2.5 Strategi
Setiap ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945 masih bersifat sangat
umum, oleh karena itu untuk mewujudkan cita-cita tersebut khususnya di bidang
ketenagakerjaan dijabarkan lebih lanjut dengan Undang-undang No.14 tahun
1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja.
UU.No.14 tahun 1969 telah dicabut dan kini berlaku UU. No.13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, namun K3 tetap menjadi perhatian dimana tertera pada
pasal 86 dan 87.
a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan
untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu
usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum
termaksud pada (a) dan (b) , jika yang diwakili berkedudukan di luar Indonesia.
Ayat (4), Pengertian Direktur cukup jelas seperti tertulis pada ayat ini.
Perlu dijelaskan bahwa dalam prekteknya yang disebut Direktur adalah Dirjen
Binwasnaker (sekarang Dirjen PPK dan K3) sesuai dengan Permenaker
No.Kep.79/Men/1977 (sekarang Permenaker No.13/Men/2015) Bunyi ayat
tersebut sebagai berikut: Direktur ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja (sekarang Kementerian Ketenagakerjaan) untuk melaksanakan Undang
undang ini.
Ayat (6), Rumusan pengertian Ahli Keselamatan Kerja pada ayat ini cukup
jelas. Dari rumusan tersebut dimengerti bahwa untuk pengawasan terhadap
pelaksanaan UU.No.1 tahun 1970, Kemnakertans melibatkan tenaga teknis dari luar
Kemnakertrans dari luar Dinas yang membidangi pengawasan ketenagakerjaan di
daerah, baik instansi/ lembaga pemerintah maupun swasta yang memenuhi
persyaratan sebagaimana ditetapkan di dalam Permenakertrans
No.Per.04/Men/1987 dan Permenaker No.Per.02/Men/1992. Latar belakang dari
pemikiran/ konsep ini adalah bahwa Kemnakertrans tidak mungkin mampu
membentuk pegawai pengawas dalam jumlah maupun kemampuan dalam berbagai
bidang keahlian sesuai dengan perkembangan teknologi.
Ayat (1), Di dalam ayat ini ditunjukkan ruang lingkup UU.No.1 tahun 1970
yaitu tempat kerja dimana pun selama dalam wilayah kekuasaan Negara Republik
Indonesia. Bunyi ayat tersebut sebagai berikut; Yang diatur oleh Undang-undang
ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah,
di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Ayat (2), Ayat ini memperinci tempat-tempat bekerja yang termasuk tempat
kerja sebagaimana dimaksud ayat(1) yaitu huruf a sampai dengan r, dimana terdapat
bahaya kerja yang bertalian dengan;
Bunyi ayat tersebut sebagai berikut; Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut
berlaku dalam tempat kerja dimana;
Ayat (3), Ayat ini merupakan escape clausal dalam penataan ruang lingkup
UU.No.1 tahun 1970, sebab kemungkinan untuk waktu yang akan datang
ditemukan tempat kerja baru selain yang terperinci pada ayat (2) sehubungan
dengan perkembangan teknik dan teknologi. Bunyi ayat tersebut sebagai berikut;
Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja ruangan-
ruangan atau lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau
kesehatan yang bekerja dan atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat
diubah perincian tersebut dalam ayat (2). Dalam penjelasan pasal 2 di isyaratkan
bahwa peraturan organik sebagai peraturan pelaksanaan UU.No.1 tahun 1970
digolongkan dalam pembidangan teknis dan sektor/ industri.
Ayat (1), Ayat ini berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai melalui
persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan pelaksanaan UU.No.1
tahun 1970, yaitu huruf a sampai dengan r. Bunyi ayat tersebut antara lain sebagai
berikut; Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk; a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. b. Mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. Dan
seterusnya sampai dengan huruf r.
Ayat (2), Merupakan escape clausal dari apa yang telah di tetapkan pada
ayat 1 sesuai perkembangan teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru
dikemudian hari. Bunyi ayat tersebut sebagai berikut; Dengan peraturan
perundangan dapat diubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai dengan
perkembangan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru dikemudian hari.
Pasal 4;
Ayat (1), Menjelaskan sejak tahap apa atau kapan syarat/ ketentuan K3
diterapkan yaitu sejak tahap perencanaan dan seterusnya. Bunyi ayat tersebut
sebagai berikut; Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung
dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Ayat (2), Ayat ini menjelaskan isi dari setiap ketentuan/ syarat K3, yaitu
akan mengatur tentang konstruksi, bahan dan lain sebagainya dari bahan, barang
produk teknis dan aparat produksi. Bunyi ayat tersebut sebagai berikut; Syarat-
syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan
ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang
konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat
perlindungan, pengujian, dan pengecekan, pengepakan atau pembungkusan,
pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan barang, produk teknis dan aparat
produksi guna menjamin keselamatan barangbarang itu sendiri, keselamatan tenaga
kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
Ayat (3), Merupakan escape clausal ayat (1) dan (2). Catatan: Pasal 4
tersebut diatas mencerminkan salah satu sifat preventif dari UU. No.1 tahun 1970.
Bab IV : Pengawasan, Pasal 5 ;
Ayat (1) Ayat ini menjelaskan tugas pokok Direktur, yaitu pelaksanaan
umum UU No.1 tahun 1970 dan tugas pokok pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja, yaitu mengawasi langsung terhadap ditaatinya UU No.1 tahun
1970 dan peraturan pelaksanaannya. Bunyi ayat tersebut sebagai berikut; Direktur
melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para
pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan
langsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.
Ayat (2) Dalam menjelaskan ayat ini dapat dijelaskan wewenang dan
kewajiban Direktur sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi 13
Pasal 7;
Pasal ini mengatur kewajiban Pengurus dalam pembinaan tenaga kerja dan
kewajiban untuk memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan K3 di tempat
kerja. Bunyi ayat (1) sebagai berikut; Kewajiban pengurus untuk melakukan
pembinaan terhadap tenaga kerja baru, yaitu menunjukkan dan menjelaskan 4
pokok yang haris diketahui/ dipahami tenaga kerja baru yang bersangkutan. 4
pokok/ hal tersebut sebagai berikut;
Ayat (3), Pengurus juga wajib melakukan pembinaan bagi tenaga kerjanya
secara berkala tentang;
a. Pencegahan kecelakaan.
b. Pemberantasan kebakaran.
c. Pertolongan pertama pada kecelakaan.
d. Hal-hal lain dalam rangka meningkatkan K3 di tempat kerjanya.
Bunyi ayat (2) sebagai berikut: Susunan P2K3, tugas dan lainnya ditetapkan
oleh Menteri Tenaga Kerja.
Ayat (1), Pengurus diwajibkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat
kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menaker.
Ayat (2), Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan dalam ayat (1)
diatur dengan peraturan perundangan.
Bab VIII; Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja Di dalam pasal ini secara jelas
dan tegas diatur kewajiban dan hak tenaga kerja untuk ;
Bab IX: Kewajiban bila memasuki tempat kerja Pasal 15; Menetapkan
bahwa siapapun yang memasuki suatu tempat kerja harus mentaati dan
melaksanakan ketentuan yang berlaku bagi tempat kerja tersebut.
Bab X; Kewajiban Pengurus Pasal 14; Kewajiban Pengurus untuk secara
tertulis menempatkan UU.No.1 tahun 1970 dan peraturan-peraturan lain dan
gambar-gambar K3 yang sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaan pada tempat kerja
yang bersangkutan. Bahan-bahan tersebut dimaksud kan sebagai bahan pembinaan
dan peringatan bagi siapapun yang berada di tempat kerja tersebut. Disamping itu,
Pengurus wajib menyediakan alat perlindungan diri secara cuma-cuma bagi
siapapun yang memasuki tempat kerja.
BAB VI; Ketentuan Penutup Pasal 15; Ayat (1), Ayat ini menjelaskan
kepada kita bahwa sebagian besar ketentuan yang ada di dalam UU.No.1 tahun
1970 masih bersifat umum dan perlu diatur lebih lanjut dengan peraturan
perundangan.
Pasal 17; Merupakan pasal yang mengatur tentang peralihan yaitu tetap
memberlakukan semua peraturan perundangan yang telah ada (kecuali VR) tetap
berlaku selama tidak bertentangan dengan UU.No.1 tahun 1970.
DIHAPUS
2.2 Dasar Hukum Pelaksanaan (sudah dijelaskan lebih detail diatas)
Dasar Hukum Peraturan Perundang-undangan K3:
1. UUD 1945 pasal 27 ayat 2 (UUD dimasukan dalam kebijakan)
Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
2. UU RI No 14 Tahun 1969 (UU ini telah dicabut, jadi tidak perlu
dijelaskan/dijabarkan panjang) tentang pokok-pokok ketenagakerjaan, dalam
undang-undang ini mengatur tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja. (Pasal 9, 10, 86, 87)
Pasal 9 :
Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama.
Pasal 10 :
Pemerintah membina norma perlindunggan tenaga kerja yang meliputi
norma keselamatan kerja, norma kesehatan kerja, norma kerja, pemberian ganti
kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja.
Pasal 86 :
(1). Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
:
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama;
(2). Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja
(3). Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan
Pasal 87 :
(1). Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan
(2). Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah
Pasal 87
Sumakmur, 1988. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. 6 ed. Jakarta: CV.
Haji Masagung.