Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Baik disadari maupun tidak, tubuh manusia selalu melakukan gerak. Bahkan
seseorang yang memiliki ketidaksempurnaan alat gerak pun tetap melakukan
gerak. Saat tersenyum, mengedipkan mata, atau bernapas sesungguhnya telah
terjadi gerak yang disebabkan oleh kontraksi otot. Dalam satu hari, banyak
aktivitas yang kita lakukan, misalnya mandi, makan, berjalan, berlari,
berolahraga, dan sebagainya. Manusia dapat melakukan segala macam
aktivitas bergerak itu karena dia memiliki sistem organ gerak yaitu sistem
muskuloskeletal..
Gerak adalah suatu tanggapan terhadap rangsangan baik dari dalam maupun
dari luar. Gerak tidak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melelui mekanisme
yang rumit dan melibatkan banyak bagian tubuh.
Gerak pada manusia disebabkan oleh kontraksi otot yang menggerakkan
tulang. Jadi, gerak merupakan kerjasama antara tulang dan otot. Maka dari itu,
tubuh manusia terdapat sistem muskuloskeletal yang berperan dalam situasi
tersebut. Muskuloskeletal terdiri dari otot dan tulang. Tulang sebagai alat
gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot, sedangkan otot disebut alat
gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakan
tulang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami tentang Anatomi fisiologi Sistem Muskuloskeletal
dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Aktivitas
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami tentang anatomi dan fisiologi sistem
muskuloskeletal

1
b. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi kelainan struktur fungsi
tubuh dalam sistem muskuloskeletal
c. Mahasiswa mampu memahami dasar farmakologi dalam pemberian
asuhan keperawatan dalam sistem muskuloskeletal

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sistem Muskuloskeletal


Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata
Skeletal yang berarti tulang. Muskulo atau muskular adalah jaringan otot-
otot tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot
tubuh adalah Myologi. Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh.
Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau jaringan otot-otot tubuh
adalah Osteologi.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
mengusruskan pergerakan. Komponen utama sistem muskoluskeletal
adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, dan otot.
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Muskuloskeletal terdiri atas :
a) Muskuler/otot : Otot, tendon dan ligament
b) Skeletal/tulang : Tulang dan sendi

B. Anatomis Fisiologi Sistem Muskuloskeletal


1. Muskuler/Otot
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.
Terdapat lebih dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar
otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh
tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di bawah permukaan
kulit.
Fungsi sistem muskuler/otot:
a. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot
tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
b. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang
rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri
atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.

3
c. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan
panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal.

Ciri-ciri sistem muskuler/otot:

a. Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang


dapat atau tidak melibatkan pemendekan otot.
b. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika
distimulasi oleh impuls saraf.
c. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang
melebihi panjang otot saat rileks.
d. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah
berkontraksi atau meregang.

Jenis-jenis otot

a. Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada


rangka. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk
silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100
mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di
bagian perifer. Kontraksinya sangat cepat dan kuat. Struktur
Mikroskopis Otot Skelet/Rangka :
1) Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri
dari serabut-serabut berbentuk silinder yang panjang,
disebut myofiber /serabut otot.
2) Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang
mempunyai banyak nukleus ditepinya.
3) Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh
dengan bermacam-macam organella, kebanyakan berbentuk
silinder yang panjang disebut dengan myofibril.
4) Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang
berbeda-beda ukurannya : yang kasar terdiri dari protein
myosin dan yang halus terdiri dari protein aktin/actin.

4
b. Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot
ini dapat ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih
dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik,
pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral. Serabut ini
berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh
darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil. Kontraksinya kuat
dan lamban. Struktur Mikroskopis Otot Polos : Sarcoplasmanya
terdiri dari myofibril yang disusun oleh myofilamen-myofilamen
Jenis otot polos :

Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot


distimulasi untuk berkontraksi.

1) Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh


darah besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada
otot mata yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran
pupil dan pada otot erektor pili rambut.
2) Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam
lapisan dinding organ berongga atau visera. Semua serabut
dalam lapisan mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal.
Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak
memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari aktivitas
listrik spontan.
c. Otot Jantung
Merupakan otot lurik. Disebut juga otot seran lintang involunter.
Otot ini hanya terdapat pada jantung. Bekerja terus-menerus setiap
saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat,
yaitu setiap kali berdenyut. Struktur Mikroskopis Otot Jantung
Mirip dengan otot skelet.

