Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS MARGIN PEMASARAN AYAM BROILER

DI PASAR TRADISIONAL KOTA MANADO


(Study kasus : Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan)

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Pasar tradisional Kota Manado khususnya
pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan. Masalah dalam penelitian
ini ialah bagaimana bentuk saluran pemasaran ayam broiler, berapa besar margin
dan keuntungan pemasaran ayam broiler serta tingkat efisiensi pemasaran ayam
broiler di pasar Bersehati dan Pinasungkulan. Tujuan penelitian ini ialah (1) Untuk
mengetahui bentuk saluran pemasaran ayam broiler di pasar tradisional Kota
Manado, (2) Margin pemasaran dan keuntungan, (3) Untuk mengetahui tingkat
efisiensi pemasaran pada masing masing saluran pemasaran ayam broiler di pasar
tradisional Kota Manado. Sumber data dalam penelitian ini yakni data primer dan
data sekunder. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling. Model
analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif dan
analisis matematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar bersehati dan
pinasungkulan memiliki dua saluran pemasaran yakni ; (1), Peternak ke pedagang
pengumpul ke pedagang pengecer ke konsumen. (2), Peternak ke pedagang
pengumpul ke konsumen. Jumlah margin yang diperoleh pada saluran pertama
sebesar Rp 10.682 terdiri dari margin pedagang pengumpul sebesar Rp 7500 dan
pedagang pengecer sebesar Rp 3.182. Pada saluran dua jumlah margin yang di
peroleh sebesar Rp 7500. Sedangkan keuntungan yang diperoleh dari saluran I
yaitu sebesar Rp. 4.990 dan pada saluran II mendapatkan keuntungan sebesar Rp.
3.597. Tingkat efisiensi pada saluran I yaitu sebesar 19,39 % dan saluran II yaitu
sebesar 14,45 % yang artinya kedua saluran ini efisien.

Kata Kunci : Saluran Pemasaran, Margin, Keuntungan, Efisiensi Pemasaran,


Ayam Broiler

MARKETING MARGIN ANALYSIS OF BROILER CHICKENS


IN TRADITIONAL MARKET MANADO CITY
( Case Study: Market Bersehati Calaca and Pinasungkulan Karombasan )

ABSTRACT
This research was carried out in the traditional market town of Manado in
particular market Bersehati Calaca and Pinasungkulan Karombasan. The problem
in this research is how the shape of the chicken broiler marketing channel, how
large the margin of profits and marketing chicken broiler and broiler chicken
marketing efficiency rate in the market Bersehati and Pinasungkulan. The purpose
of this research is (1) to know the shape of the chicken broiler marketing channels
in the traditional market town of Manado, (2) the marketing and profit Margin, (3)
to find out the level of efficiency of marketing on each chicken broiler marketing
channels in the traditional market town of Manado. The source of the data in this
study primary data and secondary data. The determination of the sampling done
by purposive sampling. Model of data analysis in this study uses descriptive
analysis approaches and mathematical analysis. The results showed that the

1
market bersehati and pinasungkulan have two marketing channels; (1), the
breeder, to traders collecting to retailers to consumers. (2), the breeder to traders
gatherers to consumers. The amount of the margin obtained on the first channel of
Rp 10,682 consists of margin traders of Rp 7500 collectors and retailers at Rp
3,182. On the channel two margins in amount of gain of Rp 7500. While the
profits gained from the channel I namely Rp 4,990 and channel II benefit
amounting to Rp. 3,597. The Level of efficiency on the channel I namely of
19.39% and channel II 14.45% of IE which means both channels is efficient.

