Anda di halaman 1dari 27

I.

Judul Usulan penelitian : Pengaruh Pengendalian Internal Pemberian Kredit


KPR Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing
Loan) Pada Bank bjb Kanwil 1

II. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, bank merupakan salah satu lembaga keuangan

yang paling berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian di Indonesia. Hampir semua kegiatan

dalam kehidupan masyarakat Indonesia sekarang berhubungan dengan bank. Bank merupakan

suatu lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan lalu menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Seluruh kalangan masyarakat baik

pelaku usaha, karyawan, pensiunan, pelajar dan lain-lain tidak lepas dari kebutuhan jasa bank

karena apapun yang berhubungan dengan uang tidak terlepas dari kebutuhan jasa bank

(Supriyono, 2011:1). Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kredit dan simpanan (tabungan)

semakin menegaskan pentingnya keberadaan lembaga perbankan di kalangan masyarakat saat ini.

Sebagian besar kegiatan hidup masyarakat Indonesia sekarang selalu bersinggungan dengan

kredit, mulai dari kegiatan rumah tangga sampai kegiatan yang lebih kompleks selalu

membutuhkan kredit, hal ini yang menjadi penyebab semakin meningkatnya kebutuhan kredit di

kalangan masyarakat. Fenomena ini kemudian yang menjadikan aktivitas utama dunia perbankan

sekarang ada pada kegiatan kredit atau penyaluran dana pinjaman kepada masyarakat. Kredit

sendiri dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pinjam meminjam baik berupa uang atau barang

yang terjadi antara 2 (dua) pihak yang didasarkan asas keprcayaan bahwa peminjam (debitur)

akan mengembalikan sejumlah uang atau barang yang dipinjamnya dengan tepat waktu sesusai

perjanjian kredit yang telah dibuat dan disepakati kedua belah pihak. Unsur kepercayaan menjadi

dasar utama dalam kegiatan perkreditan. Banyak pilihan jenis kredit yang ditawarkan bank saat

ini guna membantu memenuhi berbagai kebutuhan hidup masyarakat. Sampai saat ini, salah satu

jenis kredit yang diminati dan dibutuhkan oleh masyarakat yaitu jenis KPR. Jenis kredit ini begitu

dimintai seluruh kalangan masyarakat mengingat rumah merupakan kebutuhan pokok masyarakat

yang harus dipenuhi disamping alasan lain yaitu daya beli masyarakat Indonesia yang cenderung

1
lebih rendah dibanding dengan daya mengangsur. KPR merupakan program pembiayaan

perumahan dari pemerintah melalui kerja sama dengan lembaga perbankan dan pengembang

perumahan (developer) yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia

akan tempat tinggal (papan) melalui berbagai kemudahan yang diberikan, seperti jangka waktu

kredit yang panjang sekitar 1- 15 tahun sehingga meringankan masyarakat dalam hal

pengembalian kredit. Kebutuhan akan papan menjadi hal serius yang mendapat perhatian lebih

dari pemerintah mengingat papan menjadi salah satu standar kesejahteraan masyarakat di sebuah

negara. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia sangat mendukung adanya program KPR baik yang

ada pada bank swasta ataupun bank milik pemerintah. Banyak bank komersil di Indonesia yang

menawarkan fasilitas KPR, antara lain BRI, Bank Mandiri, BTN, Bank Jatim, BCA, dan bank

lainnya. Diantara bank-bank yang memberikan faslitas KPR, Bank bjb merupakan bank resmi

yang ditunjuk pemerintah untuk menangani kegiatan penyaluran KPR di Indonesia. Seiring

perubahan waktu dan semakin meningkatnya jumlah KPR yang diberikan kepada masyarakat,

menyebabkan timbulnya risiko kredit berupa adanya kredit bermasalah yang dapat terlihat dari

tingkat NPL tahunan. Tingkat NPL pemberian KPR pada Bank bjb Kanwil 1 selama 5 (Lima)

tahun terakhir terlihat sebagai berikut :

Tabel 1 Data Tingkat NPL Bank bjb Kanwil 1

Sumber : Bank bjb Kanwil 1

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat NPL BTN cabang Malang pada 3

(tiga) tahun terakhir berada pada tingkat 2%, yang mana jumlah ini jauh dari batas ketentuan BI

Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 Tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut

Pengawasan Bank Umum Konvesional BAB II Pasal 4 No. 2 poin d sebesar 5%. Namun tingkat

NPL tersebut masih jauh dari target Bank bjb Kanwil 1 yang masih terus berupaya untuk

mengurangi tingkat NPL sehingga dapat mencapai 0%. Kegiatan pemberian kredit di bank

merupakan kegiatan yang memiliki risiko paling besar. Risiko dalam kegiatan pemberian kredit

yang akan selalu dihadapi oleh bank yaitu risiko timbulnya kredit bermasalah. Pada dasarnya
2
kredit bermasalah timbul disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal

berasal dari pihak debitur yang tidak mampu lagi membayar angsuran kredit dikarenakan

berbagai hal yang terjadi pada debitur tersebut. Sedangkan faktor internal berasal dari pihak bank

selaku kreditur yang disebabkan adanya berbagai kelemahan dalam proses analisa kredit oleh

petugas bank serta kurang tepatnya kebijakan dan prosedur pemberian kredit yang diberlakukan

oleh pihak bank. Timbulnya kredit bermasalah merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari

oleh setiap bank, namun sebagai pihak kreditur, bank tetap dapat melakukan beberapa upaya

untuk dapat terus mengurangi tingkat NPL. Upaya-upaya tersebut antara lain berupa membuat

kebijakan kredit yang tepat disertai dengan praktik pengendalian intern pemberian kredit yang

memadai dalam pelaksaaan prosedur pemberian kredit. Diterapkannya jaringan prosedur

pemberian kredit yang sesuai dengan praktik pengendalian intern pemberian kredit yang memadai

mulai dari tahap permohonan sampai monitoring kredit akan bermanfaat untuk menghindari

timbulnya berbagai kesalahan atau penyelewengan oleh berbagai pihak yang terlibat yang akan

memicu timbulnya kredit bermasalah. Praktik-praktik pengendalian intern pemberian kredit yang

dilaksanakan dengan baik akan menjadikan kredit yang disalurkan kepada debitur menjadi lancar

sehingga akan memberikan keuntungan bagi pihak bank maupun pihak debitur. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui jaringan prosedur serta praktik pengendalian intern pemberian KPR

pada BTN cabang Malang dalam rangka mengurangi tingkat NPL.

Adapun judul yang diangkat dalam skripsi ini adalah Pengaruh Pengendalian Internal

Pemberian Kredit KPR Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada Bank

bjb Kanwil 1.

3
III. Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa identifikasi masalah yang diungkap dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Apakah lingkungan pengendalian, perkiraan risiko, aktivitas pengendalian, informasi

dan komunikasi, dan aktivitas pemantauan berpengaruh secara parsial terhadap

kemacetan kredit credit business loan pada PT. Bank bjb, Tbk Kantor Wilayah 1?

2. Apakah lingkungan pengendalian, perkiraan risiko, aktivitas pengendalian, informasi

dan komunikasi, dan aktivitas pemantauan berpengaruh secara simultan terhadap

kemacetan kredit credit business loan pada PT. Bank bjb, Tbk Kantor Wilayah 1 ?

IV. Maksud dan Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana Pengaruh Pengendalian Internal Pemberian Kredit

KPR Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada Bank bjb Kanwil 1

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan pengendalian, perkiraan risiko, aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi, dan aktivitas pemantauan secara parsial

terhadap kemacetan kredit credit business loan pada PT. Bank bjb, Tbk Kantor Wilayah 1

2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan pengendalian, perkiraan risiko, aktivitas

pengendalian, informasi dan komunikasi, dan aktivitas pemantauan secara simultan

terhadap kemacetan kredit credit business loan pada PT. Bank bjb, Tbk Kantor Wilayah 1.

4
V. Kegunaan Penelitian

5.1 Aspek Teoritis

a. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan memberikan pengetahuan yang lebih luas tentang bagaimana

Pengaruh Pengendalian Internal Pemberian Kredit KPR Terhadap Kredit Bermasalah (Non

Performing Loan) Pada Bank bjb Kanwil 1

b. Bagi STIE INABA

Penelitian ini dapat dijadikan sarana dalam rangka menambah kepustakaan STIE INABA dan

juga bisa dijadikan referensi mengenai Pengendalian Internal Pemberian Kredit KPR Terhadap

Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada Bank bjb Kanwil 1.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pembanding bagi peneliti lain dalam pengembangan

penelitian lebih lanjut, dan juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan masukan

yang positif.

5.2 Aspek Praktis

a. Bagi Instansi

Hasil daripada penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

perbankan atau pihak regulator lainnya dalam hal penetuan kebijakan/regulasi mengenai

pengendalian internal dalam upaya mengurangi kredit bermasalah.

b. Bagi Pihak Lain

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran bagi masyarakat umum

terutama pengguna jasa kredit agar dapat lebih memahami mengenai peran

perkreditan bagi kemajuan ekonomi bangsa,

5
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan refrensi untuk penelitian

selanjutnya di masa yang akan datang ketika akan dibahas topik-topik tertentu

yang berkaitan dengan penelitian ini.

VI. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

6.1 Kerangka Pemikiran

6.1.1 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

Setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan

Peraturan Daerah, pelaksanaan APBD dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan

Gubernur/ Bupati/ Walikota. Pemerintah Daerah menyusun Laporan Realisasi

Semester Pertama APBD dan prognosis untuk enam bulan berikutnya. Laporan

tersebut disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun

anggaran yang bersangkutan untuk dibahas bersama antara DPRD dan Pemerintah

Daerah.

Penyesuaian APBD dengan perkembangan atau perubahan keadaan dibahas

bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan

prakiraan Perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan. Moh. Mahsun,

dkk (2011:87) menjelaskan penyesuaian APBD (rebudgeting) dilakukan jika

terjadi:

1) Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
2) Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar
unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja;
3) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya
harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan.

Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang

Perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan perubahan

untuk mendapat persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang bersangkutan

berakhir. Adapun Gubernur/ Bupati/ Walikota menyampaikan rancangan

peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD


6
berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan

7
selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Solihin Abdul Wahab (2008: 65), mengatakan bahwa Implementasi adalah


memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku
atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni
kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya
pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk
mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada
masyarakat atau kejadian-kejadian. Commented [F1]: Pola Penulisan Kutipan, coba recheck lagi di
panduan Inaba
Van Meter dan Van Horn (Budi Winarno, 2002;102) membatasi Untuk yg lebih dr 3 baris, biasanya satu spasi, tebal dan menjorok
implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan individu- ke dalam diapit oleh tanda petik

individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk


mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan
sebelumnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses

yang pasti, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan,

sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan

atau sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan

dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output),

yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.

6.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja

Sistem Anggaran Berbasis Kinerja dikenal sebagai sistem anggaran yang

lebih menekankan pentingnya penggunaan dana yang tersedia untuk mencapai

hasil yang optimal sesuai dengan target yang akan dicapai dengan mengaitkan

alokasi anggaran dengan pencapaian kinerja pada setiap elemen dana yang

dianggarkan.

Indra Bastian (2006: 164) mengemukakan bahwa :

8
Anggaran merupakan rencana operasi keuangan yang mencakup

estimasipengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan

untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.

Indra Bastian (2006: 171) mengemukakan bahwa :

Anggaran berbasis kinerja adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada

output organisasi yang berkaitan sangat erat dengan visi, misi, dan rencana

strategis organisasi.

Anggaran berbasis kinerja memiliki prinsip yang mana menurut Abdul Halim

(2007: 178) prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Transparansi dan akuntabilitas anggaran,


2. Disiplin anggaran,
3. Keadilan anggaran,
4. Efisiensi dan efektivitas anggaran,
5. Disusun dengan pendekatan kinerja.

Sedangkan Haspiarti (2012) mengatakan prinsipprinsip yang digunakan dalam

penganggaran berbasis kinerja meliputi: Alokasi anggaran berorientasi pada

kinerja, dan fleksibilitas pengelolaan anggaran untuk mencapai hasil dengan tetap

menjaga prinsip akuntabilitas, money follow function dan function followed

bystructure

Penganggaran berbasis kinerja yang diterapkan oleh Pemerintah saat ini

meliputi alokasi anggaran yang berorientasi pada hasil kinerja dengan tetap

memegang prinsip akuntabilitas publik untuk mencapai hasil yang ditetapkan

dengan pengelolaan anggaran yang dilakukan dengan mencapai sasaran.