5
Gambar .1

Otot Rangka Otot Polos Otot Jantung

Pembeda Otot polos Otot lurik Otot jantung


Tempat Dinding Melekat Dinding
jerohan pada rangka jantung
Bentuk serabut Memanjang, Memanjang, Memanjang,
ujung lancip ujung bercabang
tumpul
Jumlah Satu Banyak Satu
nucleus
Letak nucleus Tengah Tepi Tengah
Garis Tidak ada Ada Ada
melintang
Kecepatan Paling Paling cepat Sedang
kontraksi lambat
Kemampuan Lama Sebentar Sedang
berkontaksi
Tipe kontrol Tidak Menurut Tidak
menuru kehendak menurit
kehendak kehendak

Kerja Otot :

a. Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)


b. Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
c. Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)

6
d. Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
e. Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan)
f. Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)

2. Skeletal/Tulang/ Rangka
Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang.
Tubuh kita memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian
terpenting adalah tulang belakang.

Fungsi Sistem Skeletal :

a. Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.


b. Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh
dan otot-otot yang.
c. Melekat pada tulang
d. Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan salah
satu jaringan pembentuk darah.
e. Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium
daridalam darah misalnya HemopoesiS

Struktur Tulang

a. Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak
hidup (matriks).
b. Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang).
c. Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam
mineral.
d. Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan
dibentuk.
e. Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit
(sel tulang dewasa).
f. Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel
perusakan tulang).
g. Jaringan tulang terdiri atas :

7
Kompak (sistem harvesian matrik dan lacuna, lamella
intersisialis)
Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang dan
pembuluh darah)

Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya

a. Tulang Kompak

Padat, halus dan homogen. Pada bagian tengah terdapat medullary


cavity yang mengandung yellow bone marrow. Tersusun atas unit :
Osteon Haversian System. Pada pusat osteon mengandung saluran
(Haversian Kanal) tempat pembuluh darah dan saraf yang dikelilingi
oleh lapisan konsentrik (lamellae).. Tulang kompak dan spongiosa
dikelilingi oleh membran tipis yang disebut periosteur, membran ini
mengandung: Bagian luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke
dalam tulang : Osteoblas

b. Tulang Spongiosa

Tersusun atas honeycomb network yang disebut trabekula. Struktur


tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan. Rongga antara
trebakula terisi red bone marrow yang mengandung pembuluh darah
yang memberi nutrisi pada tulang. Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang
belakang, tengkorak dan pada ujung tulang lengan dan paha.

Klasifikasi Tulang berdasarkan Bentuknya

a. Tulang panjang, contoh: humerus, femur, radius, ulna


b. pendek, contoh: tulang pergelangan tangan dan pergelangan kaki
c. Tulang pipih, contoh: tulang tengkorak kepala, tulang rusuk dan
sternum
d. Tulang tidak beraturan: contoh: vertebra, tulang muka, pelvis

Pembagian Sistem Skeletal

a. Axial / rangka aksial, terdiri dari :

8
1) tengkorak kepala / cranium dan tulang-tulang muka
2) columna vertebralis / batang tulang belakang
3) costae / tulang-tulang rusuk
4) sternum / tulang dada
b. Appendicular / rangka tambahan, terdiri dari :
1) tulang extremitas superior :
korset pectoralis, terdiri dari scapula (tulang berbentuk
segitiga) dan clavicula (tulang berbentuk lengkung).
lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku.
lengan bawah, mulai dari siku sampai pergelangan tangan.
tangan
2) tulang extremitas inferior: korset pelvis, paha, tungkai bawah,
kaki.

3. Sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang
ini dipadukan dengan berbagai cara misalnya dengan kapsul sendi,
pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.
Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan
dengan tulang yang lain melalui jaringan penyambung yang disebut
persendian. Pada persendian terdapat cairan pelumas (cairan sinofial).
Otot yang melekat pada tulang oleh jaringan ikat disebut tendon.
Sedangkan, jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang
disebut ligamen.
Secara structural sendi dibagi menjadi: sendi fibrosa, kartilaginosa,
sinovial. Dan berdasarkan fungsionalnya sendi dibagi menjadi: sendi
sinartrosis, amfiartrosis, diarthroses.
Secara structural dan fungsional klasifikasi sendi dibedakan atas:
1. Sendi Fibrosa/ sinartrosis
Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak
mungkin gerakan antara tulang-tulangnya. Sendi fibrosa tidak
mempunyai lapisan tulang rawan dan tulang yang satu dengan lainnya

9
dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa. contohnya sutura
pada tulang tengkorak, sendi kaitan dan sendi kantong (gigi), dan
sindesmosis (permukaan sendi dihubungkan oleh membran).