Keywords: Marketing Channels, Margins, Profits, Marketing Efficiency, Broiler


Chicken

2
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemasaran ialah suatu proses sosial baik individu maupun kelompok, yang
terlibat dalam proses tersebut memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk
atau jasa yang bernilai dengan pihak lain. Sistem ialah sekolompok item atau
bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling berkaitan secara tetap dalam
membentuk satu kesatuan terpadu. Jadi dapat diartikan sistem pemasaran ialah
kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide,
orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan
membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya
(Mamilianti, 2009).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya
ada proses tawar menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios atau gerai, los dan
dasaran terbuka yang dibuat oleh penjual ataupun oleh pengelola pasar, pasar
tradisional juga memiliki tingkat kebersihan yang dapat digolongkan sangat
rendah karena sering becek jika hujan dan masih banyak pedagang yang
membuang sampah sisah-sisah penjualan secara sembarang tempat, pasar
tradisional kebanyakan pedagang menjual kebutuhan sehari-hari berupa ikan,
sayur-sayuran, buah-buahan, telur, daging, kain, barang elektronik, kue dan
barang- barang lainnya.
Ayam Broiler dikenal masyarakat dengan berbagai kelebihannya, yaitu umur
panen 5-8 minggu. Waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan,
maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai
wilayah Sulawesi Utara. Khususnya di Kota Manado Populasi ayam broiler
meningkat, tercatat dalam data Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara populasi
ayam broiler selama 4 tahun terakhir terus meningkat yaitu di tahun 2012
sebanyak 61.546, tahun 2014 sebanyak 65.500, dan di taun 2015 mencapai
104.000 ekor. Tercatat dalam data BPS Sulut 2016 pasar tradisional di Kota
Manado terdapat enam Pasar yakni di kecamatan Malalayang (Pasar 66 Bahu),
Wanea (Pasar Pinasungkulan), Wenang (Pasar Bersehati Calaca), Tuminting

3
(Pasar Tuminting), Tikala (Pasar Orde Baru Paal 2), dan Kecamatan Bunaken
(Pasar Bunaken).
Ayam broiler yang banyak di jual di pasar tradisional Kota Manado yaitu di
Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan. Pada dua pasar tersebut
terdapat dua lembaga pemasaran yang menjual ayam broiler yakni pedagang
pengumpul ayam broiler dan pedagang pengecer. Pedagang pengumpul dan
pedagang pengecer yang beraktivitas di pasar Bersehati dan Pinasungkulan sudah
berlangsung cukup lama antara 3 sampai 25 tahun dan sudah menjadi mata
pencaharian dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, hal ini membuktikan
bahwa usaha peternakan ayam broiler itu sendiri mempunyai prospek yang cerah.
Potensi pasar ayam broiler diperkirakan terus mengalami peningkatan pada tahun-
tahun yang akan datang.
Produksi ayam broiler yang meningkat disertai pertambahan jumlah
penduduk akan menciptakan peluang usaha di bidang pemasaran, dimana sistem
distribusi ayam broiler melibatkan beberapa lembaga pemasaran seperti pedagang
besar, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Besarnya keuntungan yang
diterima oleh masing masing lembaga pemasaran tergantung pada bentuk dan
struktur pasar setiap tingkatan, posisi tawar masing-masing pelaku dan efisiensi
usaha pada masing-masing lembaga. Oleh karena itu untuk mengetahui pola
pemasaran ayam broiler, dan pembagian keuntungan masing masing lembaga
maka perlu dilakukannya analisis aspek pemasaran yang terjadi dalam distribusi
ayam broiler.
Menanggapi permasalahan tersebut maka perlu dilakukan kajian mengenai
aspek pemasaran komoditi ayam broiler. Hal-hal penting mengenai pemasaran
ayam broiler adalah bentuk saluran pemarasan, nilai margin pemasaran,
keuntungan dan efisiensi pemasaran. Berdasarkan uraian tersebut penulis
mengambil judul Analisis Margin Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Tradisional
Kota Manado.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk saluran pemasaran ayam broiler di pasar tradisional Kota
Manado

4
2. Berapa jumlah margin pemasaran dan keuntungan yang diperoleh dari
masing-masing saluran pemasaran ayam broiler di pasar tradisional Kota
Manado
3. Berapa persen tingkat efisiensi pemasaran dari masing masing saluran ayam
broiler di pasar tradisional Kota Manado.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bentuk saluran pemasaran ayam broiler di pasar
tradisional Kota Manado
2. Untuk mengetahui margin pemasaran dan keuntungan dari masing-masing
saluran pemasaran ayam broiler di pasar tradisional Kota Manado
3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran pada masing masing saluran
pemasaran ayam broiler di pasar tradisional Kota Manado.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Jurusan Sosial
Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi
2. Sebagai bahan informasi bagi peternak dan pedagang ayam broiler
3. Sebagai sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi pemerintah dalam
penyusunan kebijakan terutama dalam pengembangan pemasaran ayam
broiler di Kota Manado
1.5 Hipotesis
Diduga pemasaran ayam broiler di pasar tradisional Kota Manado memiliki
lebih dari satu saluran pemasaran, mendapatkan margin beserta keuntungan yang
berbeda dari setiap saluran pemasaran dan saluran pemasaran ayam broiler sudah
berlangsung secara efisien

