Anda di halaman 1dari 26

CUCI TANGAN

No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Mencuci tangan adalah upaya untuk menghilangkan kotoran


mikroorganismeyang ada ditangan.
Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam melaksanakan cuci tangan untuk
menghilangkan kotoran dan mencegah penularan penyakit
Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 022.K Tahun
2015 tentang sasaran keselamatan pasien Puskesmas Mantrijeron
Referensi 1. Depertemen kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Jakarta 2009
2. Depertemen kesehatan republik indonesia. Pedoman pelaksanaan
kewaspadaan universal di pelayanan kesehatan cetakan III
Jakarta 2010
Prosedur 1. Petugas membasahi kedua telapak taangan setinggi pertegahan
lengan, memakai air yang mengalir
2. Petugas menuangkan sabun cair yang yang mengandung
antiseptik pada telap[ak tangan, mengusap dan menggosok kedua
telapak tangan secara lembut.
3. Petugas menggosok kedua punggung tangan dan sela-sela jari
tangan secara bergantian.
4. Petugas menggosokkedua telapak tangan dan sela-sela jari
tangan.
5. Petugas menggosok kedua jari-jari dalam dari kedua tangan
saling mengunci.
6. Petugas menggosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan
secara bergantian
7. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari-jari tangan di
telapak tangan secara bergantian.
8. Petugas membersihkan kedua pergelangan tangan secara
bergantisn dengan cara memutar.
9. Petugas membilas seluruh bagian tangan dengan air mengalir.
10. Petugas mengeringkan tangan dengan menggunakan tissu atau
handuk sekali pakai sampai benar-benar kering
11. Petugas menutup kran dengan handuk / tissu atau dengan siku.
Unit terkait semua unit pelayanan

Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


PROTEKSI DIRI
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Proteksi diri adalah upaya untuk melindungi petugas dari penularan
penyakit yang mungkin diperoleh akibat pelayanan yang diberikan
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan proteksi diri sehingga
terhindar dari penularan penyakit yang mungkin diperoleh akibat
pelayanan yang diberikan.
Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas manttrejeron Nomor 022.K Tahun
2015 tentang sasaran keselamatan pasien puskesmas mantrijeron.
Referensi 1. Depertemen kesehatan republik indonesia. Pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan
lainnya. Jakarta. 2009.
2. Depertemen kesehatan republik indonesia. Pedoman pelaksanaan
kewaspadaan universal di pelayanan kesehatan cetakan III 2010
Prosedur 1. Petugas harus memastikan tangan selalu bersih
2. Petugas memperkirankan resiko terpajan cairan tubuh atau area
terkontaminasi sebelum melakukan kegiatan perawatan kesehatan.
3. Petugas memakai alat pelindung diri (APD) sesuai dengan perkiraan
resiko terjadinya pajanan:
a. Petugas mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan
pasien atau lingkungan terkontaminasi.
b. Petugas mencuci tangan dan memakai srung tangan jika kontak
langsung dengan darah, cairan tubuh, sekret, mukosa atau kulit
terbuka.
c. Petugas mencuci tangan, memakai sarung tangan dan
gaun/celemek dan kaca mata pelindung jika beresiko terkena
percikan darah, cairan dan sekret tubuh ke badan.
d. Petugas mencuci tangan, memakai sarung tangan, gaun/celemek
dan kaca mata pelindung jika beresiko terkena percikan darah,
cairan dan sekret tubuh ke badan dan wajah.
PROTEKSI DIRI
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 2
UPTD Puskesmas
Patek

Kondisi Cuci Sarung Gaun / Masker Kacamata


tangan tangan celemek pelindung
Sebelum/
setelah kontak
pasien/
lingkungan
terkontaminasi
Kontak
langsung darah,
cairan tubuh,
sekret, mukosa,
kulit terbuka
Resiko percikan
ke badan
Resiko percikan
kebadan / wajah

