Bab Ii MP
Bab Ii MP
PEMBAHASAN
2) Pasal 2
(1) Standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 per sekolah/program keahlian, per
rombongan belajar, dan per peserta didik untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK,
SDLB, SMPLB, dan SMALB menggunakan basis biaya operasi nonpersonalia per
sekolah/program keahlian, per rombongan belajar, dan per peserta didik untuk SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB di Daerah Khusus Ibukota
(DKI) Jakarta.
(2) Besaran standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 per sekolah/program
keahlian, per rombongan belajar, dan per peserta didik, serta besaran presentase
minimum biaya alat tulis sekolah (ATS) dan bahan dan alat habis pakai (BAHP), untuk
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(3) Penghitungan standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 untuk masing-masing
daerah dilakukan dengan mengalikan biaya operasi nonpersonalia DKI Jakarta dengan
indeks masing-masing daerah, sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan
Menteri ini.
3) Pasal 3
Satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum bisa memenuhi Standar Nasional
Pendidikan menggunakan biaya satuan yang lebih rendah dari standar biaya ini.
4) Pasal 4
Peraturan ini mulai diberlakukan :
Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 ditepakan pada 5 Oktober 2009 oleh Menteri
Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo.
B. SUMBER-SUMBER DANA
Kewenangan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam membelanjakan anggaran pendidikan
sesuai dengan peruntukannya Pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta
penggunaan anggaran untuk dilaporkan kepada komite sekolah serta institusi di atasnya.
Pedoman tersebut diputuskan oleh komite sekolah dan ditetapkan oleh kepala sekolah dan
harus disetujui oleh institusi di atasnya. Pedoman ini juga harus disosialisasikan kepada
seluruh warga sekolah untuk menjamin tercapainya pengelolaan dana secara transparan dan
akuntabel.
Sumber dana sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama: pemerintah
(Pemerintah pusat dan daerah), orang tua peserta didik, dan kelompok-kelompok masyarakat.
1. Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat membantu keuangan sekolah melalui beberapa cara, antara lain mencakup
yang berikut :
a. Hibah (grant) dan dana bantuan biaya operasional kepada sekolah.
b. Membayar gaji guru.
c. Membantu sekolah untuk mengadakan proyek penggalangan dana dengan
menyediakan bantuan teknis termasuk bahan dan perlengkapan, serta
d. Ikut mendanai pembangunan dan rehabilitasi bangunan sekolah.
Pemerintah juga melakukan kontribusi tidak langsung kepada sekolah. Misalnya, melalui
pelatihan kepala sekolah dan guru, menyiapkan silabus dan bahan, serta melakukan
pengawasan.
2. Pemerintah Daerah
Di negara kita, urusan pendidikan dasar dan menengah dilimpahkan kepada pemerintah
daerah. Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk membangun sekolah, membayar gaji
guru, menyediakan sarana fisik, fasilitas ruang kelas, dan peralatan kantor sekolah dengan
dana yang berasal dari APBD dan APBN. Daerah yang memiliki pendapatan asli daerah yang
tinggi, akan memiliki peluang lebih besar untuk membantu pemenuhan kebutuhan dana
penyelenggaraan sekolah.
Cara orang tua berkontribusi terhadap pembiayaan pendidikan kemungkinan mencakup yang
berikut.
a. Membayar biaya pendidikan yang ditentukan secara resmi.
b. Memberi kontribusi kepada komite sekolah.
c. Membayar sumbangan untuk membangun fasilitas tertentu, seperti perumahan bagi guru.
d. Orang tua kemungkinan menyumbangkan tenaga dan keterampilan tertentu dalam berbagai
kegiatan seperti pekerjaan bangunan atau membantu dalam pelatihan olah raga, atau bahkan
mungkin dapat menggantikan guru yang tidak hadir.
e. Membayar guru atas tambahan pelajaran di luar jam sekolah.
f. Membayar pembelian buku pelajaran, alat tulis, sepatu dan seragam sekolah, meja dan
kursi, perpustakaan, dan dana kegiatan olah raga.
g. Mendanai kesejahteraan anak-anak mereka, seperti uang transpor, uang makan, dan
sebagainya.
Kita perlu berasumsi bahwa semua orang tua dapat memberikan kontribusi yang sama,
apakah itu sifatnya finansial atau dalam bentuk-bentuk kontribusi lainnya. Tingkat
penghasilan orang tua di daerah perkotaan dan daerah pedesaan tampaknya cukup berbeda,
seperti halnya juga ukuran keluarga. Diperlukan pendekatan yang sensitif oleh kepala
sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengetahui perbedaan keadaan orang tua peserta didik
dan kemudian memberi kelonggaran bagi peserta didik yang orang tuanya kurang beruntung
secara ekonomi. Jika di satu pihak kepala sekolah harus menetapkan target yang cukup
ambisius untuk menggalang dana bagi sekolah, di lain pihak kepala sekolah juga perlu
menerima keadaan bahwa tidak semua orang dapat berkontribusi dalam kadar yang sama.
Dalam upaya mendorong orang tua berkontribusi, Anda akan perlu menargetkan upaya Anda
itu pada mereka yang memiliki sarana, tetapi tidak termotivasi. Untuk melayani keluarga
yang kurang mampu, Anda perlu menyiapkan dana dukungan beasiswa bagi mereka yang
menunjukkan kemampuan akademik.
4. Kelompok Masyarakat
Kelompok-kelompok masyarakat seringkali termasuk sebagai sumber penting pendanaan
sekolah. Kelompok-kelompok ini dimobilisasi untuk melaksanakan tugas dari para tokohnya
(utamanya informal) di masyarakat, seperti kaum ulama.Di Indonesia, banyak sekolah
(swasta) yang dibangun dan diselenggarakan oleh kelompok-kelompok masyarakat.
Cara yang Anda identifikasi dalam memobilisasi dana kemungkinan mencakup yang berikut.
a. Memobilisasi kelompok-kelompok masyarakat dalam proyek pengembangan sekolah.
b. Melibatkan tokoh masyarakat dalam memobilisasi massa untuk berpartisipasi secara
efektif dalam proyek-proyek sekolah.
c. Mengumpulkan dana untuk sekolah-sekolah di suatu wilayah.
d. Melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dan mantan peserta didik dalam proyek
swakarsa penggalangan dana.
e. Memungut pajak khusus pendidikan dari warga masyarakat.
Di dalam masyarakat kemungkinan ada orang-orang yang juga memutuskan untuk membantu
satu atau beberapa sekolah dengan dana dalam jumlah cukup besar. Adakalanya ada saja
pengusaha yang ingin mendermakan sesuatu bagi satu atau lebih sekolah. Kontribusi seperti
ini hendaknya disambut dengan baik dan bahkan sebaiknya didorong. Namun, pemerintah
seyogianya perlu bersikap tegas terhadap yayasan yang menyelenggarakan sekolah semata-
mata untuk memperoleh keuntungan finansial. Dewasa ini kecenderungan seperti itu telah
semakin menggejala. Fungsi sosial pendidikan telah mulai memudar berganti dengan
penekanan pada fungsi keuntungan ekonominya, khusus bagi para pengelolanya.
5. Peserta didik
Para peserta didik kemungkinan merupakan sumber penggalangan dana sekolah yang baik,
jika mereka tahu manfaatnya bagi diri mereka sendiri dan bagi sekolah. Berikut adalah cara-
cara pelibatan peserta didik Anda yang dapat dipertimbangkan:
a. Pengumpulan dana melalui kegiatan seperti pertanian, memelihara ayam petelur, membuat
kerajinan tangan, dan lain-lain.
b. Kegiatan pengumpulan dana; misalnya melalui konser musik, tari, olahraga, pameran,
bazar, atau turnamen.
6. Yayasan
Ada sekolah yang didirikan oleh lembaga keagamaan atau lembaga lain yang bukan
berdasarkan ideologi tertentu yang merupakan organisasi non pemerintah. Masing-masing
memiliki tujuan spesifik dalam mendirikan dan mengoperasikan sekolahnya yang juga
bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang cerdas dan beradab. Yayasan ini memberikan
dukungan finansial kepada sekolah dalam berbagai bentuk, seperti bangunan, peralatan, dan
sumber daya manusia. Kemungkinan yayasan ini menyimpan dana di bank, yang kemudian
diinvestasikan dalam bentuk saham, dan lain-lain. Hasil yang diperoleh digunakan untuk
menyediakan dana pengoperasian sekolah.
