C
B.
C. EVOLUSI SEL
Semua organisme dan semua sel yang membentuknya dipercaya diturunkan dari
nenek moyang sel melalui evolusi oleh seleksi alam. Hal tersebut melibatkan 2 proses
yaitu: (1) terjadinya variasi genetik dalam informasi genetika yang diturunkan dari
seseorang pada keturunannya dan (2) seleksi yang mendukung informasi genetika
individu untuk bertahan dan menyebar. Evolusi merupakan prinsip utama biologi dalam
membantu kita untuk memahami keragaman yang membingungkan di kehidupan.
Molekul biologi pada masa sekarang ini kaya akan sumber informasi tentang
perjalanan evolusi, yang mengungkapkan kesamaan mendasar antara organisme hidup
yang paling berbeda dan memungkinkan kita untuk memetakan perbedaan di antara
mereka pada skala universal yang obyektif. Kesamaan dan perbedaan molekuler ini
membawa kita pada masalah seperti yang dihadapi oleh ilmuwan sastra yang berusaha
untuk membuat teks asli dari seorang penulis kuno dengan membandingkan sejumlah
manuskrip varian yang telah rusak melalui penyalinan dan pengeditan berulang yang
setidaknya bisa membuat dugaan tentang tahap utama evolusi sel hidup.
Pada masa sekarang ini dapat dikatakan hampir semua ahli biologi dapat menerima
teori evolusi biologis atau disingkat teori evolusi, walaupun teori tersebut disusun
berdasarkan bukti-bukti tak langsung. Pokok dari teori evolusi itu adalah bahwa hewan,
tumbuhan, dan juga manusia dalam berbagai abad yang lalu telah berkembang dari
makhluk yang berbentuk lebih sederhana. Semuanya itu melalui proses evolusi yang
telah berlangsung beribu-ribu tahun, bahkan berjuta-juta tahun, dimulai dengan satu atau
beberapa bentuk makhluk yang sederhana secara perlahan-lahan berkembang ke pelbagai
bentuk (Widodo, 1989).
Alberts (1989) menyatakan bahwa setiap organisme dan semua sel yang
membentuknya dipastikan berasal dari atau diturunkan oleh sejenis sel purba melalui
evolusi. Karena makhluk hidup dapat berupa sebuah sel tunggal, maka dalam pandangan
evolusi, sel yang ada sekarang mestinya juga berkembang dari sel yang lebih sederhana,
dan sel yang lebih sederhana tersebut juga merupakan hasil evolusi.
1. Molekul Awal menjadi Sel Pertama
Pembahasan mengenai evolusi sel mengajak kita untuk membayangkan atau
merekonstruksi mengenai keadaan bumi pada milyaran tahun yang lampau. Pada awal
terbentuknya kondisi bumi hingga kini masih menjadi bahan perdebatan, tetapi para
ilmuwan setuju bahwa bumi pada masa itu merupakan suatu tempat yang ganas
dengan letusan-letusan vulkanik, kilat dan hujan badai, oksigen bebas hanya sedikit,
dan tidak ada lapisan ozon yang menyerap radiasi ultra ungu dari matahari.
Eksperimen yang dilakukan di laboratorium membuktikan bahwa pada kondisi seperti
itu telah terbentuk molekul-molekul organik sederhana, yaitu molekul-molekul yang
mengandung karbon. Berdasarkan percobaan Miller terbukti bahwa apabila gas CO2,
CH4, NH3 dan H2 dicampur kemudian dipanaskan dan diberi energi melalui lecutan
listrik (electrical discharge) atau radiasi ultra ungu, gas tersebut akan bereaksi
membentuk molekul organik kecil dalam jumlah besar. Bila molekul tersebut berada
di air akan mengalami reaksi lebih lanjut membentuk beberapa macam molekul,
diantaranya adalah empat kelompok besar molekul organik kecil yang dijumpai dalam
sel (Alberts, 1989). Analisis produk reaksi mengungkapkan pembentukan berbagai
molekul organik, termasuk asam amino alanin, asam aspartat, asam glutamat, dan
glisin seperti yang ditampilkan pada Gambar 1 dibawah ini.
Hal yang penting dari ciri khas selama perjalanan evolusi ini yang terbentuk
1,5 juta tahun yang lalu, ketika melakukan transisi dari sel yang kecil menjadi struktur
internal sederhana dan biasa disebut dengan sel prokariotik, yang terdapat di berbagai
jenis bakteri untuk menunjukkan lebih besar dan radical, sedangkan yang lebih
komplek sel eukariotik bisa ditemukan dalam hewan tingkat tinggi dan tumbuhan. Sel
masa kini berevolusi dari nenek moyang prokariotik yang menyimpang sepanjang dua
garis keturunan, memunculkan archaebacteria dan eubacteria. Eukariotik Sel mungkin
timbul oleh hubungan endosimbiotik eubacterium aerobic dengan archaebacterium,
yang mengarah ke perkembangan mitokondria dan juga pembentukan genom
eukariotik dengan gen yang berasal dari kedua eubacteria dan archaebacteria.
Kloroplas selanjutnya berevolusi sebagai hasil hubungan endosimbiotik
cyanobacterium dengan nenek moyang tanaman, seperti yang disajikan Cooper dan
Hausman (2007) dalam gambar di bawah ini.
Semua organisme yang hidup di bumi berasal dari sel primodial tunggal. Sel
ini, berasal dari persaingan, mengambil petunjuk dari proses pembentukan dan evolusi
yang selalu terjadi ketika bumi masih hijau dari perubahan komposisi atmosfir dan
menjadikan rumah.
Organisme sel tunggal, seperti bakteri dan protozoa, telah berhasil beradaptasi
untuk sebuah jenis dari lingkungan berbeda apabila mereka terdiri dari lebih setengah
total biomasa bumi. Tidak seperti hewan, beberapa jenis dari organisme uniseluler ini
dapat mensintesis semua dari subtansi yang mereka butuhkan dari sebuah nutrisi kecil
sederhana dan beberapa dari mereka membelah setiap jam.
Pada awal tahap evolusi dari organisme multiseluler adalah penggabungan
organisme seluler untuk membentuk koloni. Cara yang paling sederhana mencapai ini
untuk sel anakan untuk tetap bersama setelah masing-masing sel membelah. Beberapa
sel prokaryot menunjukkan kebiasaan sosial pada bentuk primitif. Alga hijau (jangan
keliru dengan prokaryot alga hijau biru" atau cyanobakteria) adalah eukaryot yang
ada sebagai uniseluler, berkoloni, atau multiseluler (Albert, 1994).
Albert. B. 1994. Moleculer Biology of The Cell, Third Edition.New York and London: Garland
Publisher, Inc.
Cooper, G.M. and Hausman, R.E. 2007. The Cell: A Molecular Approach, Fourth Edition. Washington
D.C.: ASM Press.
Lukman, A. 2008. Evolusi Sel Sebagai Dasar perkembangan makhluk Hidup Saat Ini. Biospecies, 1(2),
67-72. Dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=11766&val=861.
Lodish, Berk, Matsudaira, Kaiser, Kreiger, Scott, Zipursky dan Darnell. Tanpa tahun. Molecular Cell
Biology, Fifth Edition.