2. Sendi Kartilaginosa/ amfiartrosis


Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendian-
persendiannya dipisahkan oleh bahan antara dan hanya mungkin
sedikit gerakan. Sendi tersebut ujung-ujung tulangnya dibungkus
tulang rawan hyalin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit
bergerak. Ada dua tipe kartilago :
a. Sinkondrosis
Sendi yang seluruh persendianyan diliputi oleh tulang rawan hialin
b. Simfisis
Sendi yang tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago dan selapis
tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi.
Contohnya :simfisis pubis (bantalan tulang rawan yang
mempersatukan kedua tulang pubis), sendi antara manubrium dan
badan sternum, dan sendi temporer / sendi tulang rawan primer
yang dijumpai antara diafisis dan epifisis.

10
3. Sendi Sinovial/ diarthroses
Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki rongga
sendi dan permukaan sendi dilapisi tulang rawan hialin. Kapsul
sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan
dalam yang terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh
darah banyak dan sinovium yang membentuk suatu kantong yang
melapisi suatu sendi dan membungkus tendon-tendo yang melintasi
sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang
membasahi permukaan sendi. Caiaran sinovial normalnya bening,
tidak membeku dan tidak berwarana. Jumlah yang ditemukan pada
tiap-tiap sendi relative kecil 1-3 ml. Cairan sinovial bertindak pula
juga sebagi sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.
Tulang rawan memegang peranana penting, dalam membagi organ
tubuh. Tulang rawan sendi terdi dari substansi dasar yang terdiri
dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel
tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan
sendi sangat hidrofilik, sehingga memungkinkan rawan tersebut
mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban berat.
Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat
terjadi setelah cedera atau ketika usia bertambah.
Persendian yang bergerak bebas dan banyak ragamnya. Berbagai
jenis sendi sinovial yaitu sendi datar / sendi geser, sendi putar,
sendi engsel, sendi kondiloid, sendi berporos, dan sendi pelana /
sendi timbal balik.Gerak pada sendi ada 3 kelompok utama yaitu
gerakan meluncur, gerkan bersudut / anguler, dan gerakan rotasi.
Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah
fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, rotasi, sirkumduksi dan
Pergerakan khusus seperti supinasi, pronasi, inversion, eversio,
protaksio. Sendi diartrosis terdiri dari:
a. Sendi peluru

11
Sendi peluru adalah persendian yang memungkinkan gerakan
yang lebih bebas. Sendi ini terjadi apabila ujung tulang yang
satu berbentuk bonggol, seperti peluru masuk ke ujung tulang
lain yang berbentuk cekungan. Contoh sendi peluru adalah
hubungan tulang panggul dengan tulang paha, dan tulang belikat
dengan tulang atas.

b. Sendi engsel
Memungkinkan gerakan melipat hanya satu arah,
Persendian yang menyebabkan gerakan satu arah karena
berporos satu disebut sendi engsel. Contoh sendi engsel
ialah hubungan tulang pada siku, lutut, dan jari-jari.

c. Sendi pelana
Sendi pelana adalah persendian yang membentuk sendi,
seperti pelana, dan berporos dua. Contohnya, terdapat pada
ibu jari dan pergelangan tangan. Memungkinkan gerakan 2
bidang yang saling tegak lurus. misal persendian dasar ibu
jari yang merupakan sendi pelana 2 sumbu.

12
d. Sendi pivot
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas untuk
memutar pegangan pintu, misal persendian antara radius
dan ulna.
e. Sendi peluncur
Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. Contoh
adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan
4. Tendon
Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan
ujung dari otot yang menempel pada tulang. Tendon merupakan ujung
dari otot dan menempel kepada tulang. Tendon merupakan ekstensi
dari serabut fibrous yang bersambungan dengan aperiosteum. Selaput
tendon berbentuk selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi
tendon tertentu terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung
ini bersambungn dengan membrane sinovial yang menjamin
pelumasan sehinggga mudah bergerak.
Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai
berikut ini :
1) Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak
berubah kedudukannya ketika otot berkontarksi.
2) Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang
bergerak ketika otot berkontarksi. Otot yang dilatih terus menerus
akan membesar atau mengalami hipertofi, sebaliknya jika otot
tidak digunakan akan menjadi kisut atau atrofi
Tendon

13
5. Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan
jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen
membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.

