Anda di halaman 1dari 14

Newsjid

Masjid Punya Berita


Masjid Sunan Ampel Surabaya Masjid
Tertua ke-3 Indonesia

Masjid Sunan Ampel Surabaya

Masjid Sunan Ampel merupakan masjid tertua ke tiga di Indonesia, didirikan oleh
Raden Achmad Rachmatullah pada tahun 1421, di dalam wilayah kerajaan Majapahit.
Masjid ini dibangun dengan arsitektur Jawa kuno, dengan nuansa Arab yang kental.
Raden Achmad Rachmatullah yang lebih dikenal dengan Sunan Ampel wafat pada
tahun 1481. Makamnya terletak di sebelah barat masjid. Hingga tahun 1905, Masjid
Ampel adalah masjid terbesar kedua di Surabaya. dulunya masjid ini menjadi tempat
berkumpulnya para ulama dan wali Allah untuk membahas penyebaran Islam di tanah
Jawa.
Menara bersejarah Masjid Ampel

Di komplek pemakaman masjid sunan Ampel juga terdapat makam Mbah Sonhaji atau
Mbah Bolong dan juga makam Mbah Soleh, pembantu Sunan Ampel yang bertugas
membersihkan Masjid Sunan Ampel. Keberadaan Kedua Makam tersebut tak terlepas
dari cerita tutur dari masyarakat setempat. Di kompleks tersebut terdapat juga makam
seorang pahlawan nasional, KH. Mas Mansyur, kondisinya sangat bersahaja, setara
dengan makam-makam keluarganya yang hanya ditandai sebuah batu nisan di atas
tanah yang datar. Sepi dari peziarah. Di dekat makam Mbah Bolong (Mbah Sonhaji)
terdapat 182 makam syuhada haji yang tewas dalam musibah jemaah haji Indonesia di
Maskalea-Colombo, Sri Lanka pada 4 Desember 1974.

Kompleks makam dikelilingi tembok besar setinggi 2,5 meter. Makam Sunan Ampel
bersama istri dan lima kerabatnya dipagari baja tahan karat setinggi 1,5 meter,
melingkar seluas 64 meter persegi. Khusus makam Sunan Ampel dikelilingi pasir putih.

Lima Gapura Masjid Sunan Ampel


Gapura menuju makam Sunan Ampel

Di sekeliling masjid terdapat lima gapuro (pintu gerbang) yang merupakan simbol dari
Rukun Islam. Dari arah selatan, tepatnya di Jalan Sasak terdapat pintu gerbang
pertama yang bernama Gapuro Munggah. Gapura Munggah adalah simbol dari Rukun
Islam yang kelima, yaitu Haji. Suasana Pasar Seng di sekitar Masjidil Haram dapat
dijumpai di sekitar gapura ini, dengan adanya para pedagang yang menjual barang-
barang seperti di Pasar Seng.

Setelah melewati Gapuro Munggah, pengunjung akan melewati Gapuro Poso (Puasa)
yang terletak di sebelah selatan masjid. Gapuro Poso memberikan suasana pada bulan
Ramadhan. Setelah melewati Gapuro Poso, kita akan masuk ke halaman masjid. Dari
halaman ini tampak bangunan masjid yang megah dengan menara yang menjulang
tinggi. Menara ini masih asli, sebagaimana dibangun oleh Sunan Ampel pada abad ke
14.

Gapuro berikutnya adalah Gapuro Ngamal (Beramal). Gapura ini menyimbolkan Rukun
Islam yang ketiga, yaitu zakat. Disini orang dapat bersodaqoh, dimana hasil sodaqoh
yang diperoleh dipergunakan untuk perawatan dan biaya kebersihan masjid dan
makam. Gapura berikutnya adalah Gapuro Madep yang letaknya persis di sebelah
barat bangunan induk masjid. Gapura ini menyimbolkan Rukun Islam yang kedua, yaitu
sholat dengan mengadap (madep) ke arah kiblat.

Gapura yang ke lima adalah Gapuro Paneksen, merupakan simbol dari Rukun Islam
yang pertama yaitu Syahadat. Paneksen berarti kesaksian, yaitu bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Gapuro Paneksen merupakan
pintu gerbang masuk ke makam.

Keistimewaan

Masjid dan makam Sunan Ampel merupakan bangunan tua bersejarah yang masih
terpelihara dengan baik. Struktur bangunan dengan tiang-tiang penyangga berukuran
besar dan tinggi yang terbuat dari kayu, juga arsitektur langit-langit yang kokoh
memperlihatkan kekuatan bangunan ini melintasi zaman. Masjid ini menjadi tujuan
wisata dan ziarah yang tak pernah sepi dari pengunjung.

