Anda di halaman 1dari 25

MODUL 1.

PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

1.1. Sub Kompetensi


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul
ini adalah sebagai berikut :
- Memahami pengertian agama
- Memahami kebutuhan manusia kepada agama
- Memahami ciri-ciri dan klasifikasi agama
- Memahami ajaran tauhid dalam Islam dan perbandingannya dengan agama
lain

1.2. Uraian Materi


Ada empat sub-pokok bahasan yang dibahas dalam hubungannya dengan
konsep agama dan ketuhanan dalam Islam, yakni:
Pengertian Agama
Kebutuhan Manusia kepada Agama
Klasifikasi Agama
Islam Agama Tauhid

Pengertian Agama
Agama bisa dipahami dari dua cara:
1. Pengertian secara bahasa
Dalam bahasa Indonesia, kata agama dapat diartikan a=tidak, dan
gama=kacau. Agama berarti sesuatu yang tidak kacau, yang teratur dan tertib.
Ini artinya bahwa orang yang beragama adalah orang yang hidupnya tertib,
teratur dan tidak kacau. Adapula yang berpendapat bahwa a=tidak, dan
gama=pergi. Pemaknaan ini biasanya dipakai untuk menunjukkan bahwa
agama sifatnya menetap dan turun temurun.
Sementara dalam bahasa Inggris, agama disebut dengan kata Religon
(religere; latin), yang berarti aturan dan undang-undang. Pengertian ini
menunjuk substansi agama yang memuat seperangkat nilai dan aturan.
Adapun di dalam bahasa Arab, kata agama biasa disebut dengan al-Din (

), yang mengandung beberapa arti seperti tunduk, aturan, hutang, dll.

Dalam sedikit kasus kata millah ( ) juga dipakai untuk menunjuk kata

agama, dengan konotasi agama sebagai sebuah ajaran. Meskipun ada

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 3


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

kesamaan arti dengan istilah agama dan religion, kata al-Din di dalam
bahasa Arab cenderung memiliki arti yang lebih luas.
2. Pengertian Secara Istilah
Memberi definisi tentang agama secara terminologis lebih sulit dari
pemaknannya secara bahasa. Para peneliti agama, sosiolog, termasuk kaum
agamawan sendiri, memiliki definisi yang berbeda-beda tentang agama. Lihat
saja beberapa kutipan berikut:
a. Abudin Nata
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan
manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun
diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk
memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusianagar mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.(Nata. 2001)

b. Clifford Geertz
Religion is: (1) a system of symbols wich acts to (2) establish
powerful, pervasive, and long-lasting moods and motivations in men
by (3) formulating conceptions of general order of existence and (4)
clothing these conceptions with such an aura of factuality that (5) the
mood and motivations seem uniquely realistic. (Geertz, 1993)
agama adalah sebuah sistem simbol yg berperan membangun
perasaan dan motivasi yang berpengaruh, meliputi dan abadi dalam
diri manusia, dengan jalan merumuskan konsepsi-konsepsi tentang
suatu tatanan umum keberadaan dan membungkus konsepsi-konsepsi
itu dengan suatu pancaran faktualitas sehingga perasaan dan motivasi
itu secara unik realistis.
c. Robert N. Bellah
Agama adalah seperangkat bentuk dan tindakan simbolik yang
menghubungkan manusia dengan kondisi-kondisi eksistensinya yang
tertinggi(Bellah, 2000)

d. Karl Marx
religion is the opiete of the society (Anshari, 1979)
Dari beberapa definisi agama di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok
agamawan melihat agama sebagai sebuah ajaran yang yang bersifat given.
Agama adalah sakral karena berasal dari Tuhan Allah SWT. Sasaran
diturunkannya adalah manusia, melalui satu agen yang disebut Nabi. Fungsi