4. Petugas melepas atau mengganti segala perlengkapan APD yang sudah


rusak atau sobek segera setalah mengetahui APD tersebut tidak
berfungsi optimal.
5. Petugas melepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai
memberikan pelayanan.
6. Petugas membuang dengan hati-hati perlengkapan APD yang tidak
bisa dipakai ulang dan segera mencuci tangan.
Unit terkait 1. Unit BP Umum
2. Unit BP Gigi
3. Unit KIA-KB
4. Unit laboratorium
5. Unit farmasi
6. Unit gizi
7. Konsultasi berhenti merokok

Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


PENATALAKSANAAN SYOK
ANANFILAKSI
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Penatalaksanaan syok anafilaksi adalah tindakan untuk mengatasi syok


anafilaksi. Syok anafilaksi adalah salah satu manifestasi reaksi antara
antibodi dan alergennya yang menimbulkan penyakit alergi yang berat
dengan tanda-tanda kolaps vaskuler
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan tindakan pertolongan pertama
untuk pasien dengan syok anafilaksis.
Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 017. H Tahun
2015 tentang penangganan pasien darurat dan gawat darurat.
Referensi 1. Agus purwadianto. Kedaruratan Medik.karisma. jakarta.2009
2. Michael eliastan. Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis. EGC.
2005
Prosedur 1. Petugas membaringkan pasien dengan kaki lebih tinggi dari kepala
2. Petugas memberi O2 dengan kecepatan aliran 2-4 ml sc atau im
3. Petugas memberikan injeksi adrenalin 1;1000 sebanyak 0,25-0,4 ml
sc atau im
4. Petugas memberikan injeksi deksametasone 50 mg iv/im
5. Petugas memberikan injeksi dyphenhydramin 1-2 mg/kg BB im
6. Petugas memeriksa ulang tekanan setelah 10-15 menit kemudian.
7. Jika tekanan sistole >90 mmHg, petugas mengobservasi pasien
8. Jika tekanan darah sistole < 90 mmHg, petugas mengulangi injeksi
adrenalin / efinefrin 0,25-0,40 ml im/sc
9. Petugas memeriksa kembali tekanan darah 10-15 menit kemudian
10. Jika tekanan sistole >90 mmHg, petugas mengobservasi pasien.
Jika tekanan darah sistole < 90 mmHg, petugas merujuk pasien ke RS
Unit terkait 1. Unit BP- Umum
2. Unit BP-Gigi
3. Unit KIA/KB
Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


PENGGUNAAN OKSIGEN
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Pengunaan oksigen adalah pemberian O2 pada pasien yang


mengalami kesulitan bernapas dengan mengunakan alat tabung
oksigen dan perlengkapannya.
Tujuan Sebagai pedoman petugas didalam pemberian oksigen kepada pasien
yang membutuhkan bantuan oksigen karena penyakitnya, sehingga
pernapasanya menjadi lancar
Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron nomor 003 tahun 2015
tentang pemberian layanan klinis
Referensi 1. Agus purwadianto. Kedaduratan medik. Karisma. Jakarta.2009
2. Michael eliastan. Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis. EGC.
2005
Prosedur 1. Petugas mempersiapkan tabung oksigen dan perlengkapannya
sudah terpasang secara tepat dan siap digunakan
2. Petugas memastikan tabung O2 terisa O2 dengan cara memutar
penutup tabung O2 kearah tanda open. Jika terisi O2, flowmeter
akan bergerak kekanan.
3. Petugas memeriksa kelancaran O2.
4. Petugas memasang nasal kunul kehidung pasien, memutar
flowmeter untuk menentukan aliran O2 sesuai kebutuhan.
5. Bila penggunaan O2 telah cukup, petugas mengembalikan
flowmeter ke angka nol dan penutup tabung di putar kearah
berlawanan dengan pada saat membuka.
6. Petugas melepaskan nasal kunul dari pasien merapikan dan
mengembalikan pada tempatnya.
Unit terkait 1. Unit BP-Umum
2. Unit BP Gigi
3. Unit KIA-KB
Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


