Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

TEKTONOSTRATIGRAFI DAN POLA SEDIMENTASI

Tektonostratigrafi merupakan suatu analisis yang menghubungkan antara peristiwa


tektonik dan rekamannya dalam bentuk tatanan stratigrafi pada saat beberapa fase tektonik
seperti fase pre-rift, syn-rift, dan post-rift. Sementara pola sedimentasi adalah suatu analisis
mengenai proses-proses sedimentasi yang terjadi meliputi litologi, lingkungan pengendapan,
sumber suplai sedimen, dan distribusi endapannya.

Berdasarkan kajian geologi regional pada bab sebelumnya, Kelompok Pematang yang
merupakan sistem pada penelitian ini sudah diketahui sebagai endapan syn-rift yang berumur
Eosen Awal-Miosen Awal (Williams, dkk, 1985). Dalam penelitian ini sedimen endapan syn-
riftakan diuraikan menjadi tiga fase tektonik yaitu early syn-rift, rift climax, dan late syn-rift
(Prosser, 1993) dimana tiap fase dicirikan juga dari formasi yang diendapkan. Pada fase early
syn-rift diendapkan Formasi Lower Red Beds, fase rift climax diendapkan Formasi Brown
Shale, sementara pada fase late syn-rift diendapkan Formasi Upper Red Beds. Karena tidak
terdapatnya data biostratigrafi, penafsiran umur tiap fase dilakukan dengan kajian literatur
berdasarkan tahapan pengendapan tiap formasi dikaitkan dengan kejadian tektonik pada saat
pengendapannya. Menurut Williams (1985), Kelompok Pematang diendapkan dalam tiga
tahap, yaitu tahap pregraben, graben-pematang structuring, dan lake fill. Tahap pregraben
berlangsung pada Eosen Awal-Eosen Tengah ditandai oleh pengendapan Formasi Lower Red
Beds. Tahap ini diinterpretasikan sebagai fase early syn-rift sehingga ditafsirkan fase early syn-
rift terjadi pada Eosen Awal-Eosen Tengah. Selanjutnya tahap graben berlangsung pada Eosen
Tengah diengan pengendapan Formasi Brown Shale dan Pematang Structuring pada Oligosen
Awal-Oligosen Akhir. Tahap ini diinterpretasikan sebagai fase rift climax, sehingga fase rift
climax ditafsirkan terjadi pada Eosen Tengah-Oligosen Akhir. Selanjutnya terjadi tahap Lake
Fill pada Oligosen Akhir-Miosen Awal dengan pengendapan Formasi Upper Red Beds. Tahap
ini diinterpretasikan sebagai fase late syn-rift, sehingga fase late syn-rift ditafsirkan terjadi pada
Oligosen Akhir-Miosen Awal.

Selanjutnya pembahasan pada penelitian ini akan dilakukan sesuai tahapan secara
tektonostratigrafi dari endapan syn-rift seperti yang telah dijelaskan di atas, puncak fase early
syn-rift setara dengan puncak Formasi Lower Red Beds, puncak fase rift climax setara dengan
puncak Formasi Brown Shale, dan puncak fase late syn-rift setara dengan puncak Formasi

46
Upper Red Beds. Analisis tektonostratigrafi dan pola sedimentasi pada penelitian ini dilakukan
berdasarkan penampang seismik dan hasil flatteningnya, peta ketebalan tiap interval formasi,
peta RMS amplitude tiap interval formasi, serta data hasil penafsiran lingkungan pengendapan.

Dalam penelitian ini sedimen syn-rift Kelompok Pematang akan diuraikan lebih lanjut
menjadi tiga fase tektonik yaitu early syn-rift, rift climax, dan late syn-rift. Selanjutnya analisis
tektonostratigrafi dan pola sedimentasi yang merupakan fokus utama pada penelitian ini akan
dilakukan berdasarkan ketiga fase tektonik tersebut.

4.1 Early Syn-rift (Eosen Awal-Eosen Tengah)

Untuk mengilustrasikan peristiwa tektonostratigrafi pada fase ini digunakan dua


ilustrasi pada Gambar 4.1 yaitu penampang seismik yang didatarkan dan peta ketebalan. Fase
ini ditandai oleh tektonik ekstensional. Berdasarkan pola ketebalan sedimen dan arah sesar
diketahui arah sesar normal border fault NNW-SSE, sementara penebalan sedimen
berakumulasi dekat dengan border fault, maka dapat ditafsirkan tektonik regangan pada fase
ini berarah ENE-WSW (ditunjukkan oleh panah merah). Penampang seismik pada Gambar 4.1
memperlihatkan geometri cekungan dan interpretasi arah tektonik regangannya (ditunjukkan
oleh panah merah). Geometri cekungan ditafsirkan sebagai half graben yang dibatasi oleh sesar
normal border fault di sebelah barat dan ketidakselarasan antara basement (pre-rift) dan
endapan early syn-rift. Pada fase ini terjadi pengendapan Formasi Lower Red Beds sebagai
endapan early syn-rift.

Menurut Prosser, 1993, fase early syn-rift juga dapat diinterpretasikan dari karakter
reflektor seismiknya. Fase early syn-rift dicirikan dengan terdapatnya reflektor seismik yg
sejajar dengan basement, menerus ke arah border fault tapi tidak kontinu, karakter reflektor
seismik yang tidak terlalu kuat, dan terdapat wedges shape yang sempurna pada bagian flexural
margin sebagai awal pengendapan endapan early syn-rift. Ciri-ciri fase early syn-rift ini dapat
dijumpai pada daerah penelitian yang dapat diamati pada penampang seismik Gambar 4.1.

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis atribut seismik RMS amplitude maka dapat
ditafsirkan pola sedimentasi pada fase ini seperti pada Gambar 4.2. Secara umum, jika melihat
peta ketebalan dan peta RMS amplitude, dapat ditafsirkan sumber suplai sedimen berasal dari
arah NNW. Berdasarkan karakter atribut seismik RMS amplitude dan hasil penafsiran
lingkungan pengendapan pada bab sebelumnya (Lampiran I-A), ditafsirkan terdapat tiga fasies
pengendapan dalam sistem lakustrin fase ini yaitu deltaik, turbidit lakustrin, dan kipas aluvial.

47
Untuk kipas aluvial, suplai diperkirakan berasal dari sebelah barat border fault menuruni slope
terjal dari border fault.

B
Gambar 4. 1 Flattening penampang seismik lintasan BS-04 (A) dan peta
ketebalan (B) dari fase early syn-rift beserta arah tektonik regangan (panah
merah) dan interpretasi sumber suplai sedimen (panah putih) pada fase ini

48
Gambar 4. 2 Penafsiran pola sedimentasi fase early syn-rift (Formasi Lower Red Beds)
berdasarkan peta RMS amplitude

49
4.2 Rift Climax (Eosen Tengah-Oligosen Akhir)

Untuk mengilustrasikan peristiwa tektonostratigrafi pada fase ini digunakan dua


ilustrasi pada Gambar 4.3 yaitu penampang seismik yang didatarkan dan peta ketebalan. Fase
ini ditandai oleh tektonik ekstensional. Berdasarkan pola ketebalan sedimen dan arah sesar
diketahui arah sesar normal border fault NNW-SSE, sementara penebalan sedimen
berakumulasi dekat dengan border fault, maka dapat ditafsirkan tektonik regangan pada fase
ini berarah ENE-WSW (ditunjukkan oleh panah merah). Penampang seismik pada Gambar 4.3
memperlihatkan geometri cekungan dan interpretasi arah tektonik regangannya (ditunjukkan
oleh panah merah). Pada fase ini terjadi pengendapan Formasi Brown Shale sebagai endapan
rift climax yang diendapkan secara selaras di atas endapan early syn-rift dari Formasi Lower
Red Beds. Penebalan sedimen ke arah border fault juga dapat dilihat pada penampang seismik
di bawah.

Menurut Prosser, 1993, fase rift climax juga dapat diinterpretasikan dari karakter
reflektor seismiknya. Fase rift climax dicirikan dengan terdapatnya karakter reflektor seismik
yang kuat, terdapat kemenerusan reflektor kuat yang relatif kontinu ke arah border fault, serta
karakter reflektor seismik yg chaotic di dekat border fault sebagai penanda bahwa border fault
menyebabkan subsidence yang kuat pada bagian hanging wall. Selain itu, pada fase ini laju
subsidence akibat pergerakan border fault lebih cepat daripada laju sedimentasinya. Ciri-ciri
fase rift climax ini dapat dijumpai pada daerah penelitian yang dapat diamati pada penampang
seismik Gambar 4.3.

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis atribut seismik RMS amplitude maka dapat
ditafsirkan pola sedimentasi pada fase ini seperti pada Gambar 4.4. Secara umum, jika melihat
peta ketebalan dan peta RMS amplitude, dapat ditafsirkan sumber suplai sedimen berasal dari
arah NNE. Arah sedimentasi menuju bagian tenggara dari subcekungan ini dan menuju arah
SSW pada bagian utara subcekungan ini dengan penebalan ke arah border fault. Berdasarkan
karakter atribut seismik RMS amplitude dan hasil penafsiran lingkungan pengendapan pada
bab sebelumnya (Lampiran I-B), ditafsirkan terdapat dua fasies pengendapan dalam sistem
lakustrin fase ini yaitu turbidit lakustrin dan kipas aluvial. Untuk kipas aluvial, suplai
diperkirakan berasal dari sebelah barat border fault menuruni slope terjal dari border fault.
Selain itu, pada fase ini jika dilihat dari karakter atribut seismik yang menunjukkan pola
karakter atribut seismik rendah (warna biru-ungu) yang semakin ekstensif dan dominan serta
tidak dijumpainya fase deltaik menunjukkan terjadinya pendalaman lakustrin dan mundurnya

50
garis pantai (lakustrin semakin luas). Pendalaman lakustrin ini juga dapat diinterpretasikan dari
keberadaan shale tebal yang semakin dominan pada fase ini (Lampiran I-B).

B
Gambar 4. 3 Flatteningpenampang seismik lintasan BS-04(A) dan peta ketebalan
(B) dari fase rift climaxbeserta arah tektonik regangan (panah merah) dan
interpretasi sumber suplai sedimen (panah putih) pada fase ini

51
Gambar 4. 4 Penafsiran pola sedimentasi fase rift climax (Formasi Brown Shale)
berdasarkan peta RMS amplitude

52
4.3 Late Syn-rift (Oligosen Akhir-Miosen Awal)

Untuk mengilustrasikan peristiwa tektonostratigrafi pada fase ini digunakan dua


ilustrasi pada Gambar 4.5 yaitu penampang seismik yang didatarkan dan peta ketebalan. Fase
ini ditandai oleh tektonik ekstensional. Berdasarkan pola ketebalan sedimen dan arah sesar
diketahui arah sesar normal border fault NNW-SSE, sementara penebalan sedimen
berakumulasi dekat dengan border fault, maka dapat ditafsirkan tektonik regangan pada fase
ini berarah ENE-WSW (ditunjukkan oleh panah merah). Penampang seismik pada Gambar 4.5
memperlihatkan geometri cekungan dan interpretasi arah tektonik regangannya (ditunjukkan
oleh panah merah). Pada fase ini terjadi pengendapan Formasi Upper Red Beds sebagai
endapan late syn-rift. Dari penampang seismik yang ada juga dapat dilihat bahwa endapan
Formasi Upper Red Beds diendapkan secara selaras di atas endapan rift climax dari Formasi
Brown Shale. Pada bagian atas puncak Formasi Upper Red Beds dijumpai batas onlap yang
diinterpretasikan sebagai ketidakselarasan antara puncak endapan syn-rift Kelompok Pematang
(puncak fase late synrift) dengan endapan post-rift Kelompok Sihapas (berdasarkan kajian
literatur).

Menurut Prosser, 1993, fase late syn-rift juga dapat diinterpretasikan dari karakter
reflektor seismiknya. Fase late syn-rift dicirikan dengan terdapatnya karakter reflektor seismik
yang tidak terlalu kuat tapi menerus ke arah border fault, karakter reflektor chaotic di dekat
border fault, dan pada bagian dekat puncak formasi terdapat karakter endapan dengan
ketebalan yang relatif berubah-ubah sebagai akibat dari proses erosi di atas puncaknya. Ciri-
ciri fase late syn-rift ini dapat dijumpai pada daerah penelitian yang dapat diamati pada
penampang seismik Gambar 4.5.

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis atribut seismik RMS amplitude maka dapat
ditafsirkan pola sedimentasi pada fase ini seperti pada Gambar 4.6. Secara umum, jika melihat
peta ketebalan dan peta RMS amplitude, dapat ditafsirkan sumber suplai sedimen berasal dari
arah NE. Arah sedimentasi menuju bagian tenggara dari subcekungan ini dengan penebalan ke
arah border fault dan ke arah tenggara subcekungan. Berdasarkan karakter atribut seismik RMS
amplitude dan hasil penafsiran lingkungan pengendapan pada bab sebelumnya (Lampiran I-C),
ditafsirkan terdapat tiga fasies pengendapan dalam sistem lakustrin fase ini yaitu fluvial,
turbidit lakustrin, dan kipas aluvial. Untuk kipas aluvial, suplai diperkirakan berasal dari
sebelah barat border fault menuruni slope terjal dari border fault. Selain itu dari persebaran
atribut seismiknya, terdapatnya fasies fluvial dan terdapat sand tebal yang semakin

53
mendominasi litologi pada Formasi Upper Red Beds (Lampiran I-C) menunjukkan bahwa
terjadi pendangkalan lakustrin.

= sumur pemboran
= sesar
= lintasan seismik
B
Gambar 4. 5 Flatteningpenampang seismik lintasan BS-04(A) dan peta ketebalan
(B) dari fase early syn-rift dan arah tektonik regangan (panah merah) beserta
interpretasi sumber suplai sedimen (panah putih) pada fase ini

54
Gambar 4. 6 Penafsiran pola sedimentasi fase late syn-rift (Formasi Upper Red Beds)
berdasarkan peta RMS amplitude

55

Anda mungkin juga menyukai