bilangan (Numeralia)

Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan
sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Kata bilangan tentu, contoh: satu, dua, tiga, dst.

Contoh: Empat kilometer adalah jarak antara rumahku dengan rumahnya.

2. Kata bilangan tak tentu, contoh: semua, beberapa, seluruh, dll.

Contoh: Semua kontestan wajib datang 30 menit sebelum acara dimulai.

3. Kata bilangan pisahan, contoh: setiap, masing-masing, tiap-tiap.

Contoh: Setiap regu diharuskan menyiapkan satu yel untuk penyemangat.

4. Kata bilangan himpunan, contoh: berpuluh-puluh, berjuta-juta.

Contoh: Berpuluh-puluh kilometer jarak yang aku tempuh hanya untuk menemuimu.

5. Kata bilangan pecahan, contoh: separuh, setengah, sebagian, dll.

Contoh: Separuh dari pendapatan hari ini akan kita sumbangkan.

6. Kata bilangan ordinal/giliran, contoh: pertama, kedua, ketiga, dst.

Contoh: Anisa menjadi orang yang pertama merasakan wahana di tempat wisata itu.

G. Kata Tugas

Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal.
Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat
transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan
bentuk. Kata-kata seperti : dengan, telah, dan, tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami
perubahan. Tapi, ada sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya
sangat terbatas, misalnya: tidak, sudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi
menidakkan & menyudahkan.

Jenis-jenis Kata Tugas :

1. Preposisi

Preposisi (kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda),
misalnya : dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang
menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Jakarta, di rumah, ke
pasar, dari kantor.

Contoh lain: - Sudah 4 hari Anto pergi ke hutan untuk berburu.


- Di Surabaya kami menghabiskan waktu selama 2 hari untuk berlibur.
- Stadion Benteng Tangerang berjarak 20 km dari rumah.
- Saya mengantar Jono ke stasiun untuk membeli tiket kereta api.
- Intan menemani Indah untuk pergi ke salon.

2. Konjungsi

Konjungsi (kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa
yang sederajat, misalnya : dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu menghubungkan
kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi (kata sambung)
dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang
sama pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau & serta.

Contoh: - Saya mendapat juara pertama dan ibu sangat bahagia.


- Dilarang membawa petasan atau senjata tajam untuk masuk ke stadion.
- Rahmah suka menanam bunga serta merawatnya dengan baik.

2. Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa
yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian
yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh : baik ....
maupun, tidak .... tetapi.

Contoh kalimat: - Baik saya maupun dia sama-sama suka padamu.


- Anak-anak itu tidak merepotkan tetapi rajin membantu tetangga.

3. Konjungsi Antarkalimat: yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan


kalimat yang lainnya. Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja
dengan huruf kapital di awal kalimat. Contoh : Biarpun begitu, akan tetapi ....

Contoh kalimat: - Saya tidak suka ucapannya. Biarpun begitu, saya harus tetap santun
kepadanya.
- Sosial media salah satu wadah kita berhubungan dengan teman
lama. Akan tetapi, banyak dari kita yang menyalahgunakannya.
4. Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih
dan klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12
kelompok, yaitu:
1. Konjungsi subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu.
Contoh kalimat: Ayahku seorang petinju, sejak diriku masih kecil.
2. Konjungsi subordinatif syarat : jika, jikalau, bila, kalau.
Contoh kalimat: Kita akan mendapat pahala, jika kita berbuat kebaikan.
3. Konjungsi subordinatif pengandaian : seandainya, seumpama.
Contoh kalimat: Aku akan sangat bahagia, seandainya dirimu menjadi
milikku.
4. Konjungsi subordinatif konsesif : biarpun, sekalipun.
Contoh kalimat: Saya akan terus menyayangimu, sekalipun jarak memisahkan
kita.
5. Konjungsi subordinatif pembandingan : seakan-akan, seperti.
Contoh kalimat: Iwan sangat gelisah semenjak kehilangan tas, seperti orang
kebakaran jenggot.
6. Konjungsi subordinatif sebab : sebab, karena, oleh sebab.
Contoh kalimat: Hubungan Iwan dan Indah harus berpisah sebab tidak
diijinkan oleh orang tuanya.
7. Konjungsi subordinatif hasil : sehingga, sampai.
Contoh kalimat: Adik saya sangat rajin belajar sehingga mendapatkan hasil
yang memuaskan.
8. Konjungsi subordinatif alat : dengan, tanpa.
Contoh kalimat: Bapak itu memukul anaknya dengan tangannya sendiri.
9. Konjungsi subordinatif cara : dengan, tanpa.
Contoh kalimat: Sebelum menikmati makanan itu kita harus memasaknya
terlebih dahulu dengan direbus hingga matang.
10. Konjungsi subordinatif komplementasi : bahwa.
Contoh kalimat: Aku harus jujur bahwa sesungguhnya aku sangat
mencintaimu.
11. Konjungsi subordinatif atribut : yang
Contoh kalimat: Siapa yang bersalah maka dia yang akan dihukum.
12. Konjungsi subordinatif perbandingan : sama ... dengan, lebih ... dari.
Contoh kalimat: Lebih baik yang merah dari pada yang hitam.