Setiap Ramadan, Masjid Sunan Ampel di Subaraya, Jawa Timur, selalu dipadati
pengunjung. selain melaksanakan salat, pengunjung juga ingin berziarah ke makam
Sunan Ampel.

Perlindungan terhadap peninggalan Sejarah

Mengaji di Masjid Sunan Ampel


Guna melestarikan kawasan sejarah ini, Pemerintah Kota Surabaya telah menetapkan
Masjid Ampel sebagai cagar budaya dan membangun kawasan ini sebagai wisata religi.
Peninggalan bersejarah Masjid Ampel yang sekarang masih tampak terawat adalah,
terdapat pada 16 tiang utama masjid yang terbuat dari kayu jati. Ke-16 tiang tersebut,
masing-masing panjangnya 17 meter dengan diameter 60 centimeter dan 48 pintu yang
tetap dipelihara dan dirawat. Tiang tersebut juga memiliki makna tujuh belas jumlah
rakaat shalat dalam sehari yang merupakan tiang agama Islam.

Masjid Sunan Ampel sudah tiga kali mengalami perluasan yakni tahun 1926, 1954, dan
1972. Kini, luas salah satu masjid tua di Indonesia itu mencapai 1.320 meter persegi
dengan panjang 120 meter dan lebar 11 meter.

Tradisi, Mitos dan Aturan berkunjung

Papan peringatan yang terpampang menjadi


panduan bagi pengunjung supaya berlaku sopan, tidak shalat di area pemakaman, dan
berdoa hanya kepada Allah. Di area pemakaman juga sangat dianjurkan untuk melepas
sepatu atau sandal, serta dilarangnya pengunjung berada di area pemakaman pada
setiap waktu shalat berjamaah.

1. Air Berkah

Di tempat ini juga terdapat sumur bersejarah yang kini sudah ditutup dengan besi.
Banyak yang meyakini air dari sumur ini memiliki kelebihan seperti air zamzam di
Mekkah. Banyak masyarakat yang minum dan mengambil untuk kemudian dibawa
pulang. Memasuki area pemakaman, terdapat gentong-gentong berisi air yang berasal
dari sumur untuk diminum oleh para pengunjung.

2. Pemisahan rute ziarah untuk pria dan wanita

Rute untuk pengunjung pria dan wanita dipisahkan untuk menghindari ikhtilat, namun
begitu ada yang tidak mengindahkan rute dengan alasan rombongan. Ada 3 situs di
area pemakaman yang ramai dikunjungi peziarah: Makam Sunan Ampel, adalah situs
yang yang paling ramai, kemudian Makam Mbah Bolong di sebelah barat pengimaman
bangunan masjid lama dan Makam Mbah Soleh.

4. Kisah Mbah Bolong

Alkisah ketika menentukan arah kiblat masjid Mbah Sonhaji melubangi dinding sebelah
barat, dan atas karomah dari Allah, semua orang dapat melihat Kabah dari lubang
tersebut. Sejak itu julukan Mbah Bolong disandangnya

5. Kisah Mbah Soleh yang memiliki 9 nyawa

Makam Mbah Soleh terdapat 9 buah. Alkisah Sunan Ampel mengeluhkan kebersihan
masjid sepeninggal Mbah Soleh, kemudian atas izin Allah dia berkali-kali hidup dan
mati untuk membersihkan masjid. Barulah setelah wafatnya Sunan Ampel, Mbah Soleh
tidak hidup lagi.

6. Tradisi Maleman

Pengunjung di Bulan Puasa


Pengunjung Masjid Ampel dan Makam Sunan Ampel di komplek masjid itu semakin
membeludak saat Bulan Suci Ramadhan semakin dekat. Selama ramadhan,
masyarakat yang berkunjung ke Masjid Ampel juga meningkat dua kali lipat dibanding
hari biasa yang rata-rata mencapai 2.000 orang, pengunjung Masjid Ampel akan
semakin banyak lagi pada saat maleman (malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 bulan
ramadhan). Tradisi maleman yang dimaksud adalah pengunjung membaca tahlil,
tadarus (membaca Al Quran secara bersama-sama di bulan puasa), shalat sunah, dan
iktikaf (berdiam diri di dalam masjid dengan membaca zikir) semalam suntuk.