PENGUKURAN TEKANAN DARAH
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Pengukuran tekanan darah adalah tindakan pengukuran menggunakan


sphygmomanometer dengan cara palpasi dan auskultasi.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan pengukuran darah.
Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 003 Tahun 2015
tentang pemberian layanan klinis.
Referensi 1. J.E.Hall. Guyton dan hall buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 12. Egc.
Jakarta 2014.
2. Mohlan, Robert. Diaknosis Fisik ( terjemahan ). Egc. Jakarta 1981
Prosedur CARA PALPASI
1. Petugas menjelaskan prosedur pada pasien.
2. Petugas mengatur posisi pasien
3. Petugas meletakkan lengan pasien yang hendak di ukur pada posisi
terlentang.
4. Petugas membuka lengan baju.
5. Petugas memasang manometer pada lengan kanan/kiri atas, sekitar 3 cm
di atas fossa cubiti ( siku lengan bagian dalam ). Jangan terlalu ketat atau
terlalu longgar.
6. Petugas menentukan denyut nadi arteri radialis ( nadi pada siku bagian
dalam ) dekstra/sinistra dengan jari tangan kita.
7. Petugas memompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis
tidak teraba.
8. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik
radialis tidak teraba.
9. Petugas mengempeskan balon udara manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar seckruppompa udara berlawanan
arah jarum jam.
10. Petugas mencatat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba.
Nilai ini menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi dan tak mungkin
dengan cara ini menemukan tekanan diastolik.
.

PENGUKURAN TEKANAN DARAH


No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 2
UPTD Puskesmas
Patek

CARA AUSKULTASI:
1. Petugas menjelaskan prosedur pada pasien
2. Petugas mengatur posisi pasien.
3. Petugas meletakkan lengan pasien yang hendak diukur pada posisi
terlentang.
4. Petugas membuka lengan baju.
5. Petugas memasang manometer pada lengan kanan/kiri atas, sekitar 3 cm
di atas fossa cubiti (siku lengan bagian dalam.) jangan terlalu ketat dan
terlalu longgar.
6. Petugas menentukan denyut nadi arteri radialis ( nadi pada siku bagian
dalam ) dekstra/sinistra dengan jari tangan kita.
7. Petugas memompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri
radialis tidak teraba.
8. Petugas memompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih
tinggi dari titik radialis tidak teraba.
9. Petugas meletakkan diafragma stetoskop diatas arteri brahialis dan
mendengarkan.
10. Petugas mengempeskan balon udara manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar seckruppompa udara berlawanan
arah jarum jam.
11. Petugas mencatat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi
teraba. Nilai ini menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi dan tak
mungkin dengan cara ini menemukan tekanan diastolik.
12. Suara korotkoff I : menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara
auskultasi.
13. Suara korotkoff IV/V: Menunjukkan besarnya tekanan diastolik
secara auskultasi.
Unit terkait 1. Unit BP-Umum
2. Unit BP Gigi
3. Unit KIA-KB

Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


PENGUKURAN SUHU TUBUH
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Pengukuran suhu tubuh axila adalah suatu tindakan untuk mengukur panas
yang dihasilakan oleh tubuh pada daerah axila.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan pengukuran suhu tubuh pasien
yang di ukur pada daerah axila.
Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron nomor 003 tahun 2015 tenta
ng pemberian layanan klinis.
Referensi 1. H.M.S. Markum. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisik. FKUI.
Jakarta. 2000.
2. Mohlan, Robert. Diagnosis fisik (terjemahan). EGC. Jakarta. 1981.
Prosedur 1. Petugas menjalin komunikasi dengan baik kepada pasiaen atau
keluarganya.
2. Petugas menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
3. Petugas mengatur posisi tubuh pasien terlentang atau duduk.
4. Petugas menyingkirkan pakaian dari bahu untuk memastikan kondidi
ketiak dalam keadaan kering.
5. Petugas menyiapkan termometer air raksa.
6. Petugas memastikan posisi air raksa berada pada angka nol.
7. Petugas meletakkan termometer dari tengah axila, menurunkan lengan
menjepit termometer dan menaruh lengan menyilang didada pasien.
8. Petugas membiarkan termometer selama 5-10 menit.
9. Petugas membaca termometer sejajar dengan mata.
10. Petugas memberitahu pasien berapa suhunya.
11. Petugas mencuci termometer dalam air sabun bilas sampai bersih, dan
mengeringkan.
12. Petugas mengembalikan posisi air raksa ke angka nol dengan cara
mengipas-ngipaskan termometer dari atas ke bawah.
13. Petugas menyimpan kembali termometer pada tempatnya.
14. Petugas membatu pasien merapikan pakaian pasien.
15. Petugas mencuci tangan dan mengeringkan tangan dengan tissue.
16. Petugas mencatat pada rekam medik.

Unit terkait 1. Unit BP Umum


2. Unit BP Gigi
3. Unit KIA-KB

Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


PENGUKURAN PERNAPASAN
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Pengukuran pernafasan adalah tindakan perhitungan pernafasan


pasien yang dilakukan selama satu menit.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk mengukur pernafasan pasien.
Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 003 Tahun
2015 tentang pemberian layanan klinis.
Referensi 1. H.M.S. Markum. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisik.
FKUI. Jakarta. 2000
2. Mohlan, robert. Diagnosis fisik (terjemahan). EGC. Jakarta .1981
Prosedur 1. Petugas menjalin komunitas dengan baik kepada puskesmas
2. Petugas menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
3. Petugas mengatur posisi pasien.
4. Petugas menetapkan alat didekat pasien.
5. Petugas menghitung dan mengamati gerakan dinding dada atau
perut pasien (khusus balita baju dibuka) selama satu menit.
6. Petugas menilai hasil pengukuran, frekuensi, volume
(dangkal/cukup/dalam).
7. Petugas merapikan pasien dan merapikan alat.
8. Petugas mencatat hasil pengukuran di lembar rekam medis.
Unit terkait 1. Unit BP Umum
2. Unit BP Gigi
3. Unit KIA-KB

Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


TRANSFER PASIEN
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian 1. Pengiriman pasien dari pendaftaran ke poli pelayanan yang dituju.


2. Terdapat mekanisme koordinasi petugas di ruang pendaftaran dengan
unit lain/ unit terkait agar pasien /keluarga pasien memperoleh
pelayanan.
Tujuan Sebagai pedoman dalam transfer pasien.
Kebijakan Langkah-langkah dalam transfer pasien sesuai dengan langkah-langkah SOP
ini
Referensi -
Prosedur Langkah-langkah transfer pasien adalah sebagi berikut :
1. Pasien datang ambil nomor antrian.
2. Pasien dipanggil sesuai nomor antrian
3. Pasien didaftar sesuai poli yang dituju.
4. Pasien diarahkan kepoli yang dituju.
5. Agar petugas poli bisa mengetahui bahwa pasien sesuai poli yang dituju
dalam berkas rekam medis dilampiri kode antrian.
a. A untuk poli MTBS / Gizi, Imunisasi
b. B untuk poli Umum
c. C untuk poli Gigi
d. D untuk poli KIA / KB
Unit terkait 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
2. BPU (poli MTBS, Gizi, imunisasi)
3. KIA/KB
4. Poli Gigi

Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


PENANGANAN PASIEN GAWAT
DARURAT
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Penanganan pasien gawat darurat adalah proses penilaian dan pengelolaan
pasien yang membutuhkan pertolongan segera atas kondisinya yang
mengancam jiwa.
Tujuan Sebagai acuan petugas untuk melakukan penanganan kasus gawat darurat
Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas Mantrijeron Nomor 017. H Tahun 2015
tentang penanganan pasien darurat dan gawat darurat.
Referensi 1. Depertemen kesehatan republik indosesia. Pelayanan
keperawatangawat darurat di RS.2005.
2. Palang merah indonesi. Penangulangan penderita gawat darurat.
Yogyakarta. 2012
3. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 75 Tahun 2014
tentang pusat kesehatan masyarakat.
Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas mencucic tangan.
3. Petugas memakai alat pelindung diri (APD) sesuai kebutuhan seperti
handscoon, masker.
4. Petugas menepatkan pasien pada tempat yang disediakan.
5. Jika pasien lebih dari satu, petugas mengidentifikasikan pasien
berdasarkan prioritas penanganan ( pasien gawat darurat, pasien darurat
tidak gawat, pasien tidak gawat.
6. Petugas menilai kesadaran pasien.
7. Petugas mengecek airway (kelancaran jalan nafas) dan melakukan
tindakan bila terjadi sumbatan nafas.
8. Petugas memastikan pernafasan tidak terganggu, apabila terjadi
gangguan petugas memberikan bantuan nafas.
9. Petugas mengecek adanya pendarahan, jika ada perdarahan, petugas
melakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan.
10. Jika terjadi tanda-tanda kekurangan cairan, petugas memasang IV linc.
11. Jika terjadi henti jantung, petugas melakukan resusitasi jantung paru
pada usia tahun rasio pijat : nafas = 30:2 bayi <1 tahun rasio pijat :
nafas = 15:2, setelah tiga siklus pijat nafas, eveluasi sirkulasi.
12. Petugas memeriksa pada seluruh tubuh penderita untuk melihat tanda-
tanda kegawatan yang mungkin tidak terlihat.
13. Petugas memberikan obat sesuai kebutuhan pasien.
14. Petugas memastikan pasien dalam kondisi stabil.
15. Petugas melakukan rujukan kefasilitas kesehatan yang lebih tinggi
apabila diperlukan.
16. Petugas mendokumentasikan alat dan bahan habis pakai yang
digunakan.
17. Petugas mendokumentasikan kegiatan dalam rekam medis.

Unit terkait 1. Unit BP Umum


2. Unit gigi
3. Unit KIA-Gizi

Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


HAK MENOLAK TINDAKAN, RUJUKAN
DAN TIDAK MELANJUTKAN
PENGOBATAN
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Hak menolak tindakan, rujukan dan tidak melanjutkan pengobatan adalah
hak pasien atau mereka yang membuat keputusan atas nama pasien, dapat
memutuskan untuk tidak melakukan tindakan, rujukan atau tidak
melanjutkan pengobatan terencana.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk menatalaksana pasien yang menolak
tindakan, rujukan dan tidak melanjutkan pengobatan.
Kebijakan Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 012.H Tahun 2015
tentang hak pasien menolak tindakan, rujukan atau tidak melanjutkan
pengobatan.
Referensi 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 pasal 52 Tahun 2004
tentang praktek kedokteran.
Prosedur 1. Petugas memberitahukan kepada pasien atau keluarganya tentang hak
pasien untuk bisa menolak tindakan atau rujukan atau tidak
melanjutkan pengobatan.
2. Petugas memberitahu pasien atau keluarganya tentang konsekuensi
dari keputusan mereka.
3. Petugas memberitahu pasien atau keluarganya tentang tanggung jawab
mereka berkaitan dengan keputusan tersebut.
4. Petugas memberitahu pasien atau keluarganya tentang tersedianya
alternatif tindakan, pelayanan atau pengobatan.
5. Petugas mempersiapkan fomulir penolakan tindakan atau penolakan
rujukan.
6. Petugas mengisi formulir penolakan tindakan atau penolakan rujukan.
7. Petugas mempersilakan pasien atau keluarganya untuk
menandatangani formulir penolakan tindakan atau penolakan rujukan.
Unit terkait 1. Unit BP Umum
2. Unit BP Gizi
3. Unit KIA-KB
4. Unit Gizi.

Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


INFORMED CONSENT
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Informed consent adalah pemberian informasi kepada pasien dan


persetujuan pasien sebelum dilakukan tindakan medis dengan tujuan
memberi perlindungan terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh
petugas.
Tujuan Sebagai pedoman petugas didalam penyampaian informasi kepada pasien
dan pelaksanaan persetujuan pasien sebelum melakukan tindakan medis.
Kebijakan 1. Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 003 Tahun
2015 tentang pemberian layanan klinis.
2. Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 017 Tahun
2015 tentang hak dan kewajiban pasien di puskesmas mantrijeron.
Referensi 1. Undang-undang republik indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang
praktik kedokteran pasal 45 ayat (1) sampai dengan (6).
2. Undang-undang republik indonesia nomor 36 pasal 68 tahun 2014
tentang tenaga kesehatan.
3. Peraturan menteri kesehatan indonesia nomor
1419/Menkes/Per/X/2005 tentang penyelenggarakan praktik
kedokteran.
4. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor
585/Menkes/Per/IX/1989 tentang persetujuan tindakan medik.
Prosedur 1. Petugas menyiapkan formulir informed consent.
2. Petugas menjelaskan tentang diagnosa penyakit dan indikasi indikasi.
3. Petugas menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan.
4. Petugas menjelaskan tentangf manfaat tindakan.
5. Petugas menjelaskan tentang resiko/kemungkinan komplikasi tindakan
6. Petugas menjelaskan akibat jika tidak dilakukan tindakan.
7. Petugas menjelaskan informasi lainnya yang mungkin masih
diperlukan.
8. Petugas mengecek pemahaman pasien / keluarga.
9. Setelah pasien dan keluarga paham tentang tindakan yang akan
dilakukan dan setuju untuk dilakukan tindakan, petugas mengisi
formulir informed consent.
10. Petugas memintapasien atau keluarganya untuk menandatangani
formulir informed consent dengan disertai saksi.
11. Petugas menandatangani informed consent yang sudah
ditandatangani pasien atau keluarganya dan saksi.
12. Jika pasien atau keluarganya tidak setuju untuk dilakukan tindakan,
petugas meminta pasien atau keluarganya untuk menandatangani
formulir penolakan tindakan.

Unit terkait 1. Unit Gawat Darurat


2. Unit BP Umum
3. Unit BP Gizi
4. Unit KIA-KB

Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


ANASTESI LOKAL
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan nyeri/sakit secara lokal tanpa
disertai hilangnya kesadaran.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan tindakan anastesi lokal.
Kebijakan 1. Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 012.L Tahun
2015 tentang jenis-jenis pembedahan minor yang dapat dilakukan di
puskesmas.
2. Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 013. H Tahun
2015 tentang monitoring status fisiologis pasien selama pemberian
anestesi lokal dan selesai.
Referensi 1. Chris Tanto et all. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Keempat, Jilid
Kedua. Penerbit Media Aesculaping.FKUI. Jakarta. 2014.
2. Siregar MB Bashsinar B Atlas Berwarna dan Dasar-Dasar Bedah
Minor Edisi I (revisi). Widya Medika. Jakarta 1995.
3. William De jong et all. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. EGC.Jakarta
2005.
Prosedur Anastesi lokal dengan menggunakan lidokain.
A. Petugas mempersiapkan alat dan bahan :
a. Lidocain 2% atau lidocain compositum ( lidocain dan epinephirine )
b. Spuit jarum suntik 1 ml atau 3 ml.
c. Kapas alkohol 70%.
d. Larutan iodin povidon.
B. Jika menggunakan lidocain compositum (kombinasi epinephrine)
petugas memastikan bukan merupakan kontra indikasi, meliputi :
a. Organ akral (end organ), misalnya telinga, jari tangan dan kaki,
cuping hidung dan penis.
b. Penderit lanjut usia (geriatri).
c. Penderita hipertensi.
d. Penderita penyakit kardiovaskular.
e. Penderita diabetes melitus.
f. Penderita penderita tirotoksikosis.
g. Infiltrasi, blok sarat, blok spinal pada persalinan spontan dengan
bayi yng belum lahir.
C. Petugas mempersiapkan pasien :
a. Identitas pasien
b. Memberitahukan pasien/keluarga atas tindakan yang akan dilakukan
dengan pengisian lembar persetujuan tindakan medis (informed
consent).
c. Mempersilahkan pasien untuk posisi berbaring yang nyaman.
D. Petugas memilih teknik anastesi.
Tiga teknik pilihan dalam anastesi lokal dengan lidokain :
a. Teknik infiltrasi, penyuntikan lidocain langsung diarahkan di sekitar
tempat lesi, luka atau insisi. Cara yang sering digunakan adalah
blokade lingkar dan obat disuntikkan intradermal atau subkutan.
b. Teknik field block, obat ditempatkan pada cabang-cabang sarat yang
lebih besar mengelilingi daerah tindakan.
c. Teknik block sasraf, obat ditempatkan pada batang sarat yang besar,
sehingga daerah yang dilayani (distal) sarat yang bersangkutan akan
teranestesi.

