SKABIES
Oleh:
Muhammad Arief Luthfi Parama
G99152077
Pembimbing:
dr. Ammarilis Murastami, Sp. KK.
1. DEFINISI
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (telur, feses).1,2
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina,
famili Sarcoptidae. Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung dari kulit ke kulit
maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian handuk, sprei,
bantal dan lain - lain).3
2. EPIDEMIOLOGI
Skabies mempengaruhi semua umur, ras, dan tingkat sosial ekonomi di
seluruh dunia. Prevalensi penderita scabies sangat bervariasi dengan beberapa
negara terbelakang memiliki tingkat dari 4% sampai 100% populasi umum.
Sebuah host yang terinfestasi biasanya menampung antara 3 dan 50 tungau betina,
namun jumlahnya mungkin sangat bervariasi di antara individu-individu.4
Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies di negara
berkembang terkait dengan kemiskinan yang diasosiasikan dengan rendahnya
tingkat kebersihan, akses air yang sulit, dan kepadatan hunian. Oleh karena itu,
prevalensi skabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan dengan
kepadatan penghuni dan kontak interpersonal tinggi seperti penjara, panti asuhan,
dan pondok pesantren.5
Tingginya prevalensi skabies di negara berkembang disebabkan oleh
kemiskinan, status gizi buruk, tuna wisma, dan kebersihan yang buruk. Di negara
berkembang, prevalensi skabies lebih tinggi pada anak-anak dan remaja
diabndingkan orang dewasa Skabies pada laki-laki sama dengan pada
perempuan.6
Prevalensi skabies di Indonesia menurut Depkes RI berdasarkan data dari
puskesmas seluruh Indonesia tahun 2008 adalah 5,6%-12,95%. Skabies di
Indonesia menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Insiden dan
prevalensi skabies masih sangat tinggi di Indonesia terutama pada lingkungan
masyarakat pesantren.7 Di Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk
muslim terbanyak di dunia, terdapat 14.798 pondok pesantren dengan prevalensi
skabies cukup tinggi. Pada tahun 2003, prevalensi skabies di 12 pondok pesantren
di Kabupaten Lamongan adalah 48,8%13 dan di Pesantren An-Najach Magelang
pada tahun 2008 prevalensi skabies adalah 43%.5
3. ETIOLOGI
Skabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei. Secara morfologik
merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata (Gambar 1). Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
dengan alat perekat.2
Orang dengan sistem imun yang menurun dapat juga meningkatkan risiko
terkena skabies seperti pada orang yang sudah tua dan orang dengan penyakit
HIV/AIDS, limfoma, leukemia. Selain itu, orang dengan post transplantasi organ
juga berisiko tinggi.8
Gambar 1. Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei betina
4. PATOGENESIS
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah infestasi.2
Skabies adalah gangguan pruritus yang sangat intens yang disebabkan oleh
respons imun alergi terhadap infestasi kulit oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau
betina menembus kulit dan menggali liang di daerah stratum korneum / epidermal.
Selama 2-3 minggu berikutnya, ia meletakkan 3-4 butir telur setiap hari, yang
menetas setelah 3-4 hari. Larva baru menetas keluar dari liang dan muncul di
permukaan kulit dan berkembang sampai mencapai tahap dewasa.6
Gambar 2. Siklus hidup Sarcoptes scabie
5. DIAGNOSIS
1. Gambaran Klinis
Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies,
yaitu :2
a. Pruritus Nocturna
Artinya adalah gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari.1 Hal ini
disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih
lembab dan panas.2
b. Menyerang Manusia secara Berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam
sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu
pula dalam sebuah pemukiman yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Di
dalamkelompok mungkin akan ditemukan individu yang hiposensitisasi,
walaupun terinfestasi oleh parasit, namun tidak menimbulkan keluhan
klinis akan tetapi menjadi pembawa(carrier) bagi individu lain.2
c. Adanya Terowongan (Kunikulus)
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi
yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan
papul atau vesikel (Gambar 3). Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dll). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu:
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong,
genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki.2
Gambar 3. Terowongan pada penderita skabies11
7. PENATALAKSANAAN
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan
tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala,dimulai dari leher ke bawah hingga ke
jari-jari kaki, dan lebih difokuskan di daerah sela-sela jari, inguinal, genital, area
lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada pasien anak dan skabies
berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus dioleskan skabisid topikal.
Karena gejala skabies disebabkan reaksi hipersensitivitas terhadap tungau dan
feses, pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi
skabisidal yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 2
minggu, meskipun tungau dan telur telah mati. Jika tidak diberikan penjelasan,
pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan tidak berhasil dan
kemudian akan menggunakan obat anti skabies secara berlebihan. Jika gatal masih
menetap lebih dari 2-4 minggu setelah pengobatan atau jika muncul terowongan
baru atau lesi ruam seperti jerawat terus muncul, maka dibutuhkan pengobatan
ulang.Pasangan seksual dan orang lain yang memiliki riwayat kontak skin to skin
dengan pasien pengidap skabies dalam waktu 1 bulan sebaiknya diperiksakan dan
jika terbukti maka diobati. Semua orang yang berisiko sebaiknya diobati dalam
waktu yang sama untuk mencegah reinfestasi.9
1. Penatalaksanaan Non-medikamentosa
Edukasi pada pasien skabies :
a. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
b. Pengobatan skabisid topikal yang dioleskan di seluruh kulit, kecuali
wajah, sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur
c. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan
d. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan
teratur dan bila perlu direndam dengan air panas karena tungau akan
mati pada suhu 130C
e. Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota keluarga
serumah
f. Setelah periode waktu yang dianjurkan, segera bersihkan skabisid dan
tidak boleh mengulangi penggunaan skabisid yang berlebihan setelah
seminggu sampai dengan 4 minggu yang akan dating
g. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan
yang sama dan ikut menjaga kebersihan9
2. Penatalaksanaan medikamentosa
a. Permethrin 5% cream.
b. Lindane (gamma benzene hexachloride) 1% lotion or cream.
c. Benzyl benzoate 10% and 25% lotion or emulsion.
d. Malathion 0.5% lotion.
e. Monosulfiram 25% lotion.
f. Crotamiton 10% cream.
g. Precipitated sulphur 2%10% ointment.
h. Esdepallethrine 0.63% aerosol.
i. Ivermectin 0.8% lotion.
j. Oral drug : Ivermectin.
8. PROGNOSIS
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada
individu yang immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu.10
Investasi skabies dapat disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi skabies,
jika diobati dengan benar, memiliki prognosis yang baik, keluhan gatal dan
eksema akan sembuh. Namun pada penderita skabies juga dapat terjadi infeksi
bakteri sekunder dengan Streptococci dan Staphylococci dan dapat menyebabkan
komplikasi serius dan berpotensi fatal, termasuk infeksi bakteri invasif, gagal
ginjal, dan jantung rematik kronis.16
DAFTAR PUSTAKA
1. Currie JB, McCarthy JS. Permetrin dan Ivermektin untuk Skabies. New
England J Med. 2010; 362: p. 718.
2. Handoko,PR. Skabies. In: Djuanda, Adi, editor. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Ed 6. Jakarta. FK UI; 2010.p.122-3.
3. Chosidow O. Skabies. New England J Med. 2006; 345: p. 1718-23.
4. Burkhart, CN. Scabies. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatricks Dermatology in Gerneral
Medicine 8th edition. New York: Mc Graw Hill. 2012; pp: 2569-72.
5. Sungkar S dan Ratnasari AF. Prevalensi Skabies. Jurnal UI. 2014; Vol. 2,
No. 1, April 2014.
6. Mumcuogly KY, Gilead L. Treatment of scabies infestations. Parasite
Journal. 2008 pp 248-251.
7. Setyaningrum YI. Skabies Penyakit Kulit yang Terabaikan: Prevalensi,
Tantangan dan Pendidikan Sebagai Solusi Pencegahan; Seminar Nasional
X Pendidikan Biologi FKIP UNS.
8. AAD. Scabies: Who gets and causes. American Academy of
Dermatology[online]. https://www.aad.org/public/diseases/contagious-
skin-diseases/scabies#causes - Diakses Juli 2017
9. Karthikeyan K. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgraduate
Med J. 2005; 81: p. 8 10
10. Burkhart, CN. Scabies. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatricks Dermatology in Gerneral
Medicine 8th edition. New York: Mc Graw Hill. 2012; pp: 2569-72..
11. Oakley A. Scabies: Diagnosis and Management. BPJ journals. 2012; 19:
p. 12-16.
12. Hengge UR, Currie BJ, Jager G, Lupi O, Schwartz RA. Scabies: a
Ubiquitous Neglected Skin Disease. PubMed Med. J. 2006; 6: p. 771
13. Mutiara M dan Syailindra F. Skabies. Majority 2016; 5(2): 37-42.
14. Tan ST, Angelina J, dan Krisnataligan. Scabies: Terapi berdasarkan siklus
hidup. CDK-254 2017; 44(7): 507-510
15. Amiruddin MD. Skabies. In. Amiruddin MD, editor. Ilmu Penyakit Kulit.
Ed 1. Makassar: Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas
kedokteran universitas hasanuddin; 2003. p. 5-10.
16. Haar K, dkk. Scabies community prevalence and mass drug administration
in two Fijian villages. International Journal of Dermatology. 2013 pp 1-7
LAPORAN KASUS
SKABIES
A. ANAMNESIS
1. Identitas
Nama : An. M
Usia : 10 tahun
Alamat : Laweyan, Surakarta
Pekerjaan : Pelajar
No RM : 01332xxx
Tanggal Pemeriksaan : 24 Juli 2017
2. Keluhan Utama
Gatal di kaki dan tangan
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Composmentis, GCS E4V5M6, gizi kesan cukup
Vital Sign : TD : 100/80 mmHg T : 36,7 oC
HR : 84x/menit BB : 27 kg
RR : 20x/menit TB : 130 cm
Kepala : Dalam Batas Normal
Wajah : Lihat Status Dermatologis
Mata : Dalam Batas Normal
Telinga : Dalam Batas Normal
Leher : Dalam Batas Normal
Thorax : Dalam Batas Normal
Abdomen : Dalam Batas Normal
Ekstermitas Atas : Lihat Status Dermatologis
Ekstermitas Bawah : Lihat Status Dermatologis
Genitalia : Lihat Status Dermatologis
2. Status Dermatologis
Regio Generalisata:
tampak papul eritem dan patch hiperpigmentasi multiple dengan
sebagian eksoriasi (+)
Gambar 1.
Regio facialis tak tampak kelainan
Gambar 2.
Regio ekstermitas supeior tampak papul eritem dan patch hiperpigmentasi
multiple dengan sebagian eksoriasi (+)
Gambar 3.
Regio ekstremitas inferior tampak papul eritem dan patch hiperpigentasi
multiple dengan sebagian eksoriasi(+)
C. DIAGNOSIS BANDING
1. Skabies
2. Dermatitis Atopik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan KOH jari tangan : (-)
2. Pemeriksaan KOH kaki : (-)
E. DIAGNOSIS KERJA
Skabies
F. TERAPI
1. Non- Medikamentosa
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit, rencana terapi, dan
prognosis
b. Perbaikan hygiene pasien : mencuci selimut, handuk, dan pakaian 3 hari
terakhir dengan merendam terlebih dahulu menggunakan air panas
c. Menjemur sprei, kasur, sofa, bantal, guling, dan pakaian 3 hari terakhir
di bawah sinar matahari secara langsung
d. Mengganti sprei dan handuk penderita minimal 1 minggu sekali.
e. Pisahkan sprei, handuk, dan baju penderita dengan anggota keluarga
yang lain
f. Mengobati semua anggota keluarga yang berkontak dengan penderita
yang juga mengalami keluhan yang sama maupun tanpa keluhan, semua
harus diberi pengobatan secara serentak
g. Hindari menggaruk lesi agar infeksi sekunder tidak bertambah
2. Medikamentosa
a. Permethrin krim 5 % dioles seluruh tubuh pada malam hari, setelah 10-
12 jam dibilas.
b. Cetirizine syr 1x1 cth
G. PLANNING
Kontrol 7 hari lagi
H. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Sanam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam
Ad Kosmetikum : Bonam