3. Artikula

Artikula (kata sandang): ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang
membatasi makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti tapi
memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda,
mensubstansikan suatu kata yang besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata sandang
umum yang terdapat dalam Bahasa Indonesia ialah yang, itu, -nya, si, sang, hang, dang.
Kata-kata sandang seperti sang, hang, dang banyak ditemui dalam kesusastraan lama,
sekarang sudah tidak terpakai lagi terkecuali kata sandang sang. Kata sandang sang
terkadang masih dipergunakan untuk mengagungkan atau untuk menyatakan ejekan maupun
ironi. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa kelompok artikula, yaitu:

1. Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang
dianggap bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar : sang,
hang, dang, sri.

Contoh: - Sang sultan sangat marah mendengar berita itu.


- Hang Tuah adalah seorang laksamana yang sangat pemberani.
- Dang Karayan Partapan adalah seorang raja yang bergelar haji.
- Sekarang rakyat Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono X

2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok / makna korelatif ialah kata para.
Karena artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya
tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok
guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai ialah para guru bukan para guru-
guru.

Contoh kalimat: Setelah pelaksanaan ujian, para guru sibuk mengoreksi


jawaban siswa.

3. Artikula yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat mengacu


ke makna tunggal atau genetik, tergantung pada konteks kalimat.

Contoh: Si Kabayan merupakan salah satu judul cerita rakyat Jawa Barat.

4. Interjeksi

Interjeksi (kata seru): ialah kata yang mengungungkapkan perasaan. Macam-macam kata
seru yang masih dipakai hingga sekarang ialah :

1. Kata seru asli, yaitu : ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll.

Contoh: - Wah, indah sekali pemandangannya!


- O, seperti itu?
- Hai, boleh kita berkenalan?

2. Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-
kata benda atau kata-kata lain yang digunakan, contoh : celaka, masa', kasihan, dll.

Contoh: - Celaka, aku lupa mengunci pintu.


- Kasihan, dia tidak tau hal itu.
3. kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan
Indonesia maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu : ya ampun, demi Allah,
Insya Allah, dll.

Contoh: - Insya Allah, jika tidak ada halangan saya akan hadir.
- Demi Allah, saya tidak melakukan hal buruk itu.
- Ya ampun, kamu tidak percaya dengan saya?

5. Partikel Penegas

Partikel Penegas: ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan
bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel
penegas, yaitu: -lah, -kah, -tah & pun.

Contoh: - Bacalah dengan baik dan benar!


- Motor atau mobil kah yang dikendarainya?
- Apatah dia orangnya?
- Adikku pun tahu tentang hal itu.

