METODOLOGI PENELITIAN
(t-1)(r-1) 15
Keterangan:
(t-1)(r-1) 15 t: banyaknya perlakuan
(9-1)(r-1) 15 r: banyaknya sampel
4.5.1.3. Prosedur
Proses pembuatan ekstrak daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers)
dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya. Awalnya, serbuk simplisia kering seberat 100 g dimaserasi
menggunakan pelarut dengan kepolaran yang meningkat berturut-turut, yaitu n-
heksana, etil asetat, dan metanol. Cara maserasi yang dilakukan yaitu
pengocokan dengan bantuan shaker selama 6 jam dan pendiaman pada suhu
kamar selama 18 jam. Kemudian hasil maserasi disaring untuk memisahkan filtrat
dengan residu yang akan dimaserasi kembali. Maserasi dilakukan beberapa kali
agar ekstraksi sempurna sampai terjadi perubahan warna pada filtrat. Maserasi
awal menggunakan 3 liter n-heksana hingga semua serbuk terendam.
Remaserasi selanjutnya dilakukan menggunakan 3 liter n-heksana. Setelah terjadi
perubahan warna pada filtrat, ampas dikeringkan untuk penggantian pelarut
ekstraksi. Pada ampas yang sudah dikeringkan, dilakukan maserasi lebih lanjut
berturut-turut dengan pelarut etil asetat dan metanol dengan prosedur dan
perlakuan yang sama dengan n-heksana. Ketiga pelarut tersebut dipilih untuk
dapat memisahkan senyawa metabolit sekunder berdasarkan kepolarannya
sehingga akan memudahkan penapisan fitokimia. Masing-masing filtrat yang
diperoleh diuapkan menggunakan penguap putar vakum (rotary evaporator)
sampai diperoleh ekstrak kental. Kemudian dilakukan perhitungan randemen
terhadap berat simplisia awal. Randemen yang diperoleh dari masing-masing
ekstrak berturut-turut adalah n-heksana 2,35%, etil asetat 5,01%, dan metanol
12,07%. (Katrin & Elya & Shodiq, 2012)
Keterangan:
L= konsentrasi larutan
a= massa zat terlarut (mg)
b= massa zat pelarut (mg)
Sehingga, dalam ekstrak daun cincau hijau konsentrasi 55% terdapat
27,5 mg ekstrak daun cincau hijau yang dicampurkan dengan 50 mg vaselin untuk
setiap sampel.
Perawatan luka bakar derajat IIB dilakukan berdasarkan jam dimatikannya tikus
dari tiap-tiap kelompok. Jam dimatikannya adalah pada jam ke-6, jam ke-24, dan
jam ke-72. Tindakan perawatan dilakukan pertama kali setelah tikus diinduksi luka
bakar derajat IIB. Perawatan luka bakar dilakukan dengan menggunakan NaCl
0,9%, hidrogel, dan ekstrak daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers) single dose
dengan konsentasi 55%.
4.5.6. Pembuatan Sediaan Histologi Kulit Luka Bakar Derajat IIB pada Tikus
4.5.6.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan histologi
jaringan klit luka bakar derajat IIB pada tikus adalah papan bedah, pisau bedah,
pinset, mikrotom, beaker glass 20 ml, kuas, objek glass, inkubator, hot plate 38-
40 C, wadah larutan fiksatif, larutan xilol, paraffin blok, etanol, air, aquades, dan
air hangat 38-40 C.
4.5.6.2. Prosedur
1. Prosedur Eksisi Pengambilan Jaringan
Pada kelompok kematian jam ke-6, hewan coba pada tiap kelompok, baik itu
dari kelompok kontrol positif, negatif, maupun perlakuan akan dikorbankan
setelah 6 jam dari dilakukannya perawatan luka. Setelah itu, akan dilakukan
proses eksisi pengambilan jaringan luka oleh teknisi laboratorium farmakologi
yang berkompeten untuk dilihat secara histologi terkait jumlah makrofag. Proses
eksisi jaringan dimulai dengan euthanasia hewan coba dengan inhalasi ether
kloroform. Hewan coba akan terbius dan perlahan mati. Setelah hewan coba mati,
secepat mungkin bulu disekitar punggung yang telah dieksisi dan dirawat dicukur
hingga bersih dan didesinfeksi dengan alkohol 70% selanjutnya dibuat eksisi
menggunakan pisau bedah mencapai batas lapisan otot. Tiap jaringan yang telah
dieksisi akan disimpan dalam botol yang berisi larutan formalin buffer agar tetap
awet hingga dikirim ke laboratorium patologi anatomi untuk dilakukan pewarnaan.
Untuk kelompok kematian jam ke-24 juga akan dilakukan hal yang sama yaitu
dilakukan pengambilan jaringan kulit. Begitu juga kelompok kematian jam ke-72.
2. Fiksasi
Jaringan luka yang telah dieksisi dimasukkan ke dalam larutan formalin buffer
(larutan formalin 10% dalam Phosphat Buffer Saline pada pH 7,0) selama 18-24
jam. Setelah fiksasi selesai, jaringan dimasukkan dalam larutan aquades selama
1 jam untuk proses penghilangan larutan fiksasi.
3. Dehidrasi
Pada tahap ini potongan jaringan eksisi dimasukkan dalam alkohol dengan
konsentrasi bertingkat agar jaringan menjadi lebih jernih dan transparan,
kemudian dimasukkan dalam larutan alkohol-xylol selama 1 jam dan kemudian
larutan xylol murni selama 2 x 2 jam.
4. Impregnasi
Pada tahap ini jaringan dimasukkan dalam paraffin cair selama 2 x 2 jam.
5. Embedding
Setelah tahap impregnasi, jaringan akan ditanam dalam paraffin padat yang
mempunyai titik lebur 56-58C. Setelah itu, tunggu hingga paraffin padat. Jaringan
dalam paraffin dipotong secara vertikal setebal 4 mikro dengan menggunakan
mikrotom. Potongan-potongan jaringan tersebut kemudian ditempelkan pada kaca
objek yang sebelumnya telah diolesi polilisin sebagai perekat. Jaringan pada kaca
objek dipanaskan dalam inkubator dengan suhu 56-58C hingga paraffin mencair.
Perhitungan jumlah makrofag jam ke-6, jam ke-24, dan jam ke-72
Analisa data