Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang ( overt behavior ). Pengetahuan

adalah sesuatu yang telah diketahui atau buah dari rasa ingin yang telah

terpenuhi baik dalam bentuk fakta, konsep, prinsip ataupun teori:13

a. Tingkat Pengetahuan
Dalam domain kognitif pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan.


1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkatan pengetahuan yang

paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara besar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, meyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hokum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.


4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

di dalam satu struktur organisasi, dan ini masih ada kaitannya

satu sama lain.


5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi

yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.


Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.13

2.1.2. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang di ukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan di atas.13

Pengkategorian pengetahuannya dibagi 3, yaitu:

1. Baik jika persentasie 76% - 100%


2. Cukup jika persentasie 56% - 75%
3. Kurang jika persentasie < 55%14

2.1.4 Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah umur akan semankin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik.
2) Pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan

seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.


3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah symbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan

jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang

diinginkan.
4) Informasi/media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru.


5) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Statuas ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.
6) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh


terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut.


7) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu.1

2.2. Penyuluhan Kesehatan

2.2.1. Penyuluhan
adalah upaya untuk memberikan informasi, menanamkan

pemahaman dan mengubah pola hidup objek penyuluhan kearah yang

lebih baik secara terpadu dan terarah, dilakukan oleh organisasi/lembaga

tertentu dan ditujukan kepada khalayak luas untuk tujuan memberikan

pengetahuan lewat berita dan informasi yang disampaikan serta untuk

merubah perilaku-perilaku masyarakat kearah yang diharapan penyuluhan

tersebut .1

2.2.2. Sarana penyuluhan

Sarana penyuluhan kesehatan tidak lain juga juga merupakan sasaran yang

sebagai berikut:

a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.


b. Masyarakat dalam kelompok tertentu seperti wanita, pemuda,

remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok

lembaga pendidikan mulai dari TK sampai program tinggi, sekolah

agama swasta maupun negeri.1

2.2.3 Metode penyuluhan


Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan

adalah :15

1) Metode ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian

atau pesan secara lisan kepada kelompok sasaran sehingga memperoleh

informasi tentang kesehatan.


2) Metode diskusi kelompok
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu

topic pembicaraan diantara 5-20 orang peserta (sasaran) dengan seorang

pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.


3) Metode Curah Pendapat
Adalah suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota mengusulkan

semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing

masing peserta, dan evaluasi atas pendapat - pendapat tadi dilakukan.


4) Metode Panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan didepan pengunjung atau

peserta tentang sebuah topic, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan

seorang pemimpin.
5) Metode Bermain Peran
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa

diasakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai

bahan pemikiran kelompok.


6) Metode Demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukan pengertian, ide dan prosedur tentang

sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk mempersiapkan

bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan

alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar

jumlahnya.
7) Mettode Simposium
Adalah serangkain ceramah yang diberikan oleh dua sampai lima orang

dengan topic yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.


8) Metode Seminar
Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas

suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.

2.3. HIV/AIDS

2.3.1. Pengertian HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang

menginfeksi sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak

fungsi sel tersebut. Selama berlangsungnya infeksi, sistem kekebalan tubuh menjadi

lemah, dan orang menjadi lebih rentan mengalami infeksi. Hal ini dapat memakan

waktu 1015 tahun, dari orang yang terinfeksi HIV untuk berkembang menjadi

AIDS, dan obat antiretroviral dapat memperlambat proses menjadi lebih berat. HIV
ditularkan melalui hubungan seksual dengan penderita tanpa alat pengaman, transfusi

darah yang terkontaminasi, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, dan antara

ibu penderita HIV dan bayinya selama kehamilan, melahirkan dan menyusui.2

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala

penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi didapat

dari hasil penularan. Penyakit ini disebabkan oleh human immunodeficiency virus

(HIV). Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu yang

relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan semakin melanda banyak

negara. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau obat yang relatif efektif untuk

AIDS sehingga menimbulkan keresahan didunia.3

2.3.2. epidemic HIV/AIDS

a. Epidemic Global
Sejarah tentang HIV/AIDS dimulai ketika tahun 1979 di Amerikat

Serikat ditemukan seorang gay muda dengan Pneumocystis Crainii dan dua

orang gay muda dengan Sarcoma Kaposi. Pada tahun 1981 ditemukan seorang

gay muda dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh.16


Di Amerika Utara dan Inggris, epidemic pertama terjadi pada

kelompok laki-laki homoseksual, selanjutnya pada saat ini epidemik terjadi

juga pada pengguna obat suntikan dan pada populasi heteroseksual. Seks

tanpa kondom adalah modus utama penularan HIV di Karibia. Survey

menunjukan persentase prevalensi HIV pada beberapa kelompok mereka yang

dating berobat di klinik penyakit menular seksual, 10% pada pendonor darah
dan 10% pada kelompok wanita yang diperiksa di klinik perawatan antenatal.

Sampai dengan tahun 2010 jumlah penderita HIV di seluruh dunia sebanyak

34 juta orang.17
Men Sex Men (MSM) Report World Bank (2011) melaporkan di

seluruh dunia diperkirakan bahwa seks antara laki-laki termasuk kelompok

penyumbang kejadian infeksi HIV, situasinya bervariasi antar negara, tahun

2008 di Mexico (25,60%), Jamaica (31,80%), pada tahun 2005 di Thailand

tepatnya di Bangkok (28,3%). Penelitan yang lain di Indonesia (4%),

Bangladest (7,5%), Srilangka (7,5%), Nepal (7,5%).18


b. Epidemik HIV/AIDS di Indonesia
Dari 800.000 anak 65.000 kasus diperkirakan terjadi di Asia Selatan

dan Asia Tenggara. Indonesia merupaan termasuk negara yang tercepat di Asia yang

statusnya berubah dari epidemi rendah menjadi epidemi terkonsentrasi untuk kasus

HIV. Di Indonesia HIV pertama kali di laporkan di Bali pada April 1987 (terjadi pada

orang belanda). Pada tahun 1999 terdapat 635 kasus HIV dan AIDS secara signifikan

di indonesia. Tercatat sebesar 255 orng yang mendapatkan kasus AIDS pada tahun

2000 dan meningkat menjadi 316 orang pada tahun 2003, dan mengalami

peningkatan yang sangat cepat yaitu sebesar 2638 orang pada tahun 2005. Dari data

tersebut Jakarta adalah kota yang memiliki jumlah terbesar oleh Jawa Timur, Papua,

Jawa Barat dan Bali.19


2.1.3. Etiologi

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV

merupakan kelompok virus RNA dengan klasifikasi sebagai berikut:

Famili : Retroviridae
Sub famili : Lentivirinae

Genus : Lentivirus

Spesies : Human Immunodeficiency virus 1 (HIV-1)

Human Immunodeficiency Virus 2 (HIV-2)

Virus HIV ini tergolong dalam kelompok retrovirus yaitu kelompok virus yang

mempunyai kemampuan untuk mengkopi-cetak materi genetik diri di dalam materi

genetik sel-sel yang ditumpanginya. Mekanisme ini yang akan berakibat hancurnya

sel Limposit T herper. Virus penyebab AIDS terdiri dari virus HIV-1 dan HIV-2.

Virus HIV-1 paling banyak ditemukan didaerah barat, Eropa, Asia, dan Afrika

Tengah, Selatan, dan Timur sedangkan virus HIV-2 terutama ditemukan di Afrika

Barat.20

2.3.3 Struktur Virus HIV

Virus HIV termasuk dalam genus lentivirus yang memiliki selubung

(envelope lipid) yang mengelilingi RNA. Terdapat dua jenis virus HIV yang

menginfeksi manusia yaitu HIV-1 dan HIV-2. Virus HIV-1 sendiri dianggap sebagai

sumber penyebab infeksi terbanyak di seluruh dunia.21


Struktur virus HIV terdiri dari :
a. Inti (RNA dan enzim polymerase, protease, dan integrase).
b. Kapsid antigen p24.
c. Envelope (antigen p17) yang terdiri dari tonjolan glikoprotein (Gp 120 dan

Gp 41).

Struktur virus HIV dapat dilihat pada gambar 2.1. dibawah ini :

Gambar 2.1. Struktur virus HIV.22


Human Immuno-deficiency Virus mempunyai inti (nukleoid) berbentuk silindris

dan eksentrik, mengandung 2 rangkaian genom Ribonucleic Acid (RNA) diploid,

dengan masing-masing rangkaian memiliki enzim transkriptasereversi (RT) yang

berfungsi untuk mentranskripsikan rantai tunggal RNA menjadi DNA komplemen

(cDNA), dan enzim integrase yang berfungsi untuk memasukkan cDNA ke dalam

genom inang. Selain itu di dalam inti juga terdapat enzim yang dapat mengubah

proteosa, pepton dan polipeptida menjadi asam amino yang disebut dengan enzim

protease. Partikel yang membentuk inti silindris ini adalah protein kapsid (p24); yang

menutupi komponen nukleoid tersebut sehingga membentuk struktur

nukleokapsid.23.22

Protein matriks p17 merupakan bagian bagian dari envelope virus HIV.

Sedangkan bagian paling luar adalah lapisan membran fosfolipid yang berasal dari

membran plasma sel pejamu. Pada membran virion terdapat tonjolan yang terdiri atas

molekul glikoprotein (Gp120) dengan bagian transmembran yang merupakan Gp4l

yang keduanya dibentuk oleh virus.23.22

2.3.4 Patogenesis Infeksi HIV/AIDS

Virus biasanya masuk tubuh dengan menginfeksi sel Langerhans di mukosa

rektum atau mukosa vagina yang kemudian bergerak dan bereplika di kelenjar getah

bening setempat. Virus kemudian disebarkan melalui viremia yang disertai dengan

sindrom dini akut berupa panas, mialgia dan artralgia. Penjamu memberikan respon

seperti terhadap infeksi virus umumnya.24

Virus HIV menempel pada limfosit sel induk melalui gp120, sehingga akan

terjadi fusi membran HIV dengan sel induk. Inti virus HIV kemudian masuk kedalam
sitoplasma sel induk. Virus HIV akan membentuk DNA HIV dari RNA HIV melalui

enzim polimerase di dalam sel induk. Enzim itegrasi kemudian akan membantu DNA

HIV untuk berintegrasi dengan DNA dari sel induk.22

Gambar 2.2 replikasi virus HIV 22

DNA virus yang dianggap oleh tubuh sebagai DNA sel induk akan

membentuk RNA dengan fasilitas induk, sedangkan mRNA dalam sitoplasma akan

diubah oleh enzim protease menjadi partikel HIV. Partikel itu selanjutnya mengambil

selubung dari bahan sel induk untuk dilepas sebagai virus HIV lainnya. Mekanisme

penekanan pada sistem imun (imunosupresi) ini akan menyebabkan berkurang dan

tergantungnya jumlah dan fungsi sel limfosit T.22

2.3.5. Patofisiologi Infeksi HIV/AIDS

Infeksi virus HIV terjadi melalui tiga jalur transmisi utama, yaitu transmisi

melalui mukosa genital, transmisi langsung ke peredaran darah melalui jarum suntik,
dan transmisi secara vertikal dari ibu ke janin. Sel limfosit CD4+ merupakan target

utama pada infeksi HIV dimana sel ini berfungsi sentral dalam sistem imun tubuh.

Pada mulanya sistem imun dapat mengendalikan infeksi HIV, namun dengan

perjalanan dari waktu ke waktu infeksi HIV akan menimbulkan penurunan jumlah sel

limfosit CD4+, terganggunya homeostasis dan fungsi sel-sel lainnya dalam sistem

imun tersebut.20

Virus HIV yang masuk kedalam tubuh akan bereplikasi di dalam inang dan sel

tersebut, kemudian menjadikannya sebagai medium tempat pembentukan miliaran

tiruan virus. Ketika proses tersebut selesai, sel mirip HIV itu meninggalkan sel dan

masuk ke sel CD4+ yang lain. Sel yang ditinggalkan menjadi rusak atau mati. Jika sel-

sel ini hancur, maka sistem kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk

melindungi tubuh kita dari serangan penyakit. Keadaan ini akan menimbulkan

berbagai gejala penyakit dengan spektrum yang luas. Gejala penyakit tersebut

terutama merupakan akibat terganggunya fungsu imunitas seluler, disamping

imunitas humoral karena gangguan sel T helper (Th) untuk mengaktivasi sel limfosit

B.25

Virus HIV menimbulkan penyakit melalui beberapa mekanisme, amtara lain:

terjadinya defisiensi imun yang menimbulkan infeksi oportunistik, terjadinya reaksi

autoimun, reaksi hipersensitivitas dan kecenderungan terjadinya malignansi atau

keganasan pada stadium lanjut.20

2.3.6. Manifestasi Klinis HIV/AIDS

Masa inkubasi 6 bulan sampai 5 tahun, Window period selama 6-8 minggu

adalah waktu saat tubuh sudah terinfeksi HIV tetapi belum terdeteksi oleh
pemeriksaan laboratorium, seorang dengan HIV dapat bertahan sampai dengan 5

tahun, jika tidak diobati maka penyakit ini akan bermanifestasi sebagai AIDS, gejala

klinis yang muncul sebagai penyakit yang tidak khas seperti : Diare kronis,

Kandidiasis mulut yang luas, Pneumocystis carinii, Pneumonia interstisialis

limfositik, Ensefalopati kronik.20

Ada beberapa gejala dan tanda mayor (menurut WHO) antara lain :

kehilangan berat badan (BB) > 10%, Diare Kronik > 1 bulan, Demam > 1 bulan.

Sedangkan minornya adalah : Batuk menetap > 1 bulan, Dermatitis pruritis (gatal),

Herpes Zoster berulang, Kandidiasis orofaring, Herpes Simpleks yang meluas dan

berat, Limfadenopati yang meluas. Tanda lainnya adalah : Sarkoma Kaposi yang

meluas, Meningitis kriptokokal.20

2.3.7. Stadium Klinis Infeksi HIV/AIDS

Menurut Departemen kesehatan RI pada tahun 2007 menyatakan stadium

klinis HIV bagi orang dewasa terbagi dalam 4 kategori dan skala fungsional, yaitu:26

a. Stadium Klinis I
Gejala dapat asimtomatik
Limfadenitas generalisata
Skala fungsional 1: asimtomatik, Aktivitas normal
b. Stadium Klinis II
Berat badan berkurang kurang dari 10%
Manifestasi mukokutaneus ringan
Herpes zoster dalam lima tahun terakhir
Infeksi saluran nafas bagian atas yang berulang
Skala fungsional 2: simtomatik, aktivitas normal.
c. Stadium Klinis III
Berat badan berkurang lebih dari 10%
Diare kronis tanpa penyebab yang jelas lebih dari 1 bulan
Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas lebih dari 1 bulan
Kandidiasis oral (thursh)
Oral hairy leucoplakia (OHL)
Tuberkulosis paru
Infeksi bakteri berat
Skala fungsional 3: < 50% dalam 1 bulan terakhir terbaring.

d. Stadium Klinis IV
HIV wasting syndrome
Pneumonia pneumocystic carinii
Toxoplasmosis otak
Diare karena kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan
Kriptokokosis ekstraparu
Infeksi virus herpes simplex di mukokutaneus lebih dari 1 bulan
Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
Kandidiasis, esofagus, trakea, bronki
Mikobakteriosis atipik
Septikemia salmonela non-tifoid
Tuberkulosis ekstraparu
Sarkoma kaposi
Ensefalopati HIV
Skala fungsional 4: >50% dalam 1 bulan terakhir terbaring.

2.3.8. Pemeriksaan Laboratorium HIV/AIDS

Pemeriksaan virus HIV secara umum menggunakan metode imunoassay enzyme

HIV dan pengujian Western blot, pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi

antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien.

Namun demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi yang melawan

infeksi bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan

waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan menyatakan hasil pemeriksaan

positif.27

Berikut adalah contoh beberapa metode yang digunakan untuk menetukan

diagnosa HIV/AIDS :

A. Metode Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)


Pemeriksaan ini mendeteksi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh terhadap virus

HIV. Antibodi tersebut biasanya diproduksi mulai minggu ke dua, atau bahkan

setelah minggu ke dua belas setelah terpapar virus HIV. Oleh sebab itu, para ahli

menganjurkan pemeriksaan metode ELISA dilakukan setelah minggu ke dua belas

sesudah melakukan aktivitas seksual berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang

terkontaminasi virus HIV.28


Pemeriksaan metode ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah vena, air liur,

atau air kencing. Hasil positif pada metode ELISA belum memastikan bahwa orang

yang diperiksa telah terinfeksi HIV. Masih diperlukan pemeriksaan lain, yaitu

pemeriksaan metode Western Blot untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan metode

ELISA ini.28
B. Metode Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah uji yang

memeriksa langsung keberadaan virus HIV di dalam darah. Pemeriksaan ini dapat

dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV. Pemeriksaan

ini sangat mahal dan memerlukan alat yang canggih. Oleh karena itu, biasanya hanya

dilakukan jika uji antibodi diatas tidak memberikan hasil yang pasti. Selain itu,

pemeriksaan metode PCR juga dilakukan secara rutin untuk uji penapisan (screening

test) darah atau pada organ yang akan didonorkan.28

Pemeriksaan ini digunakan untuk :


a. Pemeriksaan HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada pada bayi

yang dapat mengaburkan hasil pemeriksaan metode ELISA.

b. Pemeriksaan konfirmasi untuk HIV-2, karena metode ELISA mempunyai

sensitifitas yang rendah terhadap HIV-2.


2.3.9. Penularan HIV/AIDS

Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh

seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air mata,

dan urin (sangat rendah). HIV tidak dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat.

Pria yang sudah disunat memiliki risiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan

pria yang tidak disunat.

Terdapat tiga cara penularan HIV yaitu :

a. Hubungan seksual; baik secara vagina, oral, maupun anal dengan seorang

pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 70%-80% dari

total kasus sedunia. Penularan lebih muda terjadi apabila terdapat lesi

penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes

genitalis, sfilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan trikomoniasis.

Dari penelitian para pakar (Yasmin, 1987 dalam Nasution R., 1990)

ternyata bahwa pria homoseks penderita AIDS mempunyai pasangan seksual

yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan homosekseks sehat, dalam

penelitian ini juga ditunjukan bahwa pria yang melakukan hubungan seksual

melalui anus lebih mudah terinfeksi. Tampaknya hubungan homoseksual

merupakan cara yang paling berbahaya karena ternyata 90% mitra seksual

orang-orang dengan HIV positif mengalami penularan.

Resiko pada seks anal lebih besar disbanding seks vagina, dan resiko

lebih besar pada receptive dari pada insertive. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Caceres & van Griensven, (1994); Ostrow,

Difranceisci, Chmeil, Wagstraff, & Wesch (1995) bahwa resiko yang


ditimbulkan kepada mitra insertif selama hubungan anal jauh lebih rendah

dari resiko terhadap mitra reseptif. Diantara pola penularan yang biasa terjadi,

yang paling sering adalah hubungan seksual (90%).

Secara teoritis cara penularan melalui hubungan seksual yang paling

rawan adalah dengan tehnik anal-penis (ano genital), karena tehnik ini

memungkinkan terjadinya luka pada rectum. Teknik ini pada dunia barat

diperkirakan lebih sering dilakukan oleh kaum homoseksual, ditambah lagi

tidak menggunakan pelindung (kondom) dalam praktek hubungan seksualnya.

b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik;


b.1 Tranfusi darah/produk darah yang tercemar HI, risikonya sangat tinggi

sampai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kasus sedunia.


b.2 Pemakaian jarum suntik tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan

sempritnya pada para pecandu narkotika suntik. Risikonya sekitar 0,5-1% dan

terdapat 5-10% dari total kasus sedunia


b.3 Penularan lewat kecelakaan, tertusuk jarum padapetugas kesehatan,

risikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat 0,1% dari total kasus sedunia.
c. Secara vertical; dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama

hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Risiko sekitar 25-40% dan

angka transmisi ASI dilaporkan lebih dari sepertiga.19


2.3.10. Diagnosis HIV/AIDS

Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan

laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan pemeriksaan antibodi atau

pemeriksaan untuk deteksi virus dalam tubuh. Diagnosa AIDS untuk surveilans di

tegakan apabila terdapat infeksi oportunistik dan limfosit CD4 <350 sem/mm.25
2.3.11. penatalaksanaan HIV/AIDS

HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat di sembuhkan secara

total.namun data 8 tahun terakhir menunjukan bahwa pengobatan kombinasi pada

pasien HIV dengan pengobatan antiretrovirus (ARV) mampu menurunkan mortaltas

dan morbiditas infeksi HIV. Orang dengan infeksi HIV jauh lebih sehat dan mampu

bekerja lebih produktif. Manfaat ARV dapat dicapai dengan pulihnya system

kekebalan akibat HIV, dan pulihnya kerentanan ODHA terhadap infeksi oportunistik.

Secara umum pengobatan pada ODHA terdiri dari beberapa jenis yaitu:22

1. penekan reflikasi virus HIV dengan oabat ARV


2. Pengobatan yang menyertai infeksi HIV seperti penyakit infeksi seperti penyakit

jamur,TB,diare,hepatitis,sarcoma Kaposi,tokso plasma,limfoma,kanker servik.


3. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang memiliki nilai gizi,dukungan

psikosis,tidur yang cukup menjaga kebersihan.

Dengan pengobatan tersebut angka kematian dapat di tekan, harapan hidup jadi

lebih baik dan infeksi oportunistik dapat berkurang.(IPD)

Pengobatan ODHA dewasa dengan antiretroviral terbagi dalam dua

kelompok, yaitu:

A. Regimen ARV Lini Pertama


1. Golongan Nucleoside RTI (NRTI):
Abacavir (ABC) 400 mg sekali sehari
Didanosine (ddl) mg sekali sehari (BB <60 kg)
Lamivudine (3TC) 300 mg sekali sehari
Stavudine (d4T) 40 mg setiap 12 jam
Zidovudine (ZDV atau AZT) 300 mg setiap 12 jam
2. Nucleotide RTI
Tenofovir (TDF) 300 mg sekali sehari (obat baru)
3. Non-nucleoside RTI (NNRTI)
Efavirenz (EFV) 600 mg sekali sehari
Nevirapine (NPV) 200 mg sekali sehari selama 14 hari,

selanjutnya setiap 12 jam


4. Protease Inhibitor (PI)
Indinavir/ritonavir (IDV/r) 800 mg/100 mg setiap 12

jam
Lopinavir/ritonafir (LPV/r) 400 mg/100 mg setiap 12

jam
Nelfinavir (NFV) 1250 mg setiap 12 jam
Saquinafir/ritonavir (SQV/r) 1000 mg setiap 12 jam
Ritonavir (RTV,r) 100 mg

Pilihan pengobatan adalah kombinasi 2 NRTI + 1NNRTI:

1. AZT + 3TC + NVP


2. AZT + 3TC + EVP
3. a4T + 3TC + NVP
4. a4T + 3TC + EFV
B. Regimen ARV lini kedua
Merupakan alternatife pengobatan apabila lini pertama gagal:
1. AZT atau d4T dengan TDF atau ABC
2. 3TC diganti dengan ddl
3. NVP atau EFV diganti dengan LPV/r atau SQV/r

2.3.12. Prognosis

Sebagian besar HIV/AIDS berakibat fatal, sekita 75% pasien

yang didiagnosis AIDS meninggal tiga tahun kemudian.

Penelitian melaporkan ada 5% kasus pasien terinfeksi HIV yang

tetap sehat secara klinis dan imunologis.22

2.3.13 pencegahan

Pada prinsip dasarnya pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah

penularan virus HIV melalui perubahan perilaku seksual yang dikenal dengan istilah

ABC ini telah terbukti mampu menurunkan percepatan penularan HIV, terutama di

Uganda dan beberapa negara Afrika lain. Prinsip ABC ini telah dipakai dan
dilakukan secara internasional, sebagai cara paling efektif mencegah HIV lewat

hubungan seksual. Prinsip ABC itu adalah:

A : Anda jauhi seks sampai anda kawin atau menjalin hubungan jangka panjang

dengan pasangan (Abstinesia)

B : Bersikap saling setia dengan pasangan dalam hubungan perkawinan atau

hubungan jangka panjang tetap (Be faithful)

C : Cegah dengan memakai kondom yang benar dan konsisten untuk menjaga

seks atau orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B (Condom)

Untuk penularan non seksual berlaku prinsip D dan E yaitu :

D : Drug; say no to drug atau katakan tidak pada napza/narkoba

E : Equipment; no sharing jangan memakai alat suntik secara bergantian.19

2.4. Kerangka Teori

Tingkat Pengetahuan
Tahu (know)
Memahami (comprehension)
Aplikasi (aplication)
Analisis (analysis)
HIV/AIDS
Sintesis (synthesis)
Definisi
Evaluasi (evaluation)
Epidemiologi

Etiologi
Gejala klinis
Stadium
Pathogenesis
Patofisiologi
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
penatalaksanaan
Pengetahuan
Penularan
pencegahan
Penyuluhan kesehatan
Sasaran penyuluhan
Metode penyuluhan

Gambar 2.1

Kerangka Teori

2.5. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Penyuluhan Tingkat Pengetahuan


Kesehatan

Gambar 2.1. Konsep

2.6.Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut
Ha = Ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap tingkat

pengetahuan pada siswa kelas X di SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun 2016.
Ho = Tidak ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang HIV/AIDS terhadap

tingkat pengetahuan pada siswa kelas X di SMA Negeri 7 Bandar Lampung

Tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai