Disusun oleh :
Amorrita Puspita Ratu
(1102013023)
Pembimbing :
dr. Yosita Rachman, Sp.THT-KL
a. Hidung
Orofaring Merupakan bagian tengah faring antara palatum lunak dan tulang
hyoid. Refleks menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua
perubahan, makanan terdorong masuk ke saluran pencernaan
(oesephagus) dan secara simultan katup menutup laring untuk
mencegah makanan masuk ke dalam saluran pernapasan
Mempunyai fungsi pencernaan makanan
Laringofaring Merupakan posisi terendah dari faring. Pada bagian bawahnya,
sistem respirasi menjadi terpisah dari sistem digestil. Makanan
masuk ke bagian belakang, oesephagus dan udara masuk ke arah
depan masuk ke laring.
Vaskularisasi dan persarafan
Arteria tonsillaris, cabang arteria facialis melintas lewat musculus constrictor
pharyng superior dan masuk ke kutub bawah tonsil. Tonsila palatina juga menerima
ranting-ranting arterial dari arteria palatina ascendens, arteria lingualis, arteria
palatina descendens, dan arteria pharyngea ascendens.
Ketiga muskulus konstriktor faring dipersyarafi oleh plexus
pharyngealis (nervus glossopharyngeus) yang terletak pada dinding lateral
faring, terutama pada muskulus konstriktor faringealis medius. Susunan
secara bertumpang tindih muskulus konstriktor menyisakan empat celah pada
otot-otot tersebut untuk struktur yang memasuki faring.
c. Laring
Kelainan Kongenital
Atresia koane
Koane dapat menyumbat total atau sebagian, di satu atau dua sisi, akibat
kegagalan absorpsi membran bukofaringeal. Obstruksi mungkin berupa membran
atau tulang. Gejalanya ialah kesulitan bernapas dan keluar sekret hidung terus
menerus. Diagnosis mudah dibuat dengan timbulnya sianosis pada waktu diam
yang menghilang pada waktu menangis, dan melihat sumbatan di belakang rongga
hidung. Pengobatan dengan pembedahan.
Trauma
Menelan bahan kaustik
Larutan asam kuat seperti asam sulfat, nitrat dan hidroklorit, atau basa kuat seperti
soda kaustik, potasium kaustik dan ammonium bila tertelan dapa mengakibatkan
terbakarnya mukosa saluran cerna. Pada penderita yang tak sengaja minum bahan
tersebut, kemungkinan besar luka baker hanya pada mulut dan faring karena bahan
tersebut tidak ditelan dan hanya sedikit saja masuk ke dalam lambung. Tetapi pada
mereka yang coba bunuh diri akan terjadi luka bakar yang luas pada esofagus
bagian tengah dan distal karena larutan tersebut berdiam di sini agak lama sebelum
memasuki kardia lambung.
Diagnosis didasarkan riwayat menelan zat kaustik dan adanya luka bakar di
sekitar dan di dalam mulut. Kasus kecelakaan biasanya terjadi pada anak usia
dibawah enam tahun, sedangkan kasus bunuh diri pada dewasa.
Trauma trakea
Trauma tajam atau tumpul pada leher dapat mengenai trakea. Trauma tumpul tidak
menimbulkan gejala atau tanda tetapi dapat juga mengakibatkan kelainan hebat
berupa sesak napas, karena penekanan jalan napas atau aspirasi darah atau
emfisema kutis bila trakea robek.
Dari pemeriksaan photo roentgen dapat dilihat benda asing, trauma penyerta
seperti fraktur vertebra servikal atau emfisema di jaringan lunak di mediastinum,
leher dan subkutis.
Trauma tumpul trakea jarang memerlukan tindakan bedah. Penderita
diobservasi bila terjadi obstreksi jalan napas dikerjakan trakeotomi. Pada trauma
tajam yang menyebabkan robekan trakea segera dilakukan trakeotomi di distal
robekan. Kemudian robekan trakea dijahit kembali.
Trauma intubasi
Pemasangan pipa endotrakea yang lama dapat menimbulkan udem laring dan
trakea. Keadaan ini baru diketahui bila pipa dicabut karena suara penderita
terdengar parau dan ada kesulitan menelan, gangguan aktivitas laring, dan
beberapa derajat obstruksi pernapasan. Pengobatan dilakukan dengan pemberian
kortikosteroid. Bila obstruksi napas terlalu hebat maka dilakukan trakeotomi.
Stenosis trakea adalah komplikasi pemasangan pipa endotrakea berbalon
dalam waktu lama. Tekanan balon menyebabkan nekrosis mukosa trakea disertai
penyembuhan dengan jaringan fibrosis yang mengakibatkan stenosis.
Pengobatan stenosis ini berupa peregangan bagian yang stenosis dalam waktu
lama, tetapi seringkali perlu dilakukan reseksi segmental trakea dan anstomosis
ujung ke ujung.
Dislokasi krikoaritenoid
Trauma pada laring dapat menyebabkan dislokasi persendian krikoaritenoid
yang mengakibatkan suara parau disertai obstruksi jalan napas bagian atas. Pada
pemeriksaan roentgen leher tampak dislokasi struktur laring, penyempitan jalan
napas, dan udem jaringan lunak.
Penanganannya berupa trakeotomi, kemudian dislokasi direposisi secara
terbuka dan dipasang bidai dalam. Kelambatan penanganan dislokasi
krikoaritenoid dapat mengakibatkan stenosis laring.
Tumor
Papiloma laring rekuren (papilomatosis laring infantil)
Tumor epithelial papiler yang multipel pada laring ini disebabkan oleh papova
virus yang banyak didapatkan di lembah sungai Missisipi (AS). Penderitanya
sering mempunyai veruka kulit yang mengandung virus. Biasanya kelainan sudah
mulai pada usia dua tahun. Jika si ibu mempunyai veruka vagina maka kelainan ini
dapat terjadi pada bayi usia enam bulan.
Gejala khas berupa disfonia dan sesak napas yang bertambah hebat sampai
terjadi sumbatan total jalan napas.
Terapi terdiri dari pembedahan dengan mikrolaringoskopi. Eksisi papiloma
dilakukan tanpa mengikutsertakan jaringan sehat. Kadang digunakan laser CO 2,
pembedahan dingin atau radiasi ultrasonik. Angka kekambuhan tinggi sehingga
perlu dilakukan pembedahan berulang kali.
Papiloma pada orang dewasa merupakan lanjutan dari papilomatosis infantile
atau tumbuh pada usia pertengahan dan tetap sebagai satu lesi tunggal terbatas
pada satu korda.
Kedua keadaan ini dapat berubah jadi karsinoma sel skuamosa. Perubahan ke
keganasan terjadi khusus pada penderita yang sebelumnya pernah mendapat
radioterapi. Penanganannya sama seperti pada anak-anak, hanya tidak memerlukan
trakeotomi.
Neoplasma tiroid
Karsinoma tiroid dapat berinvasi ke laring dan mempengaruhi jalan napas. Adanya
invasi ini harus dicurigai bila tumor tiroid tidak dapat digerakkan dari dasarnya,
disertai suara parau dan gangguan napas. Pada pemeriksaan photo roentgen leher
terlihat distorsi laring atau bayangan suatu massa yang menonjol ke lumen laring
dan trakea.
Kadang tumor tiroid berada pada saluran napas atas secara primer. Diduga
tumor primer di laring atau trakea bagian atas berasal dari sisa tiroid yang terletak
dalam submukosa yang melapisi krikoid dan cincin trakea atas yang ditemukan
pada 1-2 % populasi. Tumor ini harus dieksisi dengan laringektomi.
Udem angioneurotik
Udem angiopneurotik mukosa laring adalah salah satu penyebab obstruksi laring
yang disebabkan oleh alergi. Gejala berupa suara parau yang progresif setelah
kontak dengan menghirup atau menelan alergen tanpa tanda infeksi. Kadang
diperlukan trakeotomi untuk menyelamatkan jiwa.
Untuk mengatasi gangguan pernapasan bagian atas ada tiga cara, yaitu :
1. Intubasi
Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat mulut atau
hidung.
Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamat (lifesaving procedure)
dan dapat dilakukan tanpa atau dengan analgesia topikal dengan xylocain 10%.
Indikasi intubasi endotrakea adalah :
- Untuk mengatasi obstruksi saluran napas bagian atas.
- Membantu ventilasi.
- Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.
- Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari lambung.
Keuntungan intubasi, yaitu:
- Tidak cacat karena tidak ada jaringan parut.
- Mudah dikerjakan.
Kerugian intubasi, yaitu:
- Dapat terjadi kerusakan lapisan mukosa saluran napas atas.
- Tidak dapat digunakan dalam waktu lama.
Orang dewasa 1 minggu, anak-anak 7-10 hari.
- Tidak enak dirasakan penderita.
- Tidak bisa makan melalui mulut.
- Tidak bisa bicara.
Komplikasi yang dapat timbul yaitu stenosis laring atau trakea.
Teknik intubasi endotrakea:
- Posisi pasien tidur telentang, leher fleksi sedikit dan kepala ekstensi
- Laringoskop dengan spatel bengkok dipegang dengan tangan kiri, dimasukkan
melalui mulut sebelah kanan, sehingga lidah terdorong ke kiri. Spatel diarahkan
menelusuri pangkal lidah ke valekula, lalu laringoskop diangkat keatas, sehingga
pita suara dapat terlihat.
- Dengan tangan kanan, pipa endotrakea dimasukkan melalui mulut terus melalui
celah antara kedua pita suara kedalam trakea.
- Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan baik.
- Jika menggunakan spatel laringoskop yang lurus maka pasien yang tidur
telentang itu pundaknya harus diganjal dengan bantal pasir, sehingga kepala mudah
diekstensikan maksimal.
- Laringoskop dengan spatel yang lurus dipegang dengan tangan kiri dan
dimasukkan mengikuti dinding faring posterior dan epiglotis diangkat horizontal
ketas bersama-sama sehingga laring jelas terlihat.
- Pipa endotrakea dipegang dengan tangan kanan dan dimasukkan melalui celah
pita suara sampai di trakea. Kemudian balon diisi udara dan pipa endotrakea
difiksasi dengan plester.
Gambar 3. Teknik pelaksanaan intubasi endotrakea
2. Laringotomi (Krikotirotomi)
Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran tirokrikoid
(krikotirotomi).
Krikotiromi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan
gawat napas. Bahayanya besar tetapi mudah dikerjakan, dan harus dikerjakan cepat
walaupun persiapannya darurat.
Krikotirotomi merupakan kontraindikasi pada anak di bawah usia 12 tahun,
demikian juga pada tumor laring yang sudah meluas ke subglotik dan terdapat
laringitis.
Bila kanul dibiarkan terlalu lama maka akan timbul stenosis subglotik karena
kanul yang letaknya tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan di sekitar subglotis,
sehingga terbentuk jaringan granulasi dan sebaiknya diganti dengan trakeostomi
dalam waktu 48 jam.
Teknik krikotirotomi:
- Pasien tidur telentang dengan kepala ekstensi pada artikulasi atlantooksipitalis.
- Puncak tulang rawan tiroid mudah diidentifikasi difiksasi dengan jari tangan
kiri.
- Dengan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan tiroid diraba ke bawah sampai
ditemukan kartilago krikoid. Membran krikotiroid terletak di antara kedua tulang
rawan ini. Daerah ini diinfiltrasi dengan anestetikum kemudian dibuat sayatan
horizontal pada kulit.
- Jaringan di bawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah.
- Setelah tepi bawah kartilago terlihat, tusukkan pisau dengan arah ke bawah.
- Kemudian masukkan kanul bila tersedia. Jika tidak, dapat dipakai pipa plastik
untuk sementara.
3. Trakeostomi
Trakeostomi adalah suatu tindakan bedah dengan mengiris atau membuat
lubang sehingga terjadi hubungan langsung lumen trakea dengan dunia luar untuk
mengatasi gangguan pernapasan bagian atas.
Indikasi trakeostomi adalah:
1. Mengatasi obstruksi laring.
2. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran pernapasan atas.
3. Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus.
4. Untuk memasang alat bantu pernapasan (respirator).
5. Untuk mengambil benda asing di subglotik, apabila tidak mempunyai
fasilitas bronkoskopi.
a. Keuntungan trakeostomi yaitu:
- Dapat dipakai dalam waktu lama.
- Trauma saluran napas tidak ada.
- Penderita masih dapat berbicara sehingga kelumpuhan otot laring dapat
dihindari.
- Penderita merasa enak dan perawatan lebih mudah
- Penderita dapat makan seperti biasa.
- Menghindari aspirasi, menghisap sekret bronkus.
- Jalan napas lancar, meringankan kerja paru.
Kerugian trakeostomi, yaitu:
- Tindakan lama.
- Cacat dengan adanya jaringan sikatrik.
Jenis irisan trakeostomi ada dua macam:
- Irisan vertikal di garis median leher.
- Irisan horizontal.
Berdasarkan jenis trakeostomi:
- Trakeostomi letak tinggi, yaitu di cincin trakea 2-3.
- Trakeostomi letak tengah, yaitu setinggi trakea 3-4.
- Trakeostomi letak rendah, yaitu setinggi cincin trakea 4-5.
Untuk perawatan trakeostomi, yang harus diperhatikan adalah:
1. Kelembaban udara masuk.
- Dapat dilakukan dengan uap air basah hangat.
- Nebulizer.
- Kassa steril yang dibasahi diletakkan di permukaan stoma.
2. Kebersihan dalam kanul.
- Jangan tersumbat oleh sekret, dianjurkan disuksion -1 jam pada 24 jam
pertama dan tidak boleh terlalu lama setiap suksion, biasanya 10-15 detik. Bila
lama penderita bisa sesak atau hipoksia atau cardiac arrest.
- Lakukanlah berkali-kali sampai bersih.
3. Anak: kanul dibersihkan setiap hari kemudian pasang kembali.
Adams GL, Boies LR, Jr. Highler PA. Boies Buku Ajar THT. Edisi 6. Effendi H.
Santoso RAK. Editor. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1993.
Ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Edisi 13.
Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta. 1994.
B.Jenny, R.D.Ratna (editor). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi VI. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: 2003 : 243 - 253.
C Allen,MD, Christopher L Slack, MD, Arlen D Meyers,MD,MBA (editor).
http://www.emedicine.com.
D Gerard,MD. Epiglotitis. Dalam: Daniel J Kelley MD, Francisco Talavera,
PharmD, PhD, Gregory C Allen,MD, Christopher L Slack, MD, Arlen
D Meyers,MD,MBA (editor). http://www.emedicine.com.
D Gerard,MD. Croup Dalam: Daniel J Kelley MD, Francisco Talavera, PharmD,
PhD, Gregory
Hermani B, Abdurrachman. Penanggulangan sumbatan laring. Dalam: S.A.Efiaty,
I.Nurbaiti.
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Editor. Kepala dan Leher dalam: Buku ajar ilmu
bedah. Edisi revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997.
Soepardi EA, Iskandar N. Editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga-hidung-t
enggorok. Edisi 5. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2005.