Anda di halaman 1dari 11

BRONKITIS

I. DASAR TEORI
Paru paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang
berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen
yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan hasil sisa
proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan
oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menghirup oksigen selama
beberapa menit dapat menyebabkan kematian.Itulah peranan penting paru paru.Cabang
trakea yang berada dalam paru paru dinamakan bronkus, yang terdiri dari 2 yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri.Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang
mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta
berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara.Ini semua dapat menimbulkan berbagai
penyakit paru paru.Salah satunya adalah penyakit yang terletak di bronkus yang
dinamakan bronchitis.
Bronkitis (Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi) digambarkan sebagai
inflamasi dari pembuluh bronkus.Inflamasi menyebabkan bengkak pada permukaannya,
mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.Bronkitis adalah
suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat
patologis dan berjalan kronik.Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-
perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot
polos bronkus.Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan
bronkus besar jarang terjadi.Hal ini dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat
merusaknya.
A. Epidemiologi
Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran
pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.Di
Indonesia yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1.6 juta orang. Untuk Bronkitis, jumlah
anak yang terdiagnosa Bronkitis pada tahun 2007 di Amerika Serikat adalah 7,6 juta
orang. Menurut American Academy of Family Physian lebih dari 90% pasien
bronkitis memiliki riwayat pernah menjadi perokok. Tetapi terdapat factor lain yang
sedikit kontribusinya menyebabkan bronkitis yaitu infeksi virus atau bakteri, polusi
udara (ozon dan nitrogen dioksida/NO2), terpapar iritan di tempat kerja, dan lain-lain.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Surakarta pada
tahun 2014 ditemukan jumlah kasus bronkitis sebanyak 207 kasus.Sedangkan jumlah
kasus Bronkhitis yang terjadi pada tahun 2015 sampai dengan bulan April sebanyak
53 kasus. Penduduk di kota sebagian besar sudah terpajan dengan berbagai zat-zat
polutan di udara, seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap pembakaran dan
asap rokok, hal ini dapat memberikan dampak terhadap terjadinya bronchitis.
Bronkitis lebih sering terjadi di musim dingin pada daerah yang beriklim tropis
ataupun musim hujan pada daerah yang memiliki dua musim yaitu daerah tropis

B. Klasifikasi
Klasifikasi bronkhitis yaitu :
1. Bronkhitis akut akan membaik dalam beberapa hari tetapi batuk akan hilang
setelah beberapa minggu setelah infeksi hilang. Bronchitis akut dapat menjadi
pneumonia.
2. Bronkitis kronik merupakan kondisi jangka panjang yang sewaktu-waktu dapat
timbul kembali. Merupakan penyakit yang tidak spesifik pada orang dewasa.
Biasanya pasien akan melaporkan batuk dengan sputum hamper sepanjang hari
selama paling tidak 3 bulan berurutan setiap tahunnya dan setiap 2 tahun
berurutan.

C. Faktor Resiko
Penularan bronkhitis melalui droplet. Faktor risiko terjadinya bronkhitis adalah
sebagai berikut:
Merokok
Infeksi sinus dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan atas dan
menimbulkan batuk kronik
Bronkhiektasi (Dilatasi bronkus)
Anomali saluran pernapasan
Foreign bodies (Zat asing)
Aspirasi berulang
Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau kondisi
lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah
Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux disease)
Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu

II. PATOFISIOLOGI
A. Patogenesis
Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat
hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus
dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui
beberapa mekanisme: factor obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-
paru, fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru. Patogenesis pada
kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme dasar :
1. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis. Infeksi pada
bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi
dan kemudian timbul bronchitis.
2. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal
obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.Bronchitis merupakan
penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik. Keluhan-keluhan yang
timbul juga berlangsung kronik dan menetap .keluhan-keluhan yang timbul erat
dengan : luas atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan beratnya penyakit,
lokasi bronkus yang terkena, ada atau tidaknya komplikasi lanjut.. keluhan-
keluhan yang timbul umumnya sebagai akibat adanya beberapa hal : adanya
kerusakan dinding bronkus, akibat komplikasi, adanya kerusakan fungsi bronkus.
Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data
dijelaskan sebagai berikut:
1. Infeksi pertama ( primer )
Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital. Masih menjadi pertanyaan apakah
infeksi yang mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri
atau virus. Infeksi yang mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu
mikroorgansme penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi
bronchitis, sedangkan infeksi virus tidak dapat ( misalnya adenovirus tipe 21,
virus influenza, campak, dan sebagainnya).
2. Infeksi sekunder
Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila
sputum pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya
menjadi kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi infeksi
sekunder oleh kuman anaerob misalnya : fusifomis fusiformis, treponema
vincenti, anaerobic streptococci. Kuman yang erring ditemukan dan menginfeksi
bronkus misalnya : streptococcus pneumonie, haemophilus influenza, klebsiella
ozaena.

B. Etiologi
Secara umum penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi
polusi udara, merokok dan infeksi.Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri
(Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus (RSV,
Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara
meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis. Sedangkan
faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan riwayat penyakit paru
yang sudah ada.

1. Brokitis infeksiosa
Disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, terutama Mycoplasamapneumoniae
dan Chlamydia.Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan
penderita penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa
merupakan akibat dari :
Sinusitis kronik
Bronkiektasis
Alergi
Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak

2. Bronkitis iritatif
Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu yang
dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis iritatif bisa disebabkan
oleh berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik
klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan bromine, polusi udara yang
menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok lainnya.
Faktor etiologi utama adalah zat polutan.

C. Gejala
Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:
Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi
setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari
pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau-kekuningan.
Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan
penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas
dengan aktivitas dan mulai batuk. Gejala kelelaha, sakit tenggorokan , nyeri otot,
hidung tersumbat, dan sakit kepala dapat menyertai gejala utama.
Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri.
Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu.Sesorang
didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit
tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja
seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu
mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.

D. Manifestasi Klinik
Bronkhitis memiliki manifestasi klinik sebagai berikut :
Batuk yang menetap yang bertambah parah pada malam hari serta biasanya
disertai sputum. Rhinorrhea sering pula menyertai batuk dan ini biasanya
disebabkan oleh rhinovirus.
Sesak napas bila harus melakukan gerakan eksersi (naik tangga, mengangkat
beban berat)
Lemah, lelah, lesu
Nyeri telan (faringitis)
Laringitis, biasanya bila penyebab adalah Chlamydia
Nyeri kepala
Demam pada suhu tubuh yang rendah yang dapat disebabkan oleh virus influenza,
adenovirus ataupun infeksi bakteri.
Adanya ronchii
Skin rash dijumpai pada sekitar 25% kasus

E. Diagnosis
Diagnosis bronkhitis dilakukan dengan cara: Tes C- reactive protein (CRP)
dengan sensitifitas sebesar 80-100%, namun hanya menunjukkan 60-70% spesifisitas
dalam mengidentifikasi infeksi bakteri. Metode diagnosis lainnya adalah pemeriksaan
sel darah putih, dimana dijumpai peningkatan pada sekitar 25% kasus. Pulse
oksimetri, gas darah arteri dan tes fungsi paru digunakan untuk mengevaluasi saturasi
oksigen di udara kamar. Pewarnaan Gram pada sputum tidak efektif dalam
menentukan etiologi maupun respon terhadap terapi antibiotika.Penyebab bronkhitis
akut umumnya virus seperti rhinovirus, influenzaA dan B, coronavirus,
parainfluenza, dan respiratory synctial virus (RSV).Ada pula bakteri atypical yang
menjadi penyebab bronkhitis yaitu Chlamydiapneumoniae ataupun Mycoplasma
pneumoniae yang sering dijumpai padaanak-anak, remaja dan dewasa.Bakteri
atypical sulit terdiagnosis, tetapimungkin menginvasi pada sindroma yang lama yaitu
lebih dari 10 hari.

III. SASARAN TERAPI


Pengobatan penderita bronkitis harus berdasarkan sasaran terapi bronkitis antara lain :
Mengatasi faktor penyebab bronkitis
Mengatasi dehidrasi dengan pemberian cairan elektrolit
Memberikan kenyaman pada penderita

IV. TUJUAN TERAPI


Tujuan terapi adalah memberikan kenyamanan untuk pasien dan mencegah
memburuknya kondisi, pada kasus parah, menangani dehidrasi dan kompromi
pernafasan.

V. STRATEGI TERAPI
Strategi terapi bronkitis meliputi :
Managemen alergi
Menghentikan merokok
Mengurangi atau meniadakan gejala
Menghilangkan penyebab

A. TATA LAKSANA TERAPI


GUIDELINE TERAPI

B. TERAPI NON FARMAKOLOGI


Pasien dianjurkan untuk minum cairan untuk mencegah dehidrasi dan
kemungkinan penurunan sekresi respirasi dan kekentalan mukus.
Terapi embun dan atau penggunaan uap dapat mengencerkan sekret.
Hindari merokok

C. TERAPI FARMAKOLOGI
Outcome
Tanpa adanya komplikasi yang berupa superinfeksi bakteri, bronkhitis akut
akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tujuan penatalaksanaan hanya memberikan
kenyamanan pasien, terapi dehidrasi dan gangguan paru yang ditimbulkannya.
Namun pada bronkhitis kronik ada dua tujuan terapi yaitu: pertama, mengurangi
keganasan gejala kemudian yang kedua menghilangkan eksaserbasi dan untuk
mencapai interval bebas infeksi yang panjang.

Terapi Pokok
Terapi antibiotika pada bronkhitis akut tidak dianjurkan kecuali bila disertai
demam dan batuk yang menetap lebih dari 6 hari, karena dicurigai adanya
keterlibatan bakteri saluran napas seperti S. pneumoniae, H. Influenzae.Untuk batuk
yang menetap > 10 hari diduga adanya keterlibatan Mycobacterium pneumoniae
sehingga penggunaan antibiotika disarankan.Untuk anak dengan batuk > 4 minggu
harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut terhadap kemungkinan TBC, pertusis atau
sinusitis.

Antibiotika yang dapat digunakan lihat tabel 5.1, dengan lama terapi 5-14
hari sedangkan pada bronkhitis kronik optimalnya selama 14 hari. Pemberian
antiviral amantadine dapat berdampak memperpendek lama sakit bila diberikan
dalam 48 jam setelah terinfeksi virus influenza A.

Terapi Pendukung
Stop rokok, karena rokok dapat menggagalkan mekanisme pertahanan tubuh
Bronkhodilasi menggunakan salbutamol, albuterol.
Analgesik atau antipiretik menggunakan parasetamol,NSAID.
Antitusiv, codein atau dextrometorfan untuk menekan batuk.
Vaporizer

VI. KASUS
Ibu B (35thn) seorang ibu RT. Selama 3 bulan ini mengeluhkan pilek, demam
ringan dan nyeri tenggorokan serta batuk yang tak kunjung sembuh selama 3 minggu
terakhir terutama memburuk saat udara dingin dan terpapar debu, polusi asap rokok atau
kendaraan. Batuk berdahak berwarna putih dengan produksi sputum yang sedikit.Ibu B
mengeluhkan sesak nafas jika melakukan aktivitas saat udara dingin atau saat
membersihkan rumah.Hasil pemeriksaan tes fungsi paru, gas darah arteri dan rontgen
dada diketahui Ibu B menderita bronchitis akut.

PENYELESAIAN ( SOAP )
SUBYEKTIF
pilek, demam ringan dan nyeri tenggorokan serta batuk yang tak kunjung sembuh
selama 3 minggu terakhir terutama memburuk saat udara dingin dan terpapar debu,
polusi asap rokok atau kendaraan. Batuk berdahak berwarna putih dengan produksi
sputum yang sedikit.Ibu B mengeluhkan sesak nafas

OBYEKTIF
Hasil pemeriksaan tes fungsi paru, gas darah arteri dan rontgen dada diketahui Ibu B
menderita bronchitis akut.

ASSESSMENT

PROBLEM S/O TERAPI DRP


MEDIK

BRONKITIS pilek, demam ringan dan nyeri Belum Belum


AKUT tenggorokan serta batuk yang tak diobati diterapi
kunjung sembuh selama 3 minggu
terakhir terutama memburuk saat
udara dingin dan terpapar debu,
polusi asap rokok atau kendaraan.
Batuk berdahak berwarna putih
dengan produksi sputum yang
sedikit.Ibu B mengeluhkan sesak
nafas

Hasil pemeriksaan tes fungsi


paru, gas darah arteri dan rontgen
dada diketahui Ibu B menderita
bronchitis akut.

PLAN
1. Pasien menderita penyakit bronchitis akut selama dengan gejala selama 3 bulan
terakhir.
2. Pasien diberikan terapi simptomatis dengan PCT 650 mg 3 x sehari sesudah
makan (bila demam), antibiotic amoxyclav 500 mg 3 x sehari.
3. Untuk mengatasi batuk dilakukan terapi menggunakan uap untuk mengurangi
secret.
4. Pasien dianjurkan memeriksakan keadaannya kembali ke dokter apabila
pengobatan belum menunjukkan perbaikan

PILIHAN OBAT
OBAT DOSIS INDIKASI ES INTERAK ALASAN
SI OBAT
PCT 650 mg 3 x Mengatasi Hepatotok - Sebagai terapi
sehari demam dan sik pada pendukung
nyeri penggunaa untuk mengatasi
n kronis demamnya

AMOXYCLAV 500 mg 3 x Antibiotik Mual - Sebagai terapi


sehari muntah, untuk mengatasi
ruam, adanya infeksi
diare, sakit bakteri
kepala,
insomnia

TERAPI NON FARMAKOLOGI


1. Melakukan terapi menggunakan uap untuk mengurangi secret pada batuk
2. Hindari pencetus sesak nafas
3. Jika diperlukan, perbanyak konsumsi air putih untuk mencegah dehidrasi

KIE
1. Pct 500 mg diminum 3 x sehari sesudah makan (bila demam)
2. Antibiotik Amoxyclav 500 mg 3 x sehari sesudah makan (harus dihabiskan. Paling
lama 14 hari)
3. Terapi menggunakan uap digunakan apabia secret atau sputum berlebihan

MONITORING
1. Monitor masih ada tidaknya batuk
2. Monitor efek samping obat
3. Monitor gejala yang timbul

VII. KESIMPULAN
1. Pasien menderita bronkhitis akut diobati Parasetamol dan Antibiotik Amoxyclav.
2. Pasien disarankan menerapkan terapi non farmakologi
3. Apabila gejala belum membaik, pasien disarankan untuk periksa ke dokter kembali
DAFTAR PUSTAKA

Sukandar, dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : isfiPenerbitan.

Barbara, dkk. 2015. Pharmacotherapy Handbook ninth edition. Medical Graw Hill Education.

Umar, Fatimah dkk. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan.
Bina Farmasi Departemen Kesehatan RI

http://penyakitbronkitis.com/
MAKALAH
PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI INFEKSI & TUMOR
Bronkitis

Dosen Pengampu : Sunarti, M.Sc., Apt.

Kelompok : 2 - H

1. Rizka Despianty (19133960A)


2. Nadia Firdausi (19133963A)
3. Purwanita Indah Kusuma (19133966A)
4. Erni Sukmawati Kaderi (19133967A)
5. Ita Ariati (19133969A)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016

Anda mungkin juga menyukai