C. KEGIATAN
1. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan
Kepmendiknas Nomor 056/U/2001 menyebutkan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
meliputi (1) pelayanan yang bersifat teknis edukatif untuk proses belajar mengajar baik teori
maupun praktek untuk seluruh mata pelajaran dan penilaian hasil belajar; (2) pelayanan yang
bersifat penunjang untuk operasionalisasi ruang belajar dan kegiatan ekstra kurikuler; (3)
pengadaan dan perawatan buku pelajaran, peralatan pendidikan, alat pelajaran, peralatan
laboratorium, perpustakaan dan peralatan praktik keterampilan serta bahan praktik
laboratorium dan keterampilan; (4) pengadaan dan perawatan sarana kegiatan penunjang
seperti sarana administrasi, gedung sekolah, ruang kelas, fasilitas sekolah dan lingkungan; (5)
penyediaan daya dan jasa seperti listrik, telepon, gas dan air; (6) perjalanan dinas kepala
sekolah dan guru; (7) pelayanan kemasyarakatan, pemberdayaan Komite Sekolah, kegiatan
sosial; (8) penyelenggaraan lomba yang diikuti siswa dan atau guru; (9) pelayanan habis
pakai untuk keperluan sekolah seperti surat kabar; (10) penyediaan gaji guru dan non-guru,
tunjangan, honorarium, lembur, transportasi, insentif dan lainnya yang menunjang
pendidikan. Berdasarkan komponen penyelenggaraan pendidikan tersebut, tiap kepala
sekolah menentukan program prioritas yang perlu dilaksanakan dalam satu tahun anggaran,
kemudian dijadikan program kegiatan yang perlu mendapatkan dana.
Pada tahap perencanaan, analisis kebutuhan pengembangan sekolah dalam kurun waktu
tertentu menjadi fokus utama yang perlu diperhatikan. Kebutuhan dalam satu tahun anggaran,
lima tahun, sepuluh tahun, bahkan dua puluh lima tahunan. Perencanaan dibuat oleh kepala
sekolah, guru, staf sekolah dan pengurus komite sekolah. Mereka mengadakan pertemuan
untuk menentukan kebutuhan dan menentukan kegiatan sekolah dalam waktu tertentu.
Berdasarkan analisis ini diperoleh banyak kegiatan yang perlu dilakukan sekolah dalam satu
tahun, lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun. Untuk itu perlu
diurutkan tingkat kebutuhan kegiatan dari yang paling penting sampai kegiatan pendukung
yang mungkin bisa ditunda pelaksanaannya. Hal ini terkait dengan tersedianya waktu,
keberadaan tenaga dan jumlah dana yang tersedia atau yang bisa diupayakan ketersediaannya.
Analisis sumber-sumber dana dan jumlah nominal yang mungkin diperoleh, dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan hasil analisis yang dilakukan. Perpaduan analisis
kegiatan dan sumber dana serta menyangkut waktu pelaksaannya ini seringkali menghasilkan
apa yang dinamakan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Setiap
sekolah wajib menyusun RAPBS sebagaimana diamanatkan di dalam pasal 53 Peraturan
Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu Rencana Kerja
Tahunan hendaknya memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan
untuk masa kerja satu tahun.
Dalam penyusunan RAPBS, kepala sekolah sebaiknya membentuk tim yang terdiri dari
dewan guru dan pengurus komite sekolah. Setelah tim dan Kepala Sekolah menyelesaikan
tugas, merinci semua anggaran pendapatan dan belanja sekolah, Kepala Sekolah
menyetujuinya. Pelibatan para guru dan pengurus komite sekolah ini akan diperoleh rencana
yang mantap, dan secara moral semua guru, kepala sekolah dan pengurus komite sekolah
merasa bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana tersebut.
Dalam menetapkan jumlah anggaran, dua hal yang perlu diperhatikan yaitu unit cost (satuan
biaya) dan volume kegiatan. Setiap program dan penganggarannya perlu memperhatikan
kedua hal tersebut. Misalnya untuk anggaran rutin, SBP (Sumbangan Biaya Pendidikan),
BKM(Bantuan Khusus Murid), jenis kegiatan dan satuan biayanya sudah ditentukan. Kepala
Sekolah bersama guru dan pihak lain yang terlibat langsung misalnya komite sekolah
diharapkan menyusun prioritas penggunaan dana per-mata anggaran secara cermat.
Selain itu terdapat usaha-usaha yang bersifat pengabdian terhadap masyarakat yang
menbutuhkan dana, kegiatan itu antara lain :
a. Pemberian keringanan uang kursus bagi warga belajar yang kurang mampu.
b. Usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan mengajar tenaga sumber belajar
c. Kegiatan-kegiatan yang bersifat pengabdian bagi kepentingan masyarakat sekitar
d. Kesediaan mengelola kejar usaha atau magang diklusemas.