7. Taraweh 20 Rekaat

Shalat tarawih di Ampel, jumlahnya 20 rakaat dan ditambah tiga rakaat shalat witir.
Bedanya, setiap kali shalat tarawih, imam shalat tarawih menghabiskan satu juz Al
Quran, sehingga dalam satu bulan ramadhan dapat mengkhatamkan Al Quran
sebanyak 30 juz.

LokasiPetaGallery
Masjid Ampel terletak di Jalan KH Mas Mansyur, Kelurahan Ampel, Surabaya Utara.
Lokasi ini sangat mudah dicapai, karena dilewati oleh berbagai moda angkutan.

Gapura menuju makam Sunan Ampel

Mengaji di Masjid Sunan Ampel

Pengunjung di Bulan Puasa

sumber: http://bujangmasjid.blogspot.com/2010/08/masjid-sunan-ampel-surabaya.html

Mari berbagi:

o
o
o
o
o More
o

On 21 April 2013 Posted in Nasional, Profil Masjid Tags: Indonesia, masjid, Surabaya
Leave a comment
Masjid Muammar Qaddafy, Masjid Megah di Bukit Sentul Bogor.Masjid Muqarrabien
dan Gereja Mahanaim Ketika Gereja dan Masjid Bertetangga
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *

Name *

Email *

Website

Comment
You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b>
<blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Post Comment

Notify me of follow-up comments by email.

Notify me of new posts by email.

Menu
Skip to content
Agenda
Kontak Kami
Tentang NewsJid.com
Search

Agenda Terdekat
There are no upcoming events.
View Calendar Add Add

Kategori
Agenda Masjid
buku
Film
Internasional
Jepret Masjid
Kabar Masjid
Nasional
Oase
Profil Masjid
Resensi
Serba-Serbi
Agenda

Berlangganan Info
Masukkan e-mail disini untuk tetap update. Kami tidak akan mengirimkan spam.

Subscribe

Copyright 2013 Newsjid

Proudly powered by WordPress


Theme: Hideung by Onnay Okheng
asjid Agung Banten
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten

Letak Banten, Indonesia

Afiliasi agama Islam

Deskripsi arsitektur

Jenis arsitektur Masjid

Spesifikasi

Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi

para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masjid ini dikenali dari bentuk

menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar.

Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama dari Kesultanan Banten. Ia adalah putra pertama

dari Sunan Gunung Jati.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Lokasi

2 Arsitektur
o 2.1 Menara

3 Gambar-gambar

4 Catatan kaki

Lokasi[sunting | sunting sumber]


Masjid Agung Banten terletak di Desa Banten Lama, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Akses ke lokasi dapat dituju dengan kendaraan pribadi

atau kendaraan umum. Dari terminal Terminal Pakupatan, Serang menggunakan bis jurusan Banten Lama atau mencarter mobil angkutan kota

menuju lokasi selama lebih kurang setengah jam.

Arsitektur[sunting | sunting sumber]


Salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda China yang juga merupakan karya

arsitek Cina yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.

Di masjid ini juga terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan

istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana

Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya.

Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti Masjid ini. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah.

Berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno, bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz

Cardeel. Biasanya, acara-acara seperti rapat dan kajian Islami dilakukan di sini. Sekarang bangunan ini digunakan sebagai tempat menyimpan

barang-barang pusaka.

Menara[sunting | sunting sumber]


Menara yang menjadi ciri khas Masjid Banten terletak di sebelah timur masjid. Menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24

meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Semua berita Belanda tentang Banten hampir selalu menyebutkan menara tersebut,

membuktikan menara itu selalu menarik perhatian pengunjung Kota Banten masa lampau.

Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang.

Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar

1,5 km.

Dahulu, selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, menara yang juga dibuat oleh Hendick Lucasz Cardeel ini digunakan sebagai

tempat menyimpan senjata.

Gambar-gambar[sunting | sunting sumber]

Setelah menyusuri Jl. Raya Banten sepanjang kurang lebih 8 km kami pun menemui papan bertuliskan
lokasi situs purbakala kesultanan Banten. Rasa lapar yang sebelum memberontak sedikit mereda karena
gembiranya hati karena sampai juga di Banten Lama. Bangunan pertama yang kami jumpai adalah
Keraton Surosowan ( kami tahu karena di situ ada papan namanya).
Tujuan pertama kali adalah Masjid Agung. Saat itu di jalan menuju Masjid Agung Banten terdapat papan
tulisan yang berbunyi selain undangan dilarang masuk , namun kami cuek saja menerobos, padahal
ada petugas di samping papan itu. Kami terus saja menuju arah terlihatnya menara masjid yang menjadi
ciri khas Masjid Agung Banten.

Kami sedikit bingung mencari tempat parkir resmi. Karena kami belum melihat ada tulisan tempat parkir.
Setelah keliling kami pun menemui tempat parkir. Tempat parkir itu berada di tengah tengah kios di
depan Masjid Agung.

Saat itu, Masjid Agung sedang ada acara ijab Kabul pernikahan ( padahal sepanjang perjalanan
tanggerang serang beberapa kali kami menemui janur kuning, benar benar lagi musim kawin ). Dari
perkiraanku ini pasti pernikahan bangsawan banten. Karena banyak mobil pejabat di sekitar masjid.
Ketika kami masuk, petugas masjid yang duduk di depan kotak amal menepuk nepuk kotak amal. Aku
merasa aneh saja, baru kali ini aku datang di masjid ada kelakuan seperti itu, kurang etis menurutku.
Namun aku harus memaklumi, beda daerah beda budaya.

Komplek Pemakaman

Tidak seperti yang kami kira, Masjid yang dibangun saat pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin ini
tidak begitu besar, lebih kecil dari Masjid Agung Surakarta atau Yogyakarta. Di sebelah utara ( berjarak
10 langkah dari Masjid) terdapat komplek pemakaman yang ramai oleh peziarah. Posisi pemakaman ini
beda juga dengan posisi komplek pemakaman pada Masjid kesultanan di Jawa yang selalu berada pada
sisi barat masjid dan tidak terlihat dari masjid, dan merupakan bagian terpisah dari masjid.
Pintu Masjid

Secara garis besar Masjid berusia lebih dari 5 abad ini berasitektur sebagaimana masjid di Jawa. Yang
unik adalah atapnya yang bertumpuk lima, beda dengan masjid jawa yang hanya bertumpuk tiga. Hal ini
dimungkin karena pengaruh arsitektur cina, dimana salah satu arsitektur masjid adalah Tjek Ban Tjut
(Pangeran Adiguna). Sebenarnya dua atap teratas terlalu kecil untuk disebut atap, jadi terkesan hanya
sebuah hiasan atau mahkota bangunan saja. Atap lima tumpuk itu mempunyai makna 5 Rukun Islam.
Pintu masuk Masjid di sisi depan berjumlah enam yang berarti Rukun Iman. Enam pintu itu dibuat pendek
dengan maksud, setiap jamaah haruslah merendahkan diri ke hadapan Allah SWT dan menanggalkan
segala bentuk keangkuhan.

Di sebelah selatan terdapat juga makam sultan sultan dan museum benda benda dan senjata kuno
kesultanan Banten. Pintu masuk menuju ruangan dalam pendek dan sempit. Di depan masjid terdapat
empat kolam yang dulunya untuk membersihkan diri sebelum memasuki masjid. Kalo di masjid tua Jawa
biasa tidak berupa kolam tapi parit kecil yang mengelilingi masjid. Tempat wudlu nya masih campur
antara wanita dan pria. Saat waktu sholat Dhuhur, terasa sangat crowded banget, apalagi ketika
memasuki ruangan dalam Masjid, kita mesti berhati hati agar tidak bersentuhan karena memang pintu
masuk untuk pria dan wanita tidak dibedakan. Kondisi tempat wudlu yang semrawut bertambah
semrawut karena juga digunakan anak daerah itu untuk main main air, satu lagi beberapa orang
menggunakan tempat wudlu dengan sandal.

Bangunan yang menjadi ikon Masjid Agung Banten adalah menaranya. Sebelum datang, kami
membayangkan kalau menara masjid begitu tinggi. Ternyata tidak telalu tinggi, sekitar 30 meter dengan
diameter 10 meter. Kondisi menara ini terlihat terjaga dan terawat. Menara beranak tangga 83 buah ini
dirancang oleh Hendick Lucasz Cardeel, arsitektur eropa yang masuk islam dan menikah dengan putri
sultan. Hendick Lucasz Cardeel juga menambahkan pavilion di sisi selatan masjid yang berguna untuk
kegiatan kajian keagamaan, namun kami tidak sempat mengunjunginya.

Masjid Agung Banten merupakan monument bersejarah penyebaran Islam di Jawa. Juga merupakan
tempat favorit ziarah umat Islam di Jawa. Sayang pengelolaan kios kios di depannya sangat kurang.
Kondisi kebersihannya pun perlu lebih diperhatikan lagi. Bila pengelolaan lebih baik, Masjid Agung
Banten ini akan menjadi pariwisata unggulan propinsi Banten.

Anda mungkin juga menyukai