Beberapa tipe ligamen :

a. Ligamen Tipis
Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament
kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan
terjadinya pergerakan.
b. Ligamen jaringan elastik kuning.
Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus
dan memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan
atas.

Ligamen

C. Patofisiologi Kelainan Struktur Fungsi Tubuh


1. Dolor (Nyeri)

14
Stimulus nyeri akan menimbulkan iritasi neuropatik yang akan
merangsang reseptor nosiseptif. Reseptor nosiseptif akan merangsang
pengeluaran mediator-mediator inflamasi seperti prostalglandin,
TNF, IL-1, IL-6 yang akan menimbulkan vasokonstruksi sehingga
timbul iskemi. Iskemi yang berkelanjutan akan menyebabkan
timbulnya nyeri.

2. Tumor (Bengkak)
Adapun pembengkakan secara umum yaitu :
Edema adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada kondisi
bengkak pada jaringan lunak seperti kulit. Edema dapat dibagi
menjadi edema lokal dan edema general. Edema lokal ialah bila
terjadi bengkak pada satu sisi tubuh saja, sedangkan disebut edema
general bila terjadi bengkak pada lebih dari satu bagian tubuh.
Patofisiologi:
Pembengkakan disebabkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan
dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat
meradang. Pada keadaan ini reaksi peradangan sebagian besar eksudat
adalah cair. Kemudian sel-sel darah putih meninggalkan aliran darah
dan tertimbun sebagai bagian dari eksudat.

Pengiriman cairan

Sel-sel dari sirkulasi darah

Cairan dan sel tertimbun di daerah peradangan

Eksudat meradang (cair)

Sel-sel darah putih meninggalkan aliran darah

Tertimbun (eksudat)

Pembengkakan

15
Adapun pemebengkakan pada sendi yaitu :

Pembengkakan dapat terjadi karena dua alasan utama. Entah lapisan


sendi, yang dikenal sebagai sinovium, membengkak (sinovitis) atau
meningkat cairan sinovial volume (efusi). Ini merupakan proses aktif:
sel-sel inflamasi (terutama sel darah putih) dan lebih banyak darah
masuk sendi, sementara banyak molekul inflamasi, seperti protein
kecil (peptida) yang dilepaskan ke dalam jaringan lunak sekitar sendi.
peningkatan aliran darah membuat membengkak bersama dan terasa
hangat. Bahan inflamasi menyebabkan cairan sendi untuk
mengumpulkan di dalam dan sekitar sendi, yang menambah
pembengkakan. Jenis sendi bengkak dapat bervariasi tergantung pada
jenis arthritis yang Anda miliki.

Bengkak sendi terjadi ketika ada peningkatan cairan dalam jaringan


yang mengelilingi sendi. Sendi bengkak umum dengan berbagai jenis
arthritis , infeksi, dan cedera. Sebuah sendi bengkak adalah gejala dari
kondisi kesehatan berikut: Osteoarthritis (OA), Rheumatoid arthritis
(RA ), Gout, Arthritis Menular, Cedera Sendi

3. Deformitas
Deformitas musculoskeletal adalah kelainan dan trauma pada sistem
muskuloskeletal yang bermanifestasi dari bentuk yang abnormal dari
ekstremitas atau batang tubuh.
Deformitas/malformasi bawaan adalah: kelainan atau defek yang bias
terjadi, ketika didalam kandungan dan terlihat pada waktu lahir dan
dapat pula terjadi dalam perkembangan anak di kemudian hari.
Kadang kadang kelainan yang ada tidak terlihat secara fisik, tetapi
terdapat kelainan biokimiawi atau histologik yang dapat berkembang
di kemudian hari.
Berdasarkan beberapa definisi deformitas seperti yang telah tercantum
diatas, kami menyimpulkan bahwa deformitas merupakan kelainan

