Anda di halaman 1dari 1

BAB V

KESIMPULAN

a. Perkembangan cekungan Tersier di daerah penelitian ditandai oleh proses rifting yang
membentuk struktur setengah graben berarah NNW-SSE.

b. Geometri cekungan dan pola pengisiannya mengindikasikan bahwa tektonik yang


mengontrol pembentukkan cekungan rift berupa tarikan berarah ENE-WSW yang
dimanifestasikan oleh border fault berarah NNW-SSE.

c. Secara umum, cekungan rift yang ada di daerah penelitian dapat ditafsirkan sebagai
cekungan rift yang gagal (failed rift) ditandai oleh fase syn-rift dan post-rift.

d. Pengendapan fase syn-rift dapat dipisahkan menjadi tiga fase yaitu early syn-rift, rift
climax, dan late syn-rift yang secara litostratigrafi masuk dalam Kelompok Pematang.

e. Fase early syn-rift (Eosen Awal-Eosen Tengah) terjadi pengendapan Formasi Lower
Red Beds yang memiliki litologi berupa batulempung, batulanau, dan batupasir.
Lingkungan pengendapan lakustrin dengan fasies pengendapan deltaik, turbidit
lakustrin, dan kipas aluvial.

f. Fase rift climax (Eosen Tengah-Oligosen Akhir) terjadi pengendapan Formasi Brown
Shale yang memiliki litologi berupa serpih, batulanau, dan batupasir. Lingkungan
pengendapan lakustrin dengan fasies pengendapan turbidit lakustrin dan kipas aluvial.

g. Fase late syn-rift (Oligosen Akhir-Miosen Awal) terjadi pengendapan Formasi Upper
Red Beds yang memiliki litologi berupa batupasir, konglomerat, dan batulempung.
Lingkungan pengendapan lakustrin dengan fasies pengendapan fluvial, turbidit
lakustrin, dan kipas aluvial.

h. Subcekungan BS mengalami deformasi (Periode Deformasi F1 (Eosen-Oligosen)) yang


disebabkan oleh tektonik ekstensional berarah ENE-WSW yang mengaktifkan kembali
struktur-struktur yang telah terbentuk sebelumnya (Periode Deformasi F0 (pra-
Tersier)).

56

Anda mungkin juga menyukai