Makalah Ekonomi
Makalah Ekonomi
Oleh :
1. Allah SWT.
2. Bapak Ibnu Ikhwanusshofa selaku dosen mata kuliah Hukum Keuangan
Negara.
3. Kawan-kawan Kelas 2B DIII Perpajakan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
4. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 12
3.2 Saran........................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka................................................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dana yang sudah dianggarkan di APBN-P tidak semuanya dapat dimanfaatkan untuk
kesejahteraan masyarakat, hal ini berarti adanya iddle money. Bisa dibayangkan, bila
dana tersebut dapat diserap dengan lebih baik, maka akan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pembangunan di Indonesia. Rendahnya
tingkat realisasi penyerapan anggaran ini tentu menimbulkan lambatnya penerimaan
hasil pembangunan oleh masyarakat. Lambatnya hasil pembangunan yang diterima
masyarakat akan dapat berdampak pada menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah selaku pelaksana pembangunan. Menurunnya tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan dapat berdampak terhadap kondisi
politik di Indonesia.
Bisa dilihat data tentang penyerapan anggaran di setiap tahun, rata-rata penyerapan
anggaran sangat rendah di awal tahun, bahkan ketika melewati triwulan kedua, realisasi
belanja negara masih rendah. Sayangnya, banyak instansi pemerintah yang terlalu
berhati-hati ketika melakukan pengeluaran anggarannya, terutama untuk belanja modal.
Sehingga terkesan lambat dan tidak optimal dalam memanfaatkan waktu. Tahun
anggaran yang dua belas bulan seakan akan hanya efektif selama 5 - 6 bulan. Banyak
satuan kerja yang baru bekerja pada triwulan kedua, dan ini selalu berulang setiap
tahunnya.
Realisasi pendapatan negara dan hibah sampai dengan akhir Mei 2014 telah mencapai
Rp572 triliun, atau 34,3 persen dari target dalam APBN 2014 yang sebesar Rp1.667,1
triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, realisasi pendapatan negara dan hibah baru
mencapai sekitar 32,8 persen atau Rp502,2 triliun, dari target dalam APBN 2013 yang
sebesar Rp1.529,7 triliun.
Sementara itu, dari sisi belanja, hingga akhir Mei 2014, realisasi belanja negara telah
mencapai Rp605,7 triliun. Angka ini sekitar 32,9 persen dari target yang ditetapkan
dalam APBN 2014 sebesar Rp1.842,5 triliun. Sebagai perbandingan, realisasi belanja
negara pada periode yang sama tahun 2013 baru mencapai Rp528,1 triliun, atau sekitar
31,4 persen dari target APBN 2013 yang sebesar Rp1.683 triliun. Dalam hal ini realisasi
pendapatan dan belanja negara pada tahun 2014 lebih baik daripada tahun lalu.
Dalam hal ini, penulis berkeinginan untuk membahas lebih lanjut mengenai realisasi
penyerapan APBN melalui makalah ini. Hal ini diperlukan untuk menambah pemahaman
pembaca dan penulis sendiri tentang penganggaran dan pemanfaatannya dalam
aktivitas pemerintahan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan penyusunan anggaran pemerintah?
2. Bagaimana tingkat penyerapan anggaran di Indonesia?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan agar pembaca bisa lebih memahami mengenai realisasi
penyerapan anggaran di Indonesia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Hal ini
dapat menjadi pembelajaran dan evaluasi bagi kita mengenai pemanfaatan anggaran
kedepannya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian APBN
Budget atau anggaran dalam pengertian umum diartikan sebagai suatu rencana kerja
untuk suatu periode yang akan datang yang telah dinilai dengan uang. Kata budget yang
digunakan di Inggris sendiri merupakan serapan dari istilah bahasa Perancis yaitu bouge
atau bougette yang berarti tas di pinggang yang terbuat dari kulit, yang kemudian di
Inggris kata budget ini berkembang artinya menjadi tempat surat yang terbuat dari kulit,
khususnya tas tersebut dipergunakan oleh Menteri Keuangan untuk menyimpan surat-
surat anggaran. Sementara di negeri Belanda, anggaran disebut begrooting, yang berasal
dari bahasa Belanda kuno yakni groten yang berarti memperkirakan.
Di Indonesia sendiri, pada awal mulanya (pada jaman Hindia-Belanda) secara resmi
digunakan istilah begrooting untuk menyatakan pengertian anggaran. Namun sejak
Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, istilah Anggaran Pendapatan dan Belanja dipakai
secara resmi dalam pasal 23 ayat 1 UUD 1945, dan di dalam perkembangan selanjutnya
ditambahkan kata Negara untuk melengkapinya sehingga menjadi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, atau disingkat APBN, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31
Desember). APBN, Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap tahun
ditetapkan dengan Undang-Undang.
Setiap tahun pemerintah menyusun APBN. Landasan hukum serta tata cara penyusunan
APBN terdapat di dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, 2 dan 3. Pada pasal 23 ayat 1 UUD
1945 disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)sebagai
wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-
besanya kemakmuran rakyat. Pada pasal 23 ayat 2 disebutkan bahwa Rancangan
undang-undang anggaran pendapatan dan belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk
dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah. Pada pasal 23 ayat 3 disebutkan apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang
diusulkan Presiden, pemerintah menjalankan APBN tahun lalu.
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan lebih
lanjut dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah
berjalannya tahun anggaran, APBN dapat mengalami revisi/perubahan. Untuk
melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan RUU Perubahan APBN untuk
mendapatkan persetujuan DPR. Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam),
Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya.
Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU
tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
.2 Struktur APBN
Secara sederhana, struktur APBN terdiri atas :
A. Pendapatan dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Pajak
2. Penerimaan Bukan Pajak
II. Hibah
B. Belanja Negara
I. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
1. Pengeluaran Rutin
2. Pengeluaran Pembangunan
II. Dana Perimbangan
III. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
C. Keseimbangan Primer
D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B)
E. Pembiayaan
I. Dalam Negeri
II. Luar Negeri
.3 Fungsi APBN
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) periode 1 Januari sampai
dengan 30 Juni 2014 mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama
tahun lalu. Hal tersebut terlihat dari realisasi pendapatan dan hibah, realisasi belanja,
defisit anggaran serta realisasi pembiayaan.
Realisasi pendapatan dan hibah sampai dengan 30 Juni 2014 adalah sebesar Rp 712,72
triliun yang merupakan 42,8% dari pagu APBN. Pada periode yang sama tahun 2013,
realisasi mencapai Rp 623,24 triliun atau 40,7% dari pagu APBN 2013.
Dari segi realisasi belanja, pada periode ini dilaporkan mencapai sebesar Rp 759,9 triliun
yang merupakan 41,2% dari pagu APBN. Sedangkan pada periode yang sama tahun
2013, realisasi mencapai Rp677,71 triliun atau 40,3% dari pagu APBN 2013.
Hal ini disebabkan persentase realisasi belanja pemerintah pusat pada tahun ini lebih
tinggi 1% dan realisasi transfer daerah lebih tinggi 0,6% dibandingkan persentase
realisasi tahun lalu.
Sementara itu, defisit anggaran mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Pada
periode ini, defisit anggaran sebesar Rp47,23 Triliun atau sebesar 26,9% dari pagu
APBN, sedangkan tahun lalu defisit sebesar Rp 54,47 Triliun atau 35,5% dari pagu APBN
2013.
Adapun realisasi pembiayaan mencapai Rp138,84 Triliun yang merupakan 79,2% dari
pagu APBN. Pada periode yang sama tahun 2013, realisasi mencapai Rp 82, 13 Triliun
atau sebesar 53,6% dari pagu APBN 2013. Hal ini disebabkan pada tahun 2014 kebijakan
pembiayaan Pemerintah bersifat front loading dimana pembiayaan bersumber dari
penerbitan SBN dilakukan pada awal tahun anggaran.
Dari keterangan dan penjelasan di atas, bisa dilihat bahwa tingkat realisasi penyerapan
anggaran di Indonesia pada tahun 2014 relatif masih rendah, dengan rata-rata
penyerapan di bawah 50%. Rendahnya penyerapan anggaran disebabkan pada dasarnya
karena keterlambatan pencairan dana, keterlambatan penetapan KPA dan Pejabat
Pengelola Kegiatan.Keterlambatan tersebut terjadi hampir di setiap satuan kerja
(Satker), baik pusat maupun daerah. Di bawah ini adalah grafik yang menggambarkan 10
Kementerian/Lembaga dengan daya serap terbesar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, atau disingkat APBN, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. Secara sederhana, struktur APBN dapat ditunjukkan sebagai
Penerimaan Dalam Negeri.
Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan fiskal,
alat politik, alat koordinasi dan komunikasi, alat penilaian kinerja, alat motivasi, alat
untuk menciptakan ruang publik
Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, sebenarnya penyerapan anggaran
bukan merupakan target alokasi anggaran. Padahal apabila pengalokasian anggaran
efisien, maka keterbatasan sumber dana yang dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk
mendanai kegiatan strategis.
Secara garis besar penyerapan belanja kementerian/lembaga dipengaruhi oleh faktor-
faktor internal kementerian/lembaga, seperti antara lain :
a. Keterlambatan penetapan kuasa pengguna anggaran (KPA) dan pengelola kegiatan di
hampir semua Satker Pusat dan daerah,
b. Reorganisasi,
c. Penyempurnaan business process, dan
d. Faktor kehati-hatian kementerian/lembaga.
Selain itu mekanisme pengadaan barang dan jasa, seperti antara lain :
d. Banyaknya sanggahan dalam proses lelang,
e. Banyaknya pengaduan LSM ke Polri dan Kejaksaan, dan
f. Masalah pengadaan lahan/tanah.
Secara umum, tingkat realisasi penyerapan anggaran di Indonesia pada tahun 2014
relatif masih rendah, dengan rata-rata penyerapan di bawah 50%. Rendahnya
penyerapan anggaran disebabkan pada dasarnya karena keterlambatan pencairan dana,
keterlambatan penetapan KPA dan Pejabat Pengelola Kegiatan.Keterlambatan tersebut
terjadi hampir di setiap satuan kerja (Satker), baik pusat maupun daerah.
3.2 Saran
Dengan melihat kondisi yang selalu berulang setiap tahun kiranya ada beberapa hal
yang perlu dievaluasi agar kondisi yang demikian tidak terjadi lagi atau minimal dapat
dikurangi. Dalam pelaksanaan program dan anggaran pembangunan, pemerintah telah
berupaya dengan berbagai cara, termasuk diantaranya dibentuknya institusi-institusi
yang bertugas mengurusi hal tersebut (mungkin di Bappenas, Kemenku, atau juga
UKP4), meskipun hasilnya juga masih seperti yang dirilis dalam Laporan Realisasi
Semester I dan Proyeksi Semester II Pelaksanaan APBN TA 2014.
Institusi yang ada tersebut diyakini telah melakukan pemantauan secara seksama dalam
pelaksanaan penyerapan anggaran APBN. Mereka telah bekerja keras menyukseskan
pelaksanaan program pemerintah, agar pelaksanaannya sesuai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan.
Para pejabat yang terkait perlu lagi memutar otak untuk lebih proaktif dengan
memberdayakan seluruh sumberdaya yang ada untuk selalu dan mengingatkan kepada
para pelaksana khususnya di tingkat K/L. Tidak ada salahnya setiap bulan memanggil
dan mengecek secara langsung bagaimana pelaksanaan dan rencana selanjutnya dalam
penyerapan anggaran di K/L dan bahkan bisa sampai ketingkat para Eselon I, Eselon II
termasuk seluruh level pelaksana di semua institusi.
Controlling tidak hanya dilaksanakan setelah selesai pelaksanaan program, tetapi yang
paling penting adalah dengan mengawal selama program tersebut dilaksanakan. Selain
diawasi, pelaksanaan program dan penyerapan anggaran sangat penting untuk
dikendalikan. Hal ini tentu sangat baik dilaksanakan. Disamping bermanfaat untuk
mempercepat pelaksanaan program dan penyerapan anggarannya, juga sangat efektif
untuk mengurangi adanya penyimpangan melalui deteksi secara dini selama program
dalam pelaksanaan.
Apabila saat ini dirasakan belum ada institusi yang bertanggung jawab terhadap
pengendalian pelaksanaan program pembangunan maka tidak ada salahnya jika di
negeri ini dibentuk suatu lembaga yang mengurusi masalah pengendalian tersebut.
Lembaga ini selain mengendalikan pelaksanaan program pembangunan juga
berkewajiban mengecek secara langsung manfaat apa yang diterima oleh masyarakat,
serta apa rencana bulan berikutnya. Setelah adanya jadwal pelaksanaan program dan
penyerapan anggaran, maka jadwal ini harus dijaga betul untuk dapat dilaksanakan. Jika
tidak dilaksanakan maka harus dikonfirmasi mengapa tidak dilaksanakan. Jika ada
hambatan maka lembaga tersebut harus berusaha membantu sehingga program
pembangunan segera dapat dilaksanakan sesuai yang dijadwalkan. Tidak kalah
pentingnya adalah mengingatkan tentang apa yang harus dipersiapkan untuk
melaksanakan program pembangunan yang akan dilakukan bulan berikutnya.
Masyarakat hanya perlu manfaat yang diterimanya, bukan hanya program selesai
dilaksanakan. Pemimpin perlu mengecek sampai dengan outcome, dampak,
dan benefide dari program pembangunan, tidak hanya menerima laporan
tentang output kegiatan. Gagasan ini mungkin tidak seratus persen dapat
menyelesaikan persoalan tetapi setidaknya akan dapat membantu mengurangi
persoalan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang APBNP 2014
Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan APBN Semester 1 Tahun 2014
http://aguspurwowicaksono.wordpress.com/2013/09/20/solusi-rendahnya-penyerapan-
anggaran-pembangunan/ diakses tanggal 30 Juli 2014
http://www.kemenkeu.go.id/Publikasi/laporan-pemerintah-tentang-pelaksanaan-apbn-
semester-i-tahun-2014 diakses tanggal 30 Juli 2014
http://m.bisnis.com/finansial/read/20140618/10/237075/dpr-setujui-ruu-apbn-p-2014-
pendapatan-negara-rp164-triliun diakses tanggal 31 Juli 2014
http://m.bisnis.com/finansial/read/20140611/9/235030/realisasi-apbn-2014-
pendapatan-naik-belanja-turun diakses tanggal 31 Juli 2014
http://www.investor.co.id/home/mengubah-wajah-apbn/24322 diakses tanggal 30 Juli
2014
http://www.setkab.go.id/berita-13166-prof-firmanzah-mau-tidak-mau-apbn-2014-harus-
direvisi.html diakses tanggal 31 Juli 2014