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 4


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

dan tujuan diturunkannya adalah untuk membimbing manusia supaya mereka


memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sementara kaum
sosiolog seperti Geertz dan Bellah cenderung melihat agama sebagai
fenomena sosial. Agama dalam pandangan mereka adalah sistem simbol yang
tingkat kesakralannya dibentuk oleh persepsi dan keyakinan komunitas
agama masing-masing. Dalam perspektif kaum sosiolog, kebenaran dan
kesakralan agama bersifat relatif. Adapun kaum marxism justru melihat
agama sebagai penyakit ssosial. Agama adalah candu masyarakat(Anshari,
1979). Agama dalam pandangan mereka sebenarnya tidak diperlukan, kecuali
bagi masyarakat yang tidak mampu menyelesaikan persoalan kehidupannya.
Tiga model pemaknaan agama ini, bila diperhatikan secara seksama, menjadi
realitas keagamaan masyarakat, termasuk umat Islam. Ada orang Islam yang
benar-benar meyakini ajaran Islam dengan berusaha kuat menjalankan
seluruh tata nilai dan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT (al-
Quran) dan Nabi Muhammad SAW (al-Hadits). Adapula yang menjalankan
agama secara simbolis saja; melaksanakan ibadah shalat(meski tidak mengerti
hakikat ibadah ini), memakai sarung, baju gamis, songkok, mengucapkan
salam dsb, sebagai identitas formal saja. Dalam konteks ini, Durkheim
menyatakan bahwa agama tidak lebih dari sekedar pantulan solidaritas sosial
(Bellah, 2000). Sebagian orang bahkan ada yang meremehkan sikap patuh
kepada agama sebagai bentuk kemunafikan. Karenanya, Auguste Comte
menyimpulkan bahwa keyakinan pada agama cocok untuk manusia pada
masa kanak-kanak; namun keyakinan itu akan digantikan pertama tama oleh
filsafat dan selanjutnya oleh ilmu pengetahuan, sejalan dengan meningkatnya
secara bertahap pemahaman akal manusia terhadap alam semesta (Bellah,
2000).
Tiga sudut pandang tentang agama tersebut disampaikan di sini bukan untuk
membenarkan semua tindakan keagamaan masyarakat, tetapi pertama sekali
untuk meninjau ulang di manakah posisi kita dalam beragama, lalu
bagaimana pada tahap berikutnya kita dapat meningkatkannya menuju posisi
seharusnya dalam beragama, yakni menjalankan kepatuhan kepada ajaran
agama secara total (kaffah); luar (secara jasmaniah) dan dalam (secara

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 5


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

batiniyah); personal (dalam urusan pribadi) dan sosial (dalam urusan


kemasyarakatan); maupun vertikal (berhubungan dengan Allah) dan
horisontal (berhubungan dengan sesama ciptaan Allah).

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam


Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-
langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu. (Qs. Al-Baqarah, 2:208)

Kebutuhan Manusia kepada Agama


Pada dasarnya manusia tidak bisa lepas dari agama. Manusia selalu butuh
kepada agama, dan karenanya selalu membutuhkan Tuhan. Sejarah memperlihatkan
bahwa tidak satupun pembicaraan tentang manusia dan masyarakat manusia, kapan
pun dan di mana pun mereka berada, kecuali selalu dibicarakan pula tentang agama
atau kepercayaaan mereka. Sekurang-kurangnya terdapat tiga alasan kuat mengapa
manusia selalu memiliki suatu agama atau keyakinan, temasuk yakin tentang Tuhan:
1. Faktor Naluri
Naluri adalah segala sesuatu yang terkait dengan kebutuhan dasar manusia
untuk bertahan hidup. Di saat manusia merasa lapar, maka ia pasti sedang
membutuhkan makanan. Ketika dia haus, berarti dia sedang membutuhkan
minum. Di saat cuaca panas ataupun sebaliknya, maka manusia
membutuhkan atap atau rumah, demikian seterusnya. Kebutuhan manusia
kepada agama juga bersifat naluriah karena terkait dengan kebutuhan hidup
mereka. Manusia membutuhkan agama, termasuk di dalamnya Tuhan, karena
mereka mengahadapi persoalan-persoalan hidup yang lebih besar.
Kegagalan, perasaan takut, sedih, lemah, dan terutama kematian adalah
sebagian persoalan besar yang tidak sanggup dihadapi oleh manusia sendiri.
Dalam hal ini manusia membutuhkan kekuatan lain di luar dirinya untuk
dapat menyelesaikannya, yang kemudian disebut Tuhan. Jadi, keyakinan
manusia terhadap Tuhan dan agama bersifat naluriah.

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 6


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Di dalam agama Islam, naluri manusia untuk beragama ini disebut dengan
fitrah. Dua ayat al-Quran berikut menunjuk dengan jelas fitrah beragama
yang dimiliki oleh manusia:


Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama


Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui. (Qs. Al-Rum, 30: 30)



Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? mereka menjawab: Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Qs.
Al-Araf, 7:172)
Selain perasaan takut, sedih, lemah dan semisalnya, fitrah manusia sebagai
makhluk beragama juga dapat dilihat dalam tinjauan historis dan
antropologis. Bukti-bukti historis-antropologis menunjukkan bahwa manusia
primitif yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang Tuhan, ternyata
mereka mempercayai adanya Tuhan, sekalipun Tuhan yang mereka percayai
itu sebatas pada daya khayal mereka. Benda-benda yang menimbulkan kesan
misterius dan mengagumkan seperti pohon dan batu mereka anggap memiliki
kekuatan magis sehingga mereka jadikan Tuhan. Keyakinan seperti ini lantas
disebut dinamisme. Animisme dan politeisme sejatinya juga merupakan
keyakinan-keyakinan yang dikembangkan dari daya khayal manusia.