5
II. METODE PENELITIAN

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di pasar tradisional Kota Manado, khususnya
pasar tradisional Bersehati Calaca dan pasar tradisional Pinasungkulan
Karombasan mulai tanggal 13 Juni 2016 sampai 20 Juli 2016.
2.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survey
lapangan pada suatu populasi pedagang ayam broiler di pasar tradisional Kota
Manado. Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan data sekunder, data
primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakkan
daftar kuesioner dan pengamatan langsung di pasar tradisional Kota Manado, data
sekunder yaitu data yang diperoleh melalui pencatatan dalam buku statistik kota
Manado, BPS Sulawesi Utara maupun dinas pasar kota manado serta instansi-
instansi yang terkait dengan penelitian ini.
2.3 Metode Penentuan Sampel
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukkan melalui suatu
proses penentuan sampel. Penentuan sampel responden pada penelitian ini
dilakukkan berdasarkan purposive sampling (Singarimbun dan Efendi, 1995) dan
(La Ode 2014). Purposive sampling dilakukkan terhadap pedagang ayam broiler.
Penentuan sampel secara purposive sampling dilakukkan atas dasar petimbangan
bahwa pedagang ayam broiler yang dijadikan sampel ialah pedagang tetap yakni
sudah beraktivitas lebih dari 3 tahun dan secara intensitas melakukkan aktivitas di
pasar bersehati dan karombasan setiap hari.
Berdasarkan hasil survey pedagang ayam broiler yang beraktivitas di pasar
bersehati dan karombasan berjumlah 23 orang yang terdiri dari pedagang tetap
dan tidak tetap. Berdasarkan pertimbangan, maka jumlah sampel yang dijadikan
responden dalam penelitian ini sebanyak 15 orang pedagang tetap dari 23 orang
pedagang ayam broiler yang ada di pasar tradisional Kota Manado.
2.4 Definisi Variabel dan Pengukurannya
1. Pasar tradisional Bersehati dan Pinasungkulan ialah tempat terjadinya
transaksi antara penjual dan pembeli ayam broiler yang berlokasi di Kota
Manado

6
2. Ayam broiler adalah istilah yang dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya
teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas
pertumbuhannya cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan yang
efisien, dan siap dipotong pada umur yang relatif muda.
3. Pemasaran ayam broiler adalah segala kegiatan yang menyangkut penyaluran
ayam broiler dari peternak sampai ke konsumen.
4. Lembaga pemasaran adalah badan usaha baik perorangan maupun lembaga
yang membantu penyaluran ayam broiler dari peodusen (peternak) ke
konsumen akhir.
5. Margin pemasaran adalah selisih antara dua pengambilan atau hasil produk
pada dua tingkatan dalam saluran pemasaran, misalnya selisih antara harga
yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen.
6. Saluran pemasaran adalah jejak penyaluran ayam broiler dari produsen
(peternak) sampai ke konsumen akhir.
7. Saluran pemasaran langsung adalah penyaluran barang atau jasa dari produsen
ke konsumen dengan tidak melalui perantara
8. Keuntungan pemasaran yaitu pendapatan bersih yang diperoleh dari biaya
margin pemasaran dikurangi dengan biaya penjualan
9. Efisiensi pemasaran yaitu pemasaran akan efisien apabila memiliki biaya
pemasaran yang rendah dan masing masing lembaga pemasaran tidak
dirugikan
10. Peternak ayam broiler adalah orang yang memelihara ataupun yang
membudidayakan hewan ternak ayam broiler.
11. Harga ditingkat produsen adalah harga jual ayam broiler yang ditawarkan
produsen ke lembaga perantara atau ke konsumen. Satuan pengukurannya
(Rp/kg)
12. Harga ditingkat konsumen adalah harga jual ayam broiler yang dibayarkan
oleh konsumen. Satuan pengukurannya (Rp/kg).
13. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli ayam broiler langsung
ke peternak, memotong ayam sendiri, dan menjual ayam tersebut kepada
pedagang pengecer dan konsumen.
14. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli ayam broiler pada
pedagang pengumpul dan langsung dijual ke konsumen.

7
15. Konsumen adalah orang yang melakukan pembelian ayam broiler dari
peternak, pedagang pengumpul maupun pedagang pengecer
2.5 Model Analisis Data
Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis
data deskriptif dan matematis. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk
menguraikan secara kualitatif keadaan ril mata rantai pemasaran ayam broiler dan
menguraikan aktivitas pedagang ayam broiler dalam bentuk bagan, tabel maupun
persentese. Sedangkan analisis matematis dimaksudkan :
1. Untuk mengetahui margin pemasaran akan dihitung dengan rumus Menurut
(Sudiyono 2004), dan (Rais 2013)
Mp = Hk Hp
Keterangan :
Mp = margin pemasaran (Rp)
Hk = Harga jualayam broiler (Rp)
Hp = Harga beli ayam broiler (Rp)

2. Untuk mengetahui jumlah keuntungan yang diperoleh masing-masing


lembaga pemasaran, digunakan rumus (Thalib 2013), dan (Siti Hajar 2016).
= M Bp
Keterangan :
= Keuntungan Lembaga Pemasaran
M = Margin Pemasaran
Bp = Biaya Penjualan

3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing saluran


pemasaran, digunakan rumus (Siti Hajar 2016)
Eps = B x 100 %
HE
Keterangan :
Eps = Efisiensi Pemasaran
Bp = Biaya Pemasaran
HE = Harga Eceran
Kriteria : Eps < 50 % Efisien, Eps> 50 % tidak Efisien

8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Hasil Penelitian


3.1.1 Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ayam broiler di Pasar
Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan yaitu produsen (peternak),
pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen akhir.
1. Produsen (Peternak) yaitu orang yang membudidayakan atau memelihara
ayam broiler dan menjual ayam broiler tersebut kepada pedagang pengmpul.
Peternak menjual ayam broiler dengan harga ebesar Rp 19.500 per kilogram.
2. Pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli ayam langsung dari
peternak untuk diproses yaitu dipotong, dibersihkan dari bulu dan jeroan
kemudian dijual kepada pedagang pengecer, dan konsumen. Rata-rata usia
pedagang pengumpul yaitu lebih dari 30 tahun dengan pengalaman berusaha
lebih dari 5 tahun. Pedagang pengumpul menjual ayam broiler ke pasar dan
melakukkan pemotongan di tempat tersebut kemudian menjual ayam broiler
tersebut kepada pedagang pengecer dan konsumen. Secara psikologis
pedagang pengumpul membuka lapangan pekerjaan bagi pedagang pengecer.
Pedagang pengumpul membeli ayam broiler dari peternak dengan rata rata
harga sebesar Rp. 19.500 per kilogram kemudian menjual kembali ke
pedagang pengecer dan konsumen dengan harga sebesar Rp. 27.000 per
kilogram. Setiap hari pedagang pengumpul mampu menjual ayam broiler 360
kg per hari.
3. Pedagang pengecer yaitu pedagang yang membeli ayam dari pedagang
pengumpul dan langsung menjual kepada konsumen yang ada di pasar, rata-
rata umur pedagang pengecer yaitu berumur lebih dari 24 tahun dengan lama
usaha lebih dari 2 tahun. Pedagang pengecer membeli ayam broiler dari
pedagang pengumpul setelah dipotong, dibersihkan bulu dan jeroannya.
Pedagang pengecer membeli ayam dari pedagang pengumpul dengan rata rata
harga sebesar Rp. 26.182 per kilogram dan menjual kembali ke konsumen
dengan harga sebesar Rp. 29.364 per kilogram. Tingkat harga jual ayam
broiler pada pedagang pengumpul dan pedagang pengecer berbeda, sehingga

9
di pasar Bersehati maupun Pinasungkulan akan ditemukan keragaman harga.
Konsumen akan menemukan harga ayam broiler lebih murah jika datang pagi
hari dibandingkan siang hari, karena di siang hari sebagian besar yang tersisa
adalah pedagang pengecer. Pedagang pengecer mampu menjual ayam broiler
samapai 90 kg per hari. Volume penjualan ayam broiler pada pedagang
pengumpul lebih besar dibandingkan pada pedagang pengecer, hal ini
disebabkan karena pedagang pengumpul menjual ayam broiler ke pedagang
pengecer dan konsumen, berbeda dengan pedagang pengecer yang hanya
menjual ayam broiler ke konsumen.
4. Konsumen akhir yaitu orang yang membeli ayam broiler dari pedagang
pengumpul dengan harga rata rata Rp. 27.000. dan juga membeli ayam
broiler dari pedagang pengecer dengan rata rata harga Rp 29.364 per
kilogram.
3.1.2 Saluran Pemasaran Ayam Broiler
Saluran pemasaran ayam broiler perupakan serangkaian lembaga
pemasaran yang berperan penting atau memiliki hak dalam membantu penyaluran
komoditi ayam broiler dari prosusen hingga ke konsumen akhir. Bentuk saluran
pemasaran akan mempengaruhi biaya, keuntungan, dan efisiensi pemasaran
(Fauzan Erzal, 2015). Saluran pemasaran ayam broiler di pasar Bersehati Calaca
dan Pinasungkulan Karombasan melibatkan beberapa lembaga pemasaran antara
lain : peternak, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen akhir.
Saluran pemasaran di pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan
dapat dilihat pada gambar 1.

Produsen pedagang Pedagang


(Peternak) pengumpul Pengecer

Konsumen

Gambar 1. Saluran Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Bersehati dan Pinasungkulan

Pada gambar 1 dapat dijelaskan bahwa saluran pemasaran ayam broiler di


Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan yaitu pedagang
pengumpul membeli ayam broiler dari peternak ayam broiler dalam keadaan

10
hidup, kemudian pedagang pengumpul menjual ayam broiler ke pedagang
pengecer dengan keadaan ayam yang sudah dipotong, dibersihkan bulu dan
jeroannya. Setelah itu pedagang pengecer langsung menjual ayam briler ke
konsumen. pedagang pengumpul pun menjual ayam broiler ke konsumen
Perbedaan antar pedagang pengumpul dan pedagang pengecer terdapat
pada fungsi-funsi pemasaran dalam pembelian dan penjualan. Pedagang pengecer
menjual ayam broiler langsung ke konsumen, berbeda dengan pedagang
pengumpul selain menjual ke pedagang pengecer pedagang pengumpul juga
menjua ayam broiler ke konsumen. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemasaran
ayam broiler dari produsen ke konsumen akhir di Pasar Bersehati dan Pasar
Pinasungkulan dapat terbentuk dua saluran pemasaran ayam broiler yang dilalui
yaitu :
1. Saluran Pemasaran I.

Produsen Pedagang Pedagang Konsumen


(Peternak) Pengumpul Pengecer

Gambar 2. Saluran Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Bersehati dan Pinasungkulan


pada saluran I

Pada saluran I terdiri dari peternak, pedagang pengumpul, pedagang


pengecer, dan konsumen. Sistem pemasaran pada saluran ini tidak langsung
dimana peternak menjual ayam broiler ke pedagang pengumpul dengan cara
pedagang pengumpul datang langsung ke peternak ayam broiler dan ada juga
pedagang pengumpul menyetorkan uang di rekening peternak, yang nantinya
selesai penyetoran ayam broiler akan di antar langsung oleh peternak ke tempat
pedagang pengumpul. Sistem pembelian ini terjadi pada pedagang pengumpul dan
peternak yang sudah lama bertransaksi jual beli ayam broiler atau bisa dikatakan
pedagang pengumpul sudah berlangganan pada peternak tersebut.
2. Saluran Pemasaran II
Produsen pedagang Konsumen
(Peternak) pengumpul

Gambar 3. Saluran Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Bersehati dan Pinasungkulan


pada saluran II

11
Pada saluran II terdiri dari peternak, pedagang pengumpul, dan Konsumen.
Seperti pada saluran pertama peternak menjual ayam broiler ke pedagang
pengumpul. Setelah itu pedagang pengumpul membawa ke pasar ayam broiler
yang sudah dipotong, dibersihkan bulu dan jeroannya dengan bantuan tenaga
kerja.Kemudian ayam daging dijual langsung ke konsumen. Dalam hal ini
biasanya konsumen melakukkan penawaran yang rendah sesuai kesepakatan yang
di setujui.
Berdasarkan hasil deskriptif diperoleh diperoleh saluran pemasaran ayam
broiler terdapat dua saluaran pemasaran, dengan demikian hipotesis yang pertama
pada penelitian ini terbukti bahwa saluran pemasaran ayam broiler di pasar
Bersehati dan Pinasungkulan terdapat lebih dari satu saluran pemasaran. Dengan
adanya dua saluran pemasaran yang berbeda akan mempengaruhi penjualan ayam
broiler di pasar tradisional Kota Manado. Hal ini sependapat dengan La Ode
(2014) yang mengatakan adanya perbedaan tipe saluran pemasaran dan panjang
pendeknya saluran pemasaran ini mempengaruhi biaya, harga, keuntungan dan
margin pemasaran setiap pelaku pemasaran ayam broiler.
3.2 Margin Pemasaran
Margin merupakan perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar
konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh peternak. Dalam hal ini margin
pemasaran pedagang pengumpul adalah perbedaan harga yang dibayarkan kepada
peternak dengan harga jual kepada pedagang pengecer, dan konsumen dalam
saluran pemasaran dengan komoditi yang sama (Ali, 2014)Margin pemasaran
pada setiap pola saluran pemasaran berbeda. Margin pemasaran pada pedagang
ayam broiler dihitung berdasarkan harga yang diperoleh pedagang pengumpul dari
peternak dengan selisih harga penjualan pedagang pengumpul kepada pedagang
pengecer dan konsumen pada saluran pemasaran. Margin pemasaran diperoleh
dari harga per kilo ayam broiler yaitu sebagai berikut.
1. Margin Pemasaran Saluran I
Pada saluran pemasaran ini terdiri dari peternak, pedagang pengumpul,
pedagang pengecer, dan konsumen. Untuk rata rata harga beli dan harga jual
pada pedagang pengumpul maupun pedagang pengecer dapat dilihat pada

12
lampiran 1 dan 2. Margin pemasaran ayam broiler pada saluran I dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Margin Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Berseati dan Pinasungkulan
Saluran I
Lembaga Pemasaran
Nilai (Rp/Kg)
Peternak
A
Harga Jual 19.500
pedagang pengumpul
Harga Beli 19.500
Biaya Pemasaran 3.903
B
Keuntungan 3.597
Margin 7500
Harga Jual 27.000
Pedagang Pengecer
Harga Beli 26.182
Biaya Pemasaran 1.789
C
Keuntungan 1.393
Margin 3.182
Harga Jual 29.364
Keonsumen Akhir
D Harga Pembelian 29.364
Total Biaya Pemasaran 5.692
Total Margin 10.682
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa saluran peasaran terdiri dari peternak,
pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen. Total margin sebesar Rp
10.682 per kilogram dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 5.692 per kilogram.
Komponen untuk biaya pedagang pengumpul adalah sebesar Rp 3.903 untuk
biaya pemasaran dengan perhitungan biaya tenaga kerja sebesar Rp 3.472 per
kilogram, biaya transportasi sebesar Rp 451,4,- per kilogram, biaya retribusi
sebesar Rp 57,7 per kilogram dan biaya kebersihan sebesar Rp 22,3 per kilogram.
Sedangkan untuk pedagang pengecer komponen biaya pemasaran yaitu sebesar
Rp 1.789 dengan perhitungan biaya transportasi sebesar Rp 1500 per kilogram,
biaya retribusi sebesar Rp 208, dan biaya kebersihan sebesar Rp 80,9.
2. Margin Pemasaran Saluran II

13
Pada pemasaran ini terdiri dari peternak, pedagang pengumpul dan
konsumen. Total margin yang diperoleh pada saluran II lebih kecil dibandingkan
pada saluran I karena hanya satu lembaga pemasaran yang terlibat yaitu pedagang
pengumpul, Harga rata-rata margin pemasaran ayam broiler pada saluran II dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Margin Pemasaran Ayam Broiler di Pasar Berseati Calaca dan
Pinasungkulan Karombasan Pada Saluran II
Saluran II
Lembaga Pemasaran
Nilai (Rp/Kg)
Peternak
A
Harga Jual 19.500
pedagang pengumpul
Harga Beli 19.500
Biaya Pemasaran 3.903
B
Keuntungan 3.597
Margin 7500
Harga Jual 27.000
Keonsumen Akhir
C
Harga Pembelian 27.000
Total Biaya Pemasaran 3.903
Total Margin 7500
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa saluran pemasaran terdiri dari peternak,
pedagang pengumpul dan konsumen. Pada tabel 2 total margin sebesar Rp 7500
per kilogram dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 3.903. Komponen untuk
biaya pedagang pengumpul sama dengan pada saluran satu yaitu sebesar Rp
3.903, untuk biaya pemasaran dengan perhitungan biaya tenaga kerja sebesar Rp
3.472 per kilogram, biaya transportasi sebesar Rp 451,4 per kilogram, biaya
retribusi sebesar Rp 57,7 per kilogram dan biaya kebersihan sebesar Rp 22,3 per
kilogram.
Jumlah Margin yang diperoleh pada saluran II lebih kecil, hal ini
dikarenakan saluran kedua hanya menggunakkan satu lembaga pemasaran dan
biaya pemasarannya pun sedikit. Hal ini didukung pendapat Jumiati (2013) dan
Duungan (2014) yang menyatakan bahwa semakin panjang jarak dan semakin
banyak perantara yang terlibat dalam pemasaran, maka biaya pemasaran semakin

14
tinggi dan margin pemasaran juga semakin besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa
semakin panjang saluran pemasaran maka margin pemasaran yang diperoleh
semakin besar, namun keuntungan yang diperoleh peternak semakin kecil. Asumsi
ini diambil karena margin yang diperoleh pada saluran I maupun II merupakan
keuntungan yang harusnya diterima peternak jikalau peternak tidak menggunakan
lembaga pemasaran dalam menyalurkan ayam broiler. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan sehingga peternak harus menggunakan lembaga lembaga
pemasaran antara lain :
1. Peternak akan mengeluarkan biaya jika harus memasarkan ayam broiler
sendiri kepada konsumen,
2. Peternak tidak punya cukup waktu untuk menjangkau dan memasarkan
ayam broiler kepada konsumen,
3. Jarak antara lokasi peternak dengan pasar menjadi salah satu faktor
sehingga peternak menggunakan lembaga pemasaran, karena jarak yang
jauh akan membutuhkan biaya transportasi dan tenaga kerja
4. Volume penjualan yang besar juga menjadi faktor, karena peternak akan
mengalami kendala dalam memasarkan ayam broiler, misalnya ayam
broiler tidak akan habis terjual karna waktu yang singkat dan membutuhan
biaya dan tenaga kerja.
3.3 Keuntungan Pemasaran
Menurut Widjayanti (2016) tujuan akhir dalam berusaha adalah
diperolehnya keuntungan sebesar besarnya dan meminimalkan biaya serendah
rendahnya sesuai kebutuhan produksi hingga mencapai hasil yang maksimal.
Keuntungan yang diperoleh dari masing masing lembaga pemasaran yang
menyalurkan ayam broiler di Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan
Karombasan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Keuntungan Lembaga Pemasaran Ayam Broiler Setiap Saluran


Pemasaran di Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan
Lembaga Pemasaran Keuntungan (Rp/Kg)
Saluran I Saluran II
pedagang pengumpul 3.597 3.597
Pedagang Pengecer 1.393 -
Jumlah 4.990 3.597

15
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Tabel 3 menunjukkan bahwa keuntungan pada saluran I yaitu pedagang
pengumpul memperoleh keuntungan sebesar Rp. 3.597 per kilogram sedangkan
pedagang pengecer memperoleh keuntungan sebesar Rp 1.393 per kilogram.
Jumlah keuntungan yang diperoleh pada saluran I sebesar Rp 4.990 Per kilogram.
Jumlah keuntungan padaa saluran II sebesar Rp 3.597 per kilogram. Artinya
semakin panjang saluran pemasaran maka keuntungan yang diterima peternak
semakin kecil.
3.4 Tingkat Efisiensi Pemasaran
Tingkat efisiensi pemasaran ayam broiler di Pasar Bersehati dan
Pinasungkulan pada saluran I dan saluran II dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Efisiensi pemasaran Ayam Broiler di Pasar Bersehati dan Pinasungkulan
Lembaga Pemasaran Efisiensi Pemasaran (%)
Saluran 1 Saluran 2 Keterangan
Pedagang Pengumpul 13,29 14,45 Efisien
Pedagang Pengecer 6,09 - Efisien
Jumlah 19,39 14,45 Efisien
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pada saluran 1 jumlah total efisiensi
pemasaran yang di peroleh adalah sebesar 19,39% dan pada saluran II sebesar
14,45%. Jumlah efisiensi pemasaran yang diperoleh pada pedagang pengumpul
dan pedagang pengecer merupakan hasil dari biaya pemasaran dibagi dengan
harga jual dan dikalikan 100 %. Tabel 4 menunjukkan bahwa saluran pemasaran I
dan II efisien, hal ini didukung oleh Siti Hajar (2016) bahwa jika nila < 50 %
dikategorikan Efisien, dan jika nilai > 50 % dikategorikan tidak Efisien.

IV. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dalam kegiatan pemasaran ayam broiler di Pasar Tradisional Kota Manado
khususnya Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan terdapat
dua bentuk saluran pemasaran yang meliputi : Saluran I peternak

16
pedagang pengumpul pedagang pengecer konsumen, dan saluran II
peternak pedagang pengumpul konsumen,
2. Jumlah margin dan keuntungan yang diperoleh berbeda pada tiap saluran
yakni saluran I margin yang diperoleh sebesar Rp 10.682 dan pada saluran II
jumlah margin yang di peroleh sebesar Rp 7500,-. Sedangkan keuntungan
yang diperoleh dari saluran I yaitu sebesar Rp. 4.990 dan pada saluran II
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 3.597,
3. Tingkat efisien pada saluran I yaitu sebesar 19,39% dan saluran II yaitu
sebesar 14,45% artinya kedua saluran ini efisien .

DAFTAR PUSTAKA

Ali Indriani, 2014, Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan
Pulubala Kabupaten Gorontalo, Jurnal KIM Fakultas Ilmu-Ilmu
Pertanian, Vol 2 (2) : 93-111

Badan Pusat Statistik. 2016. Sulut Dalam Angka. BPS-SULUT. Manado

Duungan, I. N. A, Analisis Efisiensi Pemasaran Sapi Bali di Kabupaten Bangli, E-


Jurnal, Journal Of Tropical Animal Science, Vol. 2 (3) : 338-350

17
Fauzan Erzal. M, 2015, Marketing Channel, Margin, And Efficiency Analysis Of
Local Broiler Duck, E- Journals, Vol 5, (1). 1-12

Jumiati Elli. 2013. Analisis Saluran Pemasaran dan Marjin Pemasaran Kelapa di
Daerah Perbatasan Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR. Vol 11 (1) : 1-10
La Ode Sani, 2014. Potensi Agribisnisusahaternak Ayam Broiler di Kota Kendari.
Jitro Vol. 1 (1).: 88-98

Mamilianti, W. 2009.Kajian pemasaran telur ayam di Kecamatan Sukorejo


Kabupaten Pasuruan. Universita Yudharta. Program Studi Agribisnis

Rais Fidrianingsih, 2013, Beef Marketing Efficiency In Gorontalo City Market


Under The Guidance Of Amir Halid And Yuriko Boekosoe. Jurnal KIM
Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Vol. 1 (1) : 1-10

Sudiyono,A. 2004. Pemasaran Pertanian. Malang, UMM Press.

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survey. Lembaga


Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.

Siti Hajar Dina, The Study Of Marketing Channel And Efficiency Of Sentul
Chicken (A Case Study Of Farmers Group In Barokah Abadi Farm
Kabupaten Ciamis), Sumedang, Vol 5 (2) : 14-30

Thalib Fitriani, 2013. Analisis Margin Pemasaran Ayam Pedaging Di Kota Utara
Kota Gorontalo, Jurnal KIM Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Vol. 1(1) :1-
9.

Widjayanti F N. 2016. Sistem Kemitraan Dalam Usahatani Peternakan Ayam


Broiler di Kabupaten Jember. Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia
Vol 2 (1) : 31-45.

18

Anda mungkin juga menyukai