KERATITIS PUNGTATA
OLEH :
PEMBIMBING :
1
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IS
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Suku : Makassar
No. RM : 101649
B. ANAMNESIS
Masyarakat (BKMM) dengan keluhan terasa perih pada kedua mata yang dirasakan
sejak 2 bulan yang lalu. Rasa perih dirasakan lebih berat pada mata kiri dibandingkan
pada mata kanan pasien. Pasien juga mengeluh adanya penglihatan kabur, silau
ketika melihat cahaya, dan mata berair sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien
telah berobat ke Klinik Lacasino pada bulan April 2017 dan diberikan pengobatan
3
tetes mata C. Xitrol 4 kali sehari selama + 2 minggu sebelum akhirnya dirujuk ke
BKMM. Riwayat mata merah ada, yaitu sekitar 2 bulan yang lalu, dan membaik
sejak pasien berobat. Riwayat demam tidak ada, riwayat benda asing masuk mata (-).
Riwayat merokok ada, sejak + 10 tahun yang lalu, sebanyak + 1 bungkus perhari.
C. STATUS GENERAL
Nadi : 84 x/menit.
Suhu : 36,6oC.
1. Pemeriksaan Inspeksi
OD OS
4
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Apparatus Lakrimalis Lakrimasi (+) Lakrimasi (+)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi OD OS
TIO Tn Tn
Nyeri tekan (-) (-)
5
Massa Tumor (-) (-)
Glandula pre-aurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
3. Tonometri
4. Visus
SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), flouren (+), infiltrat (+) berbentuk pungtat
tersebar di seluruh kornea, iris coklat kripte, pupil bulat sentral, RC (+), lensa
jernih.
SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), flouren (+), infiltrat (+) berbentuk pungtat
tersebar di seluruh kornea, iris coklat kripte, pupil bulat sentral, RC (+), lensa
jernih.
6
6. Pemeriksaan Funduskopi
E. RESUME
Seorang pasien laki laki datang ke Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar
(BKMM) dengan keluhan terasa perih pada kedua mata yang dirasakan sejak 2 bulan
yang lalu. Rasa perih dirasakan lebih berat pada mata kiri dibandingkan pada mata
kanan pasien. Pasien juga mengeluh adanya penglihatan kabur, silau ketika melihat
cahaya, dan mata berair sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien telah berobat ke
Klinik Lacasino pada bulan April 2017 dan diberikan pengobatan tetes mata C. Xitrol
4 kali sehari selama + 2 minggu sebelum akhirnya dirujuk ke BKMM. Riwayat mata
merah ada, yaitu sekitar 2 bulan yang lalu, dan membaik sejak pasien berobat.
Riwayat demam (-), riwayat benda asing masuk mata (-). Riwayat merokok ada,
xitrol ada, rasa perih pada mata dirasakan berkurang tetapi tidak menghilang.
7
Pada inspeksi ditemukan adanya lakrimasi dan kornea kesan keruh di kedua mata
pasien, pada pemeriksaan visus ditemukan VOD : 20/25 (tidak dikoreksi) dan VOS :
20/30 (tidak dikoreksi), pada pemeriksaan slitlamp ditemukan adanya flouren dan
infiltrat berbentuk pungtat yang tersebar di seluruh kornea di kedua mata pasien.
F. DIAGNOSIS KERJA
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Uveitis Anterior
2. Glaukoma Akut
H. TERAPI
Medikamentosa
- Oral :
R/ Becom C 1 dd 1 tab
- Topikal :
R/ C. Tobro ED 4 dd 1 tts
R/ Repithel ED 6 dd 1 tts
Non-Medikamentosa
I. PROGNOSIS
8
Quo ad cosmeticam : dubia ad bonam
J. DISKUSI
mata terasa perih disertai penglihatan kabur, silau ketika melihat cahaya, dan mata
berair yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Berdasarkan teori Keratitis, didapatkan
gejala subjektif seperti fotofobia, lakrimasi, blefarospasme, dan gangguan visus serta
gejala objektif berupa adanya lakrimasi dan kornea kesan keruh pada kedua mata pasien
yang didapatkan pada pemeriksaan inspeksi, adanya fluoren dan infiltrat berbentuk
pungtat yang tersebar di seluruh kornea pada kedua mata pasien yang didapatkan pada
9
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea
yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Radang kornea (keratitis) biasanya
intertisial atau profunda. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya
air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberikan topikal dan reaksi
terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa
silau, dan merasa kelilipan. Keratitis Pungtata merupakan keratitis yang terkumpul di
B. ANATOMI KORNEA
Kornea (cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata yang berperan sebagai
media refraksi, merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan merupakan lapisan
10
Kornea orang dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65
mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm. diameter horizontal kornea rata- rata
orang dewasa adalah 11,75 mm dan diameter vertikalnya rata-rata 10,66 mm.1
Dari anterior ke posterior, kornea memiliki 5 lapisan yang saling berhubungan, yaitu
lapisan epitel (yang merupakan kelanjutan dari epitel dikonjungtiva bulbi), membran
1. Lapisan epitel terdiri atas 5 lapisan sel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih, 1 lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat
mitosis sel dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi sel sayap dan semakin
maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal
disampingnya dan sel polygonal didepanya melalui dermosom dan macula eklude,
ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan
11
barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
2. Membran bowman, terletak di bawah epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian stroma. Lapisan ini
3. Stroma, terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar 1 dengan
lainya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer
serat kolagen ini bercabang, terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Stroma ini adalah merupakan sekitar
dengan mikroskop eloktron akibat perbedaan struktur antara bagian pra dan
pascanasalnya. Saat lahir, tebalnya sekitar 3 m dan terus menebal selama hidup,
5. Lapisan endotel terdiri atas 1 lapisan sel dengan bentuk hexagonal, besarnya
12
Gambar 2. Lapisan Kornea Normal
episklera dan sklera yang berakhir di sekitar limbus korneosklera serta dari humor aquos
dan air mata. Kornea itu sendiri bersifat avaskuler. Saraf-saraf sensorik kornea
C. FISIOLOGI KORNEA
Bentuk kornea bundar melengkung seperti kaca arloji. Pembiasan cahaya terkuat
dilakukan oleh kornea, di mana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan masuk kornea.
Pembiasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam
bentuk dan kejernihan kornea akan mengganggu pembentukan bayangan yang baik pada
retina.5
13
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas
cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang
jaringan kornea, dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih
penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh
lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan
edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya
menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan menghilang bila sel-sel
epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan
hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain
dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan
keadaan dehidrasi.4
D. EPIDEMIOLOGI
Insiden dari keratitis mikrobial dihubungkan dengan penggunaan lensa kontak rata-rata
sebanyak 2 sampai 4 infeksi dari 10.000 pengguna lensa kontak dan sebanyak 10
sampai 20 infeksi dari 10.000 pengguna lensa kontak dengan penggunaan yang
14
Terdapat beberapa faktor predisposisi terjadinya inflamasi pada kornea seperti
blefaritis, perubahan pada barrier epitel kornea (dry eyes), penggunaan lensa kontak,
oleh sebab itu untuk melindunginya kornea memiliki beberapa mekanisme pertahanan.
Mekanisme pertahanan tersebut termasuk refleks berkedip, fungsi antimikroba film air
mata (lisosim), epitel hidrofobik yang membentuk barrier terhadap difusi serta
Kerattitis pungtata disebabkan oleh hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada
neuroparalitik, infeksi virus, trakoma dan trauma radiasi, dry eyes, lagoftalmus,
keracunan obat seperti neomisin, tobramisin, dan bahan pengawet lainnya. Organisme
kornea. Tetapi kalau epitel terkena trauma dan rusak, maka membran Bowman menjadi
pathogen-patogen yang lain membutuhkan inokulasi yang berat atau pada host yang
15
Karena kornea merupakan bangunan yang avaskuler, maka pertahanan pada waktu
peradangan tidak bereaksi dengan cepat, seperti jaringan lain yang mengandung banyak
vaskularisasi. Sehingga badan kornea, wandering cells dan sel-sel lainnya yang terdapat
di dalam stroma kornea akan segera bekerja sebagai makrofag yang kemudian akan
disusul dengan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah yang terdapat di limbus dan akan
tampak sebagai injeksi perikornea. Kemudian akan terjadi infiltrasi dari sel-sel
mononuklear, sel plasma dan sel polimorfonuklear yang akan mengakibatkan timbulnya
infiltrat yang selanjutnya dapat berkembang dengan terjadinya kerusakan epitel dan
timbullah ulkus (tukak) kornea. Hasilnya stroma akan mengalami atropi dan melekat
pada membarana descemet yang relatif kuat dan akan menghasilkan descematocele
yang dimana hanya membarana descement yang intak. Ketika penyakit semakin
progresif, perforasi dari membrane descement terjadi dan humor aquos akan keluar. Hal
ini disebut ulkus kornea perforate dan merupakan indikasi bagi intervensi bedah
secepatnya. Pasien akan menunjukkan gejala penurunan visus progresif dan bola mata
F. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Etiologi
a. Keratitis Bakterial
Banyak jenis ulkus kornea bakteri yang mirip satu sama lain dan hanya
bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang
16
disebabkan oleh bakteri oportunistik (mis., Streptococcus alfa-hemolytycus,
superfisial. Gejala pada keratitis bakterial sama dengan keratitis pada umumnya,
namun pada infeksi bakteri akan ada cairan yang mengandung pus (nanah).4
b. Keratitis Virus
Keratitis virus terbagi atas dua bentuk, yakni bentuk primer dan rekurens.
Keratitis ini merupakan penyebab ulkus kornea paling umum dan penyebab
kebutaan kornea paling umum di Amerika. Gejala pada keratitis virus, umumnya
c. Keratitis Jamur
Keratitis jamur, yang pernah banyak dijumpai paa pekerja pertanian, kini
obat kortikosteroid dalam pengobatan mata. Gejala dari keratitis jamur ialah
ditemukan infiltrat kelabu, sering dengan hipopion, peradangan yang nyata pada
tempat-tempat yang jauh dari daerah ulserasi utama). Di bawah lesi utama- dan
juga lesi-lesi satelit sering terdapat plak endotel disertai reaksi bilik mata depan
d. Keratitis Parasit
17
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
ini juga ditemukan pada individu bukan pemakai lensa kontak setelah terpapar
e. Keratitis Alergi
1) Keratokonjungtivitis flikten
yang merupakan reaksi imun yang mungkin sel mediated pada jaringan yang
Terdapat pengelupasan lapis sel tanduk epitel kornea. Mata akan membiarkan
terbentuknya papul atau pustul pada kornea ataupun konjungtiva. Pada mata
terdapat flikten pada kornea berupa tenjolan berbatas tegas berwarna putih
tersebut.4
2) Keratitis Faskularis
18
Keratitis dengan pembetukan pita pembuluh darah yang menjalar dari limbus
ke arah kornea. Biasanya berupa tukak kornea akibat flikten yang menjalar ke
ulkus cincin.4
3) Keratokonjungtivitis Vernal
panas dan mengenai anak sebelum berusia 14 tahun, terutama laki-laki lebih
disertai riwayat alergi keluarga atau dari pasien itu sendiri, blefarospasme,
hipertrofi papil yang kadang-kadang berbentuk Cobble stone pada kelopak atas
2. Berdasarkan Jenis
superfisialis apabila mengenai lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda
atau interstisialis (atau disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan
stroma. 4
1) Keratitis Epitelial
a) Keratitis Pungtata
19
dengan infiltrat berbentuk bercak-bercak halus. Keratitis pungtata dapat
disebabkan oleh hal yang tidak spesifik dan dapat terjadi pada moluskum
pengawet lain. Mata biasanya terasa nyeri, berair, merah, peka terhadap
b) Keratitis Herpetis
ini disebut anestesia dolorosa. Pada kornea tampak infiltrat yang bulat,
20
ulserasi yang sukar sembuh. Kadang-kadang infiltrat ini dapat bersatu
2) Keratitis Subepitelial
Keratitis ini diduga oleh virus. Klinis tanda-tanda radang tidak jelas,
lebih jernih, disebut halo. Keratitis ini bila sembuh akan meninggalkan
3) Keratitis Stromal
a) Keratitis Neuroparalitik
21
neuroparalitik adalah infiltrat berbentuk bulat atau oval dan tampak
b) Keratitis et Lagoftalmus
Terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada
4) Keratitis Profunda
a) Keratitis Interstisial
b) Keratitis Sklerotikans
dari keratitis ini : mata sakit, fotofobia dan di mata timbul skleritis. Di
c) Keratitis Disiformis
22
berlangsung beberapa bulan. Biasanya timbul bila pada kerusakan primer
G. GEJALA KLINIS
Gejala Subjektif
visus. 3,4
Gejala Objektif
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
merupakan dua lesi yang paling umum pada kornea), riwayat penyakit kornea juga
23
Keluhan utama: Tanyakan kepada klien adanya keluhan seperti nyeri, mata
mengenai penurunan tajam penglihatan, trauma pada mata, riwayat gejala penyakit
mata seperti nyeri meliputi lokasi, awitan, durasi, upaya mengurangi dan beratnya,
Riwayat penyakit dahulu: Tanyakan pada klien riwayat penyakit yang dialami
2. Pemeriksaan Fisik
menggambarkan lesi epitel superfisial yang mungkin tidak dapat terlihat dengan
apabila tidak terdapat dapat digunakan sebuah loup dan iluminasi terang.
dengan hati-hati ke seluruh kornea. Dengan cara ini area yang kasar sebagai indikasi
3. Pemeriksaan Penunjang
24
I. DIAGNOSIS BANDING
Glaukoma Akut
tertutup akut. Glaukoma sudut tertutup akut ditandai dengan tekanan intraokular
yang meningkat secara mendadak, dan terjadi pada usia lebih dari 40 tahun dengan
sudut bilik mata sempit. Cairan mata yang berada di belakang iris tidak dapat
cairan mata melalui sudut bilik mata (mekanisme blokade pupil). Pada glaukoma
primer sudut tertutup akut terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada
mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah
tidur sebentar. melihat pelangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan
stadium prodromal. Terdapat gejala gastrointestinal berupa enek dan muntah yang
glaukoma akut yang terjadi secara tiba-tiba dengan rasa sakit hebat di mata dan
kepala, perasaan mual dengan muntah, bradikardia akibat refleks okulokardiak, mata
mata merah, tekanan bola mata sangat tinggi mengakibatkan pupil lebar, kornea
suram dan edem, iris sembab meradang, papil saraf optik hiperemis, edem dan
lapang pandang menciut berat. Iris bengkak dengan atrofi dan sinekia posterior dan
penglihatan sangat menurun dan pasien terlihat sakit yang berat. Gejala spesifik
seperti di atas tidak selalu terjadi pada mata dengan glaukoma akut. Kadang-kadang
25
riwayat mata sakit disertai penglihatan yang menurun sudah dapat dicurigai telah
terjadinya serangan galukoma akut. Glaukoma primer Sudut Tertutup Akut bila tidak
Uveitis Anterior
Uveitis anterior adalah peradangan yang mengenai iris dan jaringan badan siliar
(iridosiklitis) biasanya unilateral dengan onset akut. Penyebab uveitis anterior akut
presipitat kecil, pupil mengecil, sering terjadi kekambuhan. Penyebabnya dapat oleh
trauma, diare kronis, penyakit Reiter, herpes simpleks, sindrom Bechet, sindrom
keratik prespitat besar (mutton fat) benjolan Koeppe (penimbuhan sel pada tepi
pupil) atau benjolan Busacca (penimbuhan sel pada permukaan iris), terjadi akibat
(toksoplasmosis). Uveitis terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan sakit,
ataupun datang perlahan dengan mata merah dan sakit ringan dengan penglihatan
akut yang ringan atau sedikit. Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut mata
sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan mata
merah. Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis akibat ikut meradangnya
otot-otot akomodasi. Perjalanan penyakit iritis adalah sangat khas yaitu penyakit
26
berlangsung hanya antara 2-4 minggu. Kadang-kadang penyakit ini memperlihatkan
J. TERAPI
Medikamentosa
Bakterial
siliar)
Viral
a) Pemberian antiviral
b) Kompres dingin
Jamur
Alergi
27
a) Pemberian antihistamin oral
c) Imunoterapi alergen
Non-Medikamentosa
Alergi
1) Menghindari alergen
5) Menghindari kontak dengan sinar yang kuat terlalu lama (TV, Komputer)
K. KOMPLIKASI
1. Ulkus Kornea
2. Desmatocele
3. Perforasi Kornea
4. Iridosiklitis
5. Uveitis
6. Endoftalmitis
28
7. Ophtalmitis
L. PROGNOSIS
Secara umum prognosis dari keratitis adalah baik jika tidak terdapat jaringan parut
dilaksanakan prognosis dalam hal visus pada pasien dengan keratitis sangat baik.
Namun dari segi fungsi, tergantung dari jenis dan stadium dari keratitis itu sendiri.
Pada keratitis pungtata superfisial, prognosisnya baik jika tidak terdapat jaringan
parut ataupun vaskularisasi dari kornea. Prognosis dalam hal visus pada pasien dengan
keratitis pungtata superfisial juga sangat baik. Parut ringan pada kornea dapat timbul
pada kasus kasus dengan keratitis pungtata superfisial yang berlangsung lama.9
29
DAFTAR PUSTAKA
30