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 7


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Sementara daya khayal yang memunculkan keyakinan kepada Tuhan tersebut


didorong oleh naluri beragamanya.(Abuddin Nata, 2001)

2. Faktor Lingkungan Atau Keturunan


Dalam kelompok-kelompok masyarakat yang telah mapan dalam hal agama,
budaya maupun pranata sosial lainnya, konsep keyakinan mereka pun akan
cenderung established, dan karenanya berjalan repetitif. Artinya,
keberagamaan masyarakat tidak lagi didominasi oleh faktor naluri, tetapi oleh
lingkungan. Persoalan yang timbul bukan lagi tentang apakah manusia
membutuhkan agama atau tidak, tetapi tentang keyakinan apakah yang
sepatutnya dianut? Hal ini karena di dalam masyarakat yang lebih mapan
pranata sosialnya, umumnya sudah mulai banyak pilihan model keyakinan.
Dalam situasi seperti ini, kebanyakan masyarakat tidak akan memilih, tetapi
mengikuti begitu saja apa yang menjadi keyakinan kelompoknya. Dalam
istilah lain, agama bersifat turun temurun, menetap dan tidak (a) pergi
(gama). Dalam hal ini Nabi Muhammad pernah menyatakan:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (bersih). Lantas kedua orang
tuanya lah yang menjadikan dia seorang Yahudi, Nasrani maupun Majusi.
Keyakinan seseorang terhadap agama kelompoknya bahkan seringkali tidak
bersifat kritis. Ia tidak perlu bertanya ulang apakah sistem keyakinan yang
berlaku di dalam masyarakat atau kelompoknya telah teruji kebenarannya
ataukah tidak. Tidak ada verifikasi ulang. Kebenaran adalah apa yang
diyakini masyarakat benar (common sense). Allah SWT sendiri merilis
realitas sosial ini:


Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang


Telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi
kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari
(perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 8


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".


(Qs. Al-Baqarah, 2:170)

3. Faktor Pengetahuan
Jika menggunakan pendekatan Comte, maka keyakinan kepada agama
sekaligus kepada Tuhan yang Maha Kuasa hanya diperlukan untuk manusia
pada masa kanak-kanak. Pada tahap selanjutnya, ketika penemuan-penemuan
ilmiah sudah dapat memberikan penjelasan-penjelasan rasional atas pelbagai
rahasia alam semesta beserta mekanisme kerjanya; kapan, di mana, seberapa
besar sebuah gunung berapi akan meletus, atau sebuah badai topan akan
terjadi, banjir dan lain sebagainya, ketika fenomena-fenomena tersebut bisa
dijelaskan secara ilmiah, maka manusia akan meninggalkan keyakinannya.
Pernyataan semacam ini mudah dilihat kebenarannya dalam kenyataan
sehari-hari masyarakat.
Tetapi fakta lebih besar ternyata menunjukkan kebalikannya. Bukti-bukti
ilmiah justru semakin menunjukkan kelemahan manusia mengungkap misteri
sesungguhnya alam semesta, dan pada saat yang bersamaan, menuntun
mereka untuk tetap mengakui eksistensi Tuhan dan kebesaran kuasa-Nya,
terlepas dari definisinya..
Pencarian tentang eksistensi Tuhan secara ilmiah, atau setidaknya secara
filosofis, telah dilakukan oleh para ahli sejak puluhan abad yang lalu. Seorang
filosof Yunani, Aristoteles, telah sampai pada kesimpulan bahwa alam
semesta tidak bergerak secara otomatis, tetapi karena sebuah kesengajaan.
Penggerak utama alam semesta ia sebut dengan istilah prima causa.
Sementara dalam sejarah Islam, Ibn Rushd adalah filosof Muslim yang
mengelaborasi bukti-bukti adanya Tuhan dengan 3 argumentasi rasional:
a. Bukti pemeliharaan alam (dalil inayah)
b. Bukti penciptaan alam (dalil ikhtira)
c. Bukti pergerakan alam (dalil harakah)
Sementara kisah Nabi Ibrahim As. Dalam Qs. Al-Anam/6: 74 -79 juga
menunjukkan situasi perenungan intelektual-spiritual beliau tentang Tuhan
yang sesungguhnya. Menggunakan penalaran yang sederhana, beliau
meruntuhkan pondasi keyakinan masyarakat yang bersifat politeis, untuk
kemudian sampai pada kesimpulan bahwa semua yang menjadi bagian dari
alam semesta bukanlah Tuhan. Beliau menyatakan:

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 9


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM



Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi,
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan. (Qs. Al-Anam/6: 79)

