Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah Singkat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.
Perkembangan batubara di Bukit Asam diawali dengan kegiatan penyelidikan
eksplorasi pada tahun 1915-1918 yang dipimpin oleh Ir. Manhaat dari Belanda.
Produksi batubara pertama kali pada tahun 1919 dan mampu menghasilkan
kurang lebih 9.765 ton batubara.
Pada tahun 1942, penambangan batubara diambil alih oleh militer Jepang.
Setelah Jepang mengalami kekalahan pada Perang Dunia II, Tambang Batubara
dikuasai oleh pemerintah Indonesia yang bernama PN. Tambang Arang Asam
(TABA).
Sejak diterbitkan UU No.86 tentang Nasionalisasi Swasta Belanda di
Indonesia, pengelolaan Tambang Batubara Bukit Asam ditangani oleh Biro
Urusan Perusahaan Tambang Negara (BUPTAN), kemudian menjadi Badan
Pemimpin Umum (BPU).
Berdasarkan peraturan pemerintahan yang bernomor : 86/1961, BPU batubara
membawahi :
1. PN. Tambang Batubara Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan
2. PN. Tambang Batubara Ombilin di Sumatera Barat
3. PN. Tambang Batubara Mahakam di Kalimantan Utara
Pada tahun 1968, berdasarkan PP No : 23/1968, BPU batubara dan ketiga PN.
Tambang Batubara tersebut berpusat di Tanjung Enim dan Tambang Batubara
Bukit Asam menjadi salah satu unit produksi PN. Batubara.
Pada akhir dekade 1960-an, batubara mengalami masa suram karena bersaing
dengan bahan bakar minyak yang lebih murah dan jumlahnya melimpah.
Akibatnya batubara Bukit Asam nyaris ditutup dan terjadi pengurangan jumlah
karyawan serta pengecilan organisasi.
Saat krisis energi tahun 1973, batubara kembali menjadi komoditi yang
mempunyai masa depan cerah. Oleh karena itu, pemerintah bertekat untuk
memanfaatkan kembali penggunaan batubara sebagai sumber energi alternatif
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengintensifkan pengembangan sumber-sumber energi.
2. Secara bertahap akan menggeser mono energy economy menjadi poly energy
economy (terutama batubara dan gas bumi).
3. Mengintensifkan pemakaian terhadap bahan bakar minyak dan terus
mengikat.

5
Usaha pemerintah untuk hal tersebut adalah dengan mengadakan kerja sama
dengan Shell Mijinbouw BV pada tahun 1974, disamping mengadakan perbaikan
terhadap sarana dan prasarana produksi serta berlanjut dengan didirikannya PT.
Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. dengan akte notaris No. 1 tanggal 2
Maret 1981 berdasarkan PP No.42/1980.
Dalam Repelita III Pemerintah Indonesia membuat Proyek Pengembangan
Pertambangan dan Pengangkutan Batubara (P4BA), yang meliputi kegiatan :
1. Pengembangan Tambang Batubara Bukit Asam.
2. Pengembangan Pelabuhan Batubara.
3. Pengembangan Angkutan Darat (Perumka).
4. Pengembangan Angkutan Laut (PT.PANN / PT. Pelayaran Bahtera Adhiguna)
Tujuan Proyek ini terutama untuk memasok kebutuhan Batu bara bagi PLTU
Suralaya, di Jawa Barat. Selain itu juga untuk memenuhi industri lainnya baik di
dalam maupun luar negeri.
Perseroan memiliki 2 (dua) unit pertambangan yaitu UPTE, untuk Unit
Penambangan Tanjung Enim, Sumatera Selatan dioperasikan dengan sistem
tambang terbuka dan UPO, untuk Unit Penambangan Ombilin yang berlokasi di
Sawahlunto, Sumatera Barat dioperasikan dengan sistem tambang terbuka dan
bawah tanah. Selain itu Perseroan mengoperasikan 3 (tiga) pelabuhan/dermaga
khusus batubara yaitu Pelabuhan Tarahan di Lampung, Dermaga Kertapati di
Sumatera Selatan dan Dermaga Teluk Bayur di Sumatera Barat.
Pada tanggal 15 Desember 1980, dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.42
Tahun 1980 tentang penyertaan Modal Republik Indonesia untuk mendirikan
Perusahaan Perseroan Tambang Batubara dan pada tanggal 2 Maret 1981 resmi
menjadi Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) disingkat PTBA.
Wilayah penambangan PTBA saat ini mencakup daerah Tanjung Enim dan
sekitarnya, Ombilin dan membawahi kontrak kerja sama di Sumatera Barat,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. PTBA memiliki daerah penambangan
yaitu Tambang Air Laya (TAL) dan Tambang Non Air Laya (NAL), perbedaannya
selain dari lokasi dan alat penambangannya juga berbeda. Tambang Air Laya
(TAL) menggunakan dumptruck SHOVEL untuk mengangkut hasil tambangnya.

6
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993
Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batubara.
PT. Bukit asam (persero) Tbk, merupakan pemasok batu bara untuk
kebutuhan industri baik di dalam maupun di luar negeri, akan tetapi pasar utama
penjualan batu bara PT. Bukit asam adalah pasar domestik khususnya sebagai
pemasok kebutuhan batu bara bagi PLTU Suralaya, Jawa Barat.
Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan
publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode PTBA.
PT. Bukit asam (persero) Tbk, saat ini sedang mengembangkan beberapa Site
pertambangan untuk menunjang produksi perusahaan, Site site tersebut adalah:
1. Tambang Air Laya (TAL),merupakan site terbesar di KP PTBA yang
dioperasikan dengan teknologi penambangan terbuka secara
berkesinambungan (continous mining) menggunakkan Bucket wheel
ekscavator (BWE) dan secara konvensional menggunakan backhoe and dump
truck .
2. Tambang Banko Barat, terdiri dari Pit-1 dan Pit-3 yang dioperasikan
dengan metode konvensional backhoe and dump truck.
3. Tambang Muara Tiga Besar Utara (MTBU), merupakan tambang
yang dioperasikan dengan metode penambangan konvensional menggunakan
backhoe and dump truck. Di site Muara Tiga Besar Utara bagian Barat saat
ini dikerjakan Proyek Pemindahan Bucket Wheel Ekscavator (P2BM). Proyek
ini bertujuan menyiapkan jalur pemindahan BWE dari TAL menuju MTB.
4. Tambang Muara Tiga Besar Selatan (MTBS), merupakan bagian dari
Tambang Muara Tiga Besar yang berada di sebelah Selatan. Site ini tidak
dioperasikan sementara mulai tahun 2008 sampai saat ini.

VISI :
Menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan.

MISI :

7
Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan
keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan
lingkungan.

NILAI :
1. Visioner
Bekerja cerdas
2. Integritas
Mengedepankan perilaku percaya, terbuka, positif, jujur,
berkomitmen dan bertanggung jawab.
3. Inovatif
Selalu bekerja dengan kesungguhan untuk memperoleh
terobosan baru untuk menghasilkan produk dan layanan
terbaik dari sebelumnya.
4. Professional
Melaksanakan semua tugas sesuai dengan kompetensi,
dengan kreativitas, penuh keberanian, komitmen penuh,
dalam kerjasama untuk keahlian yang terus-menerus
meningkat.
5. Sadar Biaya dan Lingkungan
Memiliki kesadaran tinggi dalam setiap pengelolaan aktivitas
dengan menjalankan usaha atau asas manfaat yang maksimal
dan kepedulian lingkungan.

MAKNA :
Mempersembahkan Sumber Energi untuk Kehidupan Dunia dan Bumi yang
lebih baik.

KOMITMEN :
Kami berkomitmen mewujudkan visi, misi dan nilai-nilai PTBA dan
terbentuknya budaya sebagai pondasi kesuksesan jangka panjang.

2.2. Struktur Organisasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.


PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. senantiasa melakukan tinjauan dalam struktur
organisasi perseroan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja serta
sejalan dengan tuntunan perubahan dan kondisi usaha perusahaan.

8
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang
dibantu oleh 5 orang Direktur, yaitu : Direktur Keuangan, Direktur Operasi dan
Produksi, Direktur pengembangan usaha, Direktur Niaga serta Direktur SDM dan
Umum. Selain kelima Direktur tersebut, ada yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Direktur utama adalah satuan pengawas
intern, sistem Manajemen Perusahaan dan Sekertaris Perusahaan.
Direktur Operasi dan Produksi membawahi 4 unit kerja yang ada, yaitu : Unit
Pertambangan Tanjung Enim, Unit Pelabuhan Tarahan, Unit Dermaga Kertapati
dan Unit Pertambangan Ombilin. Unit pertambangan Tanjung Enim dipimpin oleh
seorang General Manager (GM) yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh
beberapa Senior Manager (SM), yang salah satunya adalah Senior Manager
Perawatan, yang membawahi beberapa Manager, yaitu :
1. Manager Bengkel Utama
2. Manager Perencanaan Perawatan
3. Manager Perawatan Mesin
4. Manager Perawatan Listrik
Sedangkan seorang Manager dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh
beberapa Asisten Manager, untuk Manager Perawatan Listrik dibantu oleh 9 orang
Asisten Manager, yaitu :
1. Assisten Manager Watrik BWE System
2. Assisten Manager Watrik MCC
3. Assisten Manager Watrik CHF TAL dan MTB
4. Assisten Manager Watrik Trouble Shooting Group A
5. Assisten Manager Watrik Trouble Shooting Group B
6. Assisten Manager Watrik Trouble Shooting Group C
7. Assisten Manager Watrik Trouble Shooting Group D
8. Assisten Manager Watrik CHF Bangko Barat
9. Assisten Manager Power Supply dan Distribusi
Dibawah kepemimpinan para dewan Direksi yang ditunjuk oleh dewan
Komisaris Perseroan memiliki karyawan sebanyak 4.031 di Unit Pertambangan
Tanjung Enim, Unit Pertambangan Ombilin, Dermaga Kertapati, Pelabuhan
Tarahan, Pelabuhan Teluk Bayur, Kantor Perwakilan dan Pemasaran di Jakarta
dan Pabrik Briket Batubara.
Untuk menunjang kegiatan Penambangan Batubara, maka didirikanlah
Bengkel Utama tahun 1989, fungsinya adalah untuk mendukung Alat Tambang

9
Utama (ATU) atau mendukung kegiatan di lini produksi PT. Tambang Batubara
Bukit Asam (Persero) Tbk.

2.3. Ruang Lingkup Unit Pertambangan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.
Lokasi dan Daerah pertambangan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. terletak di
Tanjung Enim Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan. Letak geografis dari daerah pertambangan ini terletak pada 40
41 30 LS dan 103 45 00 BT. Dearah penamambangan Bukit Asam merupakan
deerah perbukitan, dengan puncak yang tertinggi adalah puncak Bukit Asam
282m diatas permukaan laut. Daerah ini beriklim Tropis dengan suhu rata-rata
21-30C dengan kelembaban sekitar 57%-85%.
Penambangan batubara Bukit Asam meliputi 2 macam cara yaitu secara
Konvensional (Conventioning Mining) untuk daerah Non Air Laya (NAL) dan
secara terus menerus (Continous Surface Mining) untuk daerah Tambang Air Laya
(TAL).

2.3.1. Tambang Air Laya (TAL)


Operasi penambangan di TAL menggunakan sistem Continous Surface
Mining dengan peralatan utama meliputi :
1. Bucket Wheel Excavator (BWE)
Terdapat 5 unit Bucket Wheel Excavator (BWE) yang masing-masing
digabung dengan Belt Wagon dan Cable Reel Car (CRC) / Hopper Car (HC).
BWE berfungsi untuk mengambil batubara atau tanah kemudian dikirim ke Belt
Wagon melalui Belt Conveyor.
2. 5 unit Belt Wagon (BW)
Bila posisi BWE jauh dari system conveyor, maka untuk menyalurkan
material galian harus menggunakan alat yang disebut Belt Wagon.
3. 5 unit Cable Reel Car (CRC)
CRC merupakan alat yang membawa kabel 20 kV yang akan menyalurkan
energi listrik ke BWE. CRC berkaitan dengan HC sehingga dapat bergerak
diatas rel Belt Conveyor.

10
4. Hopper Car (HC)
Merupakan alat penadah material yang bergerak sepanjang rel, dimana
gerakannya dapat mengikuti gerakan rel.
5. 2 unit Spreader
Merupakan alat yang berfungsi untuk menghamparkan material tanah di
daerah penimbunan yang terletak di luar lokasi penambangan
6. Belt Conveyor
Belt Conveyor panjangnya kurang lebih 35KM yang digunakan untuk
membawa material hasil galian. Belt Conveyor ini terdiri dari :
a) 5 jalur Conveyor Excavator (CE)
Belt ini merupakan alat transportasi yang digunakan untuk membawa
berupa tanah atau batubara yang digali oleh BWE ke Conveyor Shunting.
Conveyor ini letaknya bisa bergeser mengikuti pergeseran penggalian oleh
BWE.
b) 5 jalur Conveyor Shunting (CS)
Menerima material dari CE untuk dikirim ke Conveyor Distribution
Point(CDP).
c) Area Conveyor Distribution Point (CDP)
Berfungsi untuk memisahkan material yang dibawa oleh CS. bila material
yang dibawa adalah tanah, maka CDP akan mengirimkan material tersebut ke
lokasi penimbunan melalui CD, dan bila material adalah betubara maka CDP
akan mengirimkan material tersebut ke Conveyor Coal.
d) 1 jalur Conveyor Coal (CC)
Alat transportasi yang membawa batubara ke Stacker/Reclaimer (S/R) dari
CDP.
7. 1 unit Stacker/Reclaimer
Alat ini berfungsi untuk melayani batubara di daerah Stockpile yang
diterimanya dari CC.
8. Train Loading Station (TLS)
Train Loading Station merupakan pengisian batubara ke gerbong kereta
api yang akan mengangkutnya ke Tarahan atau Kertapati. pengisian dapat

11
dilakukan secara otomatis dengan instrumen elektronik maupun manual dengan
tombol operasi.
Penambangan dengan menggunakan sistem Continous Surface Mining di
TAL dimulai dengan proses penggalian material yang terdiri dari atas batubara
dan tanah dengan menggunakan Bucket Wheel Excavator (BWE) yang
kemudian melalui Belt Wagon (BW) ditumpahkan ke Conveyor Excavator (CE)
dengan perantara Hopper Car (HC) dan Cable Reel Car (CRC) selanjutnya
masuk kerangkaian Conveyor Shunting (CS) sampai ke area Conveyor
Distribution Point (CDP), dari CDP material dipisahkan antara batubara dan
tanah, tanah dibuang melalui Conveyor Dumping (CD) ketempat pembuangan
(Dumping Area) dengan menggunakan Spreader, sedangkan batubara dibawa
oleh Conveyor Coal (CC) dan ditimbun di Stockpile oleh Stacker/Reclaimer
(S/R).
Kemudian oleh S/R batubara diambil dan didistribusikan ke Train Loading
Station (TLS) untuk dimuat ke gerbong kereta api dan kemudian diangkut ke
pelabuhan batubara Tarahan Bandar Lampung dan pelabuhan Kertapati
Palembang, selain itu pada jalur yang lain batubara dapat dipisahkan langsung
dipindahkan dari tempat penggalian langsung dikirim ke TLS tanpa melalui
Stockpile.
2.3.2. Non Air Laya (NAL)
Penambangan di NAL menggunakan sistem konvensional dengan
menggunakan alat utama seperti shovel dan dumptruck serta bulldozer. Proses
penambangan diawali dengan pembersihan semak-semak dan pepohonan
(Cleaning dan Grabbing) dengan menggunakan Bulldozer, selanjutnya dilakukan
pengupasan tanah penutup (Overburden) batubara dan kemudian dibuang ke
daerah pembuangan (dumping area).
Batubara diambil dengan shovel dan diangkut dengan dumptruck menuju
tempat penumpuhan feeder breaker dan di lewatkan oleh Belt Conveyor menuju
stockpile sementara material tanahnya dibuang ketempat pembuangan (Spreader).
Daerah penambangan NAL antara lain :
1. Penambangan di daerah Muara Tiga Besar
2. Penambangan di daerah Klawas
3. Penambangan di daerah Banko Barat

12
2.4. Topografi Daerah Penambangan
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. terletak di Tanjung Enim Kecamatan Lawang
Kidul Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan berjarak kurang lebih
200KM dari kota Palembang. Secara geografis posisi penamambangan ini terletak
antara 34230 - 44730 LS dan 1034700 ha. Tambang Air Laya terletak di
sisi Barat Daya Bukit Asam dan di sisi Timur Sungai Enim.
Keadaan topografi Tambang Air Laya dan sekitarnya merupakan daerah
perbukitan dan lembah serta sungai-sungai kecil. Bukit Asam merupakan bukit
tertinggi dengan ketinggian 282m diatas permukaan laut. Topografi terendah ahila
30m dari permukaan laut yauitu daerah aliran Sungai Enim. Daerah ini beriklim
tropis dengan suhu rata-rata 21 30 C dengan kelembaban sekitar 57% - 85%.
Bukit-bukit lain yang termasuk dalam wilayah kuasa pertambangan pada PT.
Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. antara lain Bukit Serelo, Bukit
Minggu, Bukit Tapuan, Bukit Murman, dan Bukit Penyabungan yang pada
umumnya berkomposisi batuan andesit.

13

Anda mungkin juga menyukai