Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Infertilitas
1. Defenisi Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun
berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi ( Strigh B, 2005 : 5 ).
Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersanggama secara teratur 2-3 kali
seminggu, tanpa memakai metode pencegahan belum mengalami kehamilan selama satu tahun
(Mansjoer, 2004 : 389).
2. Jenis infertilitas
Jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer
adalah kalau istri belum pernah hamil walaupun bersanggama tanpa usaha kontrasepsi dan
dihadapkan pada kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas bulan.
Infertilitas sekunder adalah kalau isrti pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi kehamilan
lagi walaupun bersanggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama dua belas bulan.
B. Penyebab Infertilitas
Penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi tiga kelompok : satu pertiga masalah terkait pada
wanita, satu pertiga pada pria dan satu pertiga disebabkan oleh faktor kombinasi.
1.Infertilitas pada wanita
a. Masalah vagina
Infeksi vagina seperti vaginitis, trikomonas vaginalis yang hebat akan menyebabkan infeksi
lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba yang dapat menyebabkan
gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ reproduksi vital untuk
terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina
yang sangat asam, yang secara nyata dapat mengurangi daya hidup sperma ( Stright B,2005: 60 ).
b. Masalah serviks
Gangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama periode
praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya hidup sperma
misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi ( Stright B, 2005, hal. 60 ).
c. Masalah uterus
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat berlangsung
apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip endometrium, adenomiosis,
mioma uterus atau leiomioma,bekas kuretase dan abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut
dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan,nutrisi serta oksigenisasi janin ( Wiknjosastro,
2002 : 509 ).
d. Masalah tuba
Saluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan. Apabila terjadi
masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat menghambat pergerakan ovum ke
uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat implantasi ovum yang telah dibuahi.
Sumbatan di tuba fallopi merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan
tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh
endometriosis atau inflamasi (Hall et all. 1974 ). Infertilitas yang berhubungan dengan masalah
tuba ini yang paling menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul
( pelvic inflammatory disease PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua
tuba fallopi.
e. Masalah ovarium
Wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya
harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi
ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini masalah ovarium yang dapat mempengaruhi
infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis,
atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus ovarium. Dari perspektif psikologis,
terdapat juga suatu korelasi antara hyperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress
diantara pasangan yang mempengaruhi fungsi hormone.( Handersen C & Jones K, 2006 :
86 ).
2. Infertilitas pada pria
a. Faktor koitus pria
Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas abnormal, kelainan
anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi seksual. Kelaianan anatomi yang mungkin
menyebabkan infertilitas adalah tidak adanya vasdeferens kongenital, obstruksi
vasdeferens dan kelainan kongenital system ejakulasi. Spermatogenesis abnormal dapat
terjadi akibat orkitis karena mumps, kelainan kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi
atau varikokel ( Benson R & Pernoll M, 2009 : 680 ).
b. Masalah ejakulasi
Ejakulasian retrograde yang berhubungan dengan diabetes, kerusakan saraf, obat-
obatan atau trauma bedah.
c. Faktor lain
Adapun yang berpengaruh terhadap produksi sperma atau semen adalah infeksi
yang ditularkan melalui hubungan seksual, stress, nutrisi yang tidak adekuat, asupan
alkohol berlebihan dan nikotin.
d. Faktor pekerjaan
Produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu di bawah temperature tubuh,
Spermagenesis diperkirakan kurang efisien pada pria dengan jenis pekerjaan tertentu,
yaitu pada petugas pemadam kebakaran dan pengemudi truk jarak jauh ( Henderson C &
Jones K, 2006 : 89).
3. Masalah interaktif
Berupa masalah yang berasal dari penyebab spesifik untuk setiap pasangan meliputi : frekuensi
sanggama yang tidak memadai, waktu sanggama yang buruk, perkembangan antibody terhadap
sperma pasangan dan ketidakmampuan sperma untuk melakukan penetrasi ke sel telur ( Stritgh
B, 2005 : 61 ).
C. Penyebab Infertilitas Sekunder
Masalah pada infertilitas sekunder sangat berhubungan dengan masalah pada pasangan dengan
infertilitas primer. Sebagian besar pasangan dengan infertilitas sekunder menemukan penyebab
masalah kemandulan sekunder tersebut, dari kombinasi berbagai faktor meliputi :
1. Usia

Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama wanita tersebut masih
dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang teratur, kemungkinan masih bisa
hamil. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan indung telur untuk
menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan. Penelitian menunjukkan bahwa potensi
wanita untuk hamil akan menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis setelah usia diatas
38 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Center for Health Statistics
menunjukkan bahwa wanita subur berusia dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan hamil 96%
dalam setahun, usia 25 34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35 44 tahun.
Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan kesuburan. Meskipun pria
terus menerus memproduksi sperma sepanjang hidupnya, akan tetapi morfologi sperma mereka
mulai menurun. Penelitian mengungkapkan hanya sepertiga pria yang berusia diatas 40 tahun
mampu menghamili isterinya dalam waktu 6 bulan dibanding pria yang berusia dibawah 25
tahun. Selain itu usia yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sperma ( Kasdu, 2001:63 ).
2. Masalah reproduksi
Masalah pada system reproduksi dapat berkembang setelah kehamilan awal bahkan, kehamilan
sebelumnya kadang-kadang menyebabkan masalah reproduksi yang benar-benar mengarah pada
infertilitas sekunder, misalnya perempuan yang melahirkan dengan operasi caesar, dapat
menyebabkan jaringan parut yang mengarah pada penyumbatan tuba. Masalah lain yang juga
berperan dalam reproduksi yaitu ovulasi tidak teratur, gangguan pada kelenjar pituitary dan
penyumbatan saluran sperma.
3.Faktor gaya hidup
Perubahan pada faktor gaya hidup juga dapat berdampak pada kemampuan setiap
pasangan untuk dapat menghamili atau hamil lagi. Wanita dengan berat badan yang
berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat
mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria
yang berolah raga secara berlebihan juga dapat meningkatkan suhu tubuh mereka,yang
mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan celana dalam yang ketat juga
mempengaruhi motilitas sperma ( Kasdu, 2001:66 ).
D. Faktor Penyebab Infertilitas dari Segi Psikologis
Kesuburan wanita secara mutlak dipengaruhi oleh proses-proses fisiologis dan anatomis, di mana
proses fisiologis tersebut berasal dari sekresi internal yang mempengaruhi kesuburan. Dalam hal
ini kesuburan wanita itu merupakan satu unit psikosomatis yang selalu dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor psikis dan factor organis atau fisis. Kesulitan- kesulitan psikologis ini
berkaitan dengan koitus dan kehamilan, yang biasanya mengakibatkan ketidakmampuan wanita
menjadi hamil.
Pengalaman-pengalaman membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta kecemasan berkaitan
dengan fungsi reproduksi yang menimbulkan dampak yang merintangi tercapainya orgasme pada
koitus. Pada umumnya dinyatakan bahwa sebab yang paling
banyak dari kemandulan adalah ketakutan-ketakutan yang tidak disadari atau yang ada dibawah
sadar, yang infantile atau kekanak-kanakan sifatnya. (Kartono, 2007:74 ).
Penelitian kedokteran juga menemukan bahwa peningkatan kadar prolaktin dan kadar
Lutheinizing Hormon (LH) berhubungan erat dengan masalah psikis. Kecemasan dan
ketegangan cenderung mengacaukan kadar LH, serta kesedihan dan murung cenderung
meningkatkan prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi dapat mengganggu pengeluaran LH dan
menekan hormon gonadotropin yang mempengaruhi terjadinya ovulasi ( Kasdu, 2001 : 70 ).
Pasangan suami istri yang mengalami infertilitas sering kali mengalami perasaan tertekan
terutama pihak wanita yang pada akhirnya dapat jatuh pada keadaan depresi, cemas dan lelah
yang berkepanjangan. Perasaan yang dialami para wanita tersebut timbul sebagai akibat dari
hasil pemeriksaan, pengobatan dan penanganan yang terus menerus tidak membuahkan hasil.
Hal inilah yang mengakibatkan wanita merasa kehilangan kepercayaan diri serta perasaan tidak
enak terhadap diri sendiri, suami dan keluarga ataupun lingkungan dimana wanita itu berada.
Keadaan wanita yang lebih rileks ternyata lebih mudah hamil dibandingkan dengan wanita yang
selalu dalam keadaan stres. Adapun perasaan tertekan atau tegang yang dialami wanita tersebut
berpengaruh terhadap fungsi hipotalamus yang merupakan kelenjar otak yang mengirimkan
sejumlah sinyal untuk mengeluarkan hormon stres keseluruh tubuh. Hormon stress yang terlalu
banyak keluar dan lama akan mengakibatkan rangsangan yang berlebihan pada jantung dan
melemahkan sistem kekebalan tubuh. Kelebihan hormon stres juga dapat mengganggu
keseimbangan hormon, sistem reproduksi ataupun kesuburan. Pernyataan ini seperti
dikemukakan oleh Mark Saver pada penelitiannya tahun 1995, mengenai Psychomatic Medicine
yang menjelaskan bahwa wanita dengan riwayat tekanan jiwa kecil kemungkinan untuk hamil
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalaminya. Hal ini terjadi karena wanita tersebut
mengalami ketidakseimbangan hormon (hormon estrogen). Kelebihan hormon estrogen akan
memberikan sinyal kepada hormon progesteron untuk tidak berproduksi lagi karena
kebutuhannya sudah mencukupi. Akibatnya akan terjadi kekurangan hormon progesteron yang
berpengaruh terhadap proses terjadinya ovulasi (Kasdu, 2001 : 72).
E. Pengaruh Kebudayaan terhadap Infertilitas
Berbagai budaya di belahan dunia masih menggunakan simbol dan upacara adat untuk
merayakan fertilitas ataupun keberhasilan pasangan dalam memperoleh keturunan. Salah satu
upacara yang masih bertahan sampai saat ini ialah adat istiadat melempar beras ke arah
pengantin pria dan wanita. Ada juga yang memberikan rokok, permen ataupun pensil sebagai
ucapan selamat kepada pria yang baru menjadi ayah sebagai antisipasi kelahiran anak.
Banyak budaya yang masih menjamur terutama ditengah-tengah masyarakat kita yang
menyatakan bahwa suatu ketidaksuburan itu merupakan tanggung jawab wanita.
Ketidakmampuan wanita untuk mengandung dihubungkan dengan dosa-dosanya, roh setan atau
fakta yang menyatakan bahwa wanita itu tidak adekuat ataupun sempurna ( Bobak dkk, 2005 :
997 ).
F. Kecemasan
Kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Comer, 1992 dalam
Videbeck 2008).Menurut Daradjat Z (2006), kecemasan adalah suatu manifestasi dari berbagai
proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan
perasaan dan pertentangan bathin atau konflik.
Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami dan seberapa baik seseorang itu
menghadapi ansietas tersebut. Setiap tingkat ansietas menyebabkan perubahan fisiologis dan
emosional pada setiap individu yang mengalaminya.
Gangguan kecemasan pada pasangan infertilitas sekunder dapat berupa rasa takut dan khawatir
yang tidak menyenangkan yang sering disertai dengan rasa tidak percaya bahwa mereka sulit
untuk hamil lagi setelah sukses untuk hamil pertama kali. Hal ini umum untuk mengalami
perasaan sedih, melihat orang yang dengan begitu mudah mengembangkan keluargan mereka.
Pasangan yang mengalami infertilitas sekunder sering juga merasa sendirian, tidak hanya
keluarga, teman-teman juga sepertinya tidak mampu memahami dan kurang mendukung mereka.
G. Tingkat kecemasan
Menurut Peplau (1952 ), ada empat tingkatan kecemasan yaitu :
a. Kecemasan ringan berhubungan dengan perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Dalam hal ini individu dapat memproses informasi, belajar
dan menyelesaikan masalah. Pada dasarnya kecemasan ini dapat memotivasi belajar,
berpikir, bertindak, merasakan dan melindungi diri sendiri.
b. Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-
benar berbeda, yang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini dapat mempersempit lapang persepsi
individu. Dengan demikian individu mengalami tindak perhatian yang selektif, namun dapat
berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Kecemasan berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada
ancaman serta memperlihatkan respon takut dan distress. Pada tahap ini individu mengalami
kesulitan untuk berpikir dan melakukan pertimbangan, otot-otot menjadi tegang, tanda vital
meningkat, mondar mandir, gelisah, iritabilitas dan kemarahan. Semua prilaku yang
ditunjukkan menggunakan cara psikomotor emosional yang sama untuk melepas ketegangan
dan individu memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada hal lain.
d. Tahap panik memperlihatkan bahwa semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut
mengalami respon fight, flight atau freeze, yakni kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap di
tempat dan berjuang atau menjadi beku dan tidak dapat melakukan sesuatu. Panik mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan persepsi yang menyimpang.
Gangguan kecemasan pada setiap individu dapat bersifat ekstrem dan melemahkan, yang
mengganggu kehidupan sehari-hari.

Tabel 2.1 Tingkat- Respon fisik Respon kognitif Respon emosional


Tingkat kecemasan
Tingkat
Kecemasan
ingan (1 + ) Ketegangan otot ringan, Lapang persepsi luas, Perilaku otomatis,
Sedang ( 2 + ) sadar akan lingkungan, terlihat tenang, sedikit tidak sabar,
Berat ( 3 + ) rileks atau sedikit percaya diri, perasaan aktivitas menyendiri,
gelisah, penuh perhatian gagal sedikit, waspada terstimulasi dan tenang.
dan rajin. dan memperhatikan Tidak nyaman, mudah
Ketegangan otot banyak hal, tersinggung,
sedang, tanda-tanda mempertimbangkan kepercayaan diri goyah,
vital meningkat, pupil informasi dan tingkat tidak sabar dan
dilatasi, mulai pembelajaran optimal. gembira.
berkeringat, sering Lapang persepsi Sangat cemas, agitasi,
mondar mandir, menurun, tidak takut, bingung, merasa
memukulkan tangan perhatian secara tidak adekuat, menarik
suara berubah, selektif, focus terhadap diri, penyangkalan,
bergetar,nada suara stimulus meningkat, ingin bebas.
tinggi, kewaspadaan rentang perhatian
dan ketegangan menurun, penyelesaian
meningkat, sering masalah menurun,
berkemih, sakit kepala, pembelajaran terjadi
pola tidur berubah, dengan memfokuskan.
nyeri punggung. Lapang persepsi
Ketegangan otot berat, terbatas, proses berpikir
hiperventilasi, kontak terpecah-pecah, sulit
mata buruk, berpikir, penyelesaian
pengeluaran keringat masalah buruk, tidak
meningkat, bicara cepat, mampu
nada suara tinggi, mempertimbangkan
tindakan tanpa tujuan informasi, hanya
dan serampangan, memperhatikan
rahang menegang, ancaman,preokupasi
menggertakan gigi, dengan pikiran sendiri,
kebutuhan ruang gerak egosentris.
meningkat,mondar
mandir,
berteriak,meramas
tangan dan gemetar.

Anda mungkin juga menyukai