16
bawaan pada sistem muskuloskeletal yang tidak terlihat pada usia dini
namun dapat berkembang di kemudian hari.
Adapun klasifikasi dari deformitas yaitu :
a. Deformitas tulang
Dapat terjadi karena :
1) Pertumbuhan abnormal bawaan pada tulang (dapat berupa
aplasia, displasia, duplikasi atau pseudoartrosis)
2) Akibat kelainan penyembuhan fraktur berupa mal-union atau
non-union.
3) Gangguan pertumbuhan lempeng epifis, baik karena trauma
maupun kelainan bawaan,
4) Pembengkakan abnormal tulang (misalnya rakitis dan
osteomalasia)
5) Pertumbuhan berlebih pada tulang matur.

b. Deformitas Sendi
Dapat terjadi karena :
1) Pertumbuhan abnormal bawaan pada sendi, misalnya pada
dislokasi panggul bawaan atau fibrosis pada jaringan sekitar
sendi.
2) Dislokasi akuisita(didapat) karena trauma (yang
mengakibatkan robekan pada ligamen), infeksi tulang atau
karena instabilitas sendi.
3) Kontraktur otot, misalnya akibat spasme otot yang
berkepanjangan atau pada iskemia Volkmann.
4) Ketidakseimbangan otot, misalnya pada penyakit poliomielitis,
paralisis serebral dan paralisis yang bersifat flaksid/spastik.
5) Kontraktur fibrosa pada fasia dan kulit, baik kontraktur akibat
adanya jaringan parut pada fasia karena suatu sebab(mis, luka
bakar) ataupun kontraktur Duduytren.
6) Tekanan eksternal

17
D. Dasar Farmakologi Dalam Sistem Muskuloskeletal

Sistem muscuskeletal penting terkait fungsi lokomotorik / gerak anggota


badan. Secara fisiologis, sistem musculoskeletal membutuhkan zat / nutrisi
untuk menjalankan metabolismenya. Mengalami proses metabolisme dan
melakukan adaptasi sel / jaringan terhadap apapun
aksi yang mempengaruhinya. Ada kalanya akibat aksi-reaksi tersebut
sistem musculoskeletal membutuhkan terapi menggunakan obat-obatan

Obat (yang biasa digunakan) pada sistem muskuloskeletal :

1. Vitamin
2. Mineral
3. Analgetik
4. Antiinflamasi
5. Antibiotik
6. Antineoplastik (sitostatika)

1. Vitamin

Adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk
berbagai reaksi metabolisme dan mempertahankan
kesehatan. Sumber : bahan makanan dan obat

a. Vitamin A, D, E, K

1) Diabsorpsi sejalan absorpsi lemak


2) Defisiensi asam empedu, ikterus & enteritis mengakibatkan defisiensi
vitamin
3) Berpengaruh pada permeabilitas membran sel, bekerja sebagai
oksidator atau reduktor, koenzim
4) Disimpan di hati, ekskresi melalui feses

18
b. Vitamin D

1) Sumber : minyak ikan, ragi, jamurdan provitamin D yang


disintesa kulit oleh sinar ultraviolet sinar matahari (terutama pagi
hari ) diubah menjadi Vit D
2) Fungsi : pengatur kalsium dan fosfat plasma serta
mempertahankan fungsi neuromuskular
3) Jika defisiensi dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang :
penyakit Rakhitis ( pada anak / bayi ) dan osteomalasia ( pada
dewasa )

2. Mineral

a. Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung


metabolisme berupa : 7 dalam jumlah banyak dan 6 trace
elements ( Fe, Cu, Mn, I, Co, Zn )
b. Ca (kalsium) dan P (fosfor) merupakan mineral terbanyak pada
tulang , Sumber : susu, telur . Dipengaruhi : vit D. Penyimpanan :
tulang . Pengaturan metabolismenya oleh hormon paratiroid

3. Analgetik

a. Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang


mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa meghalangi
kesadaran.
b. Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh.
c. Obat analgetik antipiretik serta Obat Anti Inflamasi non Steroid
(OAINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan
beberapa obat sangat berbeda secara kimia.Obat-obat ini ternyata
memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek
samping. Kesamaan efek terapi dan efek samping berdasarkan atas
penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).

19
d. Prototipe obat golongan ini adalah aspirin. Karena itu, banyak
golongan dalam obat ini sering disebut obat mirip aspirin (Aspirin-
like drugs)

asam urat atau gout

Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar,


yaitu:

1) Analgetik Perifer (non narkotik). Terdiri dari obat-obat yang tidak


bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
2) Analgetik Narkotik. Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri
hebat, seperti fraktur dan kanker.

