Isi Modul 1 Satu
Isi Modul 1 Satu
Pengertian Agama
Agama bisa dipahami dari dua cara:
1. Pengertian secara bahasa
Dalam bahasa Indonesia, kata agama dapat diartikan a=tidak, dan
gama=kacau. Agama berarti sesuatu yang tidak kacau, yang teratur dan tertib.
Ini artinya bahwa orang yang beragama adalah orang yang hidupnya tertib,
teratur dan tidak kacau. Adapula yang berpendapat bahwa a=tidak, dan
gama=pergi. Pemaknaan ini biasanya dipakai untuk menunjukkan bahwa
agama sifatnya menetap dan turun temurun.
Sementara dalam bahasa Inggris, agama disebut dengan kata Religon
(religere; latin), yang berarti aturan dan undang-undang. Pengertian ini
menunjuk substansi agama yang memuat seperangkat nilai dan aturan.
Adapun di dalam bahasa Arab, kata agama biasa disebut dengan al-Din (
Dalam sedikit kasus kata millah ( ) juga dipakai untuk menunjuk kata
kesamaan arti dengan istilah agama dan religion, kata al-Din di dalam
bahasa Arab cenderung memiliki arti yang lebih luas.
2. Pengertian Secara Istilah
Memberi definisi tentang agama secara terminologis lebih sulit dari
pemaknannya secara bahasa. Para peneliti agama, sosiolog, termasuk kaum
agamawan sendiri, memiliki definisi yang berbeda-beda tentang agama. Lihat
saja beberapa kutipan berikut:
a. Abudin Nata
Agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan
manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun
diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk
memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusianagar mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.(Nata. 2001)
b. Clifford Geertz
Religion is: (1) a system of symbols wich acts to (2) establish
powerful, pervasive, and long-lasting moods and motivations in men
by (3) formulating conceptions of general order of existence and (4)
clothing these conceptions with such an aura of factuality that (5) the
mood and motivations seem uniquely realistic. (Geertz, 1993)
agama adalah sebuah sistem simbol yg berperan membangun
perasaan dan motivasi yang berpengaruh, meliputi dan abadi dalam
diri manusia, dengan jalan merumuskan konsepsi-konsepsi tentang
suatu tatanan umum keberadaan dan membungkus konsepsi-konsepsi
itu dengan suatu pancaran faktualitas sehingga perasaan dan motivasi
itu secara unik realistis.
c. Robert N. Bellah
Agama adalah seperangkat bentuk dan tindakan simbolik yang
menghubungkan manusia dengan kondisi-kondisi eksistensinya yang
tertinggi(Bellah, 2000)
d. Karl Marx
religion is the opiete of the society (Anshari, 1979)
Dari beberapa definisi agama di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok
agamawan melihat agama sebagai sebuah ajaran yang yang bersifat given.
Agama adalah sakral karena berasal dari Tuhan Allah SWT. Sasaran
diturunkannya adalah manusia, melalui satu agen yang disebut Nabi. Fungsi
Di dalam agama Islam, naluri manusia untuk beragama ini disebut dengan
fitrah. Dua ayat al-Quran berikut menunjuk dengan jelas fitrah beragama
yang dimiliki oleh manusia:
3. Faktor Pengetahuan
Jika menggunakan pendekatan Comte, maka keyakinan kepada agama
sekaligus kepada Tuhan yang Maha Kuasa hanya diperlukan untuk manusia
pada masa kanak-kanak. Pada tahap selanjutnya, ketika penemuan-penemuan
ilmiah sudah dapat memberikan penjelasan-penjelasan rasional atas pelbagai
rahasia alam semesta beserta mekanisme kerjanya; kapan, di mana, seberapa
besar sebuah gunung berapi akan meletus, atau sebuah badai topan akan
terjadi, banjir dan lain sebagainya, ketika fenomena-fenomena tersebut bisa
dijelaskan secara ilmiah, maka manusia akan meninggalkan keyakinannya.
Pernyataan semacam ini mudah dilihat kebenarannya dalam kenyataan
sehari-hari masyarakat.
Tetapi fakta lebih besar ternyata menunjukkan kebalikannya. Bukti-bukti
ilmiah justru semakin menunjukkan kelemahan manusia mengungkap misteri
sesungguhnya alam semesta, dan pada saat yang bersamaan, menuntun
mereka untuk tetap mengakui eksistensi Tuhan dan kebesaran kuasa-Nya,
terlepas dari definisinya..
Pencarian tentang eksistensi Tuhan secara ilmiah, atau setidaknya secara
filosofis, telah dilakukan oleh para ahli sejak puluhan abad yang lalu. Seorang
filosof Yunani, Aristoteles, telah sampai pada kesimpulan bahwa alam
semesta tidak bergerak secara otomatis, tetapi karena sebuah kesengajaan.
Penggerak utama alam semesta ia sebut dengan istilah prima causa.
Sementara dalam sejarah Islam, Ibn Rushd adalah filosof Muslim yang
mengelaborasi bukti-bukti adanya Tuhan dengan 3 argumentasi rasional:
a. Bukti pemeliharaan alam (dalil inayah)
b. Bukti penciptaan alam (dalil ikhtira)
c. Bukti pergerakan alam (dalil harakah)
Sementara kisah Nabi Ibrahim As. Dalam Qs. Al-Anam/6: 74 -79 juga
menunjukkan situasi perenungan intelektual-spiritual beliau tentang Tuhan
yang sesungguhnya. Menggunakan penalaran yang sederhana, beliau
meruntuhkan pondasi keyakinan masyarakat yang bersifat politeis, untuk
kemudian sampai pada kesimpulan bahwa semua yang menjadi bagian dari
alam semesta bukanlah Tuhan. Beliau menyatakan:
Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi,
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan. (Qs. Al-Anam/6: 79)
Klasifikasi Agama
Manusia membutuhkan agama dan keyakinan kepada Tuhan, baik karena
faktor nalurinya, kepercayaan yang diperolehnya secara turun temurun dari
lingkungan, maupun karena pencarian intelektualnya. Usaha-usaha yang dilakukan
oleh manusia untuk sampai kepada sebuah agama yang benar, Tuhan yang
sesungguhnya, atau setidaknya kepercayaan yang memenuhi kebutuhan naluriahnya
sebagai manusia, telah melahirkan berbagai macam keyakinan dan agama. Untuk
memahami ragam agama manusia di satu sisi, dan sekaligus membangun
argumentasi yang lebih kokoh tentang kebenaran agama Islam di sisi lain, maka
penting mengenal agama-agama manusia berdasarkan klasifikasi berikut:
1. Klasifikasi Agama Berdasarkan Sumber Ajarannya
Berdasarkan sumber ajarannya, agama dibedakan menjadi 2 macam, yakni
agama samawi (langit) dan agama non samawi. Agama samawi adalah agama
yang ajarannya disandarkan kepada Tuhan yang maha Kuasa. Dalam agama
samawi, kitab suci yang berisi ajaran agama merupakan wahyu Tuhan yang
diturunkan kepada manusia melalui Nabi atau Rasul. Termasuk dalam agama
samawi adalah Islam, Nasrani dan Yahudi. Tiga agama ini biasa juga disebut
sebagai agama monoteis atau agama yang memiliki konsep satu Tuhan.
Adapun agama non samawi adalah agama yang ajarannya disandarkan
kepada tokoh suci mereka. Oleh Sidi Gazalba agama semacam ini disebutnya
sebagai agama budaya. Artinya, ajaran agama semacam ini diperoleh dari
pengalaman hidup dan praktik spiritual tokoh-tokohnya. Murid-murid mereka
lah yang menulis pengalaman spiritual tokoh-tokoh tersebut dan kemudian
mengkodifikasikannya dalam sebuah kitab suci. Termasuk dalam kategori ini
adalah agama Hindu, Budha, Konghucu, Tao dsb. Agama-agama seperti ini
disebut pula agama politeis karena mengajarkan konsep dewa-dewa.
Meskipun demikian, tauhid sebagai inti ajaran Islam tetap menjadi core value
bagi bangunan ajaran Islam secara keseluruhan. Pembahasan lebih rinci tentang hal
ini akan diuraikan dalam modul berikutnya.
1. Makna Tauhid
Secara bahasa, tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata -
yang berarti mengesakan. Mentauhidkan Allah berarti mengesakan Allah atau
mengakui keesaan Allah. Dalam kajian ilmu tauhid atau ilmu ushuluddin,
pelaksanaan prinsip-prinsip tauhid meliputi tauhid uluhiyyah, tauhid
rububiyyah dan tauhid asma (nama-nama) dan sifat.
a. Tauhid Rububiyyah
Tauhid rububiyyah, ialah rneng-esa-kan Allah dalam perbuatan-Nya,
yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta,
menguasai dan mengatur alam semesta ini. Pada dasarnya manusia
yang meyakini tuhan, baik karena naluri maupun nalarnya, akan
sampai kepada kesimpulan bahwa yang maha mencipta, berkuasa,
mengatur alam semesta, memberi rizki dst., adalah maha esa.
Masyarakat Makkah pada masa jahiliyyah adalah orang-orang yang
mempercayai hal ini.
Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah
yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan
bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah
b. Tauhid Uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah, ialah mengesakan Allah dalam ibadah, yakni
beribadah hanya kepada Allah dan karena-Nya semata. Perintah untuk
bertauhid secara uluhiyyah jelas tertera dalam QS. Al-Bayyinah/98
ayat 5 berikut:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
: , ))
((
,
)
((Maukah kalian aku berintahu sesuatu yang lebih aku khawatirkan daripada
al-masih al-Dajjal? Mereka(para sahabat) menjawab: Baik ya Rasulallah.
Beliau (lantas) bersabda: Syirik tersembunyi, yakni saat seseorang berdiri
shalat kemudian dia memperbagus shalatnya karena mengetahui ada orang
(lain) yang melihatnya.)) (HR. Ahmad)
1.3. Rangkuman
Pada dasarnya manusia senantiasa membutuhkan kepada, dan tidak bisa
melepaskan diri dari, agama. Naluri, keturunan dan pengetahuan rasional adalah
faktor-faktor utama yang menyebabkan manusia beragama dan meyakini Tuhan.
Karena manusia beragama dengan alasan yang beragam, maka muncul cara-cara,
bentuk-bentuk dan model-model beragama atau konsep ketuhanan. Dengan demikian
agama menjadi bermacam-macam, dimana sebagiannya terlihat identik dengan yang
lain, dan sebagiannya tidak.
Dalam keyakinan Islam, agama adalah suatu ajaran yang diwahyukan oleh
Allah Swt. Yang Maha Esa. Konsep tentang keesaan Allah Swt. atau tauhid ini biasa
dipahami meliputi tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, tauhid asma dan sifat.
Pemahaman baru memunculkan konsep tauhid sosial. Konsep tauhid ini pula yang
menjadi titik singgung ajaran para nabi dan rasul sejak Adam As. sampai Nabi
Muhammad Saw. Implementasi dari ajaran tauhid ini tidak saja dalam bentuk
kesalehan ritual, tetapi juga meliputi kesalehan sosial. Seseorang yang memiliki
hubungan baik dengan Tuhan Allah Swt. dalam berbagai bentuknya, seperti taat,
tunduk, tawaddu, sabar, berserah diri dan seterusnya, seharusnya membawanya
memiliki sikap dan prilaku yang baik pula kepada lingkungan dan masyarakat,
seperti peduli, toleran, egaliter, rendah hati dan sebagainya. Keyakinan, sikap dan
perilaku yang bertentangan dengan tauhid ini disebut dngan syirik. Dosa syirik bukan
saja dinilai sebagai dosa terbesar dalam ajaran Islam, tetapi juga dosa yang
dikategorikan menghapus semua amal baik pelakunya.
1.4. Referensi
Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat & Agama. Surabaya: Bina Ilmu.1979.
Bellah, Robert N., Beyond Belief esei-esei tentang Agama di dunia Modern.
Jakarta: Penerbit Paramadina.2000.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2001.
Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam.
Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press. 2006.
Wikipedia
A. Soal Pilihan
1. Kata al-Din dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna di bawah ini
kecuali...
a. Agama b. Undang-undang c. Ibadah d. Tunduk e. Iman
3. Dalam situasi sulit, penuh tekanan, atau bahkan gagal, manusia biasanya
meminta pertolongan kepada Allah Swt. hal ini menunjukkan bahwa
keyakinannya kepada Tuhan disebabkan...
a. Naluri b. Agama c. Keturunan d. Pemikiran e. Keterpaksaan
5. Dalam ajaran Islam, tauhid adalah ajaran prinsip yang dibawa oleh semua
Nabi dan Rasul. Hal ini dapat di temukan dalam al-Quran surah...
a. Yusuf 76 b. Al-Hijr 9 c. Ibrahim 7
d. Al-Nahl 36 e. Al-Nahl 38
6. Orang yang yakin bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa, sementara implementasinya selain ia shalat dan
beribadah kepada Allah, ia juga menggantungkan hajatnya kepada Tuhan
melalui kekuatan benda-benda tertentu, atau makam orang-orang shalih,
maka amal seperti itu termasuk...
a. contoh dosa syirik kecil
b. bertentangan dengan tauhid uluhiyyah
c. bertentangan dengan tauhid rububiyyah
d. bertentangan dengan tauhid asma dan sifat
e. bertentangan dengan tauhid sosial
7. Orang yang melakukan dosa syirik dan meninggal dunia dalam keadaan
musyrik, maka dosanya tidak akan diampuni oleh Allah Swt. pernyataan
ini merupakan kesimpulan dari ayat al-Quran...
a. Surah al-Baqarah ayat 30 d. Surah al-Anam ayat 76
b. Surah ali Imran ayat 104 e. Surah al-Zumar ayat 45
c. Surah al-Nisa ayat 48
9. Nabi Muhammad Saw. menyebut riya sebagai dosa syirik kecil, karena...
a. Pelakunya menyekutukan Allah secara nyata
b. Pelakunya meminta bantuan kepada selain Allah Swt.
c. Dosa perbuatan riya diampuni oleh Allah Swt.
d. Pelakunya tanpa sadar telah menyekutukan Allah Swt.
e. Allah menganggapnya sebagai dosa kecil
B. Soal Uraian
1. Uraikan menggunakan contoh bahwa naluri dapat membawa manusia
meyakini Tuhan!
2. Jelaskan maksud dari al-Quran surah al-Baqarah ayat 170
3. Jelaskan secara rasional bahwa Allah Swt. itu pasti adanya menggunakan
argumentasi Ibnu Rushd!
4. Mengapa agama bisa bermacam-macam? Jelaskan menggunakan
pendekatan sosiologis dan psikologis!
5. Mengapa konsep tauhid sosial perlu diperkenalkan kepada umat Islam?
Jelaskan dengan kalimat yang runtut!
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
1.7. Jawaban
A. Soal pilihan
1. e 6. b
2. b 7. c
3. a 8. c
4. a 9. d
5. d 10. e
B. Soal uraian