9
Dari pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa Anggaran

Berbasis kinerja adalah sistem yang berorientasi pada Output organisasi dengan

menggunakan prinsip-prinsip penganggaran untuk mencapai hasil yang akan

dicapai dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas tersebut

6.1.3 Kinerja Organisasi Perangkat Daerah

Kinerja (performance) sudah menjadi kata populer yang sangat menarik

dalam pembicaraan manajemen public. Konsep kinerja pada dasrnya dapat dilihat

dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (per-Individu) dan kinerja oragnisasi.

Pengertian kinerja menurut Bastian (2001:329) Kinerja adalah gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam

upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi tersebut.

Veizal Rivai ( 2004 : 309) mengemukakan bahwa : Kinerja merupakan perilaku


yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan
oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.Kinerja suatu organisasi
itu dapat dilihat dari sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang
didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kinerja merupakan
hasil dari kegiatan kerjasama diantara anggota atau komponen organisasi dalam
rangka mewujudkan tujuan organisasi.
Kinerja dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu

yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber

10
tertentu yang digunakan (input). Kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian

proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Kinerja Organisasi menurut Surjadi (2009:7) adalah :

Kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu


organisasi tercapainya tujuan organisasi berarti bahwa, kinerja suatu
oragnisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat
mencapai tujuan yng didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan.

Sedangkan menurut Baban Sobandi (2006:176) : kinerja organisasi merupaka

sesuatu yang telah dicapai organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang

terkait dengan input, output, outcome, benefit, maupun impact.

Hasil kerja yang dicapai oleh suatu instansi dalam menjalankan tugasnya

dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input, output, outcome,

benefit, maupun impact dengan tanggungjawab dapat mempermudah arah

penataan organisasi pemerintah. Adanya hasil kerja yang dicapai oleh instansi

pemerintah denagn penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang

efektif dan efesien.

6.2 Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan signifikan

atau tidaknya pengaruh variabel X terhadap variabel Ysebagai berikut:

11
Ho : Implementasi anggaran berbasis kinerja tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Kinerja Organisasi Perangkat Daerah.

Ha : Implementasi anggaran berbasis kinerja memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap Kinerja Organisasi Perangkat Daerah.

VII. Metode Penelitian

7.1 Metode Yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Deskriptif digunakan untuk menjawab identifikasi masalah 1 dan

identifikasi masalah 2

Seperti dijelaskan oleh Sugiyono (2004:11) Metode penelitian deskriptif

adalah: metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan,

atau menghubungkan dengan variabel lain.Dengan kata lain penelitian analisis

deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-

masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian

kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

12
7.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2010:3) variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Adapun Variabel yang akan diteliti terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Variabel bebas (Independent Variabel)

Menurut Sugiyono (2010:4) variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel bebas adalah Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

(X) .

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Menurut Sugiyono (2010:4) variabel terikat merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah

Kinerja Organisasi (Y).

Impementasi Anggaran
Ha Kinerja Organisasi (Y)
Berbasis Kinerja (X)

13
Gambar 1 Paradigma Penelitian

Secara sistematik operasional variabel dalam peneltian ini dapat disajikan

dalam matriks operasionalisasi variabel berikut ini:

Tabel IIOperasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Skala

Implementasi 1. Peraturan tentang anggaran berbasis kinerja sudah Ordinal


memadai;
Anggaran
2. Data-data dan referensi dalam penyusunan
Berbasis anggaran berbasis kinerja mudah diperoleh; Ordinal
Kinerja (X) 3. Adanya sosialisasi tentang anggaran berbasis
kinerja; Ordinal
4. Pemahaman informasi tentang penyusunan
anggaran dengan konsep anggaran berbasis
kinerja; Ordinal
5. Outcome telah ditetapkan dengan jelas dan
mendukung program;
6. Output telah ditetapkan dengan jelas dan Ordinal
mendukung kegiatan;
7. Evaluasi atas pelakssanaan program dan kegiatan.
Ordinal
Sumber : (Mahoney et,al.,2007) dalam
Nurcahyani(2010) Ordinal

Kinerja 1. Perencanaan Ordinal


Organisasi 2. Investigasi
(Y) 3. Koordinasi Ordinal
4. Evaluasi
5. Mengawasi (Supervisi) Ordinal
6. Staffing (Pengaturan Staff) Ordinal
7. Negosiasi
8. Perwalian Ordinal

Sumber : (Mahoney et,al.,2007) dalam Ordinal


Nurcahyani(2010) Ordinal

14
Sebelum ke Jenis dan Sumber Data serta Teknik di atasnya sebaiknya diawali

dengan Uraian mengenai Metode Penelitian yang digunakan umumnya Metode

Deskriptif

7.3 Jenis dan Sumber Data

Menurut Sugiyono (2005 : 129), Yaitu sumber data terdiri dari data

primer dan data sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Sumber sekunder adalah sumber yang

tidak langsung kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau

dokumen.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer yang merupakan hasil responden dalam penelitian

2. Data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan periode 2009 sampai

dengan periode 2014 serta informasi lainnya yang diperoleh dari berbagai

buku yang berhubungan dengan topik peneliti.

7.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang harus diuji kebenarannya, relevan, dan

lengkap, maka penulis melakukan penelitian lapangan (Field Research) dengan

teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

15
dilakukan dengan teknik kuesioner (angket), yaitu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2004:135).

7.5 Teknik Penarikan Sampel

7.5.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2004:72) populasi adalah : wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam

penelitian ini, yang dijadikan populasi sasaran (target population) adalah.seluruh

pegawai negeri sipil yang ada di Pemerintah Kabupaten Bandung yang terdapat

31 Organisasi Perangkat Daerah yang seluruh pegawainya mencapai 1.100

orang.

7.5.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik

Purposive Sampling.Menurut Sugiyono (2010:122) bahwa :Purposive sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangantertentu.

Sehubungan dengan adanya kendala biaya, waktu dan tenaga serta

masalah heterogenitas dan homogenitas dari elemen populasi, maka digunakan

Purposive Sampling method seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2004:75)

bahwa: Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.

16
Menurut Husen Umar (2008:78) menyarankan pengambilan sampel

sebaiknya menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai berikut :


=
1 + ()2

Dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan.

Karena populasi yang ada adalah 1100 orang dengan tingkat kesalahan (e)

ditentukan sebesar 10% maka sampel yang diperoleh adalah :

1100
=
1 + 1100(0,1)2

= 91.67 92

Dengan demikian ukuran sampel minimal yang dapat digunakan dalam penelitian

ini adalah 92 orang.Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel 92 responden

dengan pertimbangan bahwa responden yang benar-benar terlibat dan mengerti

mengenai implementasi anggaran berbasis kinerja Commented [F2]: Kalau Sudah Terpetakan, pembagian
Respondennya yg ada di bagian dan wilayah kerjanya mungkin juga
untuk disajikan disini

7.6 Teknik Analisis Data

7.6.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui keakuratan dan ketelitian antara

hasil pengukuran dari variabel yang diteliti, dibandingkan dengan teori yang ada.

Hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang

17
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti

(Sugiyono, 2004:267).

Uji validitas untuk mengetahui konsistensi alat ukur berupa kuesioner,

apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap konsisten jika

pengukuran diulang kembali. Selain itu analisis digunakan untuk mengukur

validitas item butir pertanyaan dengan teknik Corrected Item Total Correlation,

yaitu mengorelasikan skor item dengan total item, kemudian melakukan koreksi

terhadap nilai koefisien korelasi.

Secara teknis, pengujian konsistensi item dilakukan dengan menghitung

koefisien korelasi antar skor subjek pada item yang bersangkutan dengan skor

total tes. Untuk mencari koefisien korelasinya digunakan rumus korelasi pearson

(product moment) yaitu :

n xi yi ( xi )( yi )
=
{ 2 ( 2 )}{ 2 (2)}

Dengan :

X = Skor variabel X

Y = Skor variabel Y

N = banyaknya sample

Kriteria validasi suatu pertanyaan dapat ditentukan dengan cara:

1. r hitung> r tabel, maka pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid

2. r hitung< r tabel, maka pertanyaan yang diajukan dinyatakan tidak valid.

7.6.2 Uji Reliabilitas

18
Instrumen penelitian disamping harus valid, juga harus dapat dipercaya

(reliabel), sehingga perlu dilakukan uji reliabilitas untuk mengetahui ketepatan

nilai kuesioner, yaitu hasil penelitian terdapat kesamaan data dalam waktu yang

berbeda (Sugiyono, 2004:267).

Sebuah pertanyaan dalam kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban responden terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Uji reliabilitas dilakukan hanya pada indikator-indikator yang telah melalui uji

validitas dan dinyatakan valid. Pada program IBM SPSS 22.0 fasilitas pengujian

yaitu menggunakan uji statistik Cronbach Alpha.

Rumus :

2
= (1 2 )
1

Keterangan :

= koefisien reabilitas alpha

K = jumlah item

Sj = varians responden untuk item I

Sx = jumlah variabel skor total

Suatu variabel dinyatakan reliabel jika menghasilkan nilai Cronbach Alpha >

0.70.

7.7 pengujian Hipotesis

7.7.1 Analisis Koefesien Korelasi Rank Sparman

Analisis ini mengukur kuat lemahnya hubungan dan arahnya variabel

19
independen (variabel bebas) dengan variabel dependen (variabel terikat). Kedua

variabel tersebut diukur dalam skala ordinal. Adapun rumusnya sebagai berikut :

1 6d2

n3 n
Dengan ketentuan:

rs= koefisien korelasi Rank Spearman

dl= selisih rank X dengan rank Y yang ke-1

n = jumlah sampel

6 = Besaran sampel (konstanta)

Nilai rs (koefisien korelasi rank spearman) yang diperoleh akan ber


kisar

antara 1,0 sampai +1. Notasi ini menunjukan tingkat korelasi antara variabel-

variabel yang diuji, yaitu:

1. Bila rs = -1 berarti terdapat korelasi yang kuat tetapi merupakan

korelasi negatif atau berlawanan arah (jika X naik maka Y turun atausebalikny

a)

2. Bila rs = 0 berati terdapat korelasi antara variabel-variabel yang diuji

atau korelasi yang lemah dan tidak ada hubungan.

3. Bila rs = 1 berarti terdapat korelasi yang kuat antara variabel X danvariab

el

Ydan nilai positif atau searah (jika X naik maka Y naik atauseb

aliknya).

Jika dalam perhitungan hubungan terdapat dua subjek atau lebih yang

mendapatkan skor pada variabel yang sama, masing-masing akan mendapatkan

20
rata-rata rangking sehingga terdapat rangking kembar. Jika proporsi rangking

kembar yang terjadi tidak besar, maka akibatnya pada r, dapat diabaikan. Tetapi

apabila proporsi rangking kembar yang terjadi cukup besar, maka dalam

perhitungan korelasi adalah sebagai berikut :

t t
=
12

Keterangan : t = Jumlah data variabel yang memilih rank yang samaBesarnya r me

nunjukan jumlah variasi nilai T dari semua kelompok nilaikembar, sehingga perhit

ungan hubungan korelasi r, menjadi :

X 2 + Y di

2 2 .

Dengan ketentuan sebagai berikut :

nn
X= 12

nn
X=
12

Keterangan :

Rs = koefesien korelasi Rank Sparman

di = selisih Rank x dan Rank y

n = Jumlah sampel

Tx = Faktor korelasi x

Ty = Faktor korelasi y

21
Analisis kuat lemahnya koefesien korelasi ini menurut sugiyono (2005),

dapat digunakan sebagai pedoman seperti yang tertera pada table dibawah ini :

Tabel III Koefesien Korelasi dan Taksiran

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0,00 0,199 Sangat rendah

0,20 0,399 Rendah

0,40 0,599 Sedang

0,60 0,799 Kuat

0,80 1,000 Sangat kuat

Sumber : Sugiyono (2005)

7.7.2 Koefisien Determinasi

koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikatnya. Untuk mengukurnya maka digunakan persamaan

sebagai berikut :

Koefisien Determinasi

Kd rs 2 x100%

Menurut Iqbal Hasan (2004:44) koefisien penentu (KP) atau koefisien

determinasi (KD) adalah angka atau indeks yang digunakan untuk



mengetahui( + ) = () besarnya sumbangan sebuah variabel
=0

atau lebih (variabel bebas, X), terhadap variasi (naik/turunnya) variabel yang lain

(variabel terikat,Y). Nilai koefisien penentu berada antara 0 sampai 1 yaitu :

22
a. Jika nilai koefisien penentu (KP) = 0, berarti tidak pengaruh variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

b. Jika koefisien penentu (KP) =1, berarti variasi (naik/turun) variabel

dependen (Y) adalah 100% dipengaruhi oleh variabel independen (X).

c. Jika koefisien penentu (KP) berada di antara 0 dan 1 (0 KP 1) maka

besarnya pengaruh variabel dependen adalah sesuai dengan nilai KP itu

sendiri dan selebihnya berasal dari faktor-faktor lain.

7.7.3 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji apakah terdapat korelasi antara variabel bebas dan variabel

tidak bebasdilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut ;

Ho : rs 0 menunjukkan bahwa implementasi anggaran berbasis kinerja tidak

berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi perangkat daerah.

Ho : rs> 0 menunjukkan bahwa implementasi anggaran berbasis kinerja

berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi perangkat daerah.

Pengujian hipotesis ini menggunakan model statistik uji t, dengan rumus

sebagai berikut :

2
=
1 2

Dimana :

rs = koefesien korelasi sperman

n = banyaknya sampel

Dengan ketentuan :

= 0,05

Df = n-(k+1)

23
Dimana :

n = jumlah data responden

k = Variabel independent

1 = variabel dependent

Untuk mngetahui implementasi anggaran berbasis kinerja pemerintah

daerah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja organisasi pemerintah

daerah, maka dapat dilakukan suatu perbandingan antara thitung dengan ttabel yang

terdapat dalam table distribusi t atau lazim disebut ttabel. Adapun taraf nyata yang

digunakan adalah = 0,05 dengan derajat kebebasan df=n-2.

Ketentuan penerimaan atau penolakan pernyataan, yaitu :

1. Jika thitung ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima

Artinya ada hubungan antara implementasi anggaran berbasis kinerja

terhadap kinerja organisasi pemerintah daerah.

2. Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak

Artinya tidak ada hubungan antara implementasi anggaran berbasis kinerja

terhadap kinerja organisasi pemerintah daerah.

24
VIII. Tempat dan waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun

skripsi ini, peneliti melakukan penelitian di Pemda Kabupaten Bandung yang

berada di Jl.Soreang KM.17

Tabel III Rencana Waktu Penelitian

Waktu
N Maret(20 April Mei
Kegiatan
o 16) (2016) (2016)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pengumpulan Data&
Usulan Penelitian
3 Pengolahan & Analisis
Data
4 Penulisan Skripsi

25
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra, 2001. Akuntansi Sektor Public, Universitas Gajah


Mada,Yogyakarta
Bastian, Indra, 2006. Sistem perencanaan dan Penganggaran Pemerintah di
Indonesia, Salemba Empat. Jakarta

Bastian, Indra, 2010, Akuntansi Sektor Publik suatu Pengantar: Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga

Budi, Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. MedPress. Yogyakarta

Ghozali, Imam, 2005.Aplikasi Analisis Multivariatedengan program SPSS,


Badan Penertbit Universitas Diponegoro, Semarang

Gujarati, Damodar, 2006. Ekonometrika Dasar (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Hadi, Syamsul, 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatifuntuk Akuntansi &


Keuangan: Edisi Pertama, Ekonisia, Yogyakarta

Husein, Umar.2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta.
PT.Rajagrafindo Persada

Laporan Kementrian Keuangan, Faktor-faktor Kurang Terserapnya Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran 2009-2014. www.bandungkab.go.id

26
Mahoney,et al.Nurvahyani. 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhaadap
Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi
sebagai variabel Intervening. Magelang

Moh. Mahsun dkk, 2011. Akuntansi Sektor Publik Edisi Ketiga, Yogyakarta,BPFE

Sobandi, Baban. 2006. Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan


Daerah. Bandung

Sugiyono, 2004.Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta


Sugiyono, 2005.Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2010.Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta

Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik.Bandung.refika


Aditama

Undang-undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah


Undang-undang No.32 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
pusat dan Pemerintah Daerah

Veizal, Rivai.2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT.RajaGrafindo


Persada. Jakarta

Secara keseluruhan, Pola Penulisan termasuk Teknik Pengambilan Kutipan,


Penulisan Tabel, harap diperhatikan ulang, Untuk Metode dan Teknik
Penelitian, Metode belum Terlihat Penjelasannya.

27

Anda mungkin juga menyukai