4. Antiinflamasi

Antiinflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati


peradangan atau pembengkakan.

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

a. Turunan asam salisilat : Aspirin, salisilamid,diflunisal.


b. Turunan 5-pirazolidin : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
c. Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
d. Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen,
Ketoprofen.
e. Turunan heteroarilasetat : Indometasin.

20
5. Antibiotika

a. Adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang


mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia
di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri
b. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan
penyakit infeksi
c. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus
satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
d. Berbeda dengan desinfektan, desifektan membunuh kuman dengan
menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.

Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :

a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin,


Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
b. Inhibitor transkripsi & replikasi, mencakup golongan Quinolone,
misal: rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;
c. Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama
dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline,
misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin,
tetracycline, oxytetracycline;
d. Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
e. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
misalnya oligomycin, tunicamycin; dan
f. Antimetabolit, misalnya passerine.

Pemberian AB :

a. Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman.


Untuk mencapai kadar puncak obat dalam darah, kalau perlu dengan
loading dose (ganda) dan dimulai dengan injeksi
kemudian diteruskan obat oral.

21
b. Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t) obat. Bila t
pendek, maka frekuensi pemberiannya sering.
c. Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman
telah mati & menghindari kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan
2-3 hari setelah gejala penyakit lenyap.

6. Antineoplastik (sitostatika /kemoterapi)

Kemoterapi (Eng: chemotherapy) adalah penggunaan zat kimia untuk


perawatan penyakit. Dalam penggunaan modern, istilah ini hampir
merujuk secara khusus kepada obat sitostatik yang digunakan untuk
melawan kanker (antineoplastik).

Kemoterapi untuk kanker

a. Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja bersama


khususnya untuk membunuh sel kanker. Mengkombinasikan obat yang
memiliki mekanisme aksi yang berbeda saat di dalam sel dapat
meningkatkan pengrusakan dari sel kanker & mungkin dapat
menurunkan resiko perkembangan kanker yang resisten terhadap salah
satu jenis obat.
b. Prinsip antikanker : Membunuh sel yang sedang dalam proses
membelah diri

Klasifikasi Obat Antikanker

a. Alkilasi polifungsional, contoh : busulfan, cyclophosphamide,


mecchlorethamine, melphalan, thiotepa
b. Antimetabolit, contoh : azazitidine, cytarabine, fluorouracil,
mercaptopurine, methotrexate, thioguanine
c. Alkaloid tanaman, contoh : vincristine, vinblastine, paclitaxel
d. Antibiotik, contoh : dactinomycin, daunorubicin, doxorubicin,
licamycin, mitomycin
e. Agen hormonal

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
mengusruskan pergerakan. Komponen utama sistem muskoluskeletal
adalah jaringan ikat. Struktur otot terdiri atas berkas berkas serabut
otot ini terdiri atas sel sel otot. Muskuler/otot : Otot, tendon dan
ligament dan Skeletal/tulang : Tulang dan sendi.
Patofisiologi dari sistem musculoskeletal adalah diantaranya Nyeri
yang merupakan respon dari adanya iskemia, pembengkakan karena
adanya cairan yang menumpuk, deformita s yang merupakan kelainan
bentuk strustur karena ada tekanan yang terus-menerus. patofisiologi
tersebut menyebabkan adanya imobilisasi pada sistem
musculoskeletal.
Tinjauan Farmakologi Sistem Muskuloskeletal Obat (yang biasa digunakan)
pada sistem muskuloskeletal : vitamin, mineral, analgetik,
antiinflamasi, antibiotik dan antineoplastik (sitostatika). dalam
pemebrian farmakologi perawat sangat berperan dalam mengedukasi
pasien mengenai obat yang akan diberikan

B. Saran
Diharapkan dengan adanya Makalah ini mahasiswa mampu mngetahui
lebih dalam mengenai anatomi fisiologi sistem muskuloskeletas,
patofisiologi dan farmakologi terkait dengan judul makalah ini.

23
Daftar Pustaka

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Bakhtiar S. Biologi. 2011. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembukuan
Kementrian Pendidikan Nasional
Ferdinand F, Ariebowo. 2009. Praktis Belajar Biologi 2. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Firmansyah R, Mawardi A, Riandi U. 2009. Mudah dan Aktif Belajar Biologi
2. Jakarta: Pusat Perbukan Departemen Pendidikan Nasional
Gibson, John. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2003.

24

Anda mungkin juga menyukai