Klasifikasi Agama
Manusia membutuhkan agama dan keyakinan kepada Tuhan, baik karena
faktor nalurinya, kepercayaan yang diperolehnya secara turun temurun dari
lingkungan, maupun karena pencarian intelektualnya. Usaha-usaha yang dilakukan
oleh manusia untuk sampai kepada sebuah agama yang benar, Tuhan yang
sesungguhnya, atau setidaknya kepercayaan yang memenuhi kebutuhan naluriahnya
sebagai manusia, telah melahirkan berbagai macam keyakinan dan agama. Untuk
memahami ragam agama manusia di satu sisi, dan sekaligus membangun
argumentasi yang lebih kokoh tentang kebenaran agama Islam di sisi lain, maka
penting mengenal agama-agama manusia berdasarkan klasifikasi berikut:
1. Klasifikasi Agama Berdasarkan Sumber Ajarannya
Berdasarkan sumber ajarannya, agama dibedakan menjadi 2 macam, yakni
agama samawi (langit) dan agama non samawi. Agama samawi adalah agama
yang ajarannya disandarkan kepada Tuhan yang maha Kuasa. Dalam agama
samawi, kitab suci yang berisi ajaran agama merupakan wahyu Tuhan yang
diturunkan kepada manusia melalui Nabi atau Rasul. Termasuk dalam agama
samawi adalah Islam, Nasrani dan Yahudi. Tiga agama ini biasa juga disebut
sebagai agama monoteis atau agama yang memiliki konsep satu Tuhan.
Adapun agama non samawi adalah agama yang ajarannya disandarkan
kepada tokoh suci mereka. Oleh Sidi Gazalba agama semacam ini disebutnya
sebagai agama budaya. Artinya, ajaran agama semacam ini diperoleh dari
pengalaman hidup dan praktik spiritual tokoh-tokohnya. Murid-murid mereka
lah yang menulis pengalaman spiritual tokoh-tokoh tersebut dan kemudian
mengkodifikasikannya dalam sebuah kitab suci. Termasuk dalam kategori ini
adalah agama Hindu, Budha, Konghucu, Tao dsb. Agama-agama seperti ini
disebut pula agama politeis karena mengajarkan konsep dewa-dewa.

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 10


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

2. Klasifikasi Agama Berdasarkan Letak Geografisnya


Sementara berdasarkan letak geografisnya, agama-agama yang dianut oleh
umat manusia di dunia disederhanakan menjadi agama Semit, Arya dan
Mongolian(Anshari, 1979). Agama Semit adalah agama yang awal tumbuh
kembangnya di daerah Timur Tengah, tepatnya Makkah dan Palestina sebagai
tempat tinggal ras bangsa Semit. Di kedua tempat inilah muncul dan
berkembang agama Yahudi, Nasrani dan Islam.
Sementara agama arya adalah agama yang mengawali tumbuh-kembangnya
di wilayah Hindustan dan sekitarnya, sebagai tempat tinggal ras bangsa Arya.
Termasuk dalam kategori ini adalah agama Hindu, Sikh dan Zoroaster.
Adapun agama Mongolian adalah agama yang diyakini oleh suku bangsa
Mongol, seperti Konghucu, Tao, Shinto dll.
3. Klasifikasi Agama Berdasarkan Sifat Penyebarannya
Berdasarkan sifat peneyebarannya, Endang Saifuddin Anshari membagi
agama menjadi missionary religion dan non-missionary religion. Artinya ada
agama yang pada dasarnya memuat ajaran agar pemeluknya menyebarkan
agama tersebut kepada seluruh manusia seperti Islam dan Nasrani. Agama
semacam inilah yang disebut dengan missionary religion. Sementara agama
seperti Yahudi dan Konghucu tidak memuat ajaran penyebaran, sehingga
disebut dengan non-missionary religion. (Anshari, 1979)
4. Klasifikasi Agama Berdasarkan Bentuk Ajarannya
Sementara berdasarkan bentuk ajarannya, agama yang ada di masyarakat bisa
di bagi menjadi primitif, tradisional, modern dan posmodern. Klasifikasi ini
sebenarnya menggunakan klasifikasi agama yang dibuat oleh Robert N.
Bellah, dengan sedikit penyesuaian istilah. Bellah membuat klasifikasi ini
berdasarkan pada perkembangan (evolusi) konsep dan praktik agama di
masyarakat.
a. Ciri-ciri agama primitif
Pandangan dunia monistik (tunggal)
Tuhan adalah kekuatan di balik benda atau arwah leluhur
Bentuk ritual berupa tarian tanpa ada waktu dan tempat khusus
Hubungan dengan tuhan ditentukan oleh faktor usia dan jenis kelamin
Hukum dan pranata sosial belem terbentuk
b. Ciri-ciri agama tradisional
Pandangan dunia dualistik (kehidupan dunia dan akhirat)
Tuhan adalah maha Kuasa dan bersemayam di tempat yang jauh
Pemuka agama menduduki peran yang tinggi sebagai mediator antara
manusia dengan tuhan

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 11


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Praktik agama bersifat komunal (berjamaah)


Bentuk ritual diwarnai oleh simbol-simbol agama yang khas
Hukum dan pranata sosial sudah dibuat berdasarkan strata sosial yang
lebih kompleks
c. Ciri-ciri agama modern
Pandangan dunia dualistik (kehidupan dunia dan akhirat)
Tuhan adalah maha Kuasa dan dekat dengan manusia
Pemuka agama memilki kedudukan yang lebih sejajar dengan
umatnya
Praktik agama bersifat personal
Berkurangnya bentuk ritual yang diwarnai oleh simbol-simbol agama
Hukum dan pranata sosial sudah dibuat berdasarkan strata sosial yang
lebih sejajar
d. Ciri-ciri agama posmodern
Model keyakinan mengakomodasi paham liberal
Ajaran agama banyak diwarnai oleh hasil pemikiran manusia
Nilai-nilai agama cenderung bersifat relatif
Mengedepankan hukum-hukum yang bersifat universal

Islam Agama Tauhid


Naluri manusia untuk meyakini satu macam agama pada dasarnya
menunjukkan pencariannya terhadap satu kebenaran yang hakiki. Kontemplasi
intelektual-spiritual yang dilakukan oleh Ibrahim As. juga menunjukkan
kecenderungan yang sama. Namun saat naluri dan penalaran manusia tersebut
dibiarkan tanpa ada petunjuk dan panduan dari Allah Swt., maka hasilnya adalah
muncul keyakinan-keyakinan atau bahkan agama yang kebenarannya berisfat relatif,
tergantung siapa, di mana, kapan dan bagaimana keyakinan itu dirumuskan. Bagi
masyarakat pesisir pantai, misalnya, maka tuhan adalah kekuatan yang ada di lautan.
Sementara bagi yang tinggal di pegunungan, maka kekuatan pohon-pohon atau batu-
batu besar diyakininya sebagai tuhan. Di sinilah sesungguhnya batas pengetahuan
manusia tentang tuhan. Manusia hanya bisa sampai pada petunjuk bahwa tuhan yang
maha pencipta, penguasa, pemberi rizki, dst. harus ada. Tetapi manusia tidak dapat
memberi deskripsi yang jelas bagaimana zat tuhan, kemauannya, hukum-hukum
yang dikehendakinya dll. Karenanya, di dalam ajaran Islam, agama itu diwahyukan.
Tuhan Allah Swt. mewahyukan ajaran agama kepada para Nabi dan Rasul agar
disampaikan kepada umat manusia.

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 12


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Pengalaman intelektual-spiritual yang dilalui oleh Nabi Ibrahim secara implisit


menunjukkan substansi ajaran Islam, tauhid. Pertama, beliau menolak keyakinan
masyarakatnya yang menjadikan patung sebagai tuhan. Kemudian beliau
menggunakan metode keraguan, jauh sebelum keraguan al-Ghazali dan Kant.
Ibrahim menguji kemungkinan bintang, lalu bulan dan kemudian matahari sebagai
tuhan, lantas beliau menyimpulkan bahwa semua itu bukan tuhan. Situasi ini

sebenarnya terwakili dalam frase pertama kalimat tauhid, . Kesimpulan

selanjutnya terdapat dalam pernyataan beliau: Sesungguhnya Aku menghadapkan


diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada
agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan
Tuhan. Pernyataan ini mengandung makna afirmasi atau penegasan tentang satu

Tuhan () . Konsep tauhid, , inilah yang menjadi core content (pesan

utama) dari ajaran para Nabi dan Rasul:






Dan sungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di
antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada
pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Qs. Al-Nahl/16:36)

Pada masa Nabi Muhammad, misi ajaran tauhid tidak saja


bersifat umum, tetapi juga menyentuh persoalan-persoalan
kehidupan manusia yang lebih kompleks, spesifik, dan multi-
dimensioanal. Karenanya, al-Quran, berbeda dengan kitab-kitab
agama lain, berbicara tentang seluruh aspek kehidupan manusia;
keyakinan, ritual, sosial, politik, ekonomi, seni, budaya, bahasa,
sejarah, pendidikan, ilmu dan sains; baik dalam lingkup pribadi,

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 13


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

keluarga, masyarakat; kehidupan sekarang (dunia) maupun akan


datang (akhirat).



Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As
Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata. (Qs. Al-Jumuah/62: 2)

Meskipun demikian, tauhid sebagai inti ajaran Islam tetap menjadi core value
bagi bangunan ajaran Islam secara keseluruhan. Pembahasan lebih rinci tentang hal
ini akan diuraikan dalam modul berikutnya.
1. Makna Tauhid
Secara bahasa, tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata -

yang berarti mengesakan. Mentauhidkan Allah berarti mengesakan Allah atau
mengakui keesaan Allah. Dalam kajian ilmu tauhid atau ilmu ushuluddin,
pelaksanaan prinsip-prinsip tauhid meliputi tauhid uluhiyyah, tauhid
rububiyyah dan tauhid asma (nama-nama) dan sifat.
a. Tauhid Rububiyyah
Tauhid rububiyyah, ialah rneng-esa-kan Allah dalam perbuatan-Nya,
yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta,
menguasai dan mengatur alam semesta ini. Pada dasarnya manusia
yang meyakini tuhan, baik karena naluri maupun nalarnya, akan
sampai kepada kesimpulan bahwa yang maha mencipta, berkuasa,
mengatur alam semesta, memberi rizki dst., adalah maha esa.
Masyarakat Makkah pada masa jahiliyyah adalah orang-orang yang
mempercayai hal ini.


Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah
yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan
bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 14


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).(QS. Al-


Ankabut/ 29:61)

Ayat ini jelas menceritakan bahwa orang-orang Quraisy secara prinsip


meyakini bahwa Allah adalah pencipta dan penguasa tunggal atas
alam semesta. Namun dalam hal ritual maupun praktik keagamaan
sehari-hari, lebih-lebih pekerjaan lainnya, niat yang bersih dan lurus
hanya kepada Allah Swt. tidak terwujud dalam kehidupan mereka.
Padahal, niat yang bersih dan lurus serta praktik penyembahan hanya
kepada Allah Swt. merupakan bagian dari prinsip tauhid yang wajib
dilaksanakan, yang kemudian disebut dengan tauhid uluhiyyah.

b. Tauhid Uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah, ialah mengesakan Allah dalam ibadah, yakni
beribadah hanya kepada Allah dan karena-Nya semata. Perintah untuk
bertauhid secara uluhiyyah jelas tertera dalam QS. Al-Bayyinah/98
ayat 5 berikut:



Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

Manusia diperintahkan untuk beribadah, tunduk dan


patuh hanya kepada Allah Swt. Termasuk dalam
pengertian ini, kita diarahkan agar memohon
pertolongan, hajat, atau meminta perlindungan hanya
kepada Allah Swt., tidak kepada malaikat, nabi maupun
orang-orang sholeh.


Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 15


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula


suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr". (QS. Nuh/71:23)

Ibnu Abbas ra. menjelaskan bahwa ayat ini berkenaan


dengan umat nabi Nuh as. yang membuat monumen
untuk orang-orang sholeh (wadd, suwwa', yaghuts,
ya'uq dan nasr) yang telah meninggal dunia.
Masyarakat lantas mulai berziarah ke monumen berupa
patung orang-orang sholeh tersebut. Generasi
berikutnya kemudian mendatangi monumen tersebut
untuk meminta suata hajat sebagaimana mereka
meminta kepada Allah Swt.( Al-Wahhab, 2005)

c. Tauhid asma dan sifat


Tauhid asma' dan sifat, ialah mengesakan Allah dalam asma dan sifat-
Nya. Artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk yang serupa
dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam dzat, nama-nama maupun
sifat-sifatNya.

.
tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar
dan Melihat.(QS. Al-Syura/42: 11)

Pengertian lainnya adalah menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk


diri-Nya dalam Kitab-Nya, atau apa yang telah ditetapkan oleh Rasul-
Nya shallallahu `alaihi wa sallam.



Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-
orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-
nama-Nya. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa
yang Telah mereka kerjakan. (QS. Al-Araf/7: 180)
d. Tauhid Sosial

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 16


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Pada dua dekade terakhir, muncul istilah tauhid sosial. Dipopulerkan


oleh Amin Rais pada awal tahun 90-an, tauhid sosial dikenalkan
untuk memberikan pemahaman yang lebih kuat tentang pentingnya
peran sosial umat Islam. Latar belakangnya jelas, umat Islam dinilai
telah gagal menjadikan agama sebagai pilar perubahan sosial. Di satu
sisi, umat Islam telah menunjukkan kepatuhannya kepada Allah Swt.
dalam berbagai bentuk ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan haji
secara konstan. Sementara di sisi lain problematika sosial umat Islam
belum banyak mengalami perbaikan. Kemiskinan, kriminalitas,
korupsi, kolusi dan nepotisme, diskriminasi satu kelompok
masyarakat atas lainnya merupakan realitas yang kecenderungannya
semakain meningkat. Padahal, di dalam ajaran Islam selalu dikaitkan
antara keimanan kepada Allah dengan sikap-sikap kesalehan sosial.


(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya; Orang-orang yang
berbuat riya; Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.(QS
al-Maun: 5-7)

Surah ini secara keseluruhan mengingatkan umat Islam bahwa


beragama, yakin kepada Tuhan atau bertauhid, bukan hanya
menjalankan serangkaian ibadah mahdah seperti shalat. Orang yang
shalat, tetapi tidak memilki kepedulian sosial untuk membantu kaum
miskin di sekitarnya, maka ia tetap mendapatkan ancaman siksa dari
Allah Swt Karena shalat pada dasarnya merupakan simbol
ketundukan seseorang kepada Allah Swt. saja. Sujud menjadi simbol
bahwa manusia dihadapan Tuhan adalah sama, sebagai hamba-Nya.
dengan keyakinan seperti ini maka seharusnya orang yang shalat
memiliki sikap egaliter, di mana sebagian bentuknya adalah adanya
kepedulian sosial. Di dalam surah al-Ashr disebutkan:


MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 17


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam


kerugian; Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

2. Syirik Sebagai Lawan Tauhid


Untuk dapat melaksanakan ajaran tauhid dengan lurus, seorang Muslim tidak
saja dituntut memahami prinsip-prinsipnya, tetapi juga megetahui perkara-
perkara yang dapat mengotori atau bahkan membatalkan ketauhidannya
kepada Allah Swt. Perkara yang dapat membatalkan ketauhidan seseorang

disebut dengan syirik ().


Secara bahasa, syirik berarti menyekutukan atau mengambil sekutu. Secara
istilah syirik berarti menempatkan sesuatu selain Allah Swt. berkedudukan
sama dengan-Nya atau sebagai sekutu bagi-Nya, baik dalam kekuasaan
ibadah maupun segala hal yang sebenarnya menjadi hak Allah Swt. saja.
Perbuatan yang demikian oleh Allah Swt. dikategorikan sebagai dosa yang
terbesar dan diancam dengan ancaman yang sangat keras:


Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka
sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar. (QS al-Nisa/4:48)

Dengan demikian, Islam menolak konsep ketuhanan yang


menegaskan kuasa benda-benda(dinamisme), roh
leluhur(animisme) maupun dewa-dewa(politeisme).
3. Syirik Kecil dan Contohnya
Benih-benih perbuatan syirik sebenarnya ada dalam hati seseorang. Ketika
seseorang melakukan sebuah pekerjaan dengan niat memperoleh pujian,
penghormatan dan pengakuan dari manusia (orang tua, tetangga, kekasih,
pimpinan dsb), maka sebenarnya ia telah terjatuh dalam perbuatan syirik
kepada Allah Swt. Syirik semacam ini disebut oleh Nabi Saw. dengan syirik
kecil atau syirik yang tersembunyi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah Saw. bersabda:

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 18


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


: , ))

((
,
)
((Maukah kalian aku berintahu sesuatu yang lebih aku khawatirkan daripada
al-masih al-Dajjal? Mereka(para sahabat) menjawab: Baik ya Rasulallah.
Beliau (lantas) bersabda: Syirik tersembunyi, yakni saat seseorang berdiri
shalat kemudian dia memperbagus shalatnya karena mengetahui ada orang
(lain) yang melihatnya.)) (HR. Ahmad)

1.3. Rangkuman
Pada dasarnya manusia senantiasa membutuhkan kepada, dan tidak bisa
melepaskan diri dari, agama. Naluri, keturunan dan pengetahuan rasional adalah
faktor-faktor utama yang menyebabkan manusia beragama dan meyakini Tuhan.
Karena manusia beragama dengan alasan yang beragam, maka muncul cara-cara,
bentuk-bentuk dan model-model beragama atau konsep ketuhanan. Dengan demikian
agama menjadi bermacam-macam, dimana sebagiannya terlihat identik dengan yang
lain, dan sebagiannya tidak.
Dalam keyakinan Islam, agama adalah suatu ajaran yang diwahyukan oleh
Allah Swt. Yang Maha Esa. Konsep tentang keesaan Allah Swt. atau tauhid ini biasa
dipahami meliputi tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, tauhid asma dan sifat.
Pemahaman baru memunculkan konsep tauhid sosial. Konsep tauhid ini pula yang
menjadi titik singgung ajaran para nabi dan rasul sejak Adam As. sampai Nabi
Muhammad Saw. Implementasi dari ajaran tauhid ini tidak saja dalam bentuk
kesalehan ritual, tetapi juga meliputi kesalehan sosial. Seseorang yang memiliki
hubungan baik dengan Tuhan Allah Swt. dalam berbagai bentuknya, seperti taat,
tunduk, tawaddu, sabar, berserah diri dan seterusnya, seharusnya membawanya
memiliki sikap dan prilaku yang baik pula kepada lingkungan dan masyarakat,
seperti peduli, toleran, egaliter, rendah hati dan sebagainya. Keyakinan, sikap dan
perilaku yang bertentangan dengan tauhid ini disebut dngan syirik. Dosa syirik bukan
saja dinilai sebagai dosa terbesar dalam ajaran Islam, tetapi juga dosa yang
dikategorikan menghapus semua amal baik pelakunya.

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 19


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

1.4. Referensi

Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat & Agama. Surabaya: Bina Ilmu.1979.

Bellah, Robert N., Beyond Belief esei-esei tentang Agama di dunia Modern.
Jakarta: Penerbit Paramadina.2000.

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta :


1984.

Geertz, Clifford, Religion as a Cultural System. In: The Interpretation of


Cultures: selected essays, Geertz, Clifford, pp. 87 125. Fontana press. 1993.

Hakim, Agus, Perbandingan Agama. Bandung: Diponegoro. 1996.

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2001.

Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam.
Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press. 2006.

al-Wahhab, Muhammad b. Abd, Kitab al-Tauhid. Tt. 2005.

Wikipedia

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 20


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

1.5. Latihan Soal

A. Soal Pilihan
1. Kata al-Din dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna di bawah ini
kecuali...
a. Agama b. Undang-undang c. Ibadah d. Tunduk e. Iman

2. QS. Yusuf ayat 76 menunjukkan bahwa kata Din berarti...


Agama b. Undang-undang c. Ibadah d. Tunduk e. Iman

3. Dalam situasi sulit, penuh tekanan, atau bahkan gagal, manusia biasanya
meminta pertolongan kepada Allah Swt. hal ini menunjukkan bahwa
keyakinannya kepada Tuhan disebabkan...
a. Naluri b. Agama c. Keturunan d. Pemikiran e. Keterpaksaan

4. Membuktikan adanya Tuhan berdasarkan argumentasi rasional menurut


Ibnu Rushd bisa dilakukan dengan cara...
a. Memperhatikan tentang asal-usul penciptaan, pergerakan dan
keteraturan alam

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 21


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

b. Memperhatikan bintang, bulan dan matahari yang beredar secara pasti


c. Memperdebatkan asal-usul penciptaan manusia dan alam semesta
secara ilmiah
d. Meyakini ayat-ayat al-Quran yang secara tegas menyatakan bahwa
Tuhan Allah ada bersemayam di atas arsy.
e. Meyakini bahwa Tuhan adalah ghaib, sehingga tidak perlu dibuktikan
secara empirik

5. Dalam ajaran Islam, tauhid adalah ajaran prinsip yang dibawa oleh semua
Nabi dan Rasul. Hal ini dapat di temukan dalam al-Quran surah...
a. Yusuf 76 b. Al-Hijr 9 c. Ibrahim 7
d. Al-Nahl 36 e. Al-Nahl 38

6. Orang yang yakin bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa, sementara implementasinya selain ia shalat dan
beribadah kepada Allah, ia juga menggantungkan hajatnya kepada Tuhan
melalui kekuatan benda-benda tertentu, atau makam orang-orang shalih,
maka amal seperti itu termasuk...
a. contoh dosa syirik kecil
b. bertentangan dengan tauhid uluhiyyah
c. bertentangan dengan tauhid rububiyyah
d. bertentangan dengan tauhid asma dan sifat
e. bertentangan dengan tauhid sosial

7. Orang yang melakukan dosa syirik dan meninggal dunia dalam keadaan
musyrik, maka dosanya tidak akan diampuni oleh Allah Swt. pernyataan
ini merupakan kesimpulan dari ayat al-Quran...
a. Surah al-Baqarah ayat 30 d. Surah al-Anam ayat 76
b. Surah ali Imran ayat 104 e. Surah al-Zumar ayat 45
c. Surah al-Nisa ayat 48

8. Tauhid yang murni kepada Allah Swt. akan melahirkan...

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 22


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

a. Ibadah yang terus menerus


b. Amal shadaqah yang banyak
c. Amal ibadah yang ikhlas
d. Perilaku yang dicintai oleh semua orang
e. Perilaku yang santun

9. Nabi Muhammad Saw. menyebut riya sebagai dosa syirik kecil, karena...
a. Pelakunya menyekutukan Allah secara nyata
b. Pelakunya meminta bantuan kepada selain Allah Swt.
c. Dosa perbuatan riya diampuni oleh Allah Swt.
d. Pelakunya tanpa sadar telah menyekutukan Allah Swt.
e. Allah menganggapnya sebagai dosa kecil

10. Di antara sikap yang menunjukkan perbuatan riya adalah...


a. Menceritakan kebaikan diri sendiri kepada orang lain
b. Membicarakan kebaikan orang lain untuk ditiru
c. Menunjukkan sikap yang baik kepada kerabat dekat
d. Menunjukkan ibadah yang baik kepada anak agar ditiru
e. Menunjukkan bacaan al-Quran yang paling indah agar diketahui orang

B. Soal Uraian
1. Uraikan menggunakan contoh bahwa naluri dapat membawa manusia
meyakini Tuhan!
2. Jelaskan maksud dari al-Quran surah al-Baqarah ayat 170
3. Jelaskan secara rasional bahwa Allah Swt. itu pasti adanya menggunakan
argumentasi Ibnu Rushd!
4. Mengapa agama bisa bermacam-macam? Jelaskan menggunakan
pendekatan sosiologis dan psikologis!
5. Mengapa konsep tauhid sosial perlu diperkenalkan kepada umat Islam?
Jelaskan dengan kalimat yang runtut!

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 23


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

1.6. Lembar Kerja


.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 24


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 25


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 26


MODUL 1. PENGANTAR KULIAH AGAMA: KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

1.7. Jawaban
A. Soal pilihan
1. e 6. b
2. b 7. c
3. a 8. c
4. a 9. d
5. d 10. e

B. Soal uraian

MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 27

Anda mungkin juga menyukai