TINJAUAN UMUM
5
Incorporated yang semula berbadan hukum di New Orleans, Amerika Serikat
melebur menjadi PT Freeport Indonesia yang berbadan hukum di Indonesia.
Pada tahun 2001, PT Freeport Indonesia telah mampu memproduksi konsentrat
sebesar 1,5 juta pon tembaga dan 2,3 juta pon emas.
Gambar 2.1
Peta Lokasi PT Freeport Indonesia
Gambar 2.2
Wilayah Kontrak Kerja PT Freeport Indonesia
6
2.2 Lokasi dan Ketersampaian Daerah
Secara geografis, lokasi penambangan Grasberg berada pada posisi 04 03 25
sampai 04 08 37 LS dan 137 07 02 sampai 137 13 11 BT pada jajaran
Pegunungan Sudirman dengan ketinggian rata-rata 3800 4000 meter di atas
permukaan laut. Secara administratif, lokasi penambangan Grasberg berada di
Kecamatan Mimika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Kegiatan operasi PT
Freeport Indonesia dengan luas Kontrak Karya seluas 10.000 Ha membentang
dari lokasi penambangan Grasberg hingga ke Pelabuhan Amamapare yang
berjarak kurang lebih 125 km.
Secara garis besar, wilayah operasi PT Freeport Indonesia dibagi menjadi dua
wilayah utama, yaitu :
1. Daerah Highland
Daerah Highland merupakan dataran tinggi dengan ketinggian antara 1900
4000 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata antara 8o 22o Celcius.
Pada daerah ini terdapat kota Tembagapura dan lokasi tambang terbuka
Grasberg serta tambang bawah tanah Big Gossan, Amole, Kucing Liar dan
juga daerah mill site.
2. Daerah Lowland
Daerah Lowland adalah daerah yang mencakup lokasi pelabuhan
Amamapare (Portsite), perumahan karyawan dan kantor administrasi di
Kuala Kencana serta beberapa lokasi pendukung lainnya.
Untuk mencapai tambang terbuka Grasberg, secara umum jika dimulai dari kota
Jakarta maka perjalanannya bisa digambarkan sebagai berikut :
Perjalanan dimulai dari Jakarta dengan menumpang pesawat udara milik
perusahaan (AIRFAST) selama sekitar 1.5 jam ke Surabaya. Di Surabaya transit
kurang lebih 1 jam, lalu perjalanan dilanjutkan ke Makassar selama kurang lebih
2 jam. Di Makassar transit sekitar 2 jam, lalu perjalanan dilanjutkan ke Timika
selama kurang lebih 2 jam. Dari Bandara Moses Kilangin di daerah Lowland
Timika perjalanan dilanjutkan dengan transportasi darat menggunakan bus atau
LV (Light Vehicle) ke kota Tembagapura di daerah Highland selama kurang
lebih 2 jam. Perjalanan melewati jalan yang menanjak hingga tiba di
7
Tembagapura. Dari kota Tembagapura, ada tiga jalur yang bisa digunakan untuk
mencapai tambang terbuka Grasberg, yaitu jalur yang pertama menggunakan
jalur bawah tanah (underground) yang memakan waktu kurang lebih 1 jam
hingga tiba di tambang terbuka Grasberg. Untuk melalui jalur ini kita harus
diperlengkapi dengan alat pengaman tambahan seperti lampu, masker dan alat
keselamatan darurat. Jalur yang kedua adalah melalui jalur HEAT (Heavy
Equipment Access Trail), jalur ini melalui sisi gunung yang berliku-liku.
Dibutuhkan waktu sekitar 1.5 jam untuk mencapai tambang terbuka Grasberg.
Jalur yang terakhir adalah jalur konvensional karyawan sehari-hari yang dimulai
dari Terminal Tembagapura dengan menumpang bis karyawan menuju ke
daerah mill site di Mile 74 selama sekitar 45 menit. Dari sini, perjalanan
dilanjutkan dengan menumpang trem menuju ke daerah GBT (Gunung Bijih
Timur) selama sekitar 10 menit. Dari GBT perjalanan dilanjutkan dengan
menumpang bis yang mengangkut karyawan ke daerah kerja masing-masing di
lokasi tambang terbuka Grasberg.
Berikut di bawah ini grafik curah hujan harian dari tanggal 1 Mei 2006 hingga
7 Agustus 2006 :
8
10
9
Curah Hujan ( mm )
8
7
6
5
4
3
2
1
0
15 6
12 6
10 6
5/ 00 6
06
7/ 0 06
17 6
24 6
31 6
8/ 0 06
22 6
29 6
6/ 0 06
19 6
26 6
7/ 20 0
7/ 20 0
7/ 20 0
5/ 20 0
5/ 20 0
6/ 0 0
6/ 20 0
7/ 200
5/ 200
6/ 200
20
2
/2
/2
/2
/2
3/
5/
1/
8/
7/
/
/
5/
Tanggal
Grafik 2.1
Grafik Curah Hujan Harian Mulai 1 Mei 2006 7 Agustus 2006
(Sumber : PTFI Hydrology Department)
9
6. Kali
Berwarna cerah, mengandung banyak plagioklas (45-55%), bertekstur padat,
hornblende besar.
7. Pokerchip
Merupakan hasil pelindian (leaching) dari anhydrite, andalusite, biotie,
quartz yang bersatu dan menyerap satu sama lain yang menghasilkan
material biotit kwarsa yang rapuh.
8. Sedimen
Merupakan material yang memperlihatkan berbagai tingkat kandungan
sulfida, alterasi marble hornfels & skarn dan memiliki sedikit urat kwarsa
pirit - kalkopirit.
Berikutnya adalah kegiatan peledakan (blasting) yang terdiri dari dua jenis yaitu
peledakan produksi (Production Blasting Parameters) dan peledakan untuk
membuat bench (Buffer Blasting Parameters).
10
(hauling) bertujuan untuk mengangkut material yang telah dimuat menuju ke
waste dump atau ke crusher untuk diproses lebih lanjut.
Berdasarkan material potensi penyebab air asam tambang, tanah penutup akan
ditimbun ke beberapa lokasi penimbunan, yaitu :
Koteka 4225 C ( ketinggian 4225 m dpl)
Jenis material yang dibuang pada area ini yaitu : green coarse waste, red
coarse waste, red medium coarse waste, green medium coarse waste.
Batu Bersih 4255 R (ketinggian 4255 m dpl)
Jenis material yang dibuang pada area ini yaitu : red waste, red coarse
waste, mud waste, red medium coarse waste.
Batu Bersih 4255 F (ketinggian 4255 m dpl)
Jenis material yang dibuang pada area ini yaitu : red waste, green coarse
waste, green medium coarse, red medium coarse.
Bali 4030 F ( ketinggian 4015 m dpl)
Jenis material yang dibuang yaitu : red coarse waste, green medium coarse
waste.
Bali 4030 O ( ketinggian 4030 m dpl)
Jenis material yang dibuang pada area ini yaitu : mud waste dan red medium
coarse.
Bali 3970 N (ketinggian 3970 m dpl)
Jenis material yang dibuang pada area ini yaitu : blue waste, red waste,
green medium coarse.
Bali 3940 F (ketinggian 3940 m dpl)
Jenis material yang dibuang pada area ini yaitu : green coarse waste, red
coarse waste, green medium coarse waste, red medium coarse waste.
11
Ada beberapa dampak yang dapat disebabkan oleh penimbunan batuan penutup
yaitu :
Perubahan geomorfologi.
Bahaya longsor.
Kehilangan habitat.
Air asam tambang.
12
Gambar 2.3
Bentuk Desain Bench di Tambang Terbuka Grasberg
(Sumber : PTFI Geotechnical Department)
Tabel 2.1
Koordinat Cross Section untuk Desain Geoteknik Grasberg
(Sumber : PTFI Geotechnical Department)
Location
From To
No Cross - Section
Easting (m) Northing (m) Easting (m) Northing (m)
1 A - A' 34503.00 51348.00 34503.00 52700.00
2 B - B' 34485.00 51310.00 33455.00 51310.00
3 C - C' 34774.47 51320.64 34614.69 50096.00
4 D - D' 34533.00 51277.00 35507.00 51277.00
13
Desain geoteknik yang disarankan untuk membuat interramp slope berdasarkan
Cross Section yang digunakan mulai dari tahun 2005-2008. Berikut ini adalah
tabel sudut Interamp berdasarkan Cross Section.
Tabel 2.2
Sudut Interamp Berdasarkan Cross Section
(Sumber : PTFI Geotechnical Department)
14