Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TAMBANG


KONTUR

Oleh :

Andrian Eka Putra


2013 / 1302700

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang


berketinggian sama dari permukaan laut.Garis-garis kontur merupakan garis-garis
yang kontinu dan tidak dapat bertemu atau memotong garis kontur lainnya dan
tidak pula dapat bercabang menjadi garis kontur yang lain, kecuali pada hal kritis
seperti jurang atau tebing. Garis kontur biasanya terdapat pada suatu peta
topografi.

Masa pembangunan dewasa ini, ketersediaan peta menjadi suatu hal yang
tidak dapat ditinggalkan, terlebih untuk pembangunan fisik. Sebagaimana
kemajuan di bidang ilmu teknologi yang demikian pesat, teknik pemetaan pun
sudah sedemikian berkembang, baik dalam hal teknik pengumpulan data maupun
proses pengolahan dan penyajian baik secara spasial maupun sistem informasi
kebumian lainnya.

Pemetaan teristris adalah proses pemetaan yang pengukurannya langsung


dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan tertentu. Teknik pemetaan
mengalami perkembangan sesuai dengan berkembangnya ilmu dan teknologi.
Dengan perkembangan peralatan ukur tanah secara elektronis, maka proses
pengukuran menjadi semakin cepat dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Setiap
teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga dalam
pemilihannya sangat bergantung dengan tujuan pemetaan, tingkat kerincian obyek
yang harus disajikan, serta cakupan wilayah yang akan dipetakan.
BAB II
DASAR TEORI

A. Pengertian Kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang
berketinggian sama dari permukaan laut.
Kontur memiliki sifat-sifat yaitu
1. Satu garis kontur mewakili suatu ketinggian tertentu
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang
4. Kontur mempunyai interval tertentu (misalnya 1 m, 5 m, 25 m, dst.)
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang
curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi
yang landai.
6. Rangkain garis kontur yang berbentuk huruf U menandakan
punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf V terbalik menandakan
suatu lembah/jurang.
8. Kontur dapat mempunyai nilai positif (+), nol (0), atau pun negatif (-).
9. Pada jalan yang lurus dan menurun, maka kontur cembung ke arah turun.
10. Pasa sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung ke arah turun.
11. Kontur tidak memotong bangunan atau melewati tungan di dalam
bangunan.

B. Interval Kontur

Dalam penarikan antara kontur yang satu dengan kontur yang lain
didasarkan pada besarnya perbedaan ketinggian antara ke dua buah kontur
yang berdekatan dan perbedaan ketinggian tersebut disebut dengan interval
kontur (contour interval). Untuk menentukan besarnya interval kontur tersebut
ada rumus umum yang digunakan yaitu :

Interval Kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter).

Contoh : Peta kontur yang dikehendaki skalanya 1 : 5.000, berarti interval


konturnya : 1/2000 x 5.000 (m) = 2,5 m.

Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur
yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan
besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil
angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau ratusan tergantung
dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m
atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada 74,35 sampai
dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m
maka besarnya garis kontur yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m,
85m, 87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m,
maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100
m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya
kontur yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan
seterusnya.

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum Ilmu Ukur Tanah ini yaitu
1. Agar mahasiswa mengetahui dan mampu mengoperasikan theodolit
manual ataupun digital (Total Station).
2. Mengetahui hasil pengukuran pada suatu poligon.
3. Dapat mengetahui bentuk permukaan suatu daerah.
4. Agar mahasiswa dapat menyatakan definisi Ilmu Ukur Tanah dan
penggambarannya serta dapat menerangkan prinsip dan penggunaanya.
5. Untuk memudahkan membuat peta situasi.

B. Waktu dan Tempat Praktikum


Adapun praktikum Ilmu Ukur Tanah dilaksanakan pada
Hari : Rabu
Tanggal : 23 November 2015
Waktu : Pukul 07.00 09.40 WIB
Lokasi : Halaman perpustakaan Universitas Negeri Padang

C. Alat dan Perlengkapan


a. Theodolit
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.
Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di
dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon
(detik).

b. Meteran
Meteran sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya tersaji
dalam bentuk pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter
karena umumnya pita ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan
dalam bentuk gulungan atau rol. Kegunaan utama meteran mengukur
jarak atau panjang. Dalam praktikum poligon sendiri, meteran
digunakan untuk mengukur tinggi total station pada statif dari
permukaan tanah.
c. Tripot (Kaki Tiga)

Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan


ketiga kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-
masing ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif
ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat
alat itu berdiri. Seperti tampak pada gambar dibawah ini :

d. Bak Ukur
Bak ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang
berukuran 34 cm, lebar 10 cm, panjang 300 cm, bahkan ada
yang panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi
sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur dilengkapi dengan ukuran
milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya dengan cat yang
mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih,
maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Bak ukur ini
berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara
detail.

e. Jaloon
Jaloon adalah salah satu alat penyangga selain statif, yakni alat berdiri
untuk prisma agar sasaran ke prisma oleh total station tepat.
f. Pen Ukur
Terbuat dari baja,memiliki ujung runcing menyerupai patok dan bagian
atasnya berbentuk lingkaran. memiliki panjang 50 cm dengan diameter
lingkaran 8cm. Fungsinya untuk sudut baiki sudut horisontal ataupun
verticaldan dapat pula lereng.
g. Alat Penunjang Lainnya
Alat penunjang seperti alat tulis, kalkulator, dan lainnya sangat
dibutuhkan dalam pencatatan hasil pengukuran yang dilakukan.

D. Prosedur Pelaksanaan

Berikut langkah kerja pada praktikum kontur ini.

1. Mendirikan alat di titik P, kemudian mengatur alat sehingga nipo mata


sapi masuk ke tengah
2. Ukur tinggi alat
3. Mengarahkan alat ke arah utara dan nolkan pengukuran pada theodolite
4. Membidik titik A dan A1 yang segaris dan menyatat nilai sudut yang
terbentuk, Ba, Bt, serta Bb.
5. Ukur Jarak titik P ke A dan P ke A1
6. Memutar thedolit searah jarum jam dan membidik titik B dan B1 yang
segaris
7. Menyatat nilai sudut yang terbentuk, Ba, Bt, serta Bb.
8. Ukur jarak titik P ke B dan P ke B1
9. Memutar thedolit searah jarum jam dan membidik titik C dan C1 yang
segaris
10. Menyatat nilai sudut yang terbentuk, Ba, Bt, serta Bb.
11. Ukur jarak titik P ke C dan P ke C1
12. Memutar thedolit searah jarum jam dan membidik titik D dan D1 yang
segaris
13. Menyatat sudut yang terbentuk, Ba, Bt, serta Bb.
14. Ukur jarak titik P ke D dan P ke D1
BAB IV
DATA DAN PERHITUNGAN

A. Data Pengamatan

tinggi sudut bacaan


no.titik sasaran
alat (m) H V Ba Bt Bb
P 1.42
A 0 57' 40" 90 00' 00" 1.28 1.185 1.09
1 0 57' 40" 90 00' 00" 1.505 1.435 1.365
2 0 57' 40" 90 00' 00" 1.55 1.5 1.455
B 43 52' 00" 90 00' 00" 0.925 0.79 0.655
1 43 52' 00" 90 00' 00" 1.77 1.69 1.62
C 80 21' 50" 90 00' 00" 1.905 1.82 1.73
1 80 21' 50" 90 00' 00" 1.285 1.15 1.01
D 155 56' 30" 90 00' 00" 1.55 1.38 1.21
1 155 56' 30" 90 00' 00" 0.76 0.64 0.525
2 155 56' 30" 90 00' 00" 1.42 1.35 1.27
E 218 38' 50" 90 00' 00" 1.31 0.985 0.65
1 218 38' 50" 90 00' 00" 1.55 1.32 1.1
2 218 38' 50" 90 00' 00" 1.09 0.96 0.835
F 292 36' 30" 90 00' 00" 1.31 1.09 0.865
1 292 36' 30" 90 00' 00" 1.625 1.5 1.37
2 292 36' 30" 90 00' 00" 1.525 1.445 1.36

B. Perhitungan
a) PerhitunganJarak
Jarak Miring (m) = 100 x (Ba-Bb).cosv
mA = 100 x (
m1 = 100 x (
m2 = 100 x (
mB = 100 x (
m1 = 100 x (
mC = 100 x (
m1 = 100 x (
mD = 100 x (
m1 = 100 x (
m2 = 100 x (
mE = 100 x (
m1 = 100 x (
m2 = 100 x (
mF = 100 x (
m1 = 100 x (
m2 = 100 x (
JarakDatar (D) = m.cosv
DA =
D1 =
D2 =
DB =
D1 =
DC =
D1 =
DD =
D1 =
D2 =
DE =
D1 =
D2 =
DF =
D1 =
D2 =
b) Perhitungan Beda Tinggi

Y = m x sinv
YA =
Y1 =
Y2 =

YB =
Y1 =
YC =
Y1 =
YD =
Y1 =
Y2 =
YE =
Y1 =
Y2 =
YF =
Y1 =
Y2 =

t = Ta + y Bt

tA = 1.42 +
t1 = 1.42 +
t2 = 1.42 +
tB = 1.42 +
t1 = 1.42 +
tC = 1.42 +
t1 = 1.42 +
tD = 1.42 +
t1 = 1.42 +
t2 = 1.42 +
tE = 1.42 +
t1 = 1.42 +
t2 = 1.42 +
tF = 1.42 +
t1 = 1.42 +
t2 = 1.42 +

c) Perhitungan Ketinggian Titik

Tinggi Titik Sasaran = Tinggi titik P + ti

A=
1=
2=
B=
1=
C=
1=
D=
1=
2=
E=
1=
2=
F=
1=
2=

C. Perhitungan Luas Area

Sudut AB = 57 1540 - 00 0000 = 57 1540

Sudut BC = 107 2320 - 57 1540 = 50 0740

Sudut CD =262 5040 - 107 2320 = 155 2720

Sudut DA = 360 0000 - 262 5040 = 97 0920

Luas ABCD = LAPB + LBPC + CPD + DPA

LAPB = 1/2 x PA x PB x Sin sudut AB

= 1/2 x 99,998 x 76,898 x sin 57 1540

= 3234,049 m2

LPBC = 1/2 x PB x PC x Sin sudut BC

= 1/2 x 76,898 x 79,997 x Sin 50 0740

=2360,606 m2

LCPD =1/2 x PC x PD x Sin sudut CD

= 1/2 x 79,997 x 72,396 x Sin 155 2720

= 1202,883 m2

LDPA = 1/2 x PD x PA x Sin DA

= 1/2 x 72,396 x 99,998 x Sin 97 0920


= 3591,535 m2

Luas Total = LAPB + LPBC + LCPD + LDPA

= 3234,049 + 2360,606 + 1202,883 + 3591,535

= 10389,073 m2
BAB V

PEMBAHASAN

Praktikum ilmu ukur tambang mengenai kontur ini dilakukan dengan


menggunakan alat theodolite. Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang
digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut
tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di
dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).

Dalam penggambarannya dilakukan interpolasi untuk mendapatkan nilai-


nilai bulat diantara ketinggian yang ada. Dari hasil interpolasi dilakukan
penggambaran kontur. Semakin banyak data pengukruran akan semakin
mempermudah dalam pengambarannya. Pada praktikum ini data yang diambil
sedikit karena keterbatasan batre theodolite. Dari hasil gambar kontur dengan
interval 1 m, dapat disimpulkan bahwa topografi permukaan tanah di area
pengukuran termasuk datar. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan kontur yang
jarang.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang


berketinggian sama dari permukaan laut. Dalam pembuatannya, kontur
membutuhkan data ketinggian titik-titik suatu wilayah. Ketinggian tersebut dapat
diukur dengan menggunakan theodolite. Hasil praktikum ini menunjukkan area
pengambilan data di halaman perpustakaan UNP tergolong datar kerena kontur
yang terbentuk jarang.

B. Saran

Adapun Saran oleh penulis agar data hasil praktikum bisa lebih baik sebagai
berikut:
1. Sebaiknya alat yang akan digunakan harus dalam keadaan
baik dan lengkap. Untuk itu, para praktikan harus memastikan alat dalam
kondisi yang baik dan terkalibrasi secara benar untuk menghindari atu
mengurang kesalahan yang bisa dibuat.
2. Untuk mendapatkan data yang akurat, sebaiknya para
praktikan memastikan setiap saat alat dalam kondisi yang sesuai
prosedur, contohnya kedudukan nivo yang harus berada di tengah.
3. Jangan lupa untuk mengambil sketsa lapangan agar dapat
dicocokan dengan hasil yang diperoleh
4. Alat ukur harus selalu dijaga agar alat ukur tetap aman dan
terkendali.
5. Perhatikan dengan cermat semua arahan yang diberikan
asisten.
6. Koordinasikan selalu perkembangan proses praktikum
dengan asisten, hal ini sangat berguna untuk mendeteksi kesalahan lebih
awal.
Daftar Pustaka

Wongsotjiro, Soetomo. 2007. ILMU UKUR TANAH. Jakarta : KANISIUS.

Anda mungkin juga menyukai