PROSEDUR I TEKNIK INFILTRASI


Untuk lesi-lesi permukaan (superfisiolis)
1. Petugas membersihkan sekitar luka dengan antiseptik.
2. Petugas memasukkan lidocain ke dalam spuit jarum suntik.
3. Petugas menusukan jarum suntik menyusur kulit secara subkutan.
4. Petugas melakukan aspirasi.
5. Petugas menyuntikkan perlahan-lahan sambil mencabut jarum, bila
tidak masuk pembuluh darah.
6. Petugas saat mencabut jarum pada jarak tertentu, dilakukan aspirasi
kembali dan menyuntikkan, demikian seterusnya sampai daerah
yang dimaksud selesai dianastesi.
7. Petugas melakukan pengurutan pada tempat yang telah dianastesi
agar zat anastesi merata sambil menunggu kerja obat.

PROSEDUR II (TEKNIK FIELD BLOCK)


Digunakan pada pengangkatan lesi kecil hingga sedang.
1. Petugas membersihkan sekitar luka dengan antiseptik.
2. Petugas memasukkan lidocain kedalam spuit jarum suntik.
3. Petugas menusukkan jarum suntik, arahkan pada satu sisi daerah
yang akan dianastesi.
4. Petugas melakukan aspirasi.
5. Petugas menyuntikkan obat sambil jarum diarik mundur.
6. Petugas menarik jarum, tapi tidak sampai habis, lalu menyuntikkan
ke arah yang bersudut dengan arah suntikan pertama (sisi lain lesi).
7. Petugas melakukan aspirasi.
8. Petugas menyuntikkan obat sambil jarum ditarik mundur.
9. Bila perlu, petugas memberikan suntikan pada lapisan yang lebih
dalam atau pada jaringan dibawah lesi.

PROSEDUR III (TEKNIK BLOK SYARAF)


Bisa digunakan untuk tindakan yang agak luas.
1. Petugas membersihkan sekitar luka dengan antiseptik.
2. Petugas memasukkan lidocain kedalam spuit jarum suntik.
3. Petugas memasukkan jarum suntik pada daerah proksimal dari
daerah yang akan dilakukan tindakan.
4. Petugas menanyakan pada pasien apakah merasa kesemutan pada
saat jarum ditusukkan (jika kesemutan posisi suntikan sudah
ditentukan).
5. Setelah suntikan selesai, petugas melakukan masase (pijatan pada
daerah suntikan untuk membantu penyerapan obat).
6. Petugas mengalihkan perhatian pasien misalnya dengan diajak
bicara sambilmelakukan tes apakah obat sudah berkerja, dengan
menusuk daerah yang akan dilakukan tindakan dengan benda tajam
seperti jarum.
7. Bila pasien tidak kesakitan, berarti blok berhasil.

Unti terkait 1. Unit BP Umum


2. Unit BP Gizi
3. Unit KIA-KB

Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan


RUJUKAN PASIEN EMERGENSI
No. :SOP/MJ/VII/FARM
Dokumen ASI/I
/ 2016
SOP :0
No. Revisi
Tanggal
Terbit

Halaman : 1 dari 1
UPTD Puskesmas
Patek

Pengertian Rujukan emergensi adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab


pada keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna
menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang mempunyai kemampuan lebih tinggi.
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan rujukan emergensi agar pasien
segera mendapatkan tindakan dan terapi yang cepat dan tepat.
Kebijakan 1. Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 003.N Tahun
2015 tentang penetapan rumah sakit tujuan rujukan dari rumah sakit
mantrijeron.
2. Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 012.R Tahun
2015 Tentang layanan klinis yang menjamin kesinambungan layanan.
3. Surat keputusan kepala puskesmas mantrijeron Nomor 017.H Tahun
2015 tentang penanganan pasien darurat dan gawat darurat.
Referensi 1. Dinas kesehatan daerah istimewa yogyakarta. Pedoman pelaksanaan
sistemrujukan pelayanan kesehatan. 2012
2. Peraturan gubernur D.I Yogyakarta Nomor 111/7102/III.2 Tahun 2014
tentang regionalisasi rujukan.
Prosedur 1. Petugas menentukan kasus emergensi yang perlu di rujuk.
2. Petugas melakukan stabilisasi keadaan umum sesuai kasus sebelum
melakukan rujukan.
a. Tekanan darah stabil/terkendali.
b. Nadi teraba.
c. Pernafasan teratur dan jalan nafas longgar
d. Terpasang oksigen atau jika perlu dipasang infus.
e. Tidak terdapat kejang (kejang terkendalai).
3. Petugas mengatasi perdarahan, bila ada perdarahan, bila ada
perdarahan sehingga :
a. Tidak terdapat perdarahan aktif atau
b. Perdarahan telah terkendali
c. Terpasang infus dengan aliran lancar 20-30 tpm.
4. Petugas menyiapkan sarana transportasi ketempat rujukan dengan
dilengkapi oksigen dan cairan infus yang cukup selama proses
rujukan ( 1 kolf untuk 4-6 jam) atau sesuai kondisi pasien.
5. Petugas menjelaskan kondisi pasien dan alasan dirujuk kepada
pasien atau keluarga pasien.
6. Petugas dan keluarga yang mengantar pasien memutuskan unit
pelayanan tujuan rujukan.
7. Petugas menghubungi ruma sakit yang akan dituju dengan
menggunakan sarana komunikasi, menjelaskan kondisi pasien dan
memastikan unit pelayanan tujuan dapat menerima pasien.
8. Petugas membuat surat rujukan.
9. Petugas meminta keluarga pasien menandatangani surat persetujuan
rujukan.
10. Petugas memberikan surat rujukan kepada keluarga pasien yang
mengantar pasien.
11. Petugas mencatat identitas pasien pada buku register rujukan.
12. Petugas yang mampu mengawasi dan antisipasi kedaruratan
mendapingi pasien di dalam ambulans.
13. Petugas mencatat kondisi pasien dan tindakan yang diberikan
terhadap pasien di dalam ambulans dalam catatan perkembangan
pasien.
14. Petugas mengantar pasien dengan kendaraan ambulans dan
menyerah terimakan kepada petugas tempat rujukan.
15. Petugas dan kendaraan ambulans tetap menunggu sampai pasien
mendapat kepastian pelayanan.
16. Petugas melengkapi rekam medis pasien.

Unit terkait 1. Unit pendaftaran dan rekam medis


2. Unit BP Umum
3. Unit KIA-KB

Rekaman historis perubahan

NO Isi perubahan Tgl Mulai Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai