Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksplorasi untuk mengetahui
keberadaan senyawa kimia dengan sampel penelitian yaitu daun pepaya (Carica papaya L).Penelitian ini dilakukan pada bulan 16-18 Juli 2014 di laboratorium Farmakognosi Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar. 1. Pengambilan sampel Sampel berupa daun pepaya (Carica papaya L) yang berwarna hijau agak tua diambil pada helai kelima antara pukul 10.00 sampai 12.00 dengan keadaan cuaca yang cerah, hal ini dimaksudkan karena kandungan bahan berkhasiat yang ada dalam tumbuhan dalam keadaan dimana proses fotosintesis sedang berlangsung. 2. Pengolahan sampel Daun pepaya (Carica papaya L) yang telah dipanen dipisahkan dari kotoran- kotoran atau bahan-bahan asing.Kemudian daun dicuci bersih menggunakan air mengalir, lalu dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dibawah sinar matahari (secara tidak langsung) dengan dilapisi kain berwarna hitam sampai kering, lalu disortasi kering kemudian dihaluskan. METODE a. Ekstraksi sampel dengan pelarut metanol Daun pepaya (Carica papaya L) ditimbang sebanyak 300 gram, dimasukkan kedalam bejana maserasi (kaca) dan dibasahi dengan metanol sebanyak 3 L atau sampai seluruh daun terendam metanol. Metode ini diakukan selama 4 24 jam terlindung dari sinar matahari dan diaduk selama beberapa menit dua kali dalam sehari. Ekstrak kemudian disaring dari ampasnya, kemudian diekstraksi kembali sebanyak tiga kali hingga simplisia terekstraksi sempurna.Dikatakan terekstraksi sempurna apabila warna dari cairan penyari sudah bening. Setelah terekstraksi sempurna, ekstrak metanol dikumpulkan dan diuapkan dalam rotavapor dan diatas waterbath hingga kering. b. Ekstraksi sampel dengan pelarut eter Ekstrak metanol kental disuspensikan dengan air suling dan diekstraksi dengan pelarut eter dalam corong pisah, dikocok hingga nampak memisah.Setelah tampak memisah kran dibuka, lapisan air dan lapisan eter ditampung dalam wadah yang terpisah.Lapisan air yang diperoleh diekstraksi kembali dengan pelarut eter hingga tiga kali.Ekstrak eter yang diperoleh kemudian diuapkan dan di masukkan kedalam vial. c. Ekstraksi dengan pelarut n-butanol jenuh air Lapisan air sisa dari ekstrak eter diekstraksikan kembali dengan n- butanol jenuh air dalam corong pisah, diulangi hingga tiga kali atau sampai terekstraksi sempurna.Ekstrak n-butanol yang diperoleh ditampung dan diuapkan dan selanjutnya diidentifikasi secara kromatografi lapis tipis. 2) Metode pemeriksaan atau Identifikasi yang dilakukan a. Identifikasi secara KLT 1) Penjenuhan chamber Cairan pengelusi yang telah dibuat dengan perbandingan tertentu dimasukkan kedalam chamber.Kertas saring yang telah dipotong memanjang kemudian dimasukkan kedalam chamber hingga menjulur keluar lalu chamber ditutup.Chamber dikatakan jenuh bila cairan pengelusi telah mencapai ujung dari kertas saring. 2) Penotolan ekstrak sampel pada lempeng KLT Dibuat garis lurus pada lempeng KLT kira-kira 1 cm (sebagai batas bawah) dan 0,5 cm (sebagai batas atas) dari masing-masing ujung lempeng. Ekstrak metanol, ekstrak eter dan ekstrak n-butanol ditotolkan pada batas bawah lempeng yang sebelumnya telah diaktifkan dengan cara pemanasan pada suhu 1200 C selama 15 menit. Penotolan dilakukan dengan menggunakan pipet kapiler secara tegak lurus (900 dari permukaan lempeng), kemudian lempeng yang sudah ditotolkan ekstrak tersebut dimasukkan kedalam chamber yang telah dijenuhkan.Posisi lempeng berdiri dengan kemiringan 500 dari dinding chamber dan batas bawah tidak terendam.Chamber ditutup dan dibiarkan hingga cairan pengelusi mencapai batas atas lempeng. b. Identifikasi noda dengan lampu sinar UV 254 nm Lempeng dikeluarkan dari chamber dan dibiarkan hingga kering.Selanjutnya noda yang terbentuk diamati dibawah sinar UV 254 nm.Noda yang tampak pada lempeng di tandai untuk kemudian dihitung jaraknya untuk menentukan nilai Rfnya. c. Penyemprotan dengan asam sulfat 10% v/v Lempeng disemprotkan dengan larutan asam sulfat 10% v/v, lalu diangin- anginkan dan selanjutnya dipanaskan di atas api bunsen yang dialasi dengan kasa asbes dan porselen sambil digoyang- goyangkan hingga diperoleh warna yang stabil. Noda warna yang tampak ditandai dan diukur jarak tempuhnya untuk menentukan nilai Rf. 3) sampel berupa daun Pepaya yang diperoleh dari daerah Bulupoddo Kabupaten Sinjai dibersihkan (sortasi basah) dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran berupa debu yang menempel pada sampel yang selanjutnya sampel dipotong kecil-kecil. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi karena merupakan metode sederhana dan sangat cocok untuk menyari bahan yang lembut atau tidak keras serta bahan yang tidak tahan atau rusak karena pemanasan.Pelarut yang digunakan adalahmetanol karena merupakan pelarut yang dapat menarik komponen-komponen kimia baik yang bersifat polar maupun non polar secara sempurna. Ekstrak metanol yang diperoleh dari hasil ekstraksi selanjutnya di uapkan dengan menggunakan rotavapor hingga agak kental, kemudian di masukkan dalam gelas kimia dan diletakkan di atas waterbath untuk memperoleh ekstrak yang lebih kental lagi. Sebagian ekstrak metanol dimasukkan ke dalam vial untuk selanjutnya diidentifikasi. Sisa ekstrak metanol kental disuspensikan dengan air dan diekstraksi lagi dengan pelarut eter dengan menggunakan corong pisah, hal ini bertujuan untuk memisahkan komponen kimia yang bersifat non polar.Ekstrak eter selanjutnya dimasukkan ke dalam vial untuk diidentifikasi, sedangkan lapisan air dari hasil ekstraksi eter selanjutnya di ekstraksi dengan pelarut n-butanol jenuh air dengan menggunakan corong pisah dengan tujuan untuk memisahkan komponen kimia yang bersifat polar. Hasil ekstrak n-butanol dimasukkan kedalam vial untuk diidentifikasi. Ekstrak metanol, ekstrak eter, dan ekstrak n- butanol yang telah diperoleh selanjutnya diidentifikasi secara kromatografi lapis tipis. Identifikasi dengan KLT menggunakan lempeng silica gel F254 sebagai fase diamnya.Sedangkan untuk fase geraknya digunakan bermacam-macam eluen baik yang bersifat polar maupun non polar.Hasil kromatografi noda diamati di bawah sinar lampu UV 366 nm dan kemudian menggunakan penyemprotan H2SO4 10 % v/v. Metode pengembangan kromatografi dilakukan dengan cara elusi di dalam chamber yang telah dijenuhkan cairan pengelusinya Penjenuhan chamber ini dimaksudkan agar proses elusi hanya berasal dari eluen dan tidak diganggu oleh uap air sehingga diperoleh hasil pemisahan yang baik dan memuaskan. Pada proses elusi, pori-pori penjerap akan dilalui oleh cairan pengelusi yang bergerak ke atas membawa komponen-komponen kimia dan pemisahan akan terjadi oleh adanya perbedaan kelarutan dari masing-masing komponen kimia terhadap cairan pengelusi. Noda-noda yang diperoleh pada proses elusi selanjutnya diamati dibawah lampu 366 nm, dan senyawa-senyawa yang berfluoresensi pada panjang gelombang tersebut akan nampak sebagai noda atau zona yang bercahaya. Sedangkan penyemprotan dengan menggunakan H2SO4 10 % dilakukan dengan tujuan agar noda-noda yang tidak tampak pada lampu UV dapat tampak setelah dilakukan penyemprotan.