Anda di halaman 1dari 3

FERY ARDI K.

G 99151023

A. Prinsip Manajemen Tumor (Kanker Solid)


Dalam mengelola pasien dengan tumor, maka perlu diperhatikan
beberapa prinsip. Hal ini penting agar penatalaksanaan tumor pada pasien
dapat dilakukan dengan teliti dan komprehensif. Prinsip-prinsip manajemen
tumor antara lain:
1. Manajemen kanker dapat berbeda pada jenis histopatologis, grade, dan
histologis yang berbeda.
2. Manajemen kanker berbeda pada stadium kanker yang berbeda
3. Manajemen kanker harus bersifat multidisiplin, dan dapat dibicarakan
bersama agar mendapatkan metode terapi yang terbaik, prioritas
modalitas terapi.
4. Selalu melakukan evaluasi pengobatan.
5. Kemungkinan sembuh pasien hanya pada usaha pengobatan pertama
yang tepat dan adekuat. Munculnya rekurensi dan usaha pengobatan yang
kedua dan seterusnya akan memberikan hasil dan prognosis yang lebih
buruk (PERABOI, 2010).

B. Penatalaksanaan Tumor (Kanker Solid)


Terdapat enam langkah yang harus dilakukan dalam mengelola pasien
dengan tumor, yaitu :
1. Diagnosis
Penegakan diagnosis tumor/kanker didapat dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis tumor/kanker
sebaiknya merupakan diagnosis sitologi atau diagnosis patologi. Hal ini
dikarenakan diagnosis patologi merupakan gold standard pada sebagian
besar keganasan yang berupa lesi solid. Pada saat ini sudah terdapat
berbagai pemeriksaan patologi yang lebih canggih yang dapat
memberikan informasi yang lebih banyak mengenai sifat agresivitas
tumor, terapi, dan prognosis. Pemeriksaan patologi canggih tersebut
antara lain IHC (Immuno-Histochemistry Staining), PCR (Polymerase
Chain Reaction) / RT-PCR (Retrogade Transcriptase Polymerase Chain
Reaction), dan Genes Profilling (PERABOI, 2010).

2. Stadium Tumor/Kanker
Stadium tumor/kanker ditentukan menurut kriteria TNM.
Penentuan stadium T, N, dan M harus mengikuti standard pengukuran
yang diperlukan untuk masing-masing stadium. Stadium tumor dapat
merupakan stadium klinis, stadium pascabedah, ataupun stadium
patologi. Penetuan stadium juga harus dilakukan pada tumor/kanker yang
rekuren (PERABOI, 2010).
3. Perfomance Status
Perfomance status (PS) merupakan kondisi umum pasien kanker
dan bagaimana pasien terganggu aktivitasnya karena adanya kanker
tersebut. PS berhubungan dengan stadium kanker, ada tidaknya faktor
komorbiditas, kemampuan pasien menerima stress pengobatan, dan
prognosis pasien. PS diukur dengan sistem skoring tertentu seperti sistem
skoring menurut WHO, Karnofsky, dan lain-lain (PERABOI, 2010).

Tabel perfomance status menurut Karnofsky dan WHO


Nilai Skala Nilai Skala
Keterangan
Karnofsky WHO
90 100 0 Aktifitas normal
Terdapat keluhan tetapi masih aktif dan
70 80 1
dapat mengurus diri sendiri
50 60 2 Cukup aktif, namun memerlukan bantuan
30 40 3 Kurang aktif, memerlukan perawatan
Tidak dapat meninggalkan tempat tidur,
10 20 4
perlu perawatan di rumah sakit
0 10 - Tidak sadar
(PDPI, 2003)
4. Rencana Terapi
Rencana terapi harus dibuat setelah diagnosis, stadium, dan
permomace status dari pasien diketahui. Modalitas yang akan menjadi
modalitas utama pengobatan, dan modalitas yang menjadi pengobatan
tambahan (PERABOI, 2010).
5. Implementasi Terapi
Implementasi pengobatan yang dilakukan harus sesuai dengan
terapi yang telah direncanakan sebelumnya dan juga telah disepakati oleh
tim multidisiplin yang turut mengobati pasien tersebut (PERABOI,
2010).
6. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan harus mencakup seluruh proses diagnosis
sampai dengan pengobatan dan harus diikuti secara teliti untuk melihat
adanya perubahan-perubahan diagnosis dan stadium. Jika terbukti
terdapat perubahan diagnosis dan stadium maka rencana terapi dapat
dibuat kembali oleh tim multidisiplin (PERABOI, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
PDPI. 2003. Kanker Paru : Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.
Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Anda mungkin juga menyukai