E. FONEM
a. PENGERTIAN FONEM

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan
makna kata. Untuk menetapkan apakah suatu bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan harus
dicari pasangan minimalnya. Fonem merupakan bunyi bahasa yang berbeda atau mirip
kedengarannya.
Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada
tempatnya dalam kata atau suku kata. Fonem /p/ dalam bahasa Indonesia, misalnya, dapat
mempunyai dua macam lafal. Bila berada pada awal suku kata, fonem itu dilafalkan secara
lepas. Pada kata /pola/, misalnya, fonem /p/ itu diucapkan secara lepas untuk kemudian
diikuti oleh fonem /o/. Bila berada pada akhir kata, fonem /p/ tidak diucapkan secara lepas;
bibir kita masih tetap rapat tertutup waktu mengucapkan bunyi ini. Dengan demikian, fonem
/p/ dalam bahasa Indonia mempunyai dua variasi.
Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti atau makna
(Gleason,1961: 9). Berdasarkan definisi diatas maka setiap bunyi bahasa, baik segmental
maupun suprasegmental apabila terbukti dapat membedakan arti dapat disebut fonem.

Setiap bunyi bahasa memiliki peluang yang sama untuk menjadi fonem. Namun, tidak
semua bunyi bahasa pasti akan menjadi fonem. Bunyi itu harus diuji dengan beberapa
pengujian penemuan fonem. Nama fonem, ciri-ciri fonem, dan watak fonem berasal dari
bunyi bahasa. Adakalanya jumlah fonem sama dengan jumlah bunyi bahasa, tetapi sangat
jarang terjadi. Pada umumnya fonem suatu bahasa lebih sedikit daripada jumlah bunyi suatu
bahasa.
Menurut Masnur Muslich, fonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang
berfungsi membedakan makna. Fonem mengandung fungsi pembeda.

Fonem adalah bunyi bahasa, hal ini sesuai, tetapi bunyi-bunyi bahasa tersebut lebih
diperinci lagi. Bunyi-bunyi bahasa yang dipelajari bukanlah bunyi bahasa yang diperoleh
dari sembarang bahasa, tetapi bunyi bahasa yang dipelajari adalah bunyi bahasa yang
berasal dari alat ucap manusia. Fonem diperoleh dari perbedaan pengucapan bunyi bahasa
oleh seseorang. Fonem mempunyai perbedaan, baik bentuk penulisan maupun bentuk
pelafalannya.

Ada tiga cara untuk mencari fonem, yaitu :

1. Cara pasangan minimal, distribusi komplementer dan variasi bebas.

2. Cara mencari fonem yang umum digunakan adalah menggunakan metode pasangan
minimal.

3. Pasangan minimal adalah seperangkat kata yang memiliki jumlah fonem yang sama,
juga jenis fonem yang sama, kecuali satu fonem yang berbeda pada urutan yang sama,
sedangkan arti kata-kata tersebut berbeda.

Ada lima dalil atau lima prinsip yang dapat diterapkan dalam penentuan fonem-fonem suatu
bahasa. Kelima prinsip itu berbunyi sebagai berikut :
1. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berada dalam pasangan minimal
merupakan fonem-fonem.
2. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berdistribusi komplementer
merupakan sebuah fonem.
3. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila bervariasi bebas, merupakan
sebuah fonem.
4. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, yang berada dalam pasangan mirip
merupakan sebuah fonem sendiri-sendiri. Setiap bunyi bahasa yang berdistribusi
lengkap merupakan sebuah fonem.

b. CIRI-CIRI FONEM

Dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis di antara dua garis miring: /.../ /p/ dan /b/ adalah dua
fonem karena kedua bunyi itu membedakan arti. Contoh:
Pola - /pola/ : bola - /bola/
Parang - /para/ : barang - /bara/
Peras - /pras/ : beras - /bras/

c. MACAM-MACAM FONEM
Berdasarkan kenyataan, ternyata di dalam bahasa Indonesia hanya ditemukan fonem
segmental saja, dan bunyi suprasegmental tidak terbukti dapat membedakan arti. Oleh karena
itu, dalam bahasa Indonesia tidak ditemukannya fonem suprasegmental. Itulah sebabnya
dalam kajian berikut ini hanya dibicarakan fonem segmental bahasa Indonesia yang meliputi
fonem vocal, fonem diftong, dan fonem konsonan.

1. Fonem Vokal

Bunyi vocal dihasilkan oleh udara yang keluar dari paru-paru dengan tidak
mendapatkan hambatan. Jenis vocal ditentukan oleh posisi bibir, tinggi- rendahnya lisah, dan
maju mundurnya lidah.

Posisi bibir bundar menghasilkan vocal bundar (o, u, a). posisi bibir berbentuk rata-
rata menghasilkan vocal tak bundar (i, e). ujung dan belakang lidah dalam posisi naik
menghasilkan vocal depan (I, e). jka hanya lidah belakang yang diangkat, maka
menghasilkan vocal belakang (u, o, a). jika posisi lidah rata, maka menghasilkan vocal tengah
atau pusat (e-pepet). Apabila lidah dekat dengan alveolum menghasilkan vocal atas (I, u). jika
lidah dalam posisi mundur, maka menghasilkan vocal tengah (e-pepet). Posisi lidah mundur
jauh di belakang menghasilkan vocal bawah (a).

2. Fonem Diftong

Bunyi diftong adalah dua vocal yang berurutan yang diucapkan dalam satu kesatuan
waktu. Perhatikan kata-kata: ramai, pantai, dan pulau. Ucapan dua vocal berurutan ini
berbeda dengan vocal berurutan pada kata: dinamai, laut, dan egois, sebab ketiga vocal
berurutan ini tidak diucapkan dalam satu kesatuan waktu. Perbedaan ini menyebabkan
pengucapan vocal berurutan ini menjadi salah. Inilah sebabnya kemudian muncul
monoftongisasi, misalnya pelafalan:

Ramai, dilafalkan: rame


Pantai, dilafalkan: pante
Pulau, dilafalkan: pulo
Pelafalan ini terjadi karena diftong menjadi satu bunyi (monoftong). Sebaliknya, ada
proses pelafalan diftongisasi, artinya, semestinya vocal tungal diucapkan sebagai vocal
rangkap.
Contoh:
Sentosa, diucapkan: sentausa
Anggota: di ucapkan: anggauta
3. Fonem Konsonan

Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mengeluarkan udara dari paru-paru
mendapatkan hambatan.
1) Berdasarkan articulator dan titik artikulasi, konsonan di bedakan menjadi delapan:
Konsonan bilabial adalah konsonan yang dilafalkan dengan mempertemukan kedua
belah bibir serta keduanya menjadi satu titik sentuh, menghasilkan konsonan: p, b, m,
dan w.
Konsonan labiodentals adalah konsonan yang dilafalkan dengan mempertemukan gigi
atas sebagai titik artikulasi dengan bibir bawah sebagai articulator, menghasilkan
konsonan: f dan v.
Konsonan apikodental adalah konsonan yang dilafalkan dengan lidah dengan
articulator dan gigi sebagai titik artikulasi, menghasilkan konsonan: t dan n.
Konsonan apikoalveolar adalah konsonan yang dilafalkan dengan ujung lidah sebagai
articulator, sedang lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasi, menghasilkan
konsonan: t, d, dan n.
Konsonan palatal adalah konsonan yang dilafalkan dengan bagian tengah lidah
sebagai articulator, sedangkan langit keras sebagai titik artikulasi, menghasilkan
konsonan: c, j, dan ny.
Konsonan velar adalah konsonan yang dilafalkan dengan bagian belakang lidah
sebagai articulator dan langit-langit lembut sebagai titik artilukasi, menghasilkan
konsonan: k, g, ng, dan kh.
Konsonan hamzah adalah konsonan yang dilafalkan dengan posisi pita suara tertutup,
menghasilkan konsonan glottal stop (? atau )
Konsonan laringal adalah konsonan yang dilafalkan dengan pita suara terbuka lebar,
menghasilkan konsonan: h.

2) Berdasarkan halangan atau hambatan terhadap udara waktu keluar dari paru-paru,
konsonan dibedakan menjadi enam:
Konsonan hambat (stop) adalah konsonan yang dilafalkan dengan mengeluarkan
udara dari paru-paru, tetapi mendapatkan hambatan penuh, misalnya: p, b, k, t, dan d.
dalam praktik sehari-hari, konsonan diucapkan dengan menggunakan suara letupan.
Ole karena itu, konsonan ini juga disebut konsonan eksplosif.
Kata-kata seperti: parit, pukul, buka, tidak, dan sebagainya selalu diucapkan ada
letupan bunyi.
Konsonan frikatif adalah konsonan yang dilafalkan dengan adanya udara yang keluar
dari paru-paru digesekkan sehingga menghasilkan bunyi geser, misalnya: f, v, dank h.
Konsonan spiral adalah konsonan yang dilafalkan dengan suara berdesis, misalnya: s,
z, sy.
Konsonan likwida atau lateral adalah konsonan yang dilafalkan dengan mengangkat
lidah ke langit-langit, misalnya: l.
Konsonan getar atau tril adalah konsonan yang dilafalkan dengan mendekatkan lidah
ke alveolum atau pangkal gigi kemudian lidah menjauhi alveolum lagi, misalnya: r.

3) Berdasarkan turut tidaknya pita suara bergetar, konsonan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu :
Konsonan bersuara adalah konsonan yang dilafalkan dengan pita suara bergetar,
misalnya: b, d, n, g, dan w.
Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang dilafalkan dengan tidak
menggetarkan pita suara, misalnya: p, t, c, dan k.

4) Berdasarkan jalan yang dilalui udara, konsonan di bedakan menjadi dua:


Kosonan oral adalah konsonan yang dilafalkan dengan mengeluarkan udara melalui
mulut misalnya: p, b, k, d, dan w.
Konsonan nasal adalah konsonan yang dilafalkan dengan mengeluarkan udara keluar
melalui hidung, misalnya: ny, m, ng, dan n.

d. FUNGSI FONEM

1. Fonem berfungsi sebagai satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan arti
2. Untuk mempelajari bunyi bahasa
3. Berfungsi membedakan arti kata harus dan arus
4. Bunyi fonem bahasa bisa di hasilkan melalui bunyi ujaran yang di hasilkan dari paru
paru dan mengalami rintangan saat keluarnya

F. MORFEM
a. PENGERTIAN MORFEM
Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang tidak mengandung bagian-bagian yang
mirip dengan bentuk lain, baik bunyi maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).

Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang memiliki makna dalam tutur suatu bahasa
(Hookett dalam Sutawijaya, dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka
unsur yang dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam satuan gramatik yang paling
kecil.

Morfem, dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan
dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan.
Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan
kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas dapat dikatakan bahwa morfem adalah
satuan gramatik yang terkecil yang mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna
gramatikal.

Kata memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut


mem-perbesar
per-besar

Jika besar dipotong lagi, maka be- dan sar masing-masing tidak mempunyai makna.
Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri,
seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain,
seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu
kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta satu
morfem bebas, besar.

b. CIRI-CIRI MORFEM
Ciri-ciri morfem :
Memiliki kesamaan arti
Memiliki kesamaan bentuk

Ciri-ciri morfem bebas :


Dapat menjadi jawaban tunggal dari suatu pertanyaan
Memiliki makna secara leksikal

Ciri-ciri morfem terikat :


Tidak dapat berdiri sendiri dan selalu melekat pada morfem lain. Contoh: (me-) +
(minum) = meminum, (drink) + (ing) = drinking, (ng) + (ombe) = ngombe.
Tidak memiliki makna leksikal. Contoh: semua afiks dalam bahasa Indonesia (pe-, -
an, pe-an, ter-, ber-, me-, dll).

c. MACAM-MACAM MORFEM

1. Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam
pertuturan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus
adalah termasuk morfem bebas. Maka morfem-morfem itu dapat digunakan tanpa harus
terlebih dahulu menggabungkannya dengan morfem lain. morfem terikat adalah morfem yang
tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua afiks
dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris
juga termasuk morfem terikat. Berkenaan dengan morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia
ada beberapa hal yang perlu dikemukakan,yaitu:

Bentuk-bentuk seperti juang, henti, gaul, dan baur juga termasuk morfem terikat,
karena bentuk-bentuk tersebut, meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam
pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi, seperti afiksasi,
reduplikasi, dan komposisi. Bentuk-bentuk seperti ini lazim disebut bentuk
prakategorial (lihat Verhaar 1978).
Sehubungan istilah prakategorial di atas, menurut konsep Verhaar (1978) bentuk-
bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk bentuk prakategorial, karena
bentuk-bentuk tersebut baru merupakan pangkal kata, sehingga baru bisa muncul
dalam pertuturan sesudah mengalami proses morfologi.

Bentuk-bentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang (yang
hanya muncul dalam kering kerontang), dan bugar (yang hanya muncul dalam segar
bugar) juga termasuk morfem terikat. Lalu, karena hanya bisa muncul dalam
pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk tersebut disebut juga morfem unik.

Bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi, seperti ke, dari, pada, dan,
kalau, dan atau secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis
merupakan bentuk terikat.

Klitikan merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya, apakah terikat
atau bebas. Klitikan adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel,
secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu
melekat pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Menurut posisinya, klitika biasanya
dibedakan atas proklitika dan enklitika. Yang dimaksud dengan proklitika adalah
klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti, seperti ku dan kau pada konstruksi
kubawa dan kuambil. Sedangkan enklitika adalah klitika yang berposisi di belakang
kata yang dilekati, seperti lah, -nya, dan -ku pada konstruksi dialah, duduknya, dan
nasibku.

2. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi

Perbedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki
morfem tersebut, apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian
yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain. Sedangkan morfem terbagi adalah
sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya pada kata
Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu {satu} dan satu morfem terbagi, yakni
{ke-/-an}. Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa Indonesia.

3. Morfem Segmental dan Suprasegmental

Perbedaan morfem segmental dan morfem suprasegmental berdasarkan jenis fonem


yang membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem
segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan {ber}. Jadi, semua morfem yang
berwujud bunyi adalah morfem segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah
morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan
sebagainya. Misalnya, dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara di Benua Afrika, setiap verba
selalu disertai dengan penunjuk kala (tense) yang berupa nada.

4. Morfem Beralomorf Zero

Dalam linguistik deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol
(lambangnya berupa ), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi
segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental), melainkan berupa kekosongan.

5. Morfem Bemakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal


Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren telah
memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses terlebih dulu dengan morfem
lain. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti {kuda} adalah morfem
bermakna leksikal. Oleh karena itu, morfem seperti ini, dengan sendirinya sudah dapat
digunakan secara bebas, dan mempunyai kedudukan yang otonom di dalam
pertuturan.morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya
sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam
suatu proses morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak bermakna leksikal ini
adalah morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}. Ada satu bentuk morfem lagi
yang perlu dibicarakan atau dipersoalkan mempunyai makna leksikal atau tidak, yaitu
morfem-morfem yang di dalam gramatika berkategori sebagai preposisi dan konjungsi.
Morfem-morfem yang termasuk preposisi dan konjungsi jelas bukan afiks dan jelas memiliki
makna. Namun, kebebasanya dalam pertuturan juga terbatas, meskipun tidak seketat
kebebsan morfem afiks. Kedua jenis morfem inipun tidak pernah terlibat dalam proses
morfologi, padahal afiks jelas terlibat dalam proses morfologi, meskipun hanya sebagai
pembentuk kata.

d. FUNGSI MORFEM
1. Fungsi Morfem Imbuhan

Pembentuk kelas kata benda:


{peN-}{peN-}+{besar}(KS) = pembesar (KB)
{per-}{per-}+{tapa}(KK) = pertapa (KB)

Pembentuk Kata Kerja :


{ter-} {ter-} +{pahat}(KB) = terpahat
{meN-kan} {meN-kan} +{tinggi}(KS) = meninggikan

Pembentuk Kata Sifat :


{meN-} {meN-}+{kantuk}(KK) = mengantuk
{ber-} {ber-} +{satu}(KB) = bersatu

2. Fungsi Morfem Ulang

Morfem ulang sebagai pembentuk kata benda


Bentuk yang akan dibedakan bisa disebut mengalami proses nominalisasi lazimnya
berkelas kata kerja, terutama kata kerja yang sudah berafiks. Tetapi, tidak sembarang kata
kerja berafiks yang diulang mampu mengubah kelas kata kerja ke kata benda. Misalnya,
kata berjalanadalah kata kerja. Diulang menjadi berjalan-jalan,hasilnya tetap kata kerja.
Begitu juga memijit, meski diulang sehingga menjadi memijit-mijit, kelasnya tetap saja: kata
kerja. Perulangan yang mampu mengubah kelas di antaranya sebagai berikut.

Bentuk Dasar Kelas Kata Bentuk Ulang Kelas Kata


Menjahit kata kerja jahit-menjahit kata benda
Berbaris kata kerja baris-berbaris kata benda
Menulis kata kerja tulis-menulis kata benda
Memotret kata kerja potret-memotret kata benda
Berhias kata kerja hias-berhias kata benda
Tidak semua kontruksi macam jahit-menjahit bisa mengubah kelas. Kata pukul-
memukul, bentak-membentak, tarik-menarik, seret-menyeret, tembak-menembak, misalnya,
kelas katanya tetap saja, sama dengan bentuk dasarnya, yaitumemukul, membentak, menarik,
menyeret, danmenembak, yakni kelas kata kerja. Sementara, rasa-rasanya bisa ditarik suatu
simpulan bahwa kata ulang yang bermakna saling berbalasan atau resiprokal tidak
mengubah kelas kata bentuk dasarnya.

Morfem ulang sebagai pembentuk kata tugas/ sarana


Dalam tuturan Anaknya cantik-cantik dan gurunya galak-galak. Cantik-cantik dan galak-
galak tetap berkelas kata sifat seperti bentuk dasarnya, yaitu cantik dan galak. Akan tetapi,
berbeda persoalannya dalam contoh di bawah ini.

Bentuk Dasar Kelas Kata Bentuk Ulang Kelas Kata


Cepat kata sifat cepat-cepat dengan cepat kata tugas
Jauh kata sifat jauh-jauh sampai jauh kata tugas
masak (buah) kata sifat masak-masak (pikir) kata tugas
Jelas kata sifat jelas-jelas pasti kata tugas
mula awal kata benda mula-mula pada awalnya kata tugas
Benar kata sifat benar-benar kata tugas
Sampai kata kerja sampai-sampai kata tugas

Terdapat bentuk yang menurut Dr.Bambang Kaswanti Purwo, linguis cemerlang


Unika Atma Jaya, disebut konstruksi adverbial (Purwo, 1986:41-47). Pendeknya, bisa
dikatakan bahwa tak sembarang reduplikasi membuahkan kelas kata baru. Misalnya
pada lebih-lebih, tidak-tidak,kalau-kalau, dan sebagainya.

3. Fungsi Morfem Konstruksi Majemuk


Kata tanah adalah suatu kata benda, air juga termasuk kata benda juga. Bentuk
majemuknya, tanah air juga berkelas kata benda. Contoh serupa dengannya adalah darah
daging, kutu buku, doa restu, dan sebagainya.

Halnya tidak demikian dalam kata majemuk sepak terjang, misalnya sepak dan terjang
adalah kata kerja, tetapi sepak terjang berkelas kata benda. Contoh lainnya suka duka yang
berkelas kata benda; padahal bentuk suka dan duka adalah masuk pada kelas kata sifat.

4. Morfem bermakna leksikal


Yaitu morfem-morfem yang secara inher telah memiliki makna pada dirinya sendiri,
tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Misalnya, morfem-morfem seperti (kuda), (pergi),
(lari), dan sebagainya adalah morfem bermakna leksikal. Morfem-morfem seperti itu sudah
dapat digunakan secara bebas dan mempunyai kedudukan yang otonom dalam pertuturan.

5. Morfem tak bermakna leksikal


Yaitu morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri
sebelum bergabung dengan morfem lainnya dalam proses morfologis. Misalnya, morfem-
morfem afiks (ber-